Siklus Manajemen Risiko Manajemen Risiko 1. Definisi Manajemen Risiko

a. Risiko jaminan Risiko jaminan terkait dengan kejelasan status hukum jaminan, fluktuasi nilai likuidasi jaminan, dan kemudahan eksekusi. b. Risiko jaminan pihak ketiga Risiko ini berbentuk kepercayaan kepada seseorang sehingga sulit untuk dieksekusi. c. Risiko hukum Risiko hukum berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan mengubah kontrak dan status pinjaman. 2.4. Manajemen Risiko 2.4.1. Definisi Manajemen Risiko Menutut Kountur 2004, manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko. Proses manajemen risiko dimulai dengan mengidentifikasi, mengukur, dan menangani risiko- risiko yang dihadapi perusahaan.

2.4.2. Siklus Manajemen Risiko

Menurut Djohanputro 2006, siklus manajemen risiko terdiri dari lima tahap sesuai dengan gambar 3. Pengawasan dan pengendalian risiko Evaluasi pihak berkepentingan Pengukuran risiko Pemetaan risiko Model pengelolaan risiko Identifikasi risiko Keterangan: Hubungan langsung Hubungan tidak langsung Gambar 3. Siklus manajemen risiko Djohanputro, 2006 Tahap 1. Identifikasi Risiko Pada tahap ini, mengidentifikasi apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Langkah pertama dalam proses identifikasi risiko adalah dengan melakukan analisis pihak berkepentingan stakeholders. Langkah kedua dapat menggunakan 7S dari McKenzie, yaitu shared value, strategy, structure, staff, skills, system, dan style. Tahap 2. Pengukuran Risiko Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Tahap 3. Pemetaan Risiko Pemetaan risiko bertujuan untuk menetapkan prioritas risiko berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan, dengan memilih-milih risiko yang mampu memberi kontribusi positif dan risiko yang merusak nilai perusahaan bila dikelola. Tahap 4. Model Pengolahan Risiko Model pengelolaan risiko yang dapat diterapkan perusahaan berupa pengelolaan risiko secara konvensional, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan. Tahap 5. Monitor dan Pengendalian 2.5. Metode Pengukuran Risiko Kredit Menurur Komar 2006, ada tiga model pengukuran risiko kredit dari Basel II, , yaitu: 1. The Basic Standardized Model Metode Standardized Approach ditetapkan oleh Bank of International Settlements BIS. Pada Standardized Approach , bobot risiko didasarkan pada external rating yang dikeluarkan oleh rating agencies sesuai kategori kemampuan debitur, ukuran badan usaha, jenis kredit, bank risk, dan country risk. Metode ini termasuk metode dasar dalam penghitungan risiko, sehingga akan baik bila digunakan dalam penghitungan risiko kredit mikro. Tujuan metode ini adalah untuk menghitung cadangan modal capital requirement yang dibutuhkan oleh bank dan yang sebaiknya disisihkan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya kerugian akibat timbulnya risiko kredit. Input data yang dibutuhkan dalam Standardized Approach adalah jumlah pinjaman outstanding, risk weight yang sesuai dengan karakter pinjaman, dan capital ratio yang merupakan rasio untuk menentukan jumlah cadangan modal yang sebaiknya disisihkan oleh bank. 2. The Internal Rating Based IRB Model Foundation Approach Data-data yang dibutuhkan dalam IRB ada empat, yaitu Probability Of Default, Loss Given Default, Exposure At Default, dan facility’s Remaining Maturity. Analisis internal risiko kredit terdiri dari beberapa model, yaitu: a. Financial Models, terdiri dari The RiskMetric Group’s dan KMV’s Portofolio Manager yang mengacu pada analisis terhadap struktur madal. Analisis pada metode ini berdasarkan pada kemungkinan tingkat kegagalan debitur peminjam yang ditinjau dari nilai asset. Metode ini digunakan untuk menganalisis nilai foreign currency swaps dan option pricing. b. Econometric Model, yaitu McKinsey and Company’s CreditPortofolioView yang mengukur tingkat kegagalan default rate untuk debitur individu atau kelompok dengan memperhitungkan perilaku variable makroekonomi. c. Actuarial Model, yaitu CreditRisk+ Model. Metode ini diperkenalkan oleh Credit Suisse First Boston pada akhir tahun 1997. Ide dasar dari CreditRisk+ berawal dari literatur asuransi terutama asuransi kebakaran, di mana jumlah kerugian yang diderita oleh asuransi kebakaran ditentukan oleh dua faktor, yaitu probabilitas rumah yang akan terbakar frequency of event dan nilai dari rumah yang terbakar severity of loss. Ide ini bisa diterapkan untuk menghitung risiko kredit, di mana distribusi kerugian dari portofolio kredit dicerminkan oleh frekuensi dari default kredit dan nilai dari kredit yang gagal severity of loan losses. CreditRisk+ berasumsi bahwa probability of default dari pinjaman individual adalah random dan korelasi antar default pada beberapa pinjaman adalah nol, artinya probability dari pinjaman individual adalah independen. Asumsi ini membuat distribusi dari default probability dari portofolio pinjaman menyerupai distribusi poisson. Data- data yang dibutuhkan dalam metode ini adalah eksposur, probabolity default, dan recovery rates. 3. The Advanced IRB Model 2.6. Kredit Umum Pedesaan Kupedes 2.6.1. Pengertian Kupedes