Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Kualitas kehidupan keluarga mempunyai peranan paling besar dalam membentuk kepribadian anak. Kondisi keluarga yang dapat memberikan dampak
buruk misalnya rumah tangga yang berantakan, kurangnya perhatian dari orang tua. Semua ini merupakan kondisi yang dominant untuk memunculkan kenakalan
anak termasuk penyalahgunaan narkoba. 2.
Faktor lingkungan Lingkungan sekitar tidak selalu baik dan menguntungkan bagi
perkembangan anak. Pengaruh lingkungan yng biasanya dihuni oleh orang dewasa dan remaja yang anti sosial dapat merangsang timbulnya reaksi emosional buruk
pada anak remaja yang jiwanya masih labil.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyalahgunaan Narkoba yang
Dilakukan Oleh Anak
Anak merupakan bagian terpenting dari seluruh proses pertumbuhan manusia, karena pada masa anak-anaklah sesungguhnya karakter dasar seseorang
dibentuk baik yang bersumber dari fungsi otak maupun emosionalnya. Berkualitas atau tidaknya seseorang di masa dewasa sangat dipengaruhi oleh proses
pengasuhan dan pendidikan yang diterima di masa kanak-kanaknya. Dengan kata lain, kondisi seseorang di masa dewasa adalah merupakan hasil dari proses
pertumbuhan yang diterima di masa anak-anak. Adapun faktor-faktor dominan yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan anak adalah orang tua,
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
sekolah dan lingkungan. Ketiga faktor tersebut merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
41
1. Faktor Internal
. Penyalahgunaan narkoba bukanlah suatu kejadian yang sederhana yang
bersifat mandiri, melainkan merupakan akibat dari berbagai faktor yang secara kebetulan terjalin menjadi suatu fenomena yang sangat merugikan bagi semua
pihak yang terkait. Adapun faktor-faktor penyalahgunaan narkoba pada anak-anak dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu :
2. Faktor Eksternal
1. Faktor Internal Sudah merupakan suatu kodrat bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa dan
raga. Idealnya, roh, jiwa dan raga harus berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia terdiri dari tiga aspek, yaitu kognisi pikiran, afeksi emosi, perasaan, konasi
kehendak, kemauan, psikomotor. Selain mengalami pertumbuhan fisik, manusia juga mengalami perkembangan jiwanya. Di dalam masa perkembangan kejiwaan
inilah kepribadian terbentuk, dan terbentuknya kepribadian itu sangat dipengaruhi oleh dinamika perkembangan konsep dirinya. Perkembangan ini dialami secara
berbeda antara individu yang satu dengan yang lain. Karenanya tidak akan ada orang-orang yang persisi sama. Di sini peran sifat bawaan lahir juga mempunyai
andil yang cukup besar. Dalam kaitannya dengan penyalahgunaan narkoba, faktor-faktor internal
yang menyebabkan anak dapat dengan mudah terjerumus antara lain adalah :
41
http:www.fatayat.or.id
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
1. Adanya gangguan kepribadian
2. Faktor usia
3. Religius yang rendah.
1. Adanya Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian terdiri atas :
a. Gangguan cara berfikirnya : distorsi kognitif. Keyakinancara berfikir
yang salah negative thinkingnegative outlookl, penalarannya semaunya sendiri.
b. Gangguan emosi emotional disturbance,emosi labil, kurang percaya
diri, terlalu percaya diri. c.
Gangguan kehendak dan perilaku seperti kemalasan, motivasi rendah serta tidak tekun.
a. Gangguan cara berfikir
Gangguan cara berfikir ini dapat terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain pandangan atau cara berfikir yang keliru atau menyimpang dari pandangan umum
yang menjadi norma atau nilai-nilai hakiki dari apa yang dianggap benar oleh komunitasnya. Membuat alasan-alasan yang diangap benar menurut penalarannya
sendiri guna membenarkan perilakunya yang menyalahi norma-norma yang berlaku. Dapat juga berupa pandangan-pandangan yang negative atau selalu
berfikir negatif atau pesimistis. Dengan cara pandang dan cara berfikirnya yang keliru, biasanya individu yang mengalami cara berfikir yangterdistorsi ini, akan
menghalalkan segala tindakannya dengan mengemukakan alasan-alasan yang
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
tidak wajar. Mengabaikan norma yang ada dan membenarkan dirinya atas perilakunya yang salah itiu berlandaskan alasan-alasan yang dibuat-buat
sekehendak hatinya. b.
Gangguan emosi Dengan adanya gangguan emosi, antar alain emosi labil, mudah marah,
mudah sedih dan seringkali putus asa, ingin menuruti gejolak hati, maka kemampuan penguasaan dirinya akan terlambat. Gangguan emosi juga dapat
terwujud melalui perasaan rendah diri, tidak mencintai diri sendiri maupun orang lain, tidak mengenal cinta kasih dan simpati, tidak dapat berempati, rasa kesepian
dan merasa terbuang. Tidak jarang orang yang mengalami gangguan emosi menjadi takut kehilangan teman walaupun ia tahu temannya memiliki niat jahat
atu berperilaku tidak sesuai dengan norma. Pengalaman yang menyakitkan hati berkepanjangan, luka batin yang sangat dalam dapat menimbulkan gannguan
emosi. Misalnya, luka hati karena perlakuan orang tua yang terlalu keras. c.
Gangguan kehendak dan perilaku Kehendak dan perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh fungsi
psikologis fisik,juga dipengaruhi oleh pikiran dan perasaanya. Jadi kalau pikiran dan emosinya sudah mengalami gangguan, maka dapat dipastikan perilaku atau
keinginannya juga akan mengalami dampak dari gangguan pada pikiran dan emosinya. Sikap dan perilaku akan berpengaruh dan biasanya dapat terjadi
hilangnya kontrol sehingga bertindak tidak terkendali atau bertindak tidak sesuai dengan norma yang ada di dalam lingkungannya.
2. Pengaruh Usia
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Pada umumnya Narkotika dan psikotropika merupakan ancaman bagi kaum anak-anak yang beranjak remaja. Karena anak berusia 15 – 16 tahun sedang
mengalami perkembangan fisik, psikologi maupun sosial yang pesat yang dapat merupakan pencetus remaja mencoba, menggunakan bahkan kecanduan narkotika
dan psikotropika. Pertumbuhan fisik jelas terlihat dengan bertambahnya tinggi badan, besar badan, tanda-tanda kelamin sekunder, seperti membesarnya payudara
pada wanita dan jakun pada pria. Serta diikuti oleh pertumbuhan emosi, minat, sikap dan perilaku yang dipengaruhi oleh perkembangan kejiwaan anak remaja itu
yang membentuk ciri utama yaitu mereka merasa sudah bukan anak kecil lagi namun sesungguhnya mereka belum dewasa baik secara mental, emosional
maupun spiritual. Mereka sangat ingin tampil layaknya orang dewasa bahkan ingin memperoleh identitas pribadi. Namun pada kenyataannya mereka mudah
ikut trend dan terbawa teman dalam pergaulan sehari-hari. Apalagi bila orangtua terlalu menuntut tanggung jawabnya sebagai orang yang dewasa maka dapat
menimbulkan kecemasan dan kebingungan dalam diri mereka. Remaja memiliki karakteristik yang spesifik, antara lain merupakan masa :
1. Periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa
2. Periode yang penuh dengan berbagai perubahan
3. Usia yang banyak mengalami masalah
4. Pencarian jati diri
5. Mengembangkan sikap realistis
6. Penuh harapan dan idealis.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Masa remja adalah masa dimana individu mngalami masa yang disebut krisis identitas. Pada masa ini remaja masih labuil tentang keadaan dirinya.
Labilnya emosi remaja membuat mereka bingung dalam menghadapi tuntutan dalam masyarakat. Tidak jarang hal ini menyebabkan seringnya terjadi benturan-
benturan dengan orang lain. Remaja juga mengalami kesulitan untuk menerima dan mengerti orang lain, sebagaimana orang lain sulit pula untuk mengerti dan
menerima mereka. Kemampuan intelektual yang berkembang pesat menimbulkan rasa ingin
tahu mereka yang besar sekali termasuk ingin mencoba-coba narkoba. Dalam keadaan seperti ini biasanya remaja terjebak ke dalam kenakanalan remaja
ataupun penyalahgunaan narkoba. Misalnya merokok dan menghisap ganja. Pada umumnya merokok dan minum alkohol dipandang sebagai lambang kedewasaan.
Dan tidak jarang tindakan mencoba-coba selanjutnya menghantarkan remaja menjadi ketergantungan terhadap narkoba.
3. Religius yang rendah
Anak yang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang religiusnya rendah, bahkan tidak pernah mendapat pengajaran dan pengertian mengenai Allah
Tuhannya secara benar, maka biasanya memiliki kecerdasan spiritual yang rendah. Sehingga tidak ada patokan untuk mengontrol perilakunya, sehingga
perilakunya sesuka hatinya, tidak tahu masalah yang baik atau buruk dan tidak takut berbuat dosa.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Dadang Hawari mengemukakan bahwa hasil penelitian ilmiah membuktikan
42
1. Remaja yang komitmen aganya lemah mempunyai resiko yang lebih
tinggi untuk terlibat penyalahgunaan narkoba apabila dibandingkan dengan remaja yang komitmen agamanya kuat.
:
2. Anakremaja yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak religius,
resiko untuk terlibat penyalahgunaan narkoba jauh lebih besar dari anak yang dibesarkan dalam keluarga yang religius.
Mengingat pentingnya peranan agama dalam pengembangan mental sehat pada anak, maka sepatutnyalah dalam keluarga diciptakan situasi kehidupan yang
agamais, seperti memasang asesoris rumah dengan kaligrafi atau lukisan yang bernuansa keagamaan, sholat berjamaah, menelaah kitab suci, dan berakhlakul
karimah. 2.
Faktor Eksternal Lingkungan tempat anak hidup mempunyai pengaruh besar terhadap
jatuhnya anak ke penyalahgunaan narkoba, yaitu terutama faktor keluarga, teman sebaya, keadaan di sekolah.
a. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan di dalamnya anak-anak mendapat pendidikan yang pertama
kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat yang terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan yang paling kuat dalam membesarkan anak terutama anak-
42
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, hal. 41-42.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
anak yang belum sekolah. Oleh karena itu keluarga mempunyai peranan yang yang penting dalam perkembangan anak.
43
Dalam broken home pada prinsipnya struktur keluarga tersebut tidak lengkap lagi disebabkan adanya :
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan dan pembentukan karakter. Sejak seorang anak dilahirkan, diasuh dalam keluarga,
singga pertumbuhan dan perkembangan hidupnya tidak akan terlepas dari apa yang disediakan dan diberikan oleh keluarganya. Dengan kata lain, karakter atau
kepribadian seseorang terbentuk oleh pola asuh yang diperolehnya sejak kecil. Keluarga yang baik akan berpengaruh positif bagi perkembangan anak,
sedangkan keluarga yang jelek akan berpengaruh negatif bagi anak. Walaupun ia mempunyai watak atau sifat bawaan yang diperolehnya dari orang tuanya, namun
pengaruh lingkungan mempunyai peran yang cukup besar bagi perkembangan dan pembentukan kepribadiannya. Oleh karena sebahagian waktu anak-anak adalah di
dalam keluarga, maka sepantasnya jika kemungkinan timbulnya penyalahgunaan narkoba oleh anak-anak sebahagian besar juga berasal dari keluarga.
Adapun keadaan keluarga yang dapat menjadi sebab timbulnya penyalahgunaan narkoba dapat berupa keluarga yang tidak normal broken home.
Menurut pendapat umum pada broken home ada kemungkinan besar bagi terjadinya kenakalan anak remaja termasuk diantaranya penyalahgunaan narkoba.
Karena secara psikologis, perpisahan orang tua mempengaruhi perkembangan anak.
43
Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hal. 125.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
1. Salah satu orang tua atau keduanya meninggal dunia
2. Perceraian orang tua
3. Salah satu atau kedua orang tua terlalu sibuk sehingga tidak hadir
secara rutin dalam keluarga untuk waktu yang cukup lama
44
Selain situasi tersebut, ada kalanya keluarga yang orang tuanya masih utuh, namun karena orang tua baik ayah maupun ibu mempunyai kesibukan
masing-masing sehingga orang tua tidak sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan anak-anaknya. Keluarga yang tidak mengenal Tuhan, tidak
ada bimbingan dan tidak mengenal cinta kasih kasih sayang, keuangan yang berlebihan atau kekurangan juga dapat menyebabkan pertumbuhan psikologis
anak tidak dapat berkembang dengan baik. Dengan situasi keluarga tersebut anak mudah mengalami frustasi, mengalami konflik-konflik psikologis, sehingga
dengan mudah terjerumus ke dalam berbagai tindakan kriminal termasuk penyalahgunaan narkoba.
.
Faktor-faktor pada keluarga yang dapat meningkatkan resiko menjadi pengguna narkoba adalah modeling atau mencontoh orang tua atau kakak, orang
tua yang bersikap membolehkan obat-obatan, banyak keluarga yang menggunakan narkoba, tidak jelasnya nilai-nilai aspirasi keluarga terhadap narkoba, pengawasan
yang kurang atau lepas dari orang tua terhadap anak, sistem hukumaan yang keras dan tidak konsisten dalam keluarga, pengasuhanyang serba membolehkan atau
sangat otoriter, ibu yang kurang hangat, tidak responsif, tidak protektif pada masa
44
Ibid.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
balita, tidak mendukung anak, ayah yang kurang peduli, keluarga dengan sarat konflik.
Sikap orang tua dan keadaan kelurga dapat membentuk kepribadian anak untuk cenderung menyalahgunakan narkoba. Anak yang menyalahgunakan
narkoba pada umumnya tidak memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan keluarganya. Umumnya, anak pemakai narkoba berasal dari :
a. keluarga yang tidak utuh berpisahcerai
b. suasana rumah yang diwarnai pertengkaran terus menerus
c. hubungan keluarga putus
d. kurangnya komunikasi masing-masing keluarga, keluar masuk rumah
tanpa saling bertatap muka, tanpa pamit, tanpa meninggalkan pesan pada suamiistri atau komunikasi dengan cara salah seperti mengancam,
meremehkan, dan selalu mengkritik, kemungkinan besar menyalahgunakan narkoba.
Keluarga bersikap terlalu melindungi atau menyayangi anak terlalu berlebihan, menyebabkan anak terlalu tergantung kepada orang tua, kurang
percaya diri dan kurang rasa harga diri. Orang tua yang mempunyai harapan yang sulit untuk diwujudkan oleh anak atau orang tua yang berpusat pada kesuksesan
dan prestasi anak, yang dapat menimbulkan frustasi. Sehingga dapat menyebabkan anak menggunakan narkoba untuk mendapatkan kepuasan dan
ketenangan batin. Orang tua yang menyalahgunakan alkohol dan zat adiktif lainnya mempengaruhi anak menyalahgunakan narkoba.
b. Pengaruh lingkungan tempat tinggal
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Tempat tinggal di daerah hitam atau terlalu padat penduduk, suasana hiburan yang mnggoda bagi anak-anak awal remaja, kebiasaan hidup yang
mempunyai aktivitas di tempat-tempat hiburan yang tidak sesuai untuk anak-anak jelas akan membawa dampak negatif.
Seperti halnya anak-anak dari keluarga mampu yang dapat dengan mudah menghabiskan uang dan mencari hiburan di night club, diskotik, atau mncari
tepat-tempat yang tidak sesuai dengan usianya, sehingga dengan mudah akan terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba.
c. Faktor teman sebaya
Selain teman sekolah, anak-anak juga mempunyai teman pergaulan dengan teman sebayanya yang berasal dari luar sekolahnya. Teman-teman ini biasanya
mempunyai pengaruh yang besar bagi anak-anak remaja, mereka merasa lebih dekat satu sama lain dan biasanya membentuk kelompok geng, mereka
mempunyai rasa senasib dan sepenanggungan, rasa solidaritas tinggi. Dengan demikian mereka akan dengan mudahnya melakukan hal-hal yang dianggap
menyenangkan kelompoknya. Mereka tidak memikirnya baik buruknya, tetapi hanya memikirkan apakah itu menyenangkan atau tidak. Juga tidak
mempertimbangkan akan adanya resiko-resiko bagi dirinya. Bahkan untuk memenuhi keinginan agar diterima dikelompokknya, mereka tidak segan-segan
melakukan hal-hal yang sebenarnya merupakan perbuatan yang tida baik. Kelompok teman sebaya dapat menjadi media awal bagi remaja dalam
mengenal dan mencoba narkoba. Terjai dilemma dalam diri remaja dairi satu sisi menyadari bahaya dan daya perusak narkoba tetapi di sisi lain membutuhkan
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
penerimaan dan pengakuan kelompok. Dukungan kelompok dan proses seleksi kelompok sangat berarti terutama bagi remaja yang sangat tergantung secara
emosional terhadap kelompoknya sehingga semua aturan yang berlaku dalam kelompok sangat dipatuhi.
Kelompok teman sebaya dapat menimbulkan tekanan kelompok, yaitu cara teman-teman atau orang-orang seumur untuk mempengaruhi seseorang agar
berperilaku seperti kelompok itu. Tekanan kelompok dialami oleh semua orang bukan hanya remaja, karena pada kenyataannya semua orang ingin disukai dan
tidak ada yang mau dikucilkan. Kegagalan untuk memenuhi tkanan dari kelompok teman sebaya, seperti berinteraksi dengan kelompok teman yang lebih popular,
mencapai prestasi dalam bidang olahraga, sosial dan akademik, dapat menyebabkan frustasi dan mencari kelompok teman sebaya yang memiliki
perilaku dan norma yang mendukung penyalahgunaan narkoba dapat muncul. Dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan narkoba, teman kelompok
sebaya peer group mempunyai pengaruh yang dapat mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan narkoba pada diri seseorang. Pada banyak kasus,
perkenalan pertama pada narkoba biasanya justru datang dari teman. Teman sebaya ini bisa merupakan teman sekolah, teman sepermainan dilingkungan
masyarakat, sesama anggota dari klub,kelompok atau geng tertentu yang rata-rata memiliki usia, karakteristik, permasalahan dan pola pikir yang hampir sama.
Pengaruh teman ini sangat sukar dilepaskan, karena dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan dalam diri anak remaja. Pengaruh teman ini tidak
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
hanya dirasakan pada saat perkenalan pertama narkoba, melainkan juga menyebabkan seseorang tetap mengunakan atau mengalami kecanduan.
d. Keadaan sekolah
Distribusi Narkoba sudah taraf memprihatinkan karena mulai menyentuh anak sekolah dasar. Menurut data BNN, kasus pemakaian narkoba oleh anak
sekolah dasar hingga tahun 2007 berjumlah 12.305.
45
Lingkungan sekolah memiliki iklim belajar dan bersahabat tetapi juga merupakan ajang persaingan yang keras, ada yang ingin terlihat sok hebat dan ini
akan membuat sebagian siswanya mengalami frustasi. Bahkan ada sebagian ingin
Sekolah adalah lingkungan
pendidikan formal kedua yang merupakan wadah setelah keluarga bagi anak remajapelajar. Sekolah adalah salah satu pembentuk sumber daya manusia yang
yang sangat dominant dan factor moral utama kea rah yang lebih baik. Sekolah juga mempunyai sifat formal yang sangt besar pengaruhnya terhadap
perkembangan anak. Sekolah tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan ataupun ketrampilan, tapi juga mendidik budi pekerti anak, pembentukan kepribadian diri
anak.
Salah satu faktor resiko yang merupakan alasan untuk menggunakan narkoba adalah prestasi sekolah yang rendah. Prestasi sekolah yang rendah dapat
menjdi penyebab anak mengalami frustasi, merasa gagal, merasa ditolak, tetapi dapat pula terjadi bahwa prestasi sekolah yang rendah karena remaja mengalami
masalah yang tidak diselesaikan sehingga disalurjkan dalam tingkah laku negative antara lain membolos dan mengabaikan prestasi
45
http:www.satudunia.net.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
melarikan diri dari tuntutan untuk berprestasi. Murid yang demikian ini adalah murid yang mempunyai resiko tinggi untuk menjadi anti sosial atau terlibat ke
dalam kenakalan remaja dan penyalahgunaan narkoba. Seorang ahli psikiater Dr. graham Blaine mengemukakan beberapa faktor
penyebab seorang anakremaja menggunakan narkoba, antara lain : a.
Untuk membuktikan keberanian dalam melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya seperti, mengendarai kendaraan bermotor ngebut,
berkelahi, bergaul dengan wanita dan lain-lain.
b. Untuk menunjukkan tindakan menentang otoritas terhadap orang tua,
guru atau norma-norma sosial. c.
Untuk mempermudah penyaluran dan perbuatan seks. d.
Untuk melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman- pengalaman emosional.
e. Untuk mencari dan menemukan arti hidup.
f. Untuk mengisi kekosongan dan kesepiankebosanan.
g. Untuk menghilangkan kegelisahan, frustasi dan kepenatan hidup
h. Untuk mengikuti kemauan teman-teman dalam rangka pembinaan
solidaritas. i.
Hanya iseng-iseng atau didorong rasa ingin tahu.
46
Menurut Frangky Sambur, ada beberapa faktor yang meyebabkan anak lepas kontrol dan melakukan pelarian ke Narkoba adalah
47
1. Kecenderungan tidak mendapatkan perhatian dari kelurga.
:
2. Salah pergaulan, anak bergaul dengan sahabat yang tidak baik
3. Ingin mencoba dan menjadi ketagihan
46
Sudarsono, SH, Op. Cit.,, Hal.67
47
http:www.depsos.go.idmodules.php?name=Newsfile=printsid=230.Diakses pada tanggal 10 Agustus pukul 15.00 wib.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
Sekretaris Gerakan Anti Narkoba GAN Sumatera Utara, Zulkarnain Nasution menyatakan bahwa ada sedikitnya 7 tujuh faktor yang menyebabkan
anakremaja terjebak dalam penyalahgunaan narkoba, yaitu:
48
1. Adanya keinginan untuk menonjolkan diri dengan tampil berani
2. Rasa ingin tahu yang tinggi
3. Ikut-ikutan
4. Solidaritas kelompok
5. Mencari sensasi dan tantangan
6. Menghilangkan rasa bosan dan stres
7. Adanya keinginan memberontak terhadap keadaan
BAB III
48
Surat Kabar Harian Analisa tanggal 11 Mei 2008 hal. 25.
Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak Studi Kasus Poldasu, 2008.
USU Repository © 2009
PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PERUNDANGAN TERHADAP ANAK PELAKU PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN
PSIKOTROPIKA
A. Pengaturan Penyalahgunaan Psikotropika dalam Undang-Undang No.5