Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan 2010
PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT HAJI MEDAN
SALMAN NUR 091121027
FAKULTASKEPERAWATAN UNIVERSITASSUMATERAUTARA
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan 2010 “.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dari Skripsi ini, baik dalam uraian, isi, serta tata bahasanya.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, Mkes. Selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universi-tas Sumatera Utara Medan.
2. Salbiah,SKp, M.Kep selaku Dosen Pembimbing I dalam penyusunan Skripsi ini.
3. Nur Afidarti, SKp, M.Kep. selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusu-nan Skripsi ini.
4. dr. Yulinda Elvi Nasution selaku Ka.Bid. Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit Haji Medan.
5. Seluruh staf dosen pengajar di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepa-da penulis selama mengikuti pendidikan.
(4)
6. Rekan – rekan mahasiswa-Mahasiswi Fakultas Ilmu Keperawatan kelas 1/B Universitas Sumatra Utara yang turut membantu dan memberikan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri. Amin.
Medan, Januari 2011 Hormat Saya,
(5)
DAFTAR ISI
Halaman Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... BAB I PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Perumusan Masalah ... 5
3. Tujuan Penelitian ... 5
3.1.Tujuan Umum ... 5
3.2.Tujuan Khusus ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
1. Kepuasan Pasien ... 7
1.1.Defenisi ... 7
1.2.Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien ... 8
1.3.Indikator Kepuasan Pasien ... 10
2. Komunikasi ... 11
2.1.Defenis ... 11
2.2.Komponen Komunikasi ... 12
2.3Tujuan Komunikasi ... 13
2.4.Fungsi Komunikasi ... 13
2.5.Jenis – Jenis Komunikasi ... 15
2.6.Metode Komunikasi ... 17
3. Komunikasi Terapeutik ... 17
3.1.Defenisi ... 17
3.2.Tujuan Komunikasi ... 17
3.3. Karakteristik Helper ... 18
3.4.Tehnik Komunikasi Terapeutik ... 19
3.5 Tahapa komunkasi ... 21
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 24
1. Kerangka Konsep ... 24
2. Defenisi Operasional ... 25
2.1.Komunikasi Terapeutik ... 25
2.2.Indikator Kepuasan Pasien ... 25
2.3.Kepuasan Pasien ... 25
(6)
BAB IV METODE PENELITIAN ... 29
1. Desain Penelitian ... 29
2. Populasi dan Sampel ... 29
2.1.Populasi ... 29
2.2.Sampel ... 29
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
4. Pertimbangan Etik ... 30
5. Instrumen ... 31
6. Pengumpulan Data ... 33
7. Uji Validitas dan Reliabelitas ... 34
8. Analisa Data ... 35
8.1.Editing ... 35
8.2.Coding ... 35
8.3.Processing ... 35
8.4.Cleaning ... 36
8.5.Metode Statistik ... 36
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 37
Karakteristik Responden ... 37
Distribusi Sub Variabel Komunikasi Terapeutik ... 39
1.2. Distribusi Komunikasi terapeutik ... 40
1.3. Distribusi Sub Variabel Kepuasan pasien ... 40
1.4. Distribusi Kepuasan Pasien ... 41
1.4. Pengaruh komunikiasi terapeutik terhadap kepuasan pasien 41 2. Pembahasan ... 42
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Uji Validitas 2. Surat Permohonan Uji Reliabelitas
3. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Su-matera Utara.Medan.
4. Surat Balasan dari Rumah Sakit Haji Medan.
5. Surat Izin Penelitian ke Ruangan dari Rumah Sakit Haji Medan. 6. Inform Consent
7. Jadwal Tentatif Penelitian 8. Taksasi dana
9. Instrumen Penelitian
10. Hasil Penelitian dan Hasil Uji Hipotesa 11. Curriculum Vitae
(7)
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Nama : Salman Nur
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar antara perawat dan pasien bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan di ruangan rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan study korelasi dengan pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi sebanyak 64 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2010 sampai dengan 25 agustus 2010. Hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan sudah optimal. Ditinjau dari adanya keterbatasan yang dimiliki dalam diri perawat seperti respon dan empati pada sebahagian perawat yang masih kurang dan belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai Komunikasi Terapeutik. Untuk kepuasan pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan, pada umumnya pasien merasa sangat puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat bila ditinjau dari respon dan empati perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
Berdasarkan uji analisis Spearman’n correlation pada penelitian ini menunjukkan nilai r = 0,004. Dan P= 0,972 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi perawat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sudah berjalan dengan baik dan bagi pihak Rumah Sakit membuat SOP komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan sikap
empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan perawat melanjutkan pendidikannya.
Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Kepuasan pasien Daftar Pustaka : 17 ( 1994-2007 )
(8)
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Nama : Salman Nur
Jurusan : Sarjana Keperawatan
Tahun Akademik : 2009/2010
ABSTRAK
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar antara perawat dan pasien bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan asuhan keperawatan di ruangan rawat inap Rumah Sakit Haji Medan. Penelitian ini menggunakan rancangan study korelasi dengan pengambilan sampel 10% dari jumlah populasi sebanyak 64 orang pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 15 maret 2010 sampai dengan 25 agustus 2010. Hasil penelitian didapatkan bahwa penerapan komunikasi terapeutik di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Haji Medan sudah optimal. Ditinjau dari adanya keterbatasan yang dimiliki dalam diri perawat seperti respon dan empati pada sebahagian perawat yang masih kurang dan belum adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) mengenai Komunikasi Terapeutik. Untuk kepuasan pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit Haji Medan, pada umumnya pasien merasa sangat puas atas pelayanan yang diberikan oleh perawat bila ditinjau dari respon dan empati perawat ketika berinteraksi dengan pasien.
Berdasarkan uji analisis Spearman’n correlation pada penelitian ini menunjukkan nilai r = 0,004. Dan P= 0,972 yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan bagi perawat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik yang sudah berjalan dengan baik dan bagi pihak Rumah Sakit membuat SOP komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan sikap
empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan perawat melanjutkan pendidikannya.
Kata kunci : Komunikasi Terapeutik, Kepuasan pasien Daftar Pustaka : 17 ( 1994-2007 )
(9)
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut Kotler (1988) kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Upaya untuk mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom (1997) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun hanya untuk sementara waktu (Kempul, 2009). Selain itu Purwanto (2007) menjelaskan bahwa kepuasan dapat dirasakan siapa saja dalam menerima pelayanan kesehatan. Hal ini juga terjadi pada pasien dalam menerima jasa pelayanan di Rumah Sakit.
Menurut pendapat Budiastuti (2002) mengemukakan bahwa pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain mengacu pada kualitas produk atau jasa. Pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk atau jasa yang digunakan berkualitas.
Selain itu persepsi pasien terhadap kualitas poduk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu kenyataan kualitas poduk atau jasa yang sesungguhnya dan komunikasi perusahaan terutama iklan dalam mempromosikan rumah sakitnya. Kualitas pelayanan memegang peranan penting dalam industri jasa. Pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu faktor emosional juga mempengaruhi pasien yang
(10)
merasa bangga dan yakin bahwa orang lain kagum terhadap dirinya bila memilih rumah sakit yang sudah mempunyai pandangan “rumah sakit mahal”. Persepsi pasien terhadap hal ini cenderung akan mempengaruhi tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
Ada beberapa jenis – jenis pelayanan di rumah sakit yang kualitasnya selalu
dinilai oleh pasien, dan salah satunya adalah pelayanan keperawatan. Tim Keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus (Aljafar, 2009). Tim pelayanan keperawatan memberikan pelayanan kepada klien sesuai dengan keyakinan profesi dan standar yang ditetapkan. Hal ini ditujukan agar pelayanan keperawatan yang diberikan senantiasa merupakan yang aman ser-ta dapat memenuhi kebutuhan dan harapan klien. Agar kebutuhan pasien terpenuhi, salah satu tindakan yang diharapkan adalah perawat dapat melakukan hubungan terapeutik dengan pasien. Untuk membina hubungan yang terapeutik perawat harus menguasai tehnik dan sikap komunikasi terapeutik selama memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (Kelliat, 1996).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat - klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien jika tidak memiliki kemampuan menghargai keunikan klien. Tanpa mengetahui keunikan masing-masing, terutama terkait kebutuhan klien, perawat juga akan kesulitan memberikan bantuan kepada klien dan mengatasi masalah klien. Sehingga perlu metode yang tepat dalam mengkomodasi agar perawat mampu mendapatkan pengetahuan yang tepat
(11)
tentang pasien. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mengpersepsikan, bereaksi dan menghargai keunikan klien (Mundakir, 2006).
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di rumah sakit Haji Medan, dengan tehnik wawancara pada 10 pasien ditemukan beberapa keluhan dari pasien. Keluhan tersebut antara lain terkait dengan buruknya pelayanan perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap. Buruknya pelayanan peawat yang dirasakan pasien terutama dari sikap, keramahan dan kemampuan komunikasi yang kurang santun.
Hasil penelitian melalui survey CRC (Citizen Report Card) ICW pada bulan November 2009. dengan sampel 738 pasien miskin (pasien rawat inap dan jalan yang memegang kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Keluarga Miskin (Gakin) dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM)) di 23 rumah sakit
yang ada di lima daerah (Jakarta, Bogor Depok, Tanggerang, Bekasi), menunjukkan bahwa pasien miskin menyatakan bahwa pengurusan administrasi
rumah sakit masih rumit dan berbelit-belit (28,4 persen) dengan antrian yang panjang (46,9%). Pasien rawat inap misalnya mengeluhkan rendahnya kunjungan dan disiplin dokter terhadap mereka. Sedangkan pasien perempuan rawat inap mengeluhkan sikap perawat yang kurang ramah dan simpatik terhadap mereka (65,4%) (KPK Online Monitoring System, 2009).
(12)
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya kita dapat melihat bahwa ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan salah satunya dipengaruhi oleh faktor komunikasi terapeutik perawat daalam memberikan asuhan keperawatan. Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunikasi terapeutik identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat ini tidak salah tetapi terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri, karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk terapi (Suryani, 2005).
Adapun manfaat dari komunikasi terapeutik itu sendiri adalah membantu pasien dan untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya dengan hal – hal yang diperlukan. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan egonya. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri dalam hal peningkatan derajat kesehatan. Mempererat hubungan atau interaksi antara klien dengan terapis (tenaga kesehatan) secara profesional dan proporsional dalam rangka membantu penyelesaian masalah klien (Mundakir, 2006).
Berdasarkan studi literatur di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ” Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Haji Medan.
(13)
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas masalah yang dapat dirumuskan adalah : 2.1. Mengidentifikasi bagaimana komunikasi terapeutik perawat di rumah sakit
Haji Medan?
2.2. Mengidentifikasi bagaimana kepuasan pasien di rumah sakit Haji Medan ? 2.3. Menganalisis Bagaimana pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
kepuasan pasien di Rumah Sakit ?
3. Tujuan Penelitian
3.1.Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2. Tujuan Khusus
3.2.1. Untuk Mengidentifikasi penerapan keterampilan komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2.2. Untuk Mengidentifikasi kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
3.2.3. Untuk menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
(14)
4. Manfaat Penelitian
4.1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan perawat dalam meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien. 4.2. Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi perawat dalam
membina hubungan yang terapeutik dengan klien.
4.3. Sebagai bahan masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada pasien, seperti setiap melakukan terapi kepada pasien perawat harus melibatkan kerjasama dengan keluarga atau pasien itu sendiri.
4.4. Sebagai bahan atau data dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih spesifik seperti efektifitas komunikasi terapeutik pada anak remaja.
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kepuasan Pasien 1.1. Defenisi
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperoleh setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Imbalo, 2006).
Sedangkan Irawan (2003) mengatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil pelayanan kinerja dengan harapan-harapannya. Sejalan dengan Oliver (1997, dalam Irawan, 2003) mengungkapkan kepuasan sebagai respon pemenuhan harapan dan kebutuhan pasien. Respon ini sebagai hasil dari penilaian pasien bahwa produk/pelayanan sudah memberikan tingkat pemenuhan kenikmatan. Tingkat pemenuhan kenikmatan dan harapan ini dapat lebih atau kurang (Paparaya. 2009).
Pasien adalah orang dengan kebutuhan-kebutuhan yang sangat jauh berbeda dari orang sehat. Kebutuhan-kebutuhannya pada saat itu bukan saja sangat menonjol tetapi mungkin sudah dalam tingkatan ekstrim. Tidak saja harus makan agar penyakitnya cepat sembuh tetapi harus disuapin. Tidak saja harus diberi obat tetapi harus disertai perhatian ekstra.
(16)
Bagi pasien kebutuhan yang paling menonjol bukanlah yang berkaitan dengan harga diri atau untuk diakui kehebatannya tetapi adalah kebutuhan
belongingness and social needs. Merasa dicintai, didengarkan, tidak dianggap sebagai orang yang menyusahkan saja dan tidak pula diperlakukan sebagai manusia yang tidak berguna (Tobing, 2008).
1.2. Aspek – Aspek yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, aspek yang yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien menurut Moison Walter dan White( 1987, dalam Haryanti, 2000) terdiri dari :
1.2.1. Karakteristik Produk.
Produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta kelengkapannya.
1.2.2. Harga
Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna mencapai kepuasan pasien.
1.2.3. Pelayanan
Pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan lebih, dan memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung di rumah sakit, kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan.
(17)
1.2.4. Lokasi
Meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit. Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudahnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut.
1.2.5. Fasilitas.
Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien.
1.2.6. Image
Citra, reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan. Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembuhan. 1.2.7. Desain visual.
Meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan desain jalan yang tidak rumit. 1.2.8. Suasana
Meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. 1.2.9. Komunikasi
Tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan-keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan terhadap keluhan pasien.
(18)
1.3. Indikator Kepuasan Pasien
Salah satu indikator keberhasilan pelayanan kesehatan adalah kepuasan pasien. Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan pasien, sehingga mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk yang sama. Pengertian produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara barang dan jasa. Produk rumah sakit adalah jasa pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2008).
Supardi (2008) mengatakan model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian sebagai berikut :
1.3.1.Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
1.3.2.Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan tepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan.
1.3.3.Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien sehingga dipercaya. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kejelasan tenaga kesehatan memberikan informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.
(19)
1.3.4.Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian, dan memahami kebutuhan pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat inap mendapat kunjungan keluarga/temannya. 1.3.5.Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik
yang dapat langsung dirasakan oleh pasien. Dalam pelayanan rumah sakit adalah kebersihan ruangan pengobatan dan toilet.
2. KOMUNIKASI
2.1. Defenisi
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta mengubah sikap dan tingkah laku tersebut (Suryani, 2005). Selain itu Seiler (1998, dalam Mundakir, 2006). Mendefenisikan bahwa komunikasi adalah proses yang simbol verbal dan norverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.
Dari defenisi tersebut diatas secara umum dapat disimpulkan bahawa komunikasi merupakan proses pengiriman dan pertukaran (stimulus, signal, simbol, informasi) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal dari pengirim ke
(20)
penerima pesan dengan tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, efektif maupun psikomotor).
2.2. Komponen Komunikasi
Menurut seorang ahli komunikasi, Effendy (2002, dalam Suryani, 2005) komunikasi terdiri dari lima komponen yaitu :
2.2.1.Komunikator
Komunikator adalah orang yang memperkarsai adanya komunikasi. 2.2.2.Komunikan
Komunikan adalah orang yang menjadi objek komunikasi, pihak yang menerima berita atau pesan daribkomunikator.
2.2.3.Pesan
Pesan segala sesuatu yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa ide, pendapat, pikiran, dan saran.
2.2.4.Media
Media adalah sarana yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesan pada pihak lain.
2.2.5.Efek
Efek atau akibat atau dampak adalah hasil dari komuniksai. Hasilnya adalah perubahan pada diri sasaran.
2.3. Tujuan Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi yang dilakukan oleh perawat bertujuan agar peleyanan keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif.
(21)
Kemampuan komunikasi yang efektif ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh perawat profesional.
Secara umum tujuan komunikasi adalah :
2.3.1.Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain (komunikan).
2.3.2.Memahami orang lain.
2.3.3.Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
2.3.4.Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu.
2.4. Fungsi Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi merupakan aktifitas yang tidak dapat dipisahkan dengan para perawat. Pelaksanaan komunikasi yang baik sangat bermanfaat dalam keberhasilan perawat melaksanakan tugasnya. Secara umum komunikasi berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, himbauan atau ajakan dan hiburan bagi klien. Beberapa fungsi komunikasi tersebut adalah antara lain :
2.4.1.Informasi, pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta, pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang laen dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.4.2.Sosialisasi
Dengan komunikasi, sesuatu yang disampaikan dapat disebarluaskan kemasyarakat luas.
(22)
2.4.3.Motivasi
Proses komunikasi yang dilakukan secara persuasive dan argumentative
dapat berfungsi sebagai penggerak semangat, pendorong bagi seseorang untuk melakakukan sesuatu yang yang diinginkan komunikator.
2.4.4.Perdebatan dan diskusi
Sesuatu permasalahan yang masih kontraversional atau polimek dalam hubungan dengan masalah-masalah publik dapat dibahas dan diselasaikan dengan menggunakan komunikasi yang instens baik melalui debat maupun diskusi.
2.4.5.Pendidikan
Proses pengalihan (transformasi) ilmu pengatahuan dam tekhnologi untuk mendorong perkembangan intlektual, pembentukan watak, serta membentuk keterampialan dan kemahiran dapat dilakukan melalui komunikasi yang baik dan efektif.
2.4.6.Memajukan kehidupan
Contoh dan fungsi komunikasi ini adalah menyebarkan kebudayaan da seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, membuat leaflet, booklet atau sejenisnya yang berisi tentang bagai mana hidup sehat, membangun imajinasi dan mendorong kreatifitas dan kebutuhan estetika dan lain-,lain.
2.4.7.Hiburan
Dunia entertaiment telah banyak muncul dari produk komunikasi, misalnya lawak, menyanyi, drama, sastra, seni, dan lain-lain.
(23)
2.4.8.Integrasi
Adanya kesempatan untuk memperoleh berbagai informasi dan pesan yang diperlukan dapat mempengaruhi seseorang dalam bersikap, berperilaku dan berpola pikir serta sebagai sarana untuk menghargai dan memahami pandanganan orang lain dapat diperoleh dari komunikasi yang dilakukan. 2.5. Jenis-Jenis Komunikasi
Ratna (2009) mengatakan jenis – jenis komunikasi dasar terdiri dari dua jenis yaitu :
2.5.1.Komunikasi Verbal
Komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat, symbol yang digunakan sebagai alat adalah kata yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek observasi dan ingatan.
2.5.2.Komunikasi non Verbal
Komunikasi yang tidak menggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kias, bahasa gambar dan bahasa sikap. Proses pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata.
Menururt Nursalam (2002, dalam Ratna, 2009) kunci bagian komunikasi non verbal yang dapat terjadi tanpa atau dengan komunikasi vebal adalah :
a. Lingkungan; tempat dimana komunikasi dilaksanakan, merupakan bagian yang penting dalam proses komunikasi.
(24)
b. Penampilan: pakaian, kosmetik, adalah sesuatu yang menarik merupakan dari komunikasi verbal yang perlu diidentifikasikan.
c. Kontak maata : kontak mataa memberikan terhadap kesedian seseorang untuk berkomunikasi.
d. Postur tubuh dan gesturue: hobot suatu pesan bisa ditunjukan dengan orang yang menunjukan telunjuknya, berdiri atau duduk.
e. Ekspresi wajah: komunikasi yang efektif memerlukan sesuatu respon wajah.
f. Suara
2.6. Metode Komunikasi
Menurut Mundakir (2006) komunikasi yang dilaksanakan pada umumnya mempunyai maksud dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan untuk melakukan komunikasi yaitu:
2.6.1. Komunikasi informatika adalah metode komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi secara umum.
2.6.2.Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.
2.6.3.Komunikasi instruktif atau koersif adalah metode komunikasi yang berupa perintah untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.
Stuart (1998, dalam Suryani, 2005) pada profesi keperawatan komunikasi menjadi sangat penting karena komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan keperawatan,
(25)
komunikasi ditujukaan untuk mengubah perilaku klien dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Karena bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan disebut komunikasi terapeutik.
3. Komunikasi Terapeutik 3.1. Defenisi
Komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. dalam proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan pikiran (Kelliat, 1998).
Maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain, berarti keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku mencapai tujuan.
3.2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Suryani (2005) komunikasi Terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi :
3.2.1. Realisasi diri, penerimaan diri, dan peningkatan penghormatan diri. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien.
3.2.2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
(26)
3.2.3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tampa mengukur kemampuannya.
3.2.4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. Identitas personal disini termasuk status, peran dan jenis kelamin.
3.3. Karateristik Helper Yang Memfasilitasi Tumbuhnya Hubungan Terapeutik
Karakteristik pribadi seseorang helper atau perawat sangat menentukan keberhasilan komunikasi dalam asuhan keperawatan karena instrumen yang digunakan oleh perawat pada saat berkomunikasi dengan klien adalah dirinya sendiri.
Menurut Roger (1974, dalam Stuart 1998) ada beberapa karakteristik seorang
helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik, antara lain :
3.3.1. Kejujuran.
3.3.2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif. 3.3.3. Bersikap positif.
3.3.4. Empati bukan Simpati.
3.3.5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien. 3.3.6. Menerima klien apa adanya.
3.3.7. Sensitif terhadap klien.
(27)
3.4. Tehnik Komunikasi Terapeutik
Teknik Komunikasi Terapeutik Menurut Shives (1994), Stuart & Sundeen (1998),Wilson & Kneisl(1992), tehnik komunikasi terdiri dari:
3.4.1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Memandang klien ketika sedang berbicara, mempertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan, sikap tubuh yang menunjukkan perhatian serta menghindarkan gerakan yang tidak perlu. 3.4.2. Menunjukkan Penerimaan
Mendengarkan tanpa memutus pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian, menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah pikiran klien 3.4.3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien, bertanya berkaitan dengan topik dan Mengajukan pertanyaan secara berurutan.
3.4.4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri Perawat memberi Umpan balik Klien tahu pesannya dimengerti. 3.4.5. Mengklarifikasi
Menanyakan kepada klien apa yang tidak dimengerti oleh perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
(28)
3.4.6. Menyatakan Hasil Observasi
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan isyarat non-verbal klien. 3.4.7. Memfokuskan
Membatasi bahan pembicaraan, spesisifik dan dimengerti. 3.4.8. Menawarkan Informasi
Penyuluhan kesehatan bagi klien dan memberi rasa percaya klien terhadap perawat serta memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.
3.4.9. Diam
Memberi kesempatan pada perawat dan klien untuk mengorganisir pikiran, keterampilan dan ketepatan waktu, berguna pada saat klien harus mengambil keputusan
3.4.10.Meringkas
Pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat dan membantu mengingat topik, serta mengulang aspek penting dalam interaksi.
3.4.11.Memberikan Penghargaan
Memberi Salam dan menghargai klien sebagai manusia utuh. 3.4.12.Menawarkan Diri
Perawat menawarkan kehadirannya, rasa tertarik, dilakukan tanpa pamrih. 3.4.13.Memberi Kesempatan Kepada Klien Untuk Memulai Pembicaraan
Perawat menstimulasi agar klien mengambil inisiatif untuk membuka pembicaraan
(29)
3.4.14.Menganjurkan Untuk Meneruskan Pembicaraan
Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan daripada mengarahkan diskusi/pembicaraan
3.4.15.Menempatkan kejadian dan waktu secara berurutan
Melihat kejadian dalam suatu perspektif kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama.
3.4.16.Menganjurkan Klien Untuk Menguraikan Persepsinya
Melihat segala sesuatu dari perspektif klien dan waspada akan timbulnya gejala ansietas dari klien
3.4.17.Merefleksi
Agar klien mengemukakan dan menerima ide dan perasaannya sebagai ba-gian dari dirinya sendiri
3.5. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Kariyoso (1997)Interaksi berarti menjalin hubungan yang baik, interaksi perawat klien adalah suatu kegiatan menjalin hubungan baik antara perawat dan klien yang bertujuan untuk memperlancar dalam kegiatan pemberian pelayanan. 3.5.1. Tujuan
Adapun tujuan tahapan komunikasi itu adalah : a. Memenuhi kebutuhan klien
b. Membantu klien dalam pengalaman kehidupan sehari – hari c. Mencari tahu latar belakang klien dirawat di RS.
(30)
3.5.2. Tahap Interaksi.
Stuart & Sundeen, (1995) membagi tahapan interaksi komunikasi terapeutik menjadi 4 tahapan, adapun tahapannya sebagi beriku :
a. Pre interaksi
Tugas perawat pada tahap pre interaksi yaitu :
- Mendapat informasi tentang klien
- Mencari literatur berhubungan dengan masalah klien - Mengeksploitasi perasaan, fantasi dan ketakutan diri - Menganalisa kekuatan dan kelemahan professional - Membuat rencana pertemuan dengan klien
- Tipe spesifik data yang akan dicari - Metode yang tepat untuk kegiatan - Setting ruangan/waktu yang tepat b. Oreintasi/Perkenalan
Tugas perawat pada tahap orientasi yaitu : - Membangun iklim kepercayaan
- Memformulasikan kontrak dengan klien - Melakukan kontrak dengan klien
- komponen kontrak ( nama perawat, peran yang diharapkan dari perawat & klien, tujuan, kerahasiaan, harapan, topik kegiatan, interaksi)
(31)
c. Kerja
- Tugas perawat pada tahap kerja yaitu : - Mendorong ekspresi terbuka perasaan klien
- Membuat klien menyadari inkonsistensi dalam tingkah laku/pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri.
d. Terminasi
- Menghentikan interaksinya dengan klien
- Mengevaluasi kegiatan kerja yang telah dilakukan baik secara Kognitif, afektif dan psikomotor
- Merencanakan tindak lanjut
(32)
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstrak yang terbentuk oleh generisasi dan hal-hal khusus. Kerangka merupakan abstrak, maka konsep tidak langsung diamati (Notoadtmojo, 2005).
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti Komunikasi
terapeutik perawat
Indikator Kepuasan meliputi :
-
Tingkat kepuasan pasien meliputi :
- Sangat Puas - Puas
- Tidak Puas - Sangat Tidak
Puas
- Responsiveness - Emphaty
- Reliability
- Assurance - Tangible
(33)
2. Defenisi Operasional
N0 Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel Independen : Komunikasi Terapeutik pasien Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan oleh perawat pada saat memberikan
pelayanan pada pasien di rumah sakit.
Instrumen berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan 15 item. Pilihan jawaban - Selalu nilainya 4. - Sering nilainya 3 - Jarang nilainya 2 - Tidak Pernah
nilainya 1. Meliputi indikator tahapan komunikasi yaitu: - Keterampil an sangat baik. - Keterampil an baik. - Keterampil an cukup. - Keterampil an kurang. Ordinal
(34)
1. Tahap orientasi 2. Tahap kerja 3.Tahap terminasi 2. Variabel dependen : Kepuasan pasien Kepuasan pasien adalah hasil yang diterima oleh pasien setelah berinteraksi dengan perawat, baik perasaan senang maupun kecewa. Instrumen berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan 15 item. Pilihan jawaban - Sangat Puas,
nilainya 4. - Puas nilainya,
3
- Tidak Puas nilainya 2 - Sangat tidak
puas nilainya 1. Meliputi indikator: 1.Responsivenes 2. Empati Tingkat kepuasan pasien : Sangat Puas Puas
Tidak Puas Sangat tidak
(35)
Responsivene ss
Tanggapan perawat pelaksana terhadap keluhan pasien rawat inap di rumah sakit.
Instrumen berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan 5 item. Pilihan jawaban - Sangat Puas,
nilainya 4. - Puas nilainya,
3
- Tidak Puas nilainya 2 - Sangat tidak
puas nilainya 1
Sangat Puas Puas
Tidak Puas Sangat Tidak
Puas
Ordinal
Empati Sikap perawat
pelaksana ketika sedang berkomunikasi dengan pasien sehingga pasien merasa kebutuhannya terpenuhi. Instrumen berupa kuesioner dengan jumlah pertanyaan 10 item. Pilihan jawaban
Sangat Puas Puas
Tidak Puas Sangat Tidak
Puas
(36)
- Sangat Puas, nilainya 4. - Puas nilainya,
3
- Tidak Puas nilainya 2 - Sangat tidak
puas nilainya 1
3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hipotesis Alternatif (Ha), yaitu terdapat pengaruh diantara variabel independen (komunikasi terapeutik perawat), dengan variabel dependen (tingkat kepuasan pasien).
(37)
BAB IV
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain studi korelasi, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan.
2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Keseluruhan dari unit analisis dan karakteristik yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat rawat inap pada bulan Maret 2010 di Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 640 orang. (Wakil Direktur Penunjang Medis dan Pendikan 2010).
2.2. Sampel
Sebahagian dari populasi yang mana cirinya diselidiki atau diukur. Penentuan jumlah sampel penelitian didasarkan pada rumusan Damsey dan Demsey (2002) yang menjelaskan bahwa apabila pengambilan sampel pada subjek penelitian kurang dari 100, dapat diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, tetapi bila jumlah subjek lebih dari 100 dapat diambil 10 % dari jumlah populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel dengan menggunakan dua teknik sampling yaitu Simple Random Sampling (acak
(38)
sederhana). Yang akan dipilih dari beberapa ruangan rawat inap secara acak sampai mewakili populasi yaitu sebanyak 64 orang.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Haji Medan. Diperkirakan lokasi dan wilayah ini mudah dijangkau sehingga dapat efesien waktu dan biaya karena dilakukan dalam masa studi. dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan oktober 2010.
4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan izin kepada istitusi Fakultas Ilmu Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin kepada Direktur Rumah Sakit Haji Medan, tempat penelitian dilakukan. Setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan menekan pertimbangan etik yang meliputi :
4.1. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila responden menolak, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – haknya.
4.2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantum nama responden, tetapi dengan menggunakan inisial atau dengan memberi kode.
(39)
4.3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti dan hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah 2 bagian Kuesioner yaitu :
1. Data demografi pasien, meliputi kode atau inisial, usia jenis kelamin, suku bangsa, dan pendidikan.
2. Bagian kedua berupa kuesioner yang berisi tentang komunikasi terapeutik perawat 15 pertanyaan dan kepuasan pasien 15 pertanyaan, maka jumlah keseluruhan 30 pertanyaan.
5.1. Kuesioner Komunikasi Terapeutik
Untuk keterampilan komunikasi terapeutik perawat, Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti yang mengacu pada tahapan komunikasi terapeutik. Kuisioner berupa pernyataan tentang variabel komunikasi terapeutik perawat terdiri dari 15 pertanyaan yaitu terdapat pada nomor 1 s/d 15. dalam kuesioner komunikasi terapeutik menggunakan skala likert dengan range 1–4. semua pernyataan positif. pilihan jawaban yang tersedia Selalu (SL) = 4, Sering (SR) = 3, Jarang (JR) = 2, Tidak Pernah (TP)=1. Total skor Pernyataan tentang komunikasi terapeutik nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 60. Jadi semakin tinggi skor semakin baik komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi dengan pasien.
(40)
Maka berdasarkan statistik dapat diukur berdasarkan rumus Sudjana (1992) dengan rumus
Ada 4 kategori kelas dalam komunikasi terapeutik perawat yaitu keterampilan sangat baik, keterampilan baik, keterampilan cukup, dan keterampilan kurang. Maka didapatkan panjang kelas atau P=15 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka keterampilan perawat dalam komunikasi terapeutik sebagai berikut:
1 – 15 = keterampilan kurang 16 – 30 = keterampilan cukup. 31 – 45 = keterampilan baik. 46 – 60 = keterampilan sangat baik 5.2. Kuesioner Kepuasan Pasien
Untuk kepuasan pasien berdasarkan indikator kepuasan pasien terdiri dari
responsiveness dan empati perawat dalam komunikasi terapeutik. Instrumen penelitian dibuat dalam bentuk kuesioner. variabel kepuasan pasien berdasarkan
responsiveness terdapat pada no.16 s/d 20, dan empati terdapat pada no.21 s/d 30. maka keseluruhan terdiri dari 15 pernyataan. Untuk kepuasan pasien peneliti menggunakan skala likert dengan rentang 1-4. skore terdiri dari Sangat Puas (SP)= 4, Puas(P) = 3, Tidak Puas (TP) = 2, Sangat Tidak Puas (STP) = 1. total skor diperoleh nilai terendah 15 dan nilai tertinggi 60. jadi semakin tinggi skor
Rentang
P = Dimana P= Panjang kelas, rentang = 15
(41)
maka semakin tinggi kepuasan pasien. Maka berdasarkan statistik dapat diukur berdasarkan rumus Sudjana (1992) dengan rumus :
Ada 4 kategori kelas dalam tingkat kepuasan pasien yaitu Sangat puas, Puas, Tidak Puas, dan Sangat Tidak puas. Maka didapatkan panjang kelas atau P=15 dan nilai terendah 15 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Maka tingkat kepuasan pasien sebagai berikut:
1 – 15 = Sangat Tidak Puas 16 – 30 = Tidak Puas
31 – 45 = Puas
46 – 60 = Sangat Puas.
6. Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, kemudian permohonan izin yang telah diperoleh akan dikirim ke tempat penelitian yaitu Rumah Sakit Haji Medan.
Setelah mendapat izin, peneliti akan melaksanakan pengumpulan data penelitian, saat pengumpulan data saya akan meminta bantuan asisten dimana asisten diberi penjelasan terlebih dahulu bagaimana cara mengisi kuesioner dan menjelaskannya kepada responden, selanjutnya peneliti akan menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat serta proses pengisian kuesioner, kemudian
Rentang
P = Dimana P= Panjang kelas, rentang = 15
(42)
responden akan diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu peneliti akan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, maka selanjutnya peneliti akan menganalisa data.
7. Uji Validitas dan Reabilitas
Selanjutnya untuk memenuhi syarat yang baik dari suatu instrumen penelitian, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner. Penjelasan dari kedua hal tersebut sebagai berikut :
7.1. Validitas
Uji validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan kemampuan instrument pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Instrumen penelitian ini terdiri dari 2 kriteria yaitu: komunikasi terapeutik dan kepuasan pasien. Instrumen penelitian dibuat sendiri oleh peneliti kemudian dikonsultasikan kepada dosen yang berkompeten. Untuk komunikasi terapeutik dibuat berdasarkan tehnik komunikasi terapeutik selanjutnya dikonsulatasikan kepada ibu Jenny Marlindawani Purba, SKp. MNS. Setelah konsultasi instrumen komunikasi terapeutik diubah berdasarkan tahapan peoses komunikasi. Dan instrumen kepuasan pasien berdasarkan respon dan empati perawat dalam
(43)
berkomunikasi dengan pasien, kemudian dikonsultasikan kepada Bapak Fatih... setelah konsultasi instrumen peneltian ini valid. (lampiran...)
7.2. Reliabilitas
Untuk mengetahui kepercayaan (reabilitas) instrument dilakukan uji reabilitas instrument. Instrument disebut realibel jika instrument tersebut sudah baik, dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006). Pada penelitian ini dilakukan uji reabilitas dengan menggunakan responden yang mempunyai kriteria dan ciri-ciri seperti sampel pada penelitian. Pada uji realibilitas ini mengambil responden sebanyak 30 responden dan dilakukan di Rumah Sakit Haji Medan. Pada 22 september 2010. Dengan perhitungan menggunakan rumus Koefisien Realibilitas
Cronbach Alpha, di mana suatu instrument dikatakan realibel jika mempunyai nilai alpha 0,5 atau lebih. (terori terkait).Pada uji reabelitas ini mendapatkan hasil nilai alpha 0,896 sehingga dikatakan reliabel. (Lampiran....)
8. Analisa Data
Setelah data semua terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama adalah :
8.1. Editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.
8.2. Tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.
(44)
8.3. Tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer secara manual.
8.4. Tahap ke empat atau tahap terakhir cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah dimasukkan, untuk memastikan ada kesalahan atau tidak.
8.5. Metode Statistik untuk analisa data yang digunakan adalah : 8.5.1.Statistik Univariat
Statistik univariat adalah suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan mengdeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 2002). Pada penlitian ini, analisa data dengan metode statistic univariat digunakan untuk menganalisa variabel independent dan dependent akan ditampilkan dalam tabel frekuensi.
8.5.2.Bivariat Statistik
Bivariat statistik adalah suatu prosedur untuk menganalisa hubungan antara dua variabel independen (Komunikasi terapeutik perawat), dengan variabel dependen (kepuasan pasien) keduanya akan di uji memakai skala ordinal dengan uji korelasi Spearman Rank (Rho) bisa juga disebut dengan korelasi berjenjang, atau korelasi berpangkat dan ditulis dengan notasi (rs),
untuk mengetahui tingkat kecocokan dari 2 variabel terhadap grup yang sama, dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05). Maka hasil diinterpretasikan dengan membandingkan nilai p dengan nilai α. Bila nilai p > α maka keputusannya Ha ditolak.
(45)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Penelitian
Dalam bab ini di uraikan tentang hasil penelitian pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, keterampilan komunikasi terapeutik perawat dan kepuasan pasien, Untuk melihat pengaruh variabel Independen (komunikasi terapeutik perawat) terhadap variabel dependen (kepuasan pasien). akan digunakan uji korelasi Spearman Rank (Rho).
1.1. Karakteristik responden
Berdasarkan karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Umur
- 20-25 tahun - 26-30 tahun - 31-35 tahun - 36-40 tahun - 41-45 tahun - > 45 tahun
5 7 8 15 21 8 7,8 10,5 12,5 23,4 32,8 12,5
Total 64 100 Jenis Kelamin - Laki-Laki - Perempuan 40 24 62,5 37,5
(46)
Lanjutan Tabel 1.
Karakteristik Frekuensi (F) Persentase (%)
Suku - Batak - Jawa - Melayu - Minang - Aceh - Nias 15 22 14 7 4 2 23,4 34,4 21,9 10,9 6,3 3,1
Total 64 100
Pendidikan - Sarjana
- SLTA
- SLTP
- SD
- Tidak Sekolah
11 25 19 6 3 17,2 39,1 29,7 9,4 4,7
Dari tabel diatas hasil penelitian menunjukkan bahwa responden terdiri dari umur, jenis kelamin, suku dan pendidikan. Pada tabel (1). Data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur 41 – 45 tahun yaitu sebanyak 21 orang. Sedangkan distribusi ditinjau dari jenis kelamin responden mayoritas laki-laki sebanyak 40 orang (62,5%).
Distribusi ditinjau dari suku responden mayoritas suku jawa sebanyak 22 orang (34,4%). Dan berdasarkan pendidikan responden mayoritas adalah pendidikan SLTA sebanyak 25 orang (39,1%).
(47)
1.2. Deskripsi sub variabel Komunikasi Terapeutik Perawat.
Pada variabel komunikasi terapeutik perawat yang terdiri dari 3 sub variabel berdasarkan tahapan komunikasi terapeutik di dapatkan hasil pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi frekuensi sub variabel komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010. (N=64).
N0 Sub variabel Frekuensi Persentase
1. Orientasi Sangat baik Baik Cukup 40 23 1 62,5 35,9 1,6 2. Kerja Sangat baik Baik Cukup 34 29 1 53,1 45,3 1,6 3 Terminasi Sangat baik Baik 39 25 60,9 39,1
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan untuk variabel komunikasi terapeutik perawat. Untuk sub variabel fase orientasi mayoritas 40 (62,5%) sangat baik. Dan pada sub variabel fase kerja terdapat 34 (53,1%) perawat, minoritas 1 (1,6%), sedangkan pada fase terminasi mayoritas terdapat 39 (60,9%) dan minoritas 25 (39,1%).
(48)
1.3. Komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi dengan pasien.
Pada variabel komunikasi terapeutik perawat di dapatkan hasil pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.Distribusi keterampilan komunikasi terapeutik perawat di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik Perawat
Frekuensi (F) Persentase (P)
Sangat baik 43 67,2
Baik 21 32,8
Total 64 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden mengatakan komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat saat berkomunikasi dengan pasien keterampilannya sangat baik sebanyak 43 responden (67,2%).
1.4. Deskripsi sub variabel Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan
Pada variabel kepuasan pasien terdiri dari 2 sub variabel yaitu, berdasarkan responsivenes dan empati perawat dalam berkomunikasi dengan pasien. Dalam penelitian ini hasil yang didapat sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi frekuensi sub variabel kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan tahun 2010 (N= 64).
Sub Variabel Kepuasan pasien
Sangat Puas Puas
F P F P
Responsivenes 51 79,7 13 20,3
(49)
Dari hasil penelitian menunujukkan bahwa dari 64 responden yang menjadi sampel penelitian. Berdasarkan responsivenes/tanggapan sebanyak 51 responden (79,7%), mengatakan sangat puas. Sedangkan berdasarkan empathy perawat dalam berkomunikasi terapeutik. sebanyak 49 responden (76,6%) juga mengatakan sangat puas.
1.5. Deskripsi Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Tabel 5. Distribusi frekuensi kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan Kepuasan pasien Frekuensi (F) Persentase (P)
Sangat Puas 55 85,9
Puas 9 14,1
Total 64 100
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pasien merasakan kepuasan yang sangat puas terhdap respon dan empati perawat ketika berinteraksi dengan pasien sebanyak 55 pasien (85,9%).
1.6. Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Adapun pengaruh komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil analisa pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan Tahun 2010.
Variabel Variabel 2 p – value Korelasi (r)
Komunikasi Terapeutik perawat
(50)
Berdasarkan uji analisa dengan analisis korelasi sederhana (Spearman’s rho), pada penelitian ini menunjukkan nilai r= 0,972, nilai pValue= 0,004.
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang pengaruh komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.
2.1. Sub variabel Fase Orientasi
Penelitian pada sub variabel Orientasi didapatkan hampir seluruh perawat meperkenalkan diri saat berinteraksi dengan pasien, (62,5), ada juga perawat yang tidak melakukannya tetapi sedikit, hanya (1,6%). Perawat yang tidak memperkenalkan diri terbatas pada menanyakan identitas pasien saja, perawat juga membuat kontrak terlebih dahulu sebelum berinteraksi dengan pasien. (Lampiran8).
Berarti keberhasilan intervensi perawatan tergantung pada komunikasi karena proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku mencapai tujuan.
2.2. Sub variabel Fase Kerja
Pada sub variabel fase kerja, dari hasil penelitian didapatkan bahwa (53,1%) pasien mengatakan perawat melakukan komunikasi sangat baik yaitu perawat bertanya kepada pasien mengenai keluhannya berkaitan dengan pelaksanaan asuhan keperawatan dan menjalankannya dengan baik. perawat juga memberi kesempatan pasien untuk bertanya sebelum tindakan dilaksanakan. Dan setelah selesai tindakan dilakukan evaluasi kerja dan disampaikan kepada pasien.
(51)
Sesuai dengan pendapat Rosyidi (2008) mengatakan bahwa tugas perawat pada tahap kerja adalah mendorong ekspresi terbuka perasaan klien, membuat klien menyadari inkonsistensi dalam tingkah laku/pemikiran yang berhubungan dengan pemahaman diri. (Lampiran 9).
2.3. Sub variabel Fase Terminasi
Fase terakhir atau perpisahan (terminasi) yang didapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik perawat baik (60,9%), perawat memberi tahu pasien bahwa tindakan di ruang rawat inap selesai atau boleh pulang. (Lampiran 10).
Menurut Mundakir (2006) pada fase ini perawat harus menciptakan realitas perpisahan, menyimpulkan hasil kegiatan; evaluasi hasil dan proses. Saling mengeksplorasi perasaan penolakan, kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain. Memberikan reinforcement positif dan merencanakan tindaklanjut dengan klien. Melakukan kontrak untuk pertemuan selanjutnya (waktu, tempat, topik) serta mengakhiri kegiatan dengan baik. Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat klien akan pulang. Untuk melalui fase ini dengan sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan.
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu: terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan; terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara menyeluruh.
(52)
Agar kesan tidak baik dapat dikurangi, sebaiknya memberikan salam perpisahan dengan baik sebelum pasien meninggalkan ruang atau akan pulang.
Hal ini tercipta karena perawat benar-benar telah melakukan tahap ini dengan baik, sehingga nilai kerja dan pendokumentasian juga lebih lebih kongkrit.
2.4. Komunikasi terapeutik yang diterapkan perawat saat berkomunikasi dengan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel komunikasi terapeutik perawat dapat dilihat pada tabel 2 bahwa 43 pasien (67,2%) merasakan bahwa komunikasi terapeutik yang diterapkan oleh perawat sangat baik. (Lampiran 11).
Hal ini terjadi karena perawat telah mampu merealisasi diri, membina hubungan interpersonal dengan klien serta memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik. Sesuai dengan yang dikatakan Roger (1997, dalam Stuart 1998) sesungguhnya karakteristik seorang perawat dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan terapeutik adalah kejujuran, tidak membingungkan dan cukup ekspresif.bersikap positif, memiliki empati, dan menerima klien apa adanya
2.5. Karakteristik Variabel kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Berdasarkan hasil penelitian untuk variabel kepuasan pasien terdiri dari 2 sub variabel sebagai berikut :
2.5.1. Sub Variabel Responsivenes
Pada variabel responsiveness berdasarkan analisis penelitian menujukkan bahwa mayoritas pasien merasa sangat puas dengan respon perawat ketika
(53)
berinteraksi dengan pasien yaitu 79,7%, dan yang merasa puas 20,3%. (Lampiran 12)
Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan pasien merasakan kepuasan yang tinggi terhadap responsiveness perawat rumah sakit Haji Medan. Kepedulian perawat ini meliputi pasien tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan perawatan ketika pertama datang. perawat selalu mengecek kesehatan pasien dan berinisiatif memanggil dokter jika terjadi perubahan kondisi tubuh pasien, perawat juga membantu pasien menjelaskan tentang yang dirasakan klien, memberikan obat tepat waktu yang telah ditentukan.
Dalam hai ini perawat berusaha memperhatikan kebutuhan pasien yang menjadi tanggung jawabnya, merespon permintaan mereka dengan tanggap, mendengarkan dengan serius apa yang pasien keluhkan serta menginformasikan jasa secara tepat. Menurut Supardi (2008). Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada pasien dengan cepat. Dalam pelayanan rumah sakit adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat pelayanan tenaga kesehatan.
2.5.2. Sub Variabel Empaty
Pada sub variabel empati hasil penelitian menunjukkan (76,6%) merasakan sangat puas terhadap empati perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien. (Lampiran 12).
Hasil penelitian di RSU Haji Medan menunjukkan bahwa jumlah pasien yang merasakan perawat punya rasa empati dalam menjalankan tugas pelayanan asuhan keperawatan lebih banyak bila dibandingkan dengan
(54)
pasien yang merasakan perawat kurang punya rasa empati. Bahkan hampir seluruh perawat berempati dalam menjalankan tugasnya terutama dalam hal perawat mengevaluasi perasaan pasien setelah berinteraksi dengannya, Walaupun terkadang pasien yang dirawat inap sangat banyak, perawat juga bersikap sopan, ramah dengan wajah yang tersenyum setiap bertemu dengan pasien, tidak membeda-bedakan status social, etnis, agama, serta status ekonomi pasien. Perawat juga memotivasi pasien untuk mengunkapkan perasaanya, terkadang yang menjadi kendala pada saat pergantian shift jaga perawat tidak sempat untuk melihat kondisi masing-.masing pasien yang sedang menjalani perawatan karena perhatian perawat cenderung terfokus pada pasien yang kondisinya kritis, frekuensi interaksi perawat dengan pasien tergolong paling sering dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lainnya, maka keberadaan perawat di rumah sakit sangat penting dalam memegang peranan atas kelangsungan kondisi pasien.
Sesuai dengan pendapat Bratha (2008) Seorang perawat dengan empatinya akan membantu pasien. Perawat berkeharusan bersikap baik dan santun kepada seluruh pasien, baik itu bayi yang baru lahir sampai orang lanjut usia sekalipun. Sikap ini didasarkan pada pemikiran, pilihan sikap yang benar dan tepat dalam segala situasi, yaitu tempat dan waktu. Perawatan yang efektif mencakup pemberian perhatian kepada kebutuhan emosi sang pasien. Sikap perawat kepada pasien disesuaikan dengan usia pasien. Hal ini menguatkan bahwa kemampuan untuk dapat berempati sangat diperlukan sekali oleh perawat agar perawatan lebih efektif.
(55)
Sedangkan menurut Pasuraman (2009) menambahkan pentingnya dimensi empati dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Di mana pelayanan yang bermutu dapat memberikan pengalaman yang baik bagi pasien dan akan mengundang mereka untuk datang kembali dan menjadi pelanggan yang loyal. Seorang pasien yang merasa diperhatikan oleh perawat akan menimbulkan rasa puas pada pasien tersebut, maka pelanggan/pasien akan berusaha untuk mengingat nama dan wajah perawat tersebut, dan tidak menutup kemungkinan setelah keluar dari rumah sakit pasien akan tetap menjalin hubungan yang baik dengan perawat tersebut.
2.6. Pengaruh Komunikasi terapeutik Perawat terhadap kepuasan pasien di rumah Sakit Haji Medan.
Dari hasil analisis penelitian dengan analisi korelasi Spearman’s. pengaruh antara komunikasi yang diterapkan oleh perawat di rumah sakit Haji Medan. Pada penelitian menunjukkan nilai r = 0,004. Yang berarti adanya korelasi yang tidak kuat dan dengan nilai pValue = 0,972 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien. (lampiran 13 ).
Peneliti menyimpulkan bahwa hipotesa dari penelitian ini ditolak karena terdapat pengaruh yang tidak signifikan komunikasi terapeutik perawat terhadap kepuasan pasien.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Eva Alviana
(56)
ini menunjukkan bahwa : "Ada hubungan antara Komunikasi Terapeutik Perawat-Pasien dengan Kepusan Perawat-Pasien terhadap Pelayanan Rumah Sakit AI-Islam Bandung." Berdasar hasil uji statistik diperoleh nilai r = 0,514 dan p = 0,000. Data ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan pada taraf signifikansi 0.01 (lebih kecil dari 0,05). Nilai r sebesar 0,514 berarti kekuatan hubungan tersebut sedang atau moderat. Pola hubungan linier positif yang berarti semakin baik pelaksanaan komunikasi terapeutik maka pasien akan semakin merasa puas.
(57)
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisi dan pembahasan atas hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.1. Komunikasi terapeutik perawat di rumah Sakit Haji Medan rata – rata sangat baik walaupun ada sebahagian belum menggunakan komunikasi terapetik secara baik. Melalui tahapan komunikasi. Pada fase orientasi (62,5%), dan fase kerja (53,1%), dan pada fase terminasi (60,9%)
1.2. Kepuasan yang dirasakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Haji Medan pada umunya sangat puas terhadap respon yaitu (79,7%) dan empati perawat 76,8%) )ketika berinteraksi dengan pasien dalam meberikan asuhan keperawatan.
1.3. Terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesa peneliti ditolak.
2. Rekomendasi
2.1. Bagi perawat
Agar dapat meningkatkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dan kemam-puan berkomunikasi terapeutik yang lebih baik lagi.
(58)
2.2. Bagi pihak Rumah Sakit
Sebaiknya segera membuat SOP (Standart Operasional Prosedur) komunikasi terapeutik, meningkatkan pengetahuan perawat dengan cara mengikutsertakan para perawat dalam seminar-seminar keperawatan tentang komunikasi terapeutik, memberikan pelatihan untuk meningkatkan sikap, empati perawat terhadap pasien, dan memberikan kesempatan perawat melanjutkan pendidikannya.
2.3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk melibatkan responden yang lebih bayak lagi serta menggunakan indikator kepuasan yang lebih luas. seperti : Reliability (kehandalan), Assurance (jaminan), Tangible (bukti langsung).
(59)
Daftar Pustaka
Arikunto, S .( 2002 ), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta .
Alimun, H. Aziz. (2007), Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah.
Salemba Medika. Jakarta
Dampsey & Dempsey, (2002), Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi IV, EGC, Jakarta.
Keliat, Budi, Anna. (1996), Hubungan Terapuetik Perawat Klein. Penerbit Buku Kedoktoran, ECG. Jakarta.
Mundakir, (2006), Komunikasi Dalam Keperawatan : Aplikasi Teori dan Praktik. EGC. Jakarta.
Notoadmojo Suekidjo. (2003), Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmojo, S. ( 2005 ), Metode Penelitian Keperawatan,, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam,( 2003 ), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Purwanto, Heri. (2007). Komunikasi Untuk Perawat. EGC, Jakarta. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik : Teori dan Praktik. EGC. Jakarta. S. Pohan, Imbalo. (2006), Jaminan Mutu Layanan Kesehan. ECG. Jakarta. Sudjana (1992), Statistik Penelitian, Tarsito, bandung.
Stuart, G.W & Sundeen S.J (1995), Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edi-tion. St.Louis:Mosby Year Book.
Stuart, G.W.& Sundeen S.J (1995).Principles and Practise of Psychiatric Nurs-ing.St.Louis: Mosby Year Book.
Kempul.com. (2009). Kepuasan pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit.
Sudibyo Supardi, (2007), apotekputer.com. Faktor yang berhubungan dengan kepuasan pasien rawat inap dan rawat jalan.
(60)
10 Mei 2010
Perihal : Uji Validitas
Kepada Yth.
Jenny M. Purba, SKp, MNS di
Medan
Sehubungan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dibutuhkan validitas instrument untuk medukung hasil penelitian yang akurat, untuk itu kami mohon kesediaan Ibu mmberikan uji validitas bagi mahasiswa kami yang tersebut dibawah ini :
Nama : Salman Nur
NIM : 091121027
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat
terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Mengetahui : Medan, 10 Mei 2010
Dosen Pembimbing, Yang Membuat Permohonan
Salbiah, SKp, M.Kep. Salman Nur
Tembusan :
1. Yang bersangkutan 2. Pertinggal
(61)
16 Oktober 2010 Perihal : Uji Reliabelitas
Kepada Yth.
Direktur Rumah Sakit Haji di
Medan
Sehubungan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Keperawatan Uni-versitas Sumatra Utara, dibutuhkan reliabelitas instrument untuk medukung hasil penelitian yang akurat, untuk itu kami mohon kesediaan Ibu memberikan uji reli-abelitas bagi mahasiswa kami yang tersebut dibawah ini :
Nama : Salman Nur
NIM : 091121027
Jurusan : S1 Keperawatan
Judul : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat terhadap
Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.
Mengetahui : Medan, 16 Oktober 2010
Dosen Pembimbing, YangMembuat
Permohonan
Salbiah, SKp, M.Kep. Salman Nur
Tembusan :
1. Yang bersangkutan 2. Pertinggal
(62)
Reliability
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary
N %
Cases Valid 29 96.7
Excluded(a) 1 3.3
Total 30 100.0
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items .740 30
Item Statistics
Mean
Std.
Devia-tion N
VAR00001 3.14 1.026 29
VAR00002 2.79 .861 29
VAR00003 3.07 .842 29
VAR00004 2.93 1.033 29
VAR00005 2.97 1.017 29
VAR00006 3.24 .988 29
VAR00007 3.14 .789 29
VAR00008 3.48 .829 29
VAR00009 3.03 .906 29
VAR00010 2.72 .922 29
VAR00011 2.90 .976 29
VAR00012 3.07 .593 29
VAR00013 3.31 .930 29
VAR00014 3.03 .906 29
VAR00015 2.93 .704 29
VAR00016 3.31 .850 29
VAR00017 3.28 .702 29
VAR00018 3.07 .884 29
VAR00019 3.55 .632 29
VAR00020 3.41 .628 29
VAR00021 3.38 .775 29
VAR00022 3.59 .682 29
VAR00023 3.45 .572 29
VAR00024 3.10 .673 29
VAR00025 3.34 .721 29
VAR00026 3.03 .778 29
VAR00027 3.21 .819 29
VAR00028 3.38 .622 29
VAR00029 2.97 .906 29
(63)
(64)
(65)
(66)
Formulir Persetujuan Menjadi Responden
Judul penelitian : Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Haji Medan.
Peneliti : Salman Nur
Saya adalah mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan proses belajar-mengajar dalam mata kuliah Riset Kepera-watan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komunikasi tera-paeutik perawat terhadap kepuasan pasien di Rumah Sakit Haji Medan. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Jika saudara tidak bersedia menjadi responden, maka peneliti akan menghargai dan tidak akan memaksa saudara.
Peneliti menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang saudara beri-kan dan hanya untuk kepentingan penelitian. saudara bebas untuk menanyaberi-kan apapun tentang penelitian ini, sebagai tanda kesediaan saudara, dimohon untuk
menandatangani lembar persetujuan ini.
Medan, September 2010. Responden
Peneliti
(67)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Grafik Perencanaan Waktu Dalam Pelayanan Prposal Penelitian
N0 Kegiatan
September Oktober November Desember Januari
Minggu ke : Minggu ke : Minggu ke : Minggu ke : Minggu ke : 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Menyelesaikan Proposal
Penelitian
2. Mengajukan dan Menetapkan tanggal sidang Proposal 3. Sidang Proposal Penelitian
4. Perbaikan Proposal Penelitian 5. Mengajukan izin melaksanakan
penelitian
6. Melaksanakan pengumpulan data
7. Menganalisa data hasil penelitian
8. Penyusunan hasil Analisa Data
9. Sidang Hasil Penelitian (Skripsi)
(68)
RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
N0 Uraian Jumlah
1. Foto copy Literatur 50.000
2. Browsing dari Internet 100.000
3. Rental dan Print Proposal 100.000
4. Foto copy Kuesioner 60.000
5. Foto Copy Penggandaan Proposal 40.000
6. Pulpen 3 Lusin 45.000
7. Transportasi 300.000
8. Izin Penelitian 100.000
9. Rental dan Print Hasil Penelitian 100.000
10. Penggandaan Hasil Penelitian 40.000
11. Plasdis 1 buah 30.000
(69)
Lampiran B
INSTRUMEN PENELITIAN Petunjuk Umum Pengisian
1. Saudara diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang tersedia dilembar kuesioner ini.
2. Tuliskan Tanda check list (√ ) pada kotak, untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara pada pertanyaan.
A. Data Demografi
- Nama : ……….,.
- Umur : ………
- Jenis kelamin : Laki-Laki
Perempuan
- Suku : Aceh Batak
Melayu Minang
Jawa Nias
- Pendidikan Sarjana SLTA
SLTP SD/Sederajat
(70)
Lampiran C
B. Komunikasi Terapeutik Perawat
Tuliskan Tanda check list (√ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara.
- SL : Selalu - SR : Sering - JR : Jarang - TP : Tidak Pernah
* Selalu : Perawat melakukannya setiap kali berinteraksi dengan
pasien.
* Sering : Tidak Selalu dilakukan setiap berinteraksi dengan pasien tetapi frekuensinya lebih banyak dilakukan bila
dibandingkan dengan jarang.
N0 Pertanyaan TP
(1) JR (2) SR (3) SL (4) Skor
1. Perawat memperkenalkan diri ketika pertama kali berinteraksi dengan saya
2. Perawat juga memperkenalkan dirinya kembali ketika berinteraksi selanjutnya, baik pertemuan kedua, ketiga ataupun selanjutnya.
3. Perawat membuat janji atau kontrak lebih dahulu saat pertama kali merawat saya
4. Perawat bekerjasama dengan saya saat menyusun perencanaan perawatan penyakit yang saya alami
5. Perawat menawarkan bantuan tanpa saya minta ketika saya dalam kesulitan.
6. Perawat membuat kesepakatan untuk
pertemuan berikutnya dengan saya diakhir interaksi.
7. Perawat ikhlas, tidak ingkar janji serta menerima saya apa adanya.
8. Perawat berbicara dengan nada yang wajar (Sopan, lembut) ketika menjelaskan tujuan tindakan perawatan kepada saya.
9. Perawat membungkuk kearah saya, ketika mendengar pesan yang saya sampaikan.
(71)
10. Perawat fokus mengatasi masalah yang saya alami.
11. Perawat memberi tanggapan dengan cepat ketika saya menyampaikan keluhan.
12. Perawat menanyakan perasaan saya sesudah berinteraksi dengannya.
13. Perawat meminta saya untuk mengulang kembali apa yang telah kami diskusikan setiap akhir pertemuan.
14. Perawat menyarankan beberapa alternatif pemecahan masalah setiap akhir interaksi. 15. Perawat pamitan ketika meninggalkan
(72)
C. Kepuasan Pasien
Tuliskan Tanda check list (√ ) pada kolom yang tersedia untuk pilihan jawaban yang tepat menurut saudara.
- SP : Sangat Puas - P : Puas
- TP : Tidak Puas - STP : Sangat tidak Puas
N0 Pertanyaan STP
(1) TP (2) P (3) SP (4) Skor
16. Perawat memperkenalkan diri saat pertama kali merawat saya
17. Ketika pertama kali saya masuk rumah sakit, saya tidak perlu menunggu lama untuk mendapatkan ruangan rawat inap.
18. Perawat datang segera ketika saya membutuhkannya.
19. Perawat segera menginformasikan diagnosa penyakit saya pada hari pertama masuk rumah sakit.
20. Perawat mendengarkan dengan serius setiap kali saya menyampaikan pesan, tanpa memotong pembicaraan.
21. Perawat menanyakan apa yang saya rasakan setelah berinteraksi dengannya.
22. Perawat tidak membeda-bedakan status sosial ekonomi dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
23. Perawat bersikap sopan dan ramah saat berbicara dengan saya.
24. Perawat menatap matanya ke arah saya ketika sedang bebicara dengan saya
25. Perawat menerangkan kondisi penyakit saya dengan jelas dan detail.
26. Perawat memotivasi saya untuk meneruskan pembicaraan ketika kami berdiskusi
27. Perawat berada di dekat saya ketika saya membutuhkannya
28. Ekspresi wajah perawat tersenyum setiap berinteraksi dengan saya.
29. Perawat membungkuk kearah saya ketika mendengarkan pesan yang saya sampaikan. 30. Perawat menyentuh pundak ketika
(73)
MASTER TABEL KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT
N0
Soal Komunikasi Terapeutik
Jawaban Responden
Total
SL SR JR TP
F P F P F P F P F P 1.
2. 3. 4. 5. 6.
Fase Orientasi 31 48,4 21 3,28 9 14,1 3 4,7 64 100 20 31,3 26 40,6 14 21,9 4 6,3 64 100 21 32,8 32 50 8 12,5 3 4,7 64 100 32 50 20 31,3 9 14,1 3 4,7 64 100 24 37,5 24 37,5 9 14,1 7 10,9 64 100 31 48,4 24 37,5 4 6,3 5 7,8 64 100
7. 8. 9. 10. 11.
Fase Kerja 26 40,6 28 43,8 7 10,9 3 4,7 64 100 40 62,5 14 21,9 9 14,1 1 1,6 64 100 21 32,8 29 45,3 12 18,8 2 3,1 64 100 21 32,8 22 34,4 18 28,1 3 4,7 64 100 21 32,8 25 39,1 16 25 2 3,1 64 100 12.
13. 14. 15.
Fase Terminasi 26 40,6 25 39,1 11 17,2 2 3,1 64 100 31 48,4 25 39,1 7 10,9 1 1,6 64 100 25 39,1 25 39,1 11 17,2 3 4,7 64 100 27 42,2 27 42,2 10 15,6 - - 64 100
(74)
MASTER TABEL KEPUASAN PASIEN PERAWAT
N0
Soal Kepuasan pasien
Jawaban Responden
Total
SP P TP STP
F P F P F P F P F P 16. Responsivenes
7
29 45,3 27 42,2 6 9,4 2 3,1 64 100 17. 25 39,1 30 46,9 8 12,5 1 1,6 64 100 18. 32 50 22 34,4 8 12,5 2 3,1 64 100
19. 33 51,6 26 40,6 4 6,3 1 1,6 64 100
20. 30 46,9 27 42,2 6 9,4 1 1,6 64 100
21. Empati 29 45,3 21 32,8 11 17,2 3 4,7 64 100
22. 34 53,1 25 39,1 4 6,3 1 1,6 64 100
23. 23 35,9 31 48,4 10 15,6 - - 64 100 24. 21 32,8 29 45,3 12 18,8 2 3,1 64 100 25. 32 50 27 42,2 4 6,3 1 1,6 64 100 26. 26 40,6 29 45,3 8 12,5 1 1,6 64 100 27. 29 45,3 22 34,4 12 18,8 1 1,6 64 100 28. 19 29,7 37 57,8 8 12,5 - - 64 100 29. 25 39,1 29 45,3 7 10,9 3 4,7 64 100 30. 26 40,6 30 46,9 7 10,9 1 1,6 64 100
(1)
Pertanyaan 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid TIDAK PERNAH 2 3,1 3,1 3,1
JARANG 11 17,2 17,2 20,3
SERING 25 39,1 39,1 59,4
SELALU 26 40,6 40,6 100,0
Total 64 100,0 100,0
Pertanyaan 13
1 1,6 1,6 1,6
7 10,9 10,9 12,5
25 39,1 39,1 51,6
31 48,4 48,4 100,0
64 100,0 100,0
TIDAK PERNAH JARANG SERING SELALU Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pertanyaan 14
3 4,7 4,7 4,7
11 17,2 17,2 21,9
25 39,1 39,1 60,9
25 39,1 39,1 100,0
64 100,0 100,0
TIDAK PERNAH JARANG SERING SELALU Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Pertanyaan 15
10 15,6 15,6 15,6
27 42,2 42,2 57,8
27 42,2 42,2 100,0
64 100,0 100,0
JARANG SERING SELALU Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(2)
FREQUENCIES
VARIABLES=P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30
/STATISTICS=STDDEV MEAN MEDIAN /ORDER= ANALYSIS .
PERTANYAAN 16
2
3,1
3,1
3,1
6
9,4
9,4
12,5
27
42,2
42,2
54,7
29
45,3
45,3
100,0
64
100,0
100,0
PERTANYAAN 16
sangat tidak puas
tidak puas
puas
sangat puas
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Statistics
PERTANYAAN 17
Frequenc
y
Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid sangat tidak
puas
1
1,6
1,6
1,6
tidak puas
8
12,5
12,5
14,1
puas
30
46,9
46,9
60,9
sangat puas
25
39,1
39,1
100,0
Total
64
100,0
100,0
PERTANYAAN 18
2 3,1 3,1 3,1
8 12,5 12,5 15,6
22 34,4 34,4 50,0
32 50,0 50,0 100,0
64 100,0 100,0
sangat tidak puas tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(3)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat tidak puas 1 1,6 1,6 1,6
tidak puas 4 6,3 6,3 7,8
puas 26 40,6 40,6 48,4
sangat puas 33 51,6 51,6 100,0
Total 64 100,0 100,0
PERTANYAAN 20
1 1,6 1,6 1,6
6 9,4 9,4 10,9
27 42,2 42,2 53,1
30 46,9 46,9 100,0
64 100,0 100,0
sangat tidak puas tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 21
3 4,7 4,8 4,8
11 17,2 17,5 22,2
21 32,8 33,3 55,6
28 43,8 44,4 100,0
63 98,4 100,0
1 1,6
64 100,0 sangat tidak puas
tidak puas puas sangat puas Total Valid
System Missing
Total
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 22
1 1,6 1,6 1,6
4 6,3 6,3 7,8
25 39,1 39,1 46,9
34 53,1 53,1 100,0
64 100,0 100,0
sangat tidak puas tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
(4)
PERTANYAAN 23
10 15,6 15,6 15,6
31 48,4 48,4 64,1
23 35,9 35,9 100,0
64 100,0 100,0
tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 25
1 1,6 1,6 1,6
4 6,3 6,3 7,8
27 42,2 42,2 50,0
32 50,0 50,0 100,0
64 100,0 100,0
sangat tidak puas tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 26
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat tidak puas 1 1,6 1,6 1,6
tidak puas 8 12,5 12,5 14,1
puas 29 45,3 45,3 59,4
sangat puas 26 40,6 40,6 100,0
Total 64 100,0 100,0
PERTANYAAN 27
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat tidak puas 1 1,6 1,6 1,6
tidak puas 12 18,8 18,8 20,3
puas 22 34,4 34,4 54,7
sangat puas 29 45,3 45,3 100,0
(5)
PERTANYAAN 28
8 12,5 12,5 12,5
37 57,8 57,8 70,3
19 29,7 29,7 100,0
64 100,0 100,0
tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 29
3 4,7 4,7 4,7
7 10,9 10,9 15,6
29 45,3 45,3 60,9
25 39,1 39,1 100,0
64 100,0 100,0
sangat tidak puas tidak puas puas sangat puas Total Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
PERTANYAAN 30
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid sangat tidak puas 1 1,6 1,6 1,6
tidak puas 7 10,9 10,9 12,5
puas 30 46,9 46,9 59,4
sangat puas 26 40,6 40,6 100,0
(6)