Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia memiliki aneka warna etnik atau suku bangsa yang tersebar diseluruh wilayah Nusantara. Setiap suku bangsa memiliki budaya masing-masing sebagai ciri khas yang membedakannya dari suku-suku bangsa lain salah satunya adalah bahasa. Setiap daerah memiliki bahasa daerah masing- masing. Begitu juga dengan suku Batak Toba yang memiliki bahasa daerah dan memiliki dialek bahasa Batak Toba. Menurut Koentjaraningrat 1996: 80-81 ada tujuh unsur-unsur kebudayaan secara universal. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan tehnologi, sistem mata pencaharian hidup, religi, dan kesenian. Berdasarkan ketujuh unsur kebudayaan tersebut, bahasa merupakan salah satu bagiannya. Kebudayaan juga dipahami dari proses penamaan naming process, sebuah proses penggunaan bahasa yang paling awal dalam kehidupan manusia. Ada dua macam proses penamaan, yakni common naming atau proses penamaan untuk benda-benda umum sehingga membentuk kata-kata benda umum common nouns dan proper naming atau proses penamaan untuk nama-nama diri sehingga membentuk kata benda nama diri Proper nouns. Proper naming lebih berhubungan dengan kajian budaya yang akan diteliti Sibarani dalam Fasya, 2006: 6 . Universitas Sumatera Utara 2 Menurut Sibarani 2004: 109 dalam budaya Batak Toba terdapat lima jenis nama yaitu: 1. Pranama, yaitu julikan yang diberikan kepada si anak sebelum dia diberi nama-sebenarnya. Anak laki-laki dengan sendirinya diberi nama si unsok dan anak perempuan diberi nama si butet. 2. Goar sihadakdanahon “nama sebenarnyasejak lahir”. Yaitu nama yang diberikan oleh orang tua kepada si anak sejak kecil seperti Bonar,Togi, Parulian. 3. Panggoaran” teknonim atau nama dari anakcucu sulung”, yaitu nama tambahan yang diberikan masyarakat secara langsung kepada orang tua dengan memanggil nama anak atau cucu sulungnya. 4. Goar-goar”, yaitu nama tambahan yang diberikan orang banyak kepada seseorang yang memiliki pekerjaan, keistimewaan, tabiat atau sifat tertentu. 5. Marga”nama keluargakerabat”, yaitu nama yang diberikan kepada seseorang dengan otomatis berdasarkan kekerabatan yang unilinear atau garis keturunan geneologis secara patrilineal dari satu nenek moyang. Seorang anak diperkenalkan kepada anggota masyarakat dengan cara memberikan nama kepada anak tersebut. Pemberian nama kepada seorang anak biasanya ketika ia masih bayi. Akan tetapi pada umumnya, pasangan suami-istri berembuk membuat nama bayi mereka. Mereka kadang-kadang sudah mempersiapkan nama anak mereka ketika si anak masih dalam kandungan. Universitas Sumatera Utara 3 Dalam tulisan ini akan membahas dan memfokuskan mengenai Goar sihadakdanahon. Yaitu nama sebenarnya yang sejak lahir yaitu nama yang diberikan oleh orang tua kepada sianak sejak kecil. Inilah yang disebut dengan propper name’ nama pribadi”. Masyarakat Batak Toba memiliki nama yang unik, karena nama-nama mereka diambil dari bahasa daerah Batak. Akan tetapi dengan semakin majunya zaman dan tehnologi maka dampaknya pun terlihat pada pemgambilan nama. Nama-nama yang dipakai pun semakin beragam. Banyak nama yang diambil dari orang-orang yang terkenal ada nama yang diambil dari nama arti dan bintang film. Menurut Sibarani proses penamaan sangat berhubungan dengan kebudayaan, baik yang menyangkut identitas orang-orang pemilik nama itu atau pun kebiasaan kelompok masyarakat dalam pemberian nama dalam Fasya, 2006: 7. Setiap masyarakat mempunyai kekhasan misalnya bila melihat nama suku sunda: Suparna Djaka Neneng, Eep Saifullah dll. Suku Batak Toba: Togap, Togar,Tiur dll. Benarkah pernyataan William Shakespeare yang berbunyi What is in a name?“apalah arti sebuah nama?”nama yang dikaji adalah nama orang. Pernyataan tesebut dapat disetujui atau tidak disetujui. Mungkin benar, siapa pun nama presiden pertama Republik Indonesia, sosoknya tetap sosok “Soekarno.” Namun, ditinjau dari pemberian nama, pada umumnya, pemilihan nama tidak dilakukan sembarang. Misalnya, seseorang diberi nama Sugiharto dengan harapan kelak ia kaya raya sesuai dengan makna namanya. Apa pun alasannya, pemilihan sebuah nama pasti tidak sembarang. Demikian pula halnya dengan penggantian nama. Cukup banyak artis mengganti atau diminta mengganti namanya agar Universitas Sumatera Utara 4 sesuai dengan dunia komersial, seperti Roy Wicaksono menjadi Roy Martin, Cucu Suryaningsih menjadi Evie Tamala, Marjolein Tambayong menjadi Rima Melati, Sudarwati menjadi Titik Puspa, Wahyu Setyaning Budi menjadi Yuni Shara http:www.fih.ui.ac.idindex1.php=viewctnews=75 Masyarakat primitif bangsa di Australia, Amerika dan Afrika, memiliki adat dan kebiasaan yang membedakan sukunya dari suku yang lain yaitu dari segi pemberian nama. Mereka memberikan dan memiliki nama yang sama dengan binatang contoh, dengan singa dan beruang. Nama yang mereka ambil dari nama binatang, itu untuk menyatakan bahwa masyarakat primitif tersebut mempunyai pengharapan untuk memiliki sifat yang sama seperti nama binatang yang mereka sandang. Harapan-harapan yang mereka inginkan, misalnya punya keberanian dan memiliki kekuatan, seperti yang dimiliki oleh binatang tersebut. Anak-anak dari keturunan mereka, yang dipanggil dengan sebutan nama beruang atau singa, secara alamiah, mereka tidak merasa akan pernah merasa namanya jelek dan bahkan mereka merasa malu, mereka akan mengagnggap nama ini sebagai nama leluhur mereka Andrew Lang dalam Freud, 2001: 179 Di kalangan masyarakat tertentu, nama bukanlah hanya sekedar mempunyai nilai yang praktis. Akan tetapi nama itu mempunyai nilai magis dan ritual. Seperti halnya dengan masyarakat Batak Toba, sebagai suku yang akan diteliti, sebuah nama tidak hanya berfungsi sebagai panggilan saja, tetapi di dalam nama terkandung suatu maksud, suatu makna, tersimpan suatu harapan, suatu cita- cita yang diharapkan kelak dapat dicapai oleh anak. Selain itu, di dalam suatu nama, tersimpan sejuta kenangan terhadap suatu peristiwa, atau kejadian yang pernah dialami oleh orang tuanya.. Universitas Sumatera Utara 5 Pemberian nama sudah merupakan mitos pada suatu masyarakat karena mereka yakin bahwa nama mempunyai makna dan maksud tertentu selain hanya untuk menyebutkan. Dan beberapa masyarakat hal ini masih terjadi, masih meyakini bahwa si anak itu tidak memperoleh kehidupan sesuai dengan makna dan maksud namannya karena jiwanya tidak sanggup menerima dan memikul nama besar yang diberikan kepadanya, hal ini termasuk mitos pengukuhan. Masyarakat yakin bahwa nama bermakna dalam. Jika kehidupan si anak kelak sesuai dengan yang di harapkan orang tua pemberi nama itu, maka mereka semakin yakin bahwa nama si anak itu membawa suatu kebenaran. Dalam hal ini terjadi mitos pengukuhan myth of concern. Akan tetapi, bilamana kehidupan si anak dikemudian hari tidak sesuai dengan yang diharapkan orang tua pemberi nama itu atau tidak sesuai dengan makna namanya dalam bahasanya. Maka mereka sebagian yakin bahwa nama tidak berpengaruh apa-apa terhadap kehidupan kelak. Disini sudah terjadi mitos baru yakni mitos pembebasan myth of Freedom Sibarani dan Guntur, 1993: 9. Bermacam ragam tata cara yang dilaksanakan untuk memberi nama ini. Setiap daerah memiliki kebiasaan dan tradisi tertentu. Ada yang menyelenggarakan upacara secara besar-besaran dan ada pula yang hanya dengan upacara sederhana. Bahkan, ada yang tanpa upacara sama sekali, begitu anak lahir langsung diberi nama oleh orang tuanya.Orang Batak Toba pada mengenal suatu konsep yang bernama Dalihan Na Tolu, yaitu kelompok kekerabatan yang merupakan sistem sosial yang erat. Unsur-unsurnya ada tiga ialah Hula-hula marga pemberi istri unsur Boru marga penerima istri dan unsur Dongan Sabutuha semarga atau seperut artinya marga sendiri. Kebermaknaan sebuah Universitas Sumatera Utara 6 nama tergantung kepada orang tua yang memberikan dan menyandang nama tersebut. Namun, dibelakang nama yang diberikan terkandung suatu maksud, suatu makna. Inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian, dimana penulis merasa tertarik untuk meneliti nama-nama pada masyarakat Batak Toba.

1.2 Ruang Lingkup Masalah