Karakterisasi dan Uji Aktivitas Selulotik Kapang Endofit Makroalga (Sargassum sp, Gracilaria sp, Caulerpa sp dan Gelidium sp) di Habitat Lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS SELULOTIK
KAPANG ENDOFIT MAKROALGA (Sargassum sp, Gracilaria
sp, Caulerpa sp dan Gelidium sp) DI HABITAT LAMUN
PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU

AMI SHAUMI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PERLIMPAHAN HAK CIPTA
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi dan Uji Aktivitas
Selulotik Kapang Endofit Makroalga (Sargassum Sp, Gracilaria Sp, Caulerpa Sp
dan Gelidium Sp) di Habitat Lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Ami Shaumi
NIM C54090051

ABSTRAK
AMI SHAUMI. Karakterisasi dan Uji Aktivitas Kapang Endofit Makroalga
(Sargassum sp, Gracilaria sp, Caulerpa sp dan Gelidium sp) di Habitat Lamun
Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh MUJIZAT KAWAROE dan
ADRIANI SUNUDDIN.
Makroalga merupakan salah satu sumber bahan baku energi untuk
bioetanol yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai energi alternatif
yang bersifat terbarukan. Bioetanol merupakan produk fermentasi karbohidrat
yang memerlukan kapang untuk menghasilkan enzim perombak selulosa
kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui keanekaragaman kapang endofit yang berasosiasi dengan makroalga
yang hidup di habitat lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu, serta mengukur
aktivitas selulotik kapang endofit tersebut. Sebanyak 21 isolat kapang telah
diisolasi dari empat jenis makroalga, diantaranya Sargassum sp, Caulerpa sp,
Gracilaria sp dan Gelidium sp. Kapang tersebut diisolasi pada media CMC
(Carboxy Methyl Cellulose), pewarnaan congo red, dan untuk perhitungan
aktivitas enzim menggunakan metode Milles. Nilai indeks selulotik tertinggi
diperoleh dari Aspergillus westerdijkial isolat dari Caulerpa sp (PCLAR 6).
Aktivitas selulase untuk Aspergillus versicolor dan Aspergilus sydowii optimum
pada hari ke-2 sedangkan Penicillium citrinum dan Aspergillus westerdijkial
optimum pada hari ke-1. Aspergillus versicolor dan Aspergillus sydowii
menunjukan aktivitas selulotik optimum pada pH phospfat 7 dan suhu 40 0C .
Kata kunci: kapang, enzim selulase, aktivitas selulotik, makroalga

ABSTRACT
AMI SHAUMI.Characterization and Test Cellulolytic Activity of Endophyte
Molds Associted with Macroalgae (Sargassum sp, Gracilaria sp, Caulerpa sp dan
Gelidium sp) in Seagrass Habitats of Pari Island, Kepulauan Seribu. Under
direction of by MUJIZAT KAWAROE and ADRIANI SUNUDDIN.
Macroalgae is one source of raw materials for bioethanol which has good

potency to be developed as renewable energy. Bioethanol is a fermented product
of carbohydrates that requires molds to produce enzym in breaking down complex
cellulose into more simple form. The aims of this research were (1) to explore
diversity endophytic molds associated with macroalgae living in seagrass habitats
of Pari Island, Kepulauan Seribu ; (2) to measure cellulolytic activity of
endophytic molds. A total of 21 isolates molds were isolated from four species of
macroalgae, namely Sargassum sp, Gracilaria sp, Caulerpa sp, and Gelidium sp.
Molds were isolated using CMC (Carboxy Methyl Cellulose) media, stained using
red congo, and enzymatic activities were measured according to Milles method.
The highest value of cellulolytic index was observed for Aspergillus westerdijkial
isolated from Caulerpa sp (PCLAR 6). Cellulolytic activity of Aspergillus
versicolor and Aspergillus sydowii showed optimum performance on day-2,
Penicillium citrinum and Aspergillus westerdijkial was on day-1. Cellulolytic
enzym showed optimum activity under pH phosphate 7 and temperature of 40 0C.
Key words: molds, cellulase enzym, cellulolytic activity, macroalgae

KARAKTERISASI DAN UJI AKTIVITAS SELULOTIK
KAPANG ENDOFIT MAKROALGA(Sargassum sp, Gracilaria
sp, Caulerpa sp dan Gelidium sp) DI HABITAT LAMUN
PULAU PARI, KEPULAUAN SERIBU


AMI SHAUMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Karakterisasi dan Uji Aktivitas Selulotik Kapang Endofit
Makroalga (Sargassum sp, Gracilaria sp, Caulerpa sp dan
Gelidium sp) di Habitat Lamun Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Nama
: Ami Shaumi

NIM
: C54090051

Disetujui oleh

Dr. Ir. Mujizat Kawaroe, M.Si
Pembimbing I

Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul berjudul Karakterisasi
dan Uji Aktivitas Selulotik Kapang Endofit Makroalga (Sargassum Sp, Gracilaria
Sp, Caulerpa Sp dan Gelidium Sp) di Habitat Lamun Pulau Pari, Kepulauan
Seribu dapat diselesaikan. Skripsi disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada :
1. Ibu Dr Ir Mujizat Kawaroe, M.Si dan Ibu Adriani Sunuddin, S.Pi, M.Si,
selaku pembimbing
2. Ibu, Ayah, Mia serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya,
3. Mba Indah dari Labolatorium Surfactant and Bioenergy Reseacrh Center
4. Kak Afny, Bertoka dan Krisye atas bantuannya selama proses penelitian
5. Crazier ITK 46 dan penghuni Asrama Putri Darmaga atas semangat dan
dukungannya dalam menyelesaikan penelitian ini
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa depan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2014

Ami Shaumi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Lokasi Penelitian

2

Bahan

2


Alat

2

Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Spesies Kapang Endofit rumput Laut

5

Aktivitas Selulase Kualitatif Isolat Kapang

6


Waktu Optimum Produksi Enzim Selulase

7

Karakteristik Enzim Selulase

10

SIMPULAN DAN SARAN

11

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14


DAFTAR TABEL
1 Jenis kapang endofit makroalga

6

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Kurva standar glukosa
Nilai indeks selulotik kapang
Pertumbuhan isolat kapang
Kurva aktivitas enzim selulase
Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim selulase
Pengaruh suhu terhadap aktivitas selulase

4
7
8
9
11
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nilai indeks selulotik kapang
Aktivitas selulase kapang
Kurva standar glukosa
Komposisi media CMC 1 % dalam 1 liter air laut
Komposisi reagen DNS
Nilai laju pertumbuhan kapang
Nilai aktivitas enzim selulase
Nilai aktivitas enzim pH optimum
Nilai aktivitas enzim suhu optimum

14
15
17
17
18
18
18
19
19

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lamun merupakan suatu habitat yang memiliki keanekaragaman hayati
yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya organisme laut yang
berasosiasi di habitat lamun. Habitat lamun memberikan tempat hidup dan tempat
berlindung untuk sejumlah organisme laut tersebut. Salah satu organisme laut
yang hidup di habitat lamun adalah makroalga (rumput laut). Makroalga termasuk
salah satu sumberdaya hayati laut yang banyak terdapat diperairan Indonesia.
Makroalga memiliki potensi besar untuk dikembangkan, karena memiliki peranan
penting baik dari segi ekologis maupun ekonomis. Saat ini makroalga dapat
digunakan sebagai sumber bahan baku energi atau bahan baku bioetanol.
Bioetanol merupakan salah satu pengembangan energi alternatif yang bersifat
terbarukan. Bioetanol memiliki efisiensi energi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan minyak bumi. Selain itu bioetanol juga bersifat lebih ramah lingkungan.
Bioetanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang
mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa). Selulosa merupakan
polisakarida melimpah di bumi yang dapat diubah menjadi glukosa dengan cara
hidrolisis (Xin et al. 2010). Selulosa adalah komponen utama penyusun dinding
sel tumbuhan dan merupakan biopolimer yang jumlahnya paling melimpah di
alam (Perez et al. 2002). Selulosa di alam biasa didegradasi oleh serangga, cacing
tanah, cendawan dan bakteri. Kapang merupakan dekomposer selulosa yang
umum ditemukan. Kapang yang mampu menguraikan selulosa berasal dari
kelompok Ascomycota, Basidiomycota, Zigomycota, dan Deuteromycota (MooreLandecker 1996). Kapang mendegradasi selulosa menjadi monomernya dengan
memproduksi enzim ekstraselular yaitu selulase (Saczi et al. 1986; Ling Lin et al.
2002; Perez et al. 2002).
Enzim selulase mampu menghidrolis selulosa menjadi gula sederhana atau
glukosa serta dapat digunakan pada proses pembuatan bioetanol. Produksi
bioetanol memerlukan glukosa sebagai substrat fermentasi. Sumber glukosa yang
paling murah adalah dari pemecahan selulosa. Selulosa yang tersedia berlimpah di
alam sangat potensial dipakai sebagai bahan baku untuk produksi etanol. Selulosa
di hidrolisis menjadi monosakrida, disakarida dan oligosakarida dengan
menggunakan cara kiawi dan hayati. Hidrolisis dengan cara kimiawi dengan
menggunakan asam kuat sedangkan dengan cara hayati dapat menggunkan enzim
murni atau mikroorganisme penghasil enzim selulase (Hardjo et al. 1989).
Selama ini proses hidrolisis yang dilakukan untuk merubah bahan baku bioethanol
menjadi gula sederhana dilakukan secara asam, namun hidrolisis dengan
menggunakan asam memiliki beberapa kekurangan diantaranya biaya yang
dikeluarkan relatif mahal, monosakarida yang dihasilkan rendah, proses yang
dilakukan cukup panjang, dan penangan limbah asam yang tidak mudah (Hardjo
et al. 1989) . Di Indonesia, pemanfaatan selulosa dan enzim selulase sebagai salah
satu sumber energi terbarukan baru pada tahap penelitian. Potensinya yang cukup
besar mendorong pemanfaatan selulosa dan enzim selulase sebagai salah satu
sumber energi terbarukan perlu dikembangkan lebih lanjut.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1.Mengetahui beberapa jenis kapang yang ada dari beberapa makroalga
2.Mengetahui kemampuan aktivitas selulotik dari kapang-kapang tersebut secara
kualitatif dan kuantitatif.
3.Mengetahui karakteristik enzim yang optimal untuk menghidrolisis selulase

METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 hingga Januari 2014,
bertempat di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Laboratorium Surfactant and
Bioenergy Reseacrh Center (SBRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor dan Laboratory Marine
Bioprospecting, Departemen ITK, FPIK-IPB.
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah air laut steril, makroalga,
media Potato Dextrose Agar (PDA), Media CMC 1 %, Alkohol, Congo red 0.1 %,
isolat kapang, reagen DNS (Dinistrosalisilat).
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cutter/pisau, tabung
erlemeyer, pinset streril, cawan petri, jarum ose, autoklaf, inkubator, penanggas
goyang, sentifuge, spektrofotometer, shaker, water bath, laminar airflow, vortexs
dan peralatan umum di laboratorium SBRC.
Prosedur Penelitian
Isolasi Kapang
Pengisolasian kapang yang terdapat pada makroalga dilakukan dengan
tahapan kerja sebagai berikut: Sampel makroalga dicuci dengan menggunakan air
laut steril, kemudian dipotong-potong berukuran 1 cm X 1 cm. Selanjutnya
sampel diletakkan di atas cawan petri yang berisi media Potato Dextrose Agar
(PDA) Chloramphenicol. Kapang selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama
3-7 hari.
Pemurnian dan Identifikasi Kapang
Koloni kapang yang tumbuh selama proses isolasi, dimurnikan dengan
teknik propagasi koloni yaitu memotong dan mentransfer secara aseptik sebagian
miselium kapang ke dalam media kultur baru. Isolat fungi yang tumbuh pada
media PDA Chloramphenicol dipilih dan ditransfer ke dalam cawan petri baru
berisi media PDA Chloramphenicol. Koloni selanjutnya diinkubasi pada suhu
ruang selama 3-7 hari hingga bersporulasi. Koloni yang telah murni dan tumbuh

3
baik selanjutnya dipilih dan ditanam kembali dalam cawan petri baru sebanyak
dua kali ulangan. Isolat kapang yang telah murni kemudian diamati untuk proses
identifikasi. Identifikasi dilakukan di Laboratory SEAMEO BIOTROP.
Aktivitas Selulase Secara Kualitatif
Uji aktivitas selulotik dilakukan secara kualitatif . Uji kualitatif dilakukan
dengan metode pewarnaan merah kongo 0.1%. Isolat kapang ditotolkan pada
media agar-agar CMC 1% (Lampiran 1). Kapang diinkubasi selama 5 hari pada
suhu ruang, kemudian dilakukan uji aktivitas selulotik dengan menambahkan
merah kongo sebanyak 15 ml dan didiamkan selama 30-60 menit. Diameter zona
bening dan diameter koloni yang terbentuk diukur. Pengukuran diameter zona
bening dan diameter koloni dilakukan 3 kali ulangan dengan. Uji aktivitas selulase
dilihat dari indeks selulase yang terbentuk. Indeks selulase merupakan nisbah
antara diameter zona bening dengan diameter koloni. Semakin besar indeks
selulotik yang dihasilkan maka semakin besar enzim yang dihasilkan oleh isolat
kapang tersebut. Indeks selulotik atau aktivitas selulase (IAS) diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Kader dan Oman 1998) :

IS
Dimana :

IS
dzb
dk

= Indeks Selulotik
= diameter zona bening (mm)
= diameter koloni (mm)

Penentuan Waktu Optimum Produksi Enzim Selulase
Penentuan waktu optimum produksi enzim selulase diawali dengan
penentuan waktu penuangan inokulum. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui
waktu pertumbuhan eksponensial kapang pada inokulum yang akan digunakan.
Penentuan waktu inokulum dilakukan dengan mengkultur 4 lup isolat yang
terpilih pada aktivitas selulase secara kualitatif didalam 50 mL PDL (Potato
Dextrose Liquid ). Kultur diinkubasi pada suhu ruang di dalam penanggas goyang
dengan kecepatan agitasi 150 rpm. Pengambilan sampel dilakukan setiap hari
selama 5 hari dengan rentang waktu sampling 24 jam untuk diukur kepadatan
spora. Setelah itu dibuat kurva pertumbuhan kapang untuk menentukan waktu
yang terbaik pada penuangan inokulum media produksi. Setelah waktu penuangan
inokulum dalam media produksi diketahui, dilanjutkan dengan penentuan waktu
optimum aktivitas enzim selulase. Sebanyak 10 mL kaldu nutrien yang telah
mengandung biakan sel diinokulasikan pada media PDL. Inokulum tersebut di
tuang kedalam media cair CMC 1% sebanyak 90 mL. Sampel disimpan di dalam
water bath pada suhu 50 0C. Kemudian sebanyak 3 mL filtrat diambil setiap hari
untuk diambil ekstrak kasar enzimnya. Ekstrak kasar enzim diperoleh, dengan
mensentrifugasi filtrat hasil kultur pada kecepatan 4000 g selama 15 menit dalam
suhu ruang. Kemudian diambil larutan supernatan sebanyak 1 mL Aktivitas
selulase harian ditetapkan berdasarkan metode Miller 1959 dengan cara
mencampurkan 1 mL ekstrak kasar enzim dalam 1 ml CMC cair. Kemudian ke
dalam campuran tersebut ditambahkan 3 ml DNS, dikocok kuat dengan vortex,
selanjutnya diinkubasi pada suhu 100 0C selama 25 menit. Setelah larutan dingin

4
absorbansi diukur pada panjang gelombang 550 nm. Produksi optimum enzim
ditetapkan berdasarkan aktivitas selulase tertinggi pada periode inkubasi.
Aktivitas selulase dinyatakan dalam satuan internasional yaitu U/mL. Satu
unit merupakan jumlah enzim yang dibutuhkan untuk memecah I µmol selulosa
menjadi gula pereduksi per menit pada kondisi pengujian. Kadar glukosa yang
dihasilkan dari hidrolisis selulosa dengan enzim selulase berdasarkan absorbansi
pada panjang gelombang 575 nm.
Abs = (As-Ab)
Dimana :

Abs
As
Ab

= Absorbansi
= Absorbansi sampel
= Absorbansi blanko

Absorbansi

Nilai absorbansi yang diperoleh kemudian dimasukan kedalam persamaan
yang diperoleh dari kurva standar glukosa. Hasil dari persamaan tersebut adalah
nilai kadar glukosa yang diperoleh. Gambar 1 adalah kurva standar glukosa dan
persamaan kadar glukosa.
0,800
0,700
0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000

y = 0,0028x - 0,1661
R² = 0,9901

0

100

200
300
Kadar Glukosa

400

Gambar 1. Kurva Standar Glukosa
Persamaan kadar glukosa adalah y= 0.002x – 0,166
Dimana

y = Absorbansi sampel
x = Kadar glukosa

Nilai kadar glukosa yang diperoleh dapat dimasukan kedalam rumus
aktivitas enzim selulase. Aktivitas selulase dihitung berdasarkan rumus sebagai
berikut (Irawan et al. 2008) yang dimodifikasi.
Aktivitas enzim selulase (U/mL) =

5
Dimana :

v
t
BM

= volume enzim (1 mL)
= waktu inkubasi (30 menit)
= berat molekul glukosa (180 Dalton)

ProduksiEnzim Kasar
Produksi enzim selulase dilakukan berdasarkan prosedur dan waktu
inkubasi yang telah diketahui aktivitas selulase tertinggi dan waktu inkubasi yang
telah diketahui aktivitas selulase tertinggi pada kurva aktivitas selulase yang
dihasilkan. Media pertumbuhan produksi di inkubasi pada suhu 50 0C di dalam
penanggas goyang dengan kecepatan agitasi 150 rpm, kemudian enzim selulase di
panen selama waktu produksi tertinggi yang telah didapatkan sebelumnya. Kultur
sel pada media produksi yang mengandung enzim selulase ekstrakseluler di
sentifugasi pada kecepatan 10.000 x g selama 15 menit untuk memisahkan larutan
enzim. Supernatan hasil sentrifugasi kemudian disimpan pada suhu 10 0C sebagai
ekstrak enzim kasar.
Karakterisasi Enzim Selulase
pH optimum. Pengaruh pH terhadap aktivitas enzim diuji dengan
menambahkan 0.2 mL enzim yang direaksikan dengan 1,8 mL substrat. Substrat
dibuat dengan mencampurkan CMC kedalam buffer dengan berbagai tingkatan pH
3,4,5,6,7,8 dan 9. Masing-masing enzim diinkubasi pada suhu 30 0C selama 30
menit. Aktivitas enzim selulase diukur sesuai dengan prosedur pengujian
sebelumnya.
Suhu Optimum. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dilakukan dengan
mereaksikan 0.2 mL enzim dengan 1,8 mL substrat dimana substrat dibuat dengan
mencampurkan 1,8 g CMC dalam buffer pH optimum. Enzim yang telah
dicampurkan dengan substrat kemudian diinkubasi pada tingkatan suhu antara
30-90 0C dengan selang 10 0C selama 30 menit waktu inkubasi. Aktivitas enzim
selulase diukur sesuai dengan prosedur pengujian sebelumnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Spesies Kapang Endofit Makroalga
Hasil isolasi dan identifikasi kapang dari beberapa endofit rumput laut
diantaranya Gracilaria sp, Sargassum sp, Gelidium sp dan Caulerpa sp memiliki
21 isolat. Jenis kapang yang dihasilkan sebagian besar terdapat dari genus
Aspergillus serta terdapat satu isolat dari genus Penicillium.
Kapang endofit makroalga merupakan kapang yang berasal dari dalam
jaringan makroalga. Hasil identifikasi menunjukan bahwa genus dari Aspergillus
banyak terdapat dalam endofit makroalga. Selain itu didapatkan satu genus
Penicilium sp dari isolat Gracilaria sp. Terdapat tiga isolat yang tidak
teridentifikasi jenis kapangnya karena morfologi tidak diketahui dengan jelas.
Semua isolat yang ditumbuhkan pada media agar CMC 1% membentuk zona
bening setelah diberi pewarna merah congo red (Lampiran 1).

6
Tabel 1. Jenis kapang yang dihasilkan dari beberapa makroalga
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
16
18
19
20
21
22
23

Nama Kapang
Penicilium citrinum
Aspergillus niveus
Aspergillus versicolor
Aspergillus sydowii
Aspergillus versicolor
Aspergillus candidus
Aspergillus sydowii
Aspergillus sydowii
Aspergillus sydowii
Aspergillus sydowii
Tidak teridentifikasi
Tidak teridentifikasi
Aspergilus sydowii
Aspergilus sydowii
Aspergillus sydowii
Aspergillus sydowii
Aspergillus tereus
Penicilium citrinum
Aspergillus sydowii
Aspergillus sydowii
Aspergillus westerdijkial

Kode Isolat
PGRAR 1
PGRAR 2
PSAR 1
PSAR 2
PSAR 3
PGEL 1
PGEL 2
PGEL 3
PGEL 4
PGEL 5
PGEL 6
PGEL 7
PGEL 8
PGEL 9
PGEL 10
PCLAR 1
PCLAR 2
PCLAR 3
PCLAR 4
PCLAR 5
PCLAR 6

Aktivitas selulase kualitatif beberapa isolat
Dari 21 isolat, dipilih empat isolat dengan nilai indeks selulotik tertinggi
dari masing-masing jenis makroalga. Empat isolat tersebut adalah PGRAR1,
PSAR3, PGEL9 dan PCLAR6. Nilai indeks zona bening dari masing-masing
kapang disajikan pada (Gambar1). Nilai indeks selulotik keempat isolat tersebut
yaitu 2,06 (PGRAR1/Penicillium citrinum), 3,34 (PSAR3/Aspergillus versicolor),
3,22 (PGEL9/Apergillus sydowii) dan 4,33 (PCLAR6/Aspergillus westerdijkial).
Keempat isolat tersebut dipilih untuk uji kuanlitatif. Semua isolat kapang yang
diuji secara kualitatif memilki kemampuan untuk menguraikan substrat CMC 1%.
Hal ini dapat dilihat dari terbentuknya zona bening setelah koloni kapang ditetesi
pewarna merah kongo sebagai pengaruh interaksi yang kuat dengan polisakarida
yang mengandung ikatan ß-1, 4-glikosidik dan ß-1, 3-glikosidik (Teather & Wood
1982). Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni kapang menunjukkan bahwa
selulosa di zona tersebut sudah terurai menjadi unit-unit yang lebih sederhana
serta menunjukan adanya aktivitas enzim selulase ekstraseluler (Lampiran 2).
Luas zona bening yang dihasilkan bergantung pada konsentrasi CMC dan agaragar yang digunakan. Semakin banyak CMC dan agar - agar yang diberikan, maka
akan meyebabkan pori-pori media agar mengecil sehingga enzim selulase yang
disekresikan lebih sulit melewati pori-pori agar tersebut dan mengakibatkan

7
terhambatnya proses degradasi selulosa (Hankin dan Anagostakis 1997). Zverlova
et al. (2003) menyatakan bahwa diameter zona bening umumnya berukuran lebih
besar dibandingkan diameter koloni, karena enzim selulase disekresikan ke
lingkungan atau media di sekeliling koloni kapang untuk mendegradasi selulosa
(Lampiran 1).
Aspergillus westerdijkial/PCLAR6

4,329

Aspergillus sydowii/PCLAR5

,370

Aspergillus sydowii/PCLAR4

,894

Penicilium citrinum/PCLAR3

,513

Aspergillus tereus/PCLAR2

,912

Aspergillus sydowii/PCLAR1

2,333

Aspergillus sydowii/PGEL10

,429

Aspergilus sydowii/PGEL9

3,222

Aspergilus sydowii/PGEL8

1,014

Tidak teridentifikasi/PGEL7

,749

Tidak teridentifikasi/PGEL6

2,444

Aspergillus sydowii/PGEL5

selulase

,928

Aspergillus sydowii/PGEL4

,999

Aspergillus sydowii/PGEL3

1,157

Aspergillus sydowii/PGEL2

,160

Aspergillus candidus/PGEL1

,083

Aspergillus versicolor/PSAR3

3,341

Aspergillus sydowii/PSAR2

1,853

Aspergillus versicolor/PSAR1

3,204

Aspergillus niveus/PGRAR2

1,222

Penicilium citrinum/PGRAR1

2,062
0

1

2

3

4

5

Gambar 2. Nilai Indeks Selulotik Kapang
Waktu Optimum Produksi Enzim Selulase
Pertumbuhan kapang dilihat dari nilai kepadatan sel spora yang diukur
setiap hari selama 5 hari dengan (Gambar 2). Isolat kapang Sargassum sp
(PSAR3/Aspergillus versicolor) mengalami peningkatan kepadatan kapang atau
mengalami fase eksponensial, pada hari ke-2 dan ke-3 dengan jumlah sebesar 70 x
104 sel/mL. Pada hari ke-4 dan 5 pertumbuhan kapang A. versicolor mengalami
fase penurunan. Isolat kapang dari Gracilaria sp (PGRAR1/Penicillium citrinum)
mulai mengalami peningkatan pertumbuhan pada hari ke-2 (30 x 104 sel/mL),
kemudian pada hari ke-3 dan 5 mengalami penurunan. Isolat kapang Caulerpa sp

8

Kepadatan Spora ( sel/mL) X104

(PCLAR6/Aspergillus westerdjikal) mengalami peningkatan pertumbuhan kapang
(fase eksponensial) pada hari ke-2 sampai hari ke-3 dengan jumlah sel tertingi
sebesar 72,5 x 104 sel/mL. Isolat kapang dari Gelidum sp (PGEL9/Apergillus
sydowii) mulai mengalami peningkatan pertumbuhan, pada hari ke-2 sampai hari
ke-4 dengan jumlah sel tertingi sebesar 88 x 104 sel/mL. Kapang Aspergillus
sydowii (PGEL9) yang diisolasikan dari makroalga Gelidium sp memiliki
kepadatan sel spora tertinggi dibandingkan jenis lainnya yaitu 88 x 104 sel/mL
(Gambar 2).
Menurut Fardiaz (1992) kapang yang diinokulasikan ke dalam suatu media,
mula-mula akan mengalami fase adaptasi untuk menyesuaikan diri dengan media
dan kondisi lingkungan sekitarnya. Pada fase ini belum terjadi pembelahan sel
karena beberapa enzim belum disintesa. Fase selanjutnya adalah pertumbuhan
awal, sel mulai membelah dengan kecepatan yang masih rendah karena baru
selesai tahap penyesuaian diri. Pertumbuhan eksponensial terjadi ketika inokulum
mengalami pertumbuhan dan perkembangbiakan yang cepat sampai dicapai
pertumbuhan lambat. Pertumbuhan lambat disebabkan berkurangnya zat nutrisi di
dalam media dan adanya hasil metabolisme yang dapat menghambat pertumbuhan.
Fase berikutnya adalah pertumbuhan statis, Jumlah sel pada fase ini tetap. Bila
inkubasi dilanjutkan pada fase ini tidak akan menambah jumlah sel, melainkan
jumlah sel hidup akan berkurang serta adanya lisis atau pecahnya sel karena kerja
suatu antibodi, yang menyebabkan massa sel menurun sampai terjadi kematian.
100
90
80
70

A versicolor

60

P citrinum

50

A weterdijikal

40

A sydowii

30
20
10
0
0

1

2

3

4

5

Hari Ke-

Gambar 3. Kurva Pertumbuhan Isolat Kapang
Pertumbuhan kapang pada fase optimum dari setiap kapang digunakan
sebagai penentuan waktu terbaik untuk penuangan media inokulum ke media
produksi. Hal ini dilakukan agar isolat kapang memiliki jumlah spora optimum,
sehingga pada saat di panen pada media produksi enzim selulase dapat
menghasilkan jumlah enzim kasar yang lebih banyak. Isolat kapang dari
Sargassum sp/Aspergillus versicolor yaitu optimum pada hari ke-2, Gracilaria
sp/Penicillium citrinum yaitu pada hari ke-1, Caulerpa sp/Aspergillus
westerdijikal yaitu pada hari ke-2 dan Gelidium sp/Aspergillus sydowii pada hari
ke-3.

9
Aktivitas Enzim Selulase
Aktivitas enzim selulase (CMC-ase) dari empat isolat kapang terpilih
memiliki nilai bervariasi (Gambar 3). Caulerpa sp (PCLAR6) dengan jenis
kapang Aspergillus westerdjikal memiliki aktivitas enzim tertinggi yaitu pada hari
ke-2 dengan nilai aktivitas enzim selulase sebesar22,860X10-4 U/mL, isolat dari
Gracillaria sp (PGRAR1) dengan jenis kapang Penicillium citrinum memiliki
nilai aktivitas enzim tertinggi pada hari ke-1 dengan nilai aktivitas enzim selulase
sebesar 17,489X10-4 U/mL, isolat dari Gelidium sp (PGEL9) dengan jenis kapang
Aspergillus sydowii memiliki nilai aktivitas enzim tertinggi pada hari ke-3 dengan
nilai aktivitas enzim selulase sebesar 24,554X10-4 U/mL dan isolat dari
Sargassum sp (PSAR3) dengan jenis kapang Aspergillus versicolor memiliki nilai
aktivitas enzim tertinggi pada hari ke-3 dengan nilai aktivitas enzim selulase
sebesar 20,575X10-4 U/mL.

Aktivitas Enzim Selulase
( U/mL) X10-4

26
24
22
A versicolor

20

P citrinum

18

A westerdijikal

16

A sydowii

14
12
10
0

1

2

3

4

5

Hari Ke-

Gambar 4. Kurva Aktivitas Enzim Selulase
Penentuan waktu optimum produksi enzim selulase dilakukan dengan
menentukan besarnya aktivitas enzim selulase dengan selang 1 hari selama 5 hari.
Waktu optimum dari masing-masing kapang digunakan untuk memanen spora
kapang tersebut karena dalam keadaan ini merupakan keadaan yang efektif, dilihat
dari segi waktu dan jumlah spora. Isolat kapang dari Sargassum sp/Aspergillus
versicolor yaitu optimum pada hari ke-2, Gracilaria sp/Penicillium citrinum
yaitu pada hari ke-1, Caulerpa sp/Aspergillus westerdijikal yaitu pada hari ke-1
dan Gelidium sp/Aspergillus sydowii pada hari ke-2. Fardiaz (1992) menjelaskan
bahwa produksi enzim dalam suatu bioproses memerlukan beberapa faktor, antara
lain jenis mikroba, kurva pertumbuhan dan kondisi optimum untuk meningkatkan
aktivitas enzim. Nilai aktivitas enzim selulase mengindikasikan besarnya laju
degradasi CMC menjadi glukosa. Kultur inokulum yang diinokulasikan ke media
CMC berasal dari kurva pertumbuhan sebelumnya. Setelah mencapai hari
maksimum pada masing-masing isolat kemudian semua isolat mengalami
penurunan produksi aktivitas enzim selulase. Hal ini mungkin disebabkan oleh
keberadaan glukosa dalam jumlah waktu tertentu sebagai produk akhir pemecahan
selulosa yang dapat menjadi inhibitor alosterik bagi enzim. Selain itu, ketersedian

10
substrat yang semakin berkurang mempengaruhi menurunkan produksi enzim
selulase.
Karakterisasi Enzim Selulase
pH optimum
Aktivitas selulase enzim dari isolat kapang Sargassum sp (PSAR3/
Aspergillus versicolor) pada pH optimum tertinggi didapatkan pada buffer fosfat
pH 7 dengan nilai aktivitas selulase sebesar 13,092x10-4 U/mL (Gambar 4)
sedangkan isolat kapang Gelidium sp (PGEL9/Aspergillus sydowii), pH optimum
tertinggi didapatkan pada buffer pH 7 dengan nilai aktivitas selulase sebesar
13,236x10-4 U/mL (Gambar 4) .
Karakteristik enzim yang diukur dalam penelitian ini adalah pengaruh pH
terhadap aktivitas selulotik enzim selulase dengan selang pH 3-9. pH merupakan
salah satu parameter yang berpengaruh terhadap aktivitas enzim (Li Jung et al.
2010). Perubahan pH berpengaruh terhadap aktivitas enzim jika kondisi pH
rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya denaturasi dan akan
mengakibatkan aktivitas enzim menjadi turun. Aktivitas enzim yang menurun
akibat perubahan pH dipengaruhi oleh keberadaan yang digunakan ion enzim
substrat media. Energi cadangan yang mulai habis dan nutrient yang berkurang
dapat menyebabkan aktivitas enzim menurun. Grafik (Gambar 4) tidak
menunjukan demikian, karena diduga adanya multienzim, yang merupakan
terdapatnya beberapa jenis enzim yang berbeda dalam suatu media produksi 1
(Ahlgren et al. 1967). Kedua isolat menunjukan hasil maksimum pada pH 7 fosfat
1
hal ini menunjukan bahwa pada pH ini merupakan pH optimum untuk
memproduksi enzim selulase pada media CMC cair. Menurut Bailey dan Ollis
(1986) pada enzim selulase konsumsi glukosa pada pH 7 lebih banyak pada pH
yang lain.
Suhu Optimum
Setiap enzim umumnya memiliki aktivitas maksimum pada suhu tertentu,
semakin meningkatnya suhu maka aktivitas enzim akan meningkat, namun setelah
suhu optimum tercapai akan terjadi denaturasi protein yang menyebabkan
aktivitas enzim akan menurun (Baehaki et al. 2004). Aktivitas enzim selulase
tertinggi yang dihasilkan oleh kedua isolat Sargassum sp (PSAR3/ Aspergillus
versicolor) dan Gelidium sp (PGEL9/Aspergillus sydowii) didapatkan pada suhu
40 0C dengan nilai aktivitas enzim masing-masing sebesar 12,528x10-4 U/mL dan
12,367x10-4 U/mL (Gambar 5). Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan
yang mempengaruhi perkembangan dari aktivitas enzim selulase. Aktivitas enzim
selulase semakin rendah seiring kenaikan suhu setelah 30 0C dan mencapai suhu
optimum pada suhu 40 0C. Pengaruh suhu yang semakin tinggi dapat menghambat
aktivitas enzim selulase melalui proses denaturasi protein enzim. Dari hasil
didapatkan bahwa suhu optimum yang sesuai untuk proses produksi enzim adalah
pada suhu 40 0C. Kenaikan suhu akan meningkatkan kecepatan reaksi aktivitas
enzim selulase hanya pada kisaran tertentu (Murray et al. 2003).

Aktivitas Enzim Selulase (U/mL)
x 10 -4

11

Aspergillus versicolor
Aspergillus sydowii

14
13
12
11

10

Buffer pH

Aktivitas Enzim Selulase (U/mL)
x10 -4

Gambar 5.Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim Selulase
14

Aspergillus versicolor
Aspergillus sydowii

13

12

11

10
20

30

40

50
Suhu (oC)

60

70

80

Gambar 6. Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Enzim Selulase

KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
21 kapang endofit yang diisolasikan dari makroalga Gracilaria sp,
Sargassum sp, Gelidium sp dan Caulerpa sp dari Pulau Pari, Kepulauan Seribu,
memiliki spesies diantaranya Aspergillus sydowii, Aspergillus niveus, Aspergillus
versicolor, Aspergillus candidus, Aspergillus tereus, dan Penicilium citrinum.

12
Empat isolat tertinggi dari uji kualitatif selulotik yaitu Aspergillus versicolor
isolat Sargassum sp (PSAR3), Aspergillus sydowii isolat Gelidium sp (PGEL9), A.
westerdijikal isolate Caulerpa sp (PCLAR6) dan Penicilium citrinum isolat
Gracilaria sp (PGRAR1) memiliki nilai indeks selulotik sebesar 3,34 , 3,22 , 4,33
dan 2,06. Pada uji kuantitatif, isolat kapang Aspergillus versicolor (PSAR3) dan
Aspergillus sydowii (PGEL9) yaitu optimum pada hari ke-2, Aspergillus
westerdijikal (PCLAR6) dan Penicillium citrinum (PGRAR1) optimum pada hari
ke-1, yaitu pada hari ke-1 dan Gelidium sp/Aspergillus sydowii pada hari ke-2.
Isolat kapang Aspergillus versicolor dan Aspergillus sydowii optimum pada pH
phosfat 7 dan suhu 40 0C
Saran
Saran dari penelitian ini adalah agar dilakukan uji aktivitas selulase untuk
semua isolat kapang makroalga yang dihasilkan sehingga dapat diketahui potensi
aktivitas enzim selulase dari masing-masing kapang, dilakukan pemurnian enzim,
serta perlunya dilakukan pengujian lebih lanjut agar dapat diketahui kemampuan
kapang tersebut dalam menghasilkan bioethanol.

DAFTAR PUSTAKA
Ahlgren E, Eriksson K, Vesterberg O. 1967. Characterization of cellulases and
related enzymes by isoelectric focusing, gel filtration and zone
electrophoresis. Acta Chem Scand. 21(4): 937-944.
Bailey and Olis M. 1986. Biochemistry Engineering Fundamentals. New York:
Mc Graw-Hill.
Darwis A dan Sukara E. 1989. Penuntun Praktikum Isolasi, Purifikasi dan
Karakterisasi Enzim. Pusat Antar Universitas. Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Fardiaz S. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.
Hankin L and Anagnotakis SL. 1997. Solid Media Containing Carboxymethyl
cellulose to Detect Cx cellulose Activity of Microorganism. J Gen Microbiol
98 : 109-115.
Hardjo S, Indrasti NS, Bantacut T. 1989. Biokonversi Pemanfaatan
LimbahPertanian. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Irawan B, Sutihat, Sumardi. 2008. Uji Aktivitas Selulase dan Lipase pada
Mikrofungi selama Proses Dekomposisi Limbah Cair Kelapa Sawit dengan
Pengujian Kultur Murni. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat. Lampung : Universitas Lampung hlm 284291.
Kader AJ and Omar O. 1998. Isolation of Cellulotik Fungi from Sayap-Kinabalu
Park, Sabah, Serawak. J Biodiversity Bio-Century (ARBEC): 1-6.
Li Y, Hsin-Hung L, Zheng-Rong X. 2010. Purification and Characterization of A
Cellulase from Bacillus subtilis YJ1. Journal of Marine Science and
Tecnology. 18(3):446-471.

13
Ling L, Xianzhao K, Hao Y, Danni W. 2012. Characterization of Extracellular
Cellulose Degrading Enzymes from Bacillus thuringiensis Strains.
Electronic Journal of Biotechnology.15(3).
Miller GL. 1959. Use of Dinitrosalicyclyc Acid Reagent for Determination of
Reducing Sugar. Anal. Chem. 31: 426-428.
Murray RK, Granner DK, Mayers PA. Rodwel VW. 2003. Biokimia Harper.
Jakarta : EGC. Terjemahan dari : Harpers Biochemistry
Moore and Landecker E. 1996. Fundamentals of Fungi. Ed.Ke-4. New Jersey :
Prentice-Hall.
Palmer T. 1981. Understanding Enzymes. England: Ellis Horwood.
Perez J, Munoz-Dorado J, Rubia T, Martinez J. 2002. Biodegradation and
Biological Treatments of Cellulose, Hemicellulose, And Lignin. J. Int.
Microbiol. 5:53-63.
Qin Y, He H, Li N, Ling M, Liang Z. 2010. Isolation and characterization of a
thermostabl cellulase-producing Fusarium chlamydosporum. World Journal
of Microbiology and Biotechnology. 26(11):1991-1997.
Saczi A, Radford A, Erenler K. 1986. Detection of Cellulolytic Fungi by Using
Congo Red As An Indicator: A Comparative Study With the
Dinitrosalicyclic Acid. Appl. Bacteriol. 61:559-562
Teather RM, Wood PJ. 1982. Use of Congo Red-Polysaccharide Interactions in
Enumeration and Characterization of Celluloiytic Bacteria From The
Bovine Rumen. Appl. Environ. Microbiol.43: 777-780.
Zverlova VV, Holl W, Schwarz H. 2003. Enzymes for Digestion of Cellulose and
other Polysaccharides in the Gut of Longhorn Beetle Larvae, Rhagium
Inquisitor L. (Col, Cerambycidae). Inter Biodet Biodeg. 51:175-179.

14
Lampiran 1. Nilai Indeks Selulotik Kapang

NO

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

NO
ISOLAT

ENDOFIT

SPESIES

NISBAH ZONA BENING
(mm)

U1

PGRAR 1

Gracilaria sp

PGRAR 2

Gracilaria sp

PSAR 1

Sargassum sp

PSAR 2

Sargassum sp

PSAR 3

Sargassum sp

PGEL 1

Gelidium sp

PGEL 2

Gelidium sp

PGEL 3

Gelidium sp

PGEL 4

Gelidium sp

PGEL 5

Gelidium sp

PGEL 6

Gelidium sp

PGEL 7

Gelidium sp

PGEL 8

Gelidium sp

PGEL 9

Gelidium sp

PGEL 10

Gelidium sp

PCLAR 1

Caulerpa sp

PCLAR 2

Caulerpa sp

PCLAR 3

Caulerpa sp

PCLAR 4

Caulerpa sp

PCLAR 5

Caulerpa sp

PCLAR 6

Caulerpa sp

Penicilium
citrinum
Aspergillus
niveus
Aspergillus
versicolor
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
versicolor
Aspergillus
candidus
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Tidak
teridentifikasi
Tidak
teridentifikasi
Aspergilus
sydowii
Aspergilus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
tereus
Penicilium
citrinum
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
sydowii
Aspergillus
westerdijkial

RATARATA (mm)

U2

U3

2.26

1.92

2.00

2.06

2.00

0.67

1.00

1.22

3.33

3.66

2.62

3.20

1.89

2.04

1.64

1.85

3.39

3.52

3.11

3.34

0.00

0.00

0.25

0.08

0.13

0.11

0.24

0.16

0.90

1.61

0.97

1.16

1.15

1.53

0.32

1.00

1.20

0.87

0.71

0.93

2.33

3.00

2.00

2.44

0.19

1.49

0.57

0.75

1.04

1.02

0.98

1.01

4.00

4.00

1.67

3.22

0.65

0.21

0.43

0.43

1.67

3.33

2.00

2.33

0.64

0.58

1.52

0.91

0.57

0.39

0.57

0.51

1.03

0.46

1.19

0.89

0.49

0.38

0.24

0.37

3.77

4.99

4.23

4,33

15
Lampiran 2. Aktivitas Selulase Kapang

PSAR3

PCLAR6

16

PGRAR1

PGEL9

17
Lampiran 3. Kurva Standar Glukosa
Kadar Glukosa
50
100
150
200
250
300

Nilai Absorbansi
0.008
0.101
0.228
0.401
0.519
0.7

0,800
y = 0,0028x - 0,1661
R² = 0,9901

0,700

Absorbansi

0,600
0,500
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
-0,100 0

100

200
300
Kadar Glukosa

400

Lampiran 4. Komposisi Media CMC 1% dalam 1 Liter Air Laut Steril
No
Bahan
Komposisi (Gram)
1

CMC

10

2

MgSO47H2O

0.2

3

KNO3

0.75

4

K2HPO4

0.5

5

FeSO47H2O

0.02

6

CaCl22H2O

0.04

7

Agar-agar

15

8

Glukosa

1

9

Antibiotik

0.025

18
Lampiran 5. Komposisi Reagen DNS (Dinistrosalisilat)
No
1
2
3
4
5
6

Bahan
Asam 3,5 dinitrosalisilat
NaOH
K-Na Tartarat
Fenol
Na-Metabisulfit
HCL 0,1

Lampiran 6. Nilai laju pertumbuhan kapang
Hari

A.versicolor
0
150000
650000
700000
400000
150000

0
1
2
3
4
5

Kepadatan Sel (Sel/mL)
P. citrinum
A. westerdijikial
0
0
175000
87000
300000
387000
175000
520000
150000
880000
75000
750000

A. sydowii
0
125000
325000
725000
300000
125000

Lampiran 7. Hasil uji aktivitas selulase kapang

A.versicolor

P. citrinum

A. westerdijikial

A. sydowii

hari
Konsentrasi
Glukosa
(mg/mL)

Aktivitas
Selulase
(U/mL)

Konsentrasi
Glukosa
(mg/mL)

Aktivitas
Selulase
(U/mL)

Konsentrasi
Glukosa
(mg/mL)

Aktivitas
Selulase
(U/mL)

Konsentrasi
Glukosa
(mg/mL)

Aktivitas
Selulase
(U/mL)

0

0.008378
57

0.0015515
9

0.006378
57

0.001287
53

0.008735
71

0.001763
32

0.00836
07

0.00168
76

1

0.009700
0

0.0017963
0

0.008664
29

0.001748
90

0.010539
29

0.002127
37

0.00973
57

0.00196
52

3

0.010700
00
0.011110
71

0.0019814
8
0.0020575
4

0.008164
29
0.007182
14

0.001647
98
0.001449
73

0.011325
00
0.010878
57

0.002285
97
0.002195
86

0.00961
07
0.01216
43

0.00193
99
0.00245
54

4

0.009253
57

0.0017136
2

0.007003
57

0.001413
68

0.009217
86

0.001860
64

0.00820
00

0.00165
52

5

0.009735
71

0.0018029
1

0.006075
00

0.001226
25

0.006735
71

0.001359
62

0.00711
07

0.00143
53

2

19

Lampiran 8. Nilai uji pH optimum
Suhu
3 asetat
4 asetat
5 phosfat
5 asetat
6 phosfat
7 phosfat
7 tris HCL
8 tris HCL
9 tris HCL

Aktivitas Enzim (U/mL)
A.versicolor
A. sydowii
0.001273
0.001331
0.001273
0.001280
0.001226
0.001223
0.001248
0.001306
0.001302
0.001244
0.001309
0.001324
0.001255
0.001280
0.001226
0.001284
0.001270
0.001306

Lampiran 9. Nilai uji suhu optimum
Suhu
20
30
40
50
60
70
80

Aktivitas Enzim (U/mL)
A.versicolor
A. sydowii
0.001226
0.001241
0.001316
0.001273
0.001244
0.001259
0.001244
0.001233
0.001208
0.001244
0.001208
0.001215
0.001230
0.001219

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, 31 Maret 1991 dari pasangan Bapak Ato
Hermayanto dan Ibu Mimin. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan di SMAN 2 Tarogong.
Penulis diterima di IPB di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah di IPB, penulis aktif
sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Kelautan
(HIMITEKA) Divisi Hidrobiologi Laut periode 2010-2011 dan Divisi Keilmuan
periode 2011-2012. Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Biologi Laut
pada tahun 2012, Ekologi Laut Tropis pada tahun 2013, dan koordinator asisten
Biologi tumbuhan Laut pada tahun 2013. Pada kesempatan lan, penulis pernah
mempresentasikan makalah dalam acara Annual Internasional Scholar
Conference in Taiwan (AISC-T) pada tahun 2013.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan di
Departemen ITK-IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Karakterisasi
dan Uji Aktivitas Selulotik Beberapa Kapang Endofit Rumput Laut (Sargassum sp,
Gracilaria sp, Caulerpa sp Dan Gelidium sp) di Habitat Lamun Pulau Pari,
Kepulauan Seribu”.