Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN
AKAR TUNGGANG DAN PEMBERIAN AIR KELAPA

SKRIPSI

Oleh:
DEDI IRAWAN SARI
070301026

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) TERHADAP PEMOTONGAN
AKAR TUNGGANG DAN PEMBERIAN AIR KELAPA


SKRIPSI

Oleh:
DEDI IRAWAN SARI
070301026 / BDP AGRONOMI

Sekripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh,
Komisi Pembimbing :

( Ir. Irsal, MP )
NIP : 196301311989031004

Ir. Sanggam Silitonga
NIP : 196009061986011001


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011

Universitas Sumatera Utara

Judul skripsi

Nama
Nim
Departemen
Program studi

: Respons pertumbuhan stum mata tidur karet
(Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemotongan
akar tunggang dan pemberian air kelapa
: Dedi irawan sari
: 070301026

: Budidaya pertanian
: Agronomi

Disetujui oleh
Komisi pembimbing

Ir. Irsal, MP
Ketua

Ir. Sanggam Silitonga
Anggota

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M.sc., Ph.D
Ketua Departemen Agroekoteknologi

Tanggal lulus :

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
DEDI IRAWAN SARI. Respons pertumbuhan stum mata tidur karet
terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa. Dibimbing oleh
IRSAL dan SANGGAM SILITONGA.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan stum mata
tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa,
dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kec. Sunggal, Deli Serdang pada Januari April 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu
konsentrasi air kelapa ( 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 1000 cc) dan panjang akar
stum (15 cm, 20 cm dan 25 cm). Parameter yang diamati adalah persentase mata
melentis di lapangan, panjang tunas, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering
tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan total luas daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST. Dengan pemberian air kelapa
jumlah daun tertinggi adalah 1,4 helai pada konsentrasi 250 ml/ l air. Pemotongan
akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4 MST dengan rataan
tertinggi 2,63 cm pada P1 (15 cm) dan terendah pada P3 (25 cm). Juga
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST dengan
rataan tertinggi masing-masing 1,3 helai pada P1 untuk 4 MST, 7,95 helai pada P3
untuk 8 MST dan 13,3 helai pada P2 untuk 16 MST.Interaksi berpengaruh nyata

terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk.
Kata kunci : stum mata tidur karet, air kelapa, panjang akar

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
DEDI IRAWAN SARI. Response of Growth of stum eye sleep the rubber to
amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut. Guided by IRSAL and
SANGGAM SILITONGA.
Research aim to to know the response of growth of stum eye sleep the
rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut, conducted
[in Foreland countryside Congratulation, Kec. Sunggal, Deli Serdang at January
- April 2011 using random device of factorial group 2 factor that is concentration
irrigate the coconut ( 0 cc / l, 250 cc / l, 500 cc / l and 1000 cc) and length grow
stum on ( 15 cm, 20 cm and 25 cm). Parameter perceived is percentage of eye
melentis in field, long of bydm soriyt, amount of leaf, wet wight of coronet, dry
wight of coronet, wet wight grow on the, dry wight grow on and total wide of leaf.
Result of research indicate that the concentration irrigate the coconut

have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4 MST. With the
giving irrigate the coconut of is amount of highest leaf is 1,4 piece of at
concentration 250 ml/ l irrigate the. Amputation grow on to ride to have an effect
on the reality to length of bydm soriyt 4 MST by rataan is highest 2,63 cm of at P1
( 15 cm) and terendah of at P3 ( 25 cm). Also have an effect on the reality to
parameter of[is amount of leaf 4, 8 and 16 MST by rataan is highest each 1,3
piece of at P1 to 4 MST, 7,95 piece of at P3 to 8 MST and 13,3 piece of at P2 to
16 MST.Intraksi have an effect on the reality to parameter of is amount of leaf 4
wet MST wight and of coronet.
Keyword : stum eye sleep the rubber, irrigate the coconut, long grow on

ii

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Asahan pada tanggal 18 Maret 1988 dari ayah
Supardi dan ibu Mariani. Penulis merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negri 1 Aek Songsongan dan pada

tahun 2007 terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi
kemahasiswaan diantaranya staf kaderisasi BKM Al-mukhlisin FP USU
2007/2008, kepala divisi BOS Himadita Nursery 2008/2009, ketua umum
Himpunan Mahasiswa Aek Songsongan - Bandar Pulau (HIMAB) 2008/2009,
ketua umum Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) USU 2009/2010, sekbid
ekowir Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC IMM) kota
Medan 2010/2011. Sebagai asisten laboratorium Morfologi taksonomi dan
Anatomi tumbuhan 2009/20011. Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di
PT. Bakri Sumatra Plantations kebun Tanah Raja estate, Kisaran, Kab. Asahan
pada bulan Juli hingga Agustus 2010.

iii

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell arg.)
Terhadap Pemotongan Akar Tunggang dan Pemberian Air Kelapa”.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Bapak Ir. Irsal, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan
Bapak Ir. Sanggam Silitonga sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai
dari menetapkan judul, melakukan penelitian sampai pada ujian akhir.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di Program Studi Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian, serta semua rekan mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu
disini yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat.

iv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 2
Hipotesa Penelitian .........................................................................................3
Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Stum Mata Tidur Karet ........................................................................ .......... 4
Air Kelapa ...................................................................................................... 5
Auksin ............................................................................................................. 7
Sitokinin .......................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu ......................................................................................... 10
Bahan dan Alat ............................................................................................ 10
Metode Penelitian ......................................................................................... 10
Parameter yang Diukur .................................................................................. 12
Persentase mata melentis di lapangan ......................................................... 12
Panjang tunas ............................................................................................. 12
Jumlah daun ............................................................................................... 13
Berat basah akar ......................................................................................... 13
Berat kering akar ........................................................................................ 13
Berat basah tajuk ........................................................................................ 13
Berat kering tajuk ....................................................................................... 14
Total luas daun ........................................................................................... 14
Pelaksanaan Penelitian ................................................................................... 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Mata Melentis di Lapangan........................................................... 18
Panjang Tunas ............................................................................................... 20
Jumlah Daun .................................................................................................. 22
Berat Basah Akar ........................................................................................... 24

Universitas Sumatera Utara


Berat kering akar............................................................................................ 25
Berat basah tajuk............................................................................................ 26
Berat kering tajuk .......................................................................................... 27
Total luas daun............................................................................................... 28
Pembahasan ................................................................................................... 30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................. 37
Saran
.................................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 38
LAMPIRAN .................................................................................................. 40

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No.

Hal.

1. Persentase mata melentis di lapangan (%) pada 1, 2, 3 dan 4 MST............. 19
2. Panjang tunas (cm) 4, 8, 12 dan 16 MST...................................................... 21
3. Jumlah daun (helai) 4, 8, 12 dan 16 MST..................................................... 23
4. Bobot basah akar.......................................................................................... 25
5. Bobot kering akar......................................................................................... 25
6. Bobot basah tajuk......................................................................................... 26
7. Bobot kering tajuk........................................................................................ 28
8. Total luas daun.............................................................................................. 29

vii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal.

1. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi
Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap panjang tunas 4MST................... 22
2. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi
Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap jumlah daun 4MST..................... 24
3. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi
Air kelapa dengan berbagai taraf terhadap bobot basah tajuk 4MST............ 27

viii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
No.

Hal

1. Bagan penelitian dan letak tanaman dalam plot .................................

40

2. Jadwal kegiatan ..................................................................................

41

3. Deskripsi karet klon PB 260 ...............................................................

42

4. Data rangkuman pengamatan parammeter ..........................................

43

5. Data persentasemelentis 1 MST .........................................................

44

6. Daftar Sidikragam persentase melentis 1 MST ...................................

44

7. Data persentase melentis 2 MST ........................................................

45

8. Daftar sidikragam persentase melentis 2 MST ....................................

45

9. Data persentase melentis 3 MST ........................................................

46

10. Daftar sidikragam persentase melentis 3 MST ..................................

46

11. Data persentase melentis 4 MST ......................................................

47

12. Daftar sidikragam persentase melentis 4 MST ..................................

47

13. Data panjang tunas 4 MST ...............................................................

48

14. Daftar sidik ragam panjang tunas 4 MST..........................................

48

15. Data panjang tunas 8 MST ...............................................................

49

16. Daftar sidik ragam panjang tunas 8 MST..........................................

49

17. Data panjang tunas 12 MST .............................................................

50

18. Daftar sidik ragam panjang tunas 12 MST ........................................

50

19.Data panjang tunas 16 MST ..............................................................

51

20. Daftar Sidik ragam panjang tunas 16 MST .......................................

51

21. Data jumlah daun 4 MST .................................................................

52

22. Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST ............................................

52

Universitas Sumatera Utara

23. Data jumlah daun 8 MST .................................................................

53

24. Daftar sidik ragam jumlah daun 8 MST ............................................

53

25. Data jumlah daun 12 MST ...............................................................

54

26. daftar sidik ragam jumlah daun 12 MST ...........................................

54

27. Data jumlah daun 16 MST ............................................................... .

55

28. Daftar sidik ragam jumlah daun 16 MST .......................................... .

55

29. Data bobot basah tajuk ..................................................................... .

56

30. Daftar sidik ragam bobot basah tajuk................................................ .

56

31. Data bobot kering tajuk .................................................................... .

57

32. Daftar sidik ragam bobot kering tajuk .............................................. .

57

33. Data bobot basah akar ......................................................................

58

34. Daftar sidik ragam bobot basah akar .................................................

58

35. Data bobot kering akar .....................................................................

59

36. Daftar sidik ragam bobot kering akar................................................

59

37. Data total luas daun ..........................................................................

60

38. Daftar sidik ragam total luas daun ....................................................

60

39.Foto lahan penelitian .........................................................................

61

40.Foto peneliti dan dosen pembimbing di lapanagan.............................

61

41.Foto sampel stum mata tidur karet di lapangan ..................................

62

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
DEDI IRAWAN SARI. Respons pertumbuhan stum mata tidur karet
terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa. Dibimbing oleh
IRSAL dan SANGGAM SILITONGA.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan stum mata
tidur karet terhadap pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa,
dilakukan di desa Tanjung Selamat, Kec. Sunggal, Deli Serdang pada Januari April 2011 menggunakan rancangan acak kelompok faktorial 2 faktor yaitu
konsentrasi air kelapa ( 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 1000 cc) dan panjang akar
stum (15 cm, 20 cm dan 25 cm). Parameter yang diamati adalah persentase mata
melentis di lapangan, panjang tunas, jumlah daun, bobot basah tajuk, bobot kering
tajuk, bobot basah akar, bobot kering akar dan total luas daun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter jumlah daun 4 MST. Dengan pemberian air kelapa
jumlah daun tertinggi adalah 1,4 helai pada konsentrasi 250 ml/ l air. Pemotongan
akar tunggang berpengaruh nyata terhadap panjang tunas 4 MST dengan rataan
tertinggi 2,63 cm pada P1 (15 cm) dan terendah pada P3 (25 cm). Juga
berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun 4, 8 dan 16 MST dengan
rataan tertinggi masing-masing 1,3 helai pada P1 untuk 4 MST, 7,95 helai pada P3
untuk 8 MST dan 13,3 helai pada P2 untuk 16 MST.Interaksi berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan bobot basah tajuk.
Kata kunci : stum mata tidur karet, air kelapa, panjang akar

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
DEDI IRAWAN SARI. Response of Growth of stum eye sleep the rubber to
amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut. Guided by IRSAL and
SANGGAM SILITONGA.
Research aim to to know the response of growth of stum eye sleep the
rubber to amputation grow on to ride and giving irrigate the coconut, conducted
[in Foreland countryside Congratulation, Kec. Sunggal, Deli Serdang at January
- April 2011 using random device of factorial group 2 factor that is concentration
irrigate the coconut ( 0 cc / l, 250 cc / l, 500 cc / l and 1000 cc) and length grow
stum on ( 15 cm, 20 cm and 25 cm). Parameter perceived is percentage of eye
melentis in field, long of bydm soriyt, amount of leaf, wet wight of coronet, dry
wight of coronet, wet wight grow on the, dry wight grow on and total wide of leaf.
Result of research indicate that the concentration irrigate the coconut
have an effect on the reality to parameter of[is amount of leaf 4 MST. With the
giving irrigate the coconut of is amount of highest leaf is 1,4 piece of at
concentration 250 ml/ l irrigate the. Amputation grow on to ride to have an effect
on the reality to length of bydm soriyt 4 MST by rataan is highest 2,63 cm of at P1
( 15 cm) and terendah of at P3 ( 25 cm). Also have an effect on the reality to
parameter of[is amount of leaf 4, 8 and 16 MST by rataan is highest each 1,3
piece of at P1 to 4 MST, 7,95 piece of at P3 to 8 MST and 13,3 piece of at P2 to
16 MST.Intraksi have an effect on the reality to parameter of is amount of leaf 4
wet MST wight and of coronet.
Keyword : stum eye sleep the rubber, irrigate the coconut, long grow on

ii

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi
kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan
barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban
kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet.
Kebutuhan karet alam maupun karet sintetik terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya standar hidup manusia. Kebutuhan karet sintetik relatif lebih
mudah dipenuhi karena sumber bahan baku relatif tersedia walaupun harganya
mahal, akan tetapi karet alam digunakan sebagai bahan baku industri tetapi
diproduksi sebagai komoditi perkebunan. Sejak pertengahan tahun 2002 harga
karet mendekati harga US$ 1.00/kg, dan sampai sekarang ini telah mencapai
US$ 1.90kg untuk harga SIR 20 di SICOM Singapura. Diperkirakan harga akan
mencapai US$ 2.00 pada tahun 2007 dan pada jangka panjang sampai 2020 akan
tetap stabil, dikarenakan permintaan yang terus meningkat terutama dari China,
India, Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi di Asia-Pasifik (Anwar, 2001).
Sehubungan dengan peningkatan kebutuhan karet maka diperlukan
teknologi dalam hal pengelolaan perkebunan karet, salah satunya dengan
pengelolaan bahan tanam karet yang memiliki daya produksi tinggi. Bahan tanam
karet yang dianjurkan adalah bahan tanaman klon yang diperbanyak secara
okulasi. Dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam klon
sangat menguntungkan karena produktivitas tanaman lebih tinggi, masa tanaman
belum menghasilkan lebih cepat, tanaman lebih seragam sehingga produksi pada

Universitas Sumatera Utara

tahun sadap pertama lebih tinggi serta memiliki sifat skunder yang diinginkan
seperti relative tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, responsive terhadap
stimulant dan pupuk, serta volume kayu perpohon tinggi (Siagian, 2005).
Kelebihan bibit stum mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah
diangkut. Sementara itu yang menjadi permasalahan adalah persentase kematian
bibit di lapangan cukup tinggi, hal ini disebabkan perkembangan akar yang tidak
optimal dan pertumbuhan tunas yang terhambat (Setiawan dan agus, 2005).
Untuk meningkatkan perkembangan akar dan pertumbuhan tunas maka
dibutuhkan suatu bahan yang dapat merangsangnya, salah satunya dengan
menggunakan air kelapa. Air kelapa adalah salah satu bahan alami, didalamnya
terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin
sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan
pertumbuhan(Bey, dkk, 2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pemotongan akar tunggang dan pemberian air kelapa
terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan stum
mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) terhadap pemotongan akar
tunggang dan pemberian air kelapa.

Universitas Sumatera Utara

Hipotesis Penelitian
Diduga ada perbedaan respons yang nyata pada pertumbuhan stum mata
tidur karet akibat perbedaan panjang akar dan konsentrasi air kelapa muda serta
interaksi kedua faktor tersebut.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara dan sebagai informasi pembibitan karet.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Stum Mata Tidur Karet
Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi dilahan persemaian dan
dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas
pada posisi 10 cm diatas mata okulasi dengan akar tunggang tunggal atau
bercabang. Akar tunggang tunggal lebih bagus dibandingkan dengan akar
tunggang bercabang, sehingga petani karet biasanya memotong akar tunggang
bercabang yang lebih kecil. Dengan demikian tinggal satu akar tunggang besar
yang panjangnya sekitar 40 cm dan akar lateral yang panjangnya 5 cm
(Setiawan dan Agus, 2005).
Pemotongan akar adalah pemangkasan akar-akar semai dalam bedengan
persemaian untuk membatasi pertumbuhan akar utama yang panjang dan tidak
bercabang. Perenggutan (wrenching) akar menggunakan peralatan sama dengan
pemotongan akar, tetapi mata pisau dimiringkan agar dapat mengangkat atau
merenggut semai pada bedengan persemaian. Pemangkasan akar adalah
memangkas sistem akar dengan standar panjang tertentu, sesudah semai dicabut
dan dipilih sebelum disimpan atau ditanam (Daniel, dkk, 1995).
Setelah tunggul okulasi dibongkar (bukan dicabut, agar akar tidak banyak
yang putus) dari pembibitan, akar tunggang dipangkas hingga tertinggal 25-30
cm, akar-akar lateral dipangkas lebih pendek yang tinggal 5-10 cm, kemudian
dipindahkan kedalam kantong plastik (Sianturi, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Air Kelapa
Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu
pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman
karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme
dan mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium
(kalium) hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula
antara 1,7 sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara
lain natrium (Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu),
fosfor (P) dan sulfur (S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung
berbagai macam vitamin seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal,
asam folat, niakin, riboflavin, dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu
auksin

dan

sitokinin

sebagai

pendukung

pertumbuhan

tanaman

(http://mindforum.com, 2010).
Didalam air kelapa muda terdapat kandungan beberapa zat diantaranya
adalah asam nikotinik 0,64 mg/ l, asam pantotenik 0,52 mg/ l, biotin 0,02 mg/ l,
riboflavin 0,01 mg/ l, asam folik 0,003 mg/ l, sedikit thiamin dan pyridoxin,
auksin 0,07 mg/ l, 1,3-dipenilurea 5,8 mg/ l,sorbitol 15 mg/ l, m-inositol
0,01 mg/ l, scyllo-inositol 0,05 mg/ l, kalium 312 mg/ 100 g, klor 183 mg/ 100 g,
sodium 105 mg/ 100 g, posfor 37 mg/ 100 g, magnesium 30 mg/ 100 g, sulfur
24 mg/ 100 g, tembaga 0,1 mg/ 100 g dan copper 0,04/ 100 g (Yong, dkk, 2009).
Diperkirakan bahwa dalam air kelapa mengandung zeatin yang diketahui
termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin bersama dengan auksin
mempunyai

peranan

penting

untuk

kemampuan

mendorong

terjadinya

Universitas Sumatera Utara

pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk
dan pertumbuhan akar. Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel
tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).
Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa
dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek
tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas
terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa.
Bobot kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum
60,61%. Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada
variabel jumlah akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan
bobot kering tunas. Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat
meningkatkan panjang akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan
bobot kering tunas.
Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa
terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama
perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan
akarnya adalah 12 jam.
Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan
perbedaan tingkat kemasakan buah. Sebagai tambahan, asam sikimik dan quinon
juga ditemukan dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya.
Jumlah maksimum terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang
muda (Majeed, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Auksin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu
proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi
pemanjangan sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin
aktif dalam konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi
auksin: untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan

aksis

longitudinal

tanaman,

gunanya

untuk

merangsang

pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk
merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan
dalam

persiapan

tanaman

hortikultura

komersial

terutama

untuk

akar

(Dewi, 2008).
Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal.
Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping.
Selain

itu

juga dapat

memacu perkembangan akar

liar pada batang

(Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas
samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk
menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh
auksin pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran
sel-sel aka (Salisbury dan Ross, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Sitokinin
Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar
lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu
utama. Meskipun menghambat pemuluran akar primer, sitokinin sangat
meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin
dari kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ,
menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu
perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan
kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks
yaitu tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola
pertumbuhan ini merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan
perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk,
sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian
bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang
letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan
tunas-tunas cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar
yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar)
biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan dengan tunas aksilar yang
terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini menunjukkan ratio sitokinin
terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan. Interaksi
antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara tumbuhan

Universitas Sumatera Utara

dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang
banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
konsentrasi sitokinin ini akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang
dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di
antara ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).
Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu tergantung pada jumlah
absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya
dibandingkan

dengan

hormon

lainnya.

Keseimbangan

hormon,

dapat

mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon
secara mandiri. Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang
fungsi hormon. Sitokinin secara mandiri tidak mempunyai efek. Akan tetapi,
apabila sitokinin itu ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat
membelah (Wilkins, 1992).

Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan desa Tanjung Selamat, Kecamatan
Sunggal, Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat
± 250 m diatas permukaan laut, mulai bulan Januari sampai April 2011.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah stum mata tidur karet (klon: PB 260), air
kelapa , polibek ukuran 18 cm x 40 cm, air, top soil dan pupuk kompos .
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, ember, meteran, timbangan
analitik, oven, Leaf Area Meter, cangkul, gembor dan pisau.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2
faktor perlakuan, yaitu :
Faktor I : Pemotongan akar tunggang yang terdiri dari 3 taraf yaitu :
P1 = 15 cm dari leher akar
P2 = 20 cm dari leher akar
P3 = 25 cm dari leher akar
Faktor II: Konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 4 taraf yaitu:
K0= 0

ml /l air

K1= 250 ml /l air
K2= 500 ml /l air
K3= 1000 ml

Universitas Sumatera Utara

Jumlah kombinasi perlakuan 12 yaitu:
K0L1

K1L1

K2L1

K3L1

K0L2

K1L2

K2L2

K3L2

K0L3

K1L3

K2L3

K3L3

Jumlah blok

: 3 blok

Jumlah plot

: 36 plot

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Lebar plot

: 100 cm

Panjang plot

: 100 cm

Jumlah tanaman/plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel/plot

: 3 tanaman

Jumlah seluruh sampel

: 108 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 180 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan sidik ragam menggunakan model
linier sebagai berikut:
Yij = µ + τi + αj + ßk + ( αß ) jk + εijk
i= 1,2,3

j=1,2,3,4

k=1,2,3,

Dimana :
Yijk

= hasil pengamatan pada blok ke-i,dengan pemotongan akar tunggang
pada taraf ke-j dan konsentrasi air kelapa pada taraf ke-k

µ

= nilai tengah

τi

= efek dari blok ke-i

αj

= efek dari perlakuan pemotongan akar tunggang taraf ke-j

Universitas Sumatera Utara

ßk

= efek dari perlakuan konsentrasi air kelapa taraf ke-k

( αß ) jk

= efek interaksi pemotongan akar tunggang taraf ke-j dan konsentrasi
air kelapa taraf ke-k pada blok ke-i

εij

= efek galat yang disebabkan faktor konsentrasi air kelapa taraf ke-j
dan faktor panjang akar ke-k pada blok ke-i
Jika perlakuan (pemotongan akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan

interaksi) nyata maka dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test)
pada α = 5% (Steel dan Torrie, 1995).
Parameter yang Diukur
Persentase mata melentis di lapangan (%)
Persentase mata melentis di lapangan dihitung 1-4 MST dengan rumus:
Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul

x 100 %

Jumlah tanaman seluruhnya
Tanda mata melentis adalah mata tunas pada okulasi mengalami
pembengkakan dan mata tunas tersembul keluar dengan permukaan kulit seperti
hendak pecah.
Panjang tunas (cm)
Panjang tunas diukur setiap 4 minggu sekali dimulai dari 4 MST sampai
16 MST. Panjang tunas diukur dari pangkal jendela okulasi sampai titik tumbuh
tanaman tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah daun (helai)
Jumlah daun tunas dihitung setiap 4 minggu sekali dimulai dari 4 MST
sampai 16 MST.
Berat basah akar (g)
Pengukuran berat basah akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah
tanaman berumur 16 MST pada setiap tanaman yang menjadi sampel. Tanaman
dibongkar terlebih dahulu, kemudian dikikis akar-akar halus yang menempel pada
akar utama ( akar tunggang) dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar
tersebut menggunakan air. Setelah itu dikeringanginkan dan ditimbang.
Berat kering akar (g)
Pengukuran berat kering akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah
tanaman berumur 16 MST pada setiap tanaman yang menjadi sampel. Tanaman
dibongkar terlebih dahulu, kemudian dikikis akar-akar halus yang menempel pada
akar utama ( akar tunggang) dan dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar
tersebut menggunakan air. Setelah itu dikering anginkan dan dimasukkan ke
dalam amplop kertas. Berat kering akar didapat setelah pengovenan selama dua
hari atau 48 jam dengan suhu 600C.
Berat basah tajuk (g)
Pengukuran berat basah tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah
tanaman berumur 16 MST pada setiap tanaman yang menjadi sampel. Tajuk
dipotong sampai pertautan okulasi, dibersihkan dan dikeringanginkan lalu
kemudian ditimbang.

Universitas Sumatera Utara

Berat kering tajuk (g)
Pengukuran berat kering tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu
setelah tanaman berumur 16 MST pada tiap sampel tanaman. Tajuk dipotong
sampai pertautan okulasi kemudian dimasukkan ke dalam amplop kertas. Berat
kering tajuk didapat setelah pengovenan selama dua hari atau 48 jam dengan suhu
600C.
Total luas daun (cm2)
Luas daun diukur pada tiap sampel tanaman dan dilakukan pada akhir
penelitian yaitu setelah tanaman berumur 16 MST menggunakan alat Leaf Area
Meter.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan Penelitian
Persiapan lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan
dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran
15,8 m x 5 m, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm dan ukuran plot
1 m x 1 m dan jarak antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah
utara-selatan.
Persiapan media tanam
Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dan kompos
dengan perbandingan 2:1 yang diisi ke dalam polibek dengan ukuran
18 cm x 40 cm.
Pemilihan stum
Stum yang digunakan adalah stum yang berumur 21 hari setelah
pengokulasian. Pemilihan stum dilakukan setelah stum dibongkar dengan
menggunakan cangkul atau pulling jack (dongkrak). Kemudian dilakukan seleksi
dengan kriteria: diameter batang seragam dengan ukuran ± 1,3 cm – 2,6 cm, akar
tunggang lurus dan panjangnya 25-35 cm, akar lateral panjangnya 5-10 cm, akar
tunggang tidak bercabang, tidak berbentuk garpu dan berbonggol, dan tidak
terserang jamur akar putih. Luka pada akar ditutup dengan penutup luka TB 192
dan ujung batang bekas sayatan yang serong dicelup dalam lilin cair. Lalu mata
okulasi masih hidup dan berasal dari mata daun. Stum yang dipilih

mata

okulasinya tidak lebih dari dua kali okulasi.

Universitas Sumatera Utara

Pemotongan akar tunggang stum mata tidur karet
Stum mata tidur yang telah dipilih kemudian dipotong akar tunggangnya
dengan menggunakan pisau tajam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu
P1 15 cm, P2 20 cm dan P3 25 cm.
Perendaman stum dengan air kelapa muda
Air kelapa yang digunakan dalam perendaman stum adalah air kelapa yang
berasal dari kelapa hijau yang muda yang dilarutkan dengan 1 liter
air. Stum okulasi mata tidur pada bagian akarnya direndam dengan larutan air
kelapa sesuai dengan perlakuan masing- masing selama 12 jam, lalu dikering
anginkan selama ± 3 jam.
Penanaman Stum
Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat lubang pada bagian
tengah polibek menggunakan tugal. Selanjutnya stum mata tidur ditanam dengan
mata okulasi menghadap Utara-Selatan agar mata okulasi mendapat sinar matahari
pagi dan sore secara maksimal dan mata yang baru melentis akan terhindar dari
siang yang terik. Penanaman dilakukan secara padat sehingga terhindar dari
rongga-rongga udara. Selesai penanaman dilakukan penyiraman untuk menjamin
pemadatan tanahnya.
Pemeliharaan tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, namun
apabila tanahnya cukup lembab maka penyiraman hanya dilakukan satu kali
dalam sehari.

Universitas Sumatera Utara

Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan
cangkul untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sekali
seminggu.
Penunasan
Penunasan dilakukan terhadap tunas-tunas liar yang tumbuh pada batang
bawah (bukan tunas okulasi) dilaksanakan dengan menggunakan pisau.
Penyiangan dilakukan apabila telah tumbuh tunas liar pada stum. Tujuannya
untuk mempercepat tumbuhnya tunas okulasi.
Pemupukan
Stum dipupuk dengan menggunakan pupuk lengkap NPKMg 15:15:6:4
sebanyak 5 g per polibek pada 1 bulan setelah penanaman, kemudian 10 g per
polibek untuk bulan berikutnya. Pemupukan dilakukan 1 kali sebulan.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil sidik ragam diperoleh bahwa pemotongan akar
tunggang berpengaruh nyata terhadap parameter panjang tunas 4 MST, jumlah
daun 4,8 dan 16 MST dan tidak nyata terhadap parameter persentase mata
melentis dilapangan, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk,
bobot kering akar dan total luas daun. konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah daun 4 MST dan tidak nyata terhadap parameter
persentase mata melentis dilapangan, panjang tunas, berat basah tajuk, berat basah
akar, berat kering tajuk, berat kering akar dan total luas daun. Interaksi antara
pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata
terhadap parameter panjang tunas 4 MST, jumlah daun 4 MST dan bobot basah
tajuk tetapi tidak nyata terhadap parameter persentase mata melentis dilapangan,
bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar dan total luas daun.
Persentase Mata Melentis di Lapangan
Dari tabel 1 sidik ragam persentase mata melentis di lapangan setelah di
transformasi ke arc.sin x yang di karenakan penyebaran data diluar 30 – 70 %
dengan n < 50 (Bangun, 1991), diketahui bahwa konsentrasi air kelapa, panjang
akar maupun interaksi antara panjang akar dengan konsentrasi air kelapa
berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata melentis di lapangan.
Rataan persentase mata melentis dilapangan pada perlakuan pemotongan
akar tunggang dan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 1.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Rataan persentase mata melentis dilapangan pada perlakuan
pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa pada 1, 2, 3 dan 4 MST.
Konsentrasi

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3

Rataan

1 MST
K0
K1
K2
K3

17,46
17,46
20,49
20,49

17,46
20,49
24,72
24,72

20,49
20,49
24,72
27,75

18,98

21,85

23,36

20,49
26,56
28,56
31,97

35,01
27,75
24,72
21,75

23,53
20,49
31,97
30,78

26,90

28,81

26,69

35,01
51,15
42,70
43,08

39,23
43,08
46,92
34,63

31,60
35,82
39,23
38,85

42,98

40,97

36,38

K0
K1
K2
K3

55,63
54,99
63,85
68,07

63,44
72,29
68,07
59,22

51,15
54,99
54,99
50,77

Rataan

66,12

65,76

52,98

Rataan
2 MST
K0
K1
K2
K3
Rataan
3 MST
K0
K1
K2
K3
Rataan
4 MST

18,47
19,48
23,31
24,32

26,34
24,93
28,42
30,17

35,28
43,35
42,95
38,85

56,74
68,07
62,30
59,35

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dengan
rataan tertinggi pada K1 250 cc/l yaitu 68,07 % dan terndah pada 0 cc/l yaitu

Universitas Sumatera Utara

56,74 % , pada perlakuan panjang akar rataan tertinggi pada perlakuan P2 (20 cm)
yakni sebesar 65,76 % dan terendah pada P3 (25 cm) yakni sebesar 52,98 %.
Panjang Tunas
Dari tabel 2 sidik ragam panjang tunas setelah di transformasi ke akar
kuadrat yang dikarenakan terdapat angka nol dalam data perhitungan
(Bangun, 1991), diketahui bahwa pemotongan akar tunggang dan interaksi antara
pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpangaruh nyata pada
panang tunas 4 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang tunas.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Rataan panjang tunas pada perlakuan pemotongan akar tunggang
dan konsentrasi air kelapa pada 4, 8, 12 dan 16 MST.

Konsentrasi

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3

Rataan

4 MST
K0
K1
K2
K3

2,07cde
3,33ab
2,05cde
3,06abc

3,44a
2,76abcd
1,83cde
1,49de

1,10e
1,60e
2,09cde
1,34e

Rataan
8 MST

2,63a

2,38b

1,53c

K0
K1
K2
K3

18,53
22,73
19,94
19,64

25,15
21,79
21,02
22,76

20,40
19,30
21,97
16,77

Rataan

20,21

22,68

19,61

22,81
28,92
23,33
24,86

29,20
25,45
24,13
24,66

22,03
21,60
29,03
18,94

24,98

25,86

22,92

K0
K1
K2
K3

27,11
29,82
27,11
27,73

34,50
29,81
28,38
31,60

29,40
25,48
30,64
25,89

Rataan

27,95

31,07

27,85

2,20
2,57
1,99
1,96

21,36
21,27
20,98
19,72

12 MST

K0
K1
K2
K3
Rataan
16 MST

24,70
25,32
25,50
22,82

30,34
28,37
28,71
28,41

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata
pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuaan pemotongan akar tunggang
dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa
berpengaruh nyata terhadap panjang tunas dengan rataan tertinggi pada perlakuan

Universitas Sumatera Utara

P1 (15 cm) yakni sebesar 2.63 cm dan terendah pada P3 (25 cm) yakni sebesar
1.53 cm.
Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan
konsentrasi air kelapa pada parameter panjang tunas 4 MST.

Gambar 1. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air
kelapa dengan berbagai taraf terhadap panjang tunas 4 MST.
Jumlah Daun
Dari tabel 3 sidik ragam jumlah daun setelah di transformasi ke akar
kuadrat yang dikarenakan terdapat angka nol dalam data perhitungan
(Bangun, 1991), diketahui bahwa konsentrasi air kelapa dan interaksi antara
pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa berpangaruh nyata pada
jumlah daun 4 MST. Sedangkan pemotongan akar tunggang berpengaruh nyata
terhadap panjang tunas 4, 8 dan 16 MST.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Rataan jumlah daun pada perlakuan pemotongan akar tunggang
dan konsentrasi air kelapa pada 4, 8, 12 dan 16 MST.

Konsentrasi

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3

Rataan

4 MST
K0
K1
K2
K3
Rataan
8 MST
K0
K1
K2
K3
Rataan
12 MST
K0
K1
K2
K3

0,89de
1,78ab
1,07bcde
1,41abcd

1,89a
1,45abc
0,71e
0,88e

0,71e
0,96e
0,83e
0,71e

1,30a

1,23ab

0,80c

6,33
6,11
6,44
6,00

7,67
7,44
7,67
7,67

9,34
7,33
8,45
6,67

6,22c

7,61ab

7,95a

9,22
10,22
8,11
8,89

10,78
10,22
9,00
8,00

10,22
8,89
9,89
8,11

9,11

9,50

9,28

K0
K1
K2
K3

11,33
11
11
10,78

14
13
13
13,22

15,56
10,33
12
13,11

Rataan

11,03c

13,30a

12,75ab

Rataan
16 MST

1,18
1,40
0,87
1,00

7,78
6,96
7,52
6,78

10,07
9,78
9,00
8,33

13,63
11,44
12,00
12,37

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata
pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuaan pemotongan akar tunggang
dan interaksi antara pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun dengan rataan tertinggi pada perlakuan
P2 (20 cm) yakni sebesar 13.30 helai dan terendah pada P1 (15 cm) yakni sebesar
11.03 helai.
Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan
konsentrasi air kelapa pada parameter jumlah daun 4 MST.

Gambar 2. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air
kelapa dengan berbagai taraf terhadap jumlah daun 4 MST.
Bobot Basah Akar
Dari tabel 4 sidik ragam bobot basah akar diketahui bahwa pemotongan
akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar
tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
basah akar.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Rataan bobot basah akar pada perlakuan pemotongan akar
tunggang dan konsentrasi air kelapa.

K0
K1
K2
K3

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3
6,38
8,49
6,26
9,84
8,23
6,74
7,19
7,38
9,63
6,49
6,03
7,08

Rataan

7,48

Konsentrasi

7,53

Rataan
7,04
8,27
8,07
6,53

7,43

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa bobot basah akar tertinggi pada perlakuan
K1 (250 cc/l) yaitu 8,27 gr dan pada panjang akar P2 (20 cm) yaitu 7,53 gr.
Bobot Kering Akar
Dari tabel 5 sidik ragam bobot kering akar diketahui bahwa pemotongan
akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar
tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering akar.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan bobot kering akar pada perlakuan pemotongan akar
tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi
K0
K1
K2
K3
Rataan

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3
1,68
2,33
1,75
2,41
1,93
1,66
1,52
1,85
1,96
1,63
1,66
1,72
1,81

1,94

Rataan
1,92
2,00
1,78
1,67

1,77

Universitas Sumatera Utara

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa bobot kering akar tertinggi pada perlakuan
K1 (250 cc/l) yaitu 2,00 gr dan pada panjang akar P2 (20 cm) yaitu 1,94 gr.
Bobot Basah Tajuk
Dari tabel 6 sidik ragam bobot basah tajuk diketahui bahwa pemotongan
akar tunggang dan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata sedangkan
interaksi antara pemotongan akar tunggang dengan konsentrasi air kelapa
berpengaruh nyata terhadap bobot basah tajuk.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan bobot basah tajuk pada perlakuan pemotongan akar
tunggang dan konsentrasi air kelapa.

Konsentrasi
K0
K1
K2
K3
Rataan

Pemotongan Akar Tunggang
P1
P2
P3
10,27bc 17,06ab 22,03a
14,32bc 16,45abc 9,81c
11,60bc 11,22bc 15,09bc
12,93bc 15,26bc 13,87bc
12,28

15,00

Rataan
16,45
13,52
12,64
14,02

15,20

Keterangan : huruf yang sama pada satu baris menunjukkan angka tersebut tidak berbeda nyata
pada taraf α = 0,05 (atau 5 %)

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa bobot basah tajuk tertinggi pada perlakuan
K0 (100 persen air) yaitu 16,45 gr dan pada panjang akar P3 (25 cm) yaitu
15,20 gr.

Universitas Sumatera Utara

Grafik interaksi antara perlakuan pemotongan akar tunggang dengan
konsentrasi air kelapa pada parameter bobot basah tajuk.

Gambar 5. Hubungan interaksi pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air
kelapa pada bobot basah tajuk.

Bobot Kering Tajuk
Dari tabel 7 sidik ragam bobot kering tajuk diketahui bahwa pemotongan
akar tunggang, konsentrasi air kelapa dan interaksi antara pemotongan akar
tunggang dengan konsentrasi air kelapa berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering tajuk.
Rataan perlakuan pemotongan akar tunggang dan konsentrasi air kelapa
dapat dilihat pada tabel 7.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 7. Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan pemotongan akar
tunggang dan konsentrasi air kelapa.

K0
K1
K2
K3

Pemotongan akar tunggang
P1
P2
P3
5,31
7,67
8

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

0 56 87

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama Penyimpanan Pada Kertas Koran

4 42 115

Tanggap Pertumbuhan Dan Serapan Hara Bibit Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Asal Stump Mata Tidur Terhadap Ketersediaan Air Tanah

0 43 107

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

0 0 26

RESPONS PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK ORGANIK CAIR

0 0 16