Tingkat Serangan Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros L.) Pada Areal Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Berdasarkan Umur Tanaman

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA
AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
BERDASARKAN UMUR TANAMAN

SKRIPSI

JUNAEDI SIREGAR
050302022
HPT

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANAIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 10

Universitas Sumatera Utara

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA
AREAL PERTANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)
BERDASARKAN UMUR TANAMAN


SKRIPSI

JUNAEDI SIREGAR
050302022
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Disetujui Oleh:
Komisi pembimbing

( Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS )
Ketua

( Ir. Marheni, MP )
Anggota

DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANAIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2 0 10

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
.
Junaedi Siregar "Attack Level Analysis rhinoceros beetles (Oryctes
rhinoceros L.) On Raising Oil Palm (Elaeis guineensis Jack) By Age Plant PTPN
III Huta Padang garden." Under the guidance of Prof.. Dr. Ir. Darma Bakti, MS As
Chairman and Ir. Marheni. MP as a member. PTPN III study conducted in the
Garden District Unit Huta Padang shavings with a height of 120-170 m above sea
level. This research was conducted at six (6) locations are: the year 2000 with a
planting of 55.20 ha of land, planting crops in the year 2003 with a total area of
17.65 ha, planted with crops in an area of 123.38 ha in 2004, planted 2006 crop
year with area of 134.5 ha of land, planting crops in the year 2007 with an area of
160.05 ha of land, planting crops in the year 2008 with a total area of 38.65 ha.

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK
Junaedi Siregar “ Analisis Tingkat Serangan Kumbang Badak
(Oryctes rhinoceros L.) Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack)
Berdasarkan Umur Tanaman Dikebun Huta Padang PTPN III”. Dibawah
bimbingan
Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Sebagai Ketua dan Ir. Marheni. MP
sebagai anggota. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Unit Kebun Huta Padang
Kabupaten Asahan dengan ketinggian tempat 120-170 m di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada enam (6) lokasi yaitu: tahun tanam 2000 dengan
luas lahan 55,20 ha, tanaman tahun tanam 2003 dengan luas lahan 17,65 ha,
tanaman tahun tanam 2004 dengan luas lahan 123,38 ha, tanaman tahun tanam
2006 dengan luas lahan 134,5 ha, tanaman tahun tanam 2007 dengan luas lahan
160,05 ha, tanaman tahun tanam 2008 dengan luas lahan 38,65 ha.

ii

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP


Junaedi Siregar lahir pada tanggal 2 April 1987 di Siak, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara. Anak dari Ayahanda Agus salim siregar dan ibunda
Roinun Simamora.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah :
-

tahun 1999 lulus dari sekolah dasar SDN 029 Empang Pandan di Koto
Gasib.

-

tahun 2002 lulus dari sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTPN
Buatan Siak.

-

Tahun 2005 lulus dari Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Padang Bolak
Julu.


-

Tahun 2005 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur
PMDK.
Pengalaman Kegiatan Akademis.
1. dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMDK..
2. Tahun 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan
Juni sampai Juli di Gurach Batu Estate PT Bakrie Sumatera Plantation
Kisaran Kabupaten Asahan.
3. Penulis pernah menjadi asisten Laboratorium Mikrobiologi organisme
Pengganggu Tanaman pada tahun 2009-2010.

iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan berkat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “

ANALISIS

TINGKAT SERANGAN KUMBANG BADAK (Oryctes rhinoceros L.) PADA
AREAL

PERTANAMAN

KELAPA

SAWIT

(Elaeis

guineensis

Jack.)


BERDASARKAN UMUR TANAMAN DIKEBUN HUTA PADANG PTPN III.
Yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
ipembimbing saya yaitu Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua dan
Ibu Ir. Marheni. MP selaku anggota yang telah membimbing saya dalam penulisan
skripsi ini. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Ayahanda (Agus Salim Siregar), Ibunda (Roinun Simamora) serta teman-teman
seperjuangan HPT 05 yang telah memberikan banyak masukan hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.

.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini ini oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah turut membantu dalam penyusunan usulan penelitian ini.

Medan, Juni 2010

Penulis
iv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT ...........................................................................................

i

ABSTRAK .............................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

iii

KATA PENGANTAR ...........................................................................


iv

DAFTAR ISI ..........................................................................................

v

DAFTAR TABEL .................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN .........................................................................

viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang .........................................................................
Tujuan Percobaan .....................................................................
Hipotesa Percobaan ..................................................................
Kegunaan Percobaan ................................................................

1
4
4
5

TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit ........................................
Biologi Hama Kumbang badak ..............................................
Gejala Serangan kumbang badak ............................................
Pengendalian hama kumbang badak .......................................

6
9
12
12


BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan ................................................
Bahan dan Alat Percobaan ......................................................
Metode Analisa Data ...............................................................
Pelaksanaan Penelitian ............................................................
Pengambilan Sampel .....................................................
Menghitung populasi kumbang badak ..........................
Parameter Pengamatan ..................................................

13
13
13
14
14
14
15

HASIL DAN PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Kesimpulan .............................................................................................
Saran........................................................................................................

22
22

v

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

N0

Judul

Hlm

1. Telur Oryctes rhinoceros…………………………………………..…

8

2. Larva Oryctes rhinoceros………………………………………….…

8

3. Pupa Oryctes rhinoceros………………………………………….….

9

4. Imago Oryctes rhinoceros……………………………………………

9

5. Serangan Oryctes rhinoceros………………………………………..

10

6. Gambar Tanaman Tahun Tanam 200…………………………...

17

7. Gambar Tanaman Tahun Tanam 2000………………………….

18

8. Gambar Tanaman Tahun Tanam 2006………………………….

19

9. Gambar Tanaman Tahun Tanam 2007 dan 2008……………….

20

vi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

1.

Persentase

serangan

Oryctes

Hlm

rhinoceros

di

areal

pertanaman kelapa sawit pada tanaman TM dan TBM .......... 16
2.

Jumlah kumbang Oryctes rhinoceros yang tertangkap di
areal tanaman TM dan TBM ..................................................... 21

vii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Halaman

Lampiran 1. Bagan Pengambilan Sampel ................................................

26

Lampiran 2. Gambar peta bentangan kebun Huta Padang PTPN III ........

27

Lampiran 3. Gambarr peta denah lokasi afdeling IV ................................

28

lampiran 4. Gambar bentuk perangkap oryctes yang terbuat dari pipa
paralon ..................................................................................

29

Lampiran 5. Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada
tahun tanam 200, tahun tanam2003, tahun tanam2004 ....

30

Lampiran 6. Data Persentase serangan Oryctes rhinoceros pada
tahun tanam 2006, tahun tanam 2007, tahun tanam
2008 ......................................................................................

31

Lampiran 7. Data jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada
tahun
tanam 2000, tahun tanam 2003, tahun tanam
2004 ......................................................................................

32

Lampiran 8. Data jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada
tahun tanam 2006, tahun tanam 2007, tahun tanam
2008 ......................................................................................

33

Lampiran 9. Gambar kegiatan penelitian ..................................................

32

Lampiran 10. Gambar Kegiatan Penelitian ...............................................

33

Lampiran 11. Gambar Kegiatan Penelian .................................................

34

viii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
.
Junaedi Siregar "Attack Level Analysis rhinoceros beetles (Oryctes
rhinoceros L.) On Raising Oil Palm (Elaeis guineensis Jack) By Age Plant PTPN
III Huta Padang garden." Under the guidance of Prof.. Dr. Ir. Darma Bakti, MS As
Chairman and Ir. Marheni. MP as a member. PTPN III study conducted in the
Garden District Unit Huta Padang shavings with a height of 120-170 m above sea
level. This research was conducted at six (6) locations are: the year 2000 with a
planting of 55.20 ha of land, planting crops in the year 2003 with a total area of
17.65 ha, planted with crops in an area of 123.38 ha in 2004, planted 2006 crop
year with area of 134.5 ha of land, planting crops in the year 2007 with an area of
160.05 ha of land, planting crops in the year 2008 with a total area of 38.65 ha.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Junaedi Siregar “ Analisis Tingkat Serangan Kumbang Badak
(Oryctes rhinoceros L.) Pada Pertanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jack)
Berdasarkan Umur Tanaman Dikebun Huta Padang PTPN III”. Dibawah
bimbingan
Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS Sebagai Ketua dan Ir. Marheni. MP
sebagai anggota. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Unit Kebun Huta Padang
Kabupaten Asahan dengan ketinggian tempat 120-170 m di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada enam (6) lokasi yaitu: tahun tanam 2000 dengan
luas lahan 55,20 ha, tanaman tahun tanam 2003 dengan luas lahan 17,65 ha,
tanaman tahun tanam 2004 dengan luas lahan 123,38 ha, tanaman tahun tanam
2006 dengan luas lahan 134,5 ha, tanaman tahun tanam 2007 dengan luas lahan
160,05 ha, tanaman tahun tanam 2008 dengan luas lahan 38,65 ha.

ii

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor,
sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli,
Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah
permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari
sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan
tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura"
(Wikipedia, 2008).
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang
Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama
berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan
mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di
Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang,
Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka
pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura
Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besarbesaran baru dimulai tahun 1911 (Wikipedia, 2008).
Pada tahun 1957 setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia
pemerintah mengembil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan).
Untuk mengamankan jalannya produksi pemerintah meletakkan perwira militer

Universitas Sumatera Utara

disetiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL
(Buruh Militer) yang merupakan kerjasama antara buruh perkebunan dan militer.
Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta
keamanan dalam negeri yang tidak kondusif menyebabkan produksi kelapa sawit
menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit terbesar tergeser
oleh Malaysia (Sastrosaryono, 2003)
Pada masa pemerintahan orde baru pembangunan perkebunan diarahkan
dalam rangka menciptakan kesempatan kerja meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan sector penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong
pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai pada tahun 1980 luas lahan
mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172
ton. Sejak itulah perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama
perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang
melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (Wikipedia, 2008).
Kelapa sawit adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak,
minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan
keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi
menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa
sawit kedua dunia setelah Malaysia, namun proyeksi ke depan memperkirakan
bahwa

pada

tahun

2009

Indonesia

akan

menempati

posisi

pertama

(Sunarko, 2007).
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasi lminyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa nonmigas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak

Universitas Sumatera Utara

kelapa sawit dalam perdagangan minyak

nabati

dunia

telah

mendorong

pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. Berkembangnya subsektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIRBun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta (Anonimus. 2007a).
Tanaman sawit ini tergolong tanaman yang kuat, walaupun demikian
tanaman ini tak luput dari serangan hama dan penyakit, baik yang kurang
membahayakan maupun yang membahayakan. Sebagian besar hama yang
menyerang adalah golongan insekta atau serangga. Jenis hama yang sering
menyerang tanaman kelapa sawit adalah kumbang, ulat api, ulat kantong,
belalang, sedangkan penyakit yang sering menyerang seperti penyakit busuk
pangkal batang, busuk batang atas, antraknosa dan lain-lain (Anonimus, 2005b).
Kumbang tanduk adalah salah satu hama utama pada tanaman kelapa
sawit dan kelapa di Indonesia, khususnya kelapa di area peremajaan kelapa sawit,
hal ini disebabkan pada areal replanting kelapa sawit banyak tumpukan bahan
organik yang sedang mengalami proses pembusukan sebagai tempat berkembang
biaknya hama ini. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk tanaman kelapa sawit
dan kelapa, gerekan dapat memperlambat pertumbuhan dan jika sampai merusak
titik tumbuh akan mematikan tanaman (Winarto, 2005).
Masalah kumbang tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya
aplikasi mulsa tandan kosong kelapa sawit pada gawang maupun pada system
lubang tanaman besar. Aplikasi mulsa tandan kosong sawit yang kurang tepat

Universitas Sumatera Utara

dapat mengakibatkan timbulnya masalah kumbang tanduk diareal kelapa sawit tua
(sudharto, dkk., 2000).
Serangan kumbang ini selain dapat menurunkan produksi tandan buah
segar sampai 69% pada tahun pertama, juga mematikan tanaman muda hingga
25%, akibatnya penyisipan tanaman kelapa sawit harus dilakukan berulang kali.
Pada umumnya pengendalian hama ini dilakukan dengan pengutipan kumbang
dan aplikasi insektisida yang memerlukan biaya tinggi dan resiko tinggi merusak
lingkungan. Pengaruh dari penggunakan pestisida dalam pengendalian hama
selain membutuhkan biaya yang tinggi juga berdampak pada lingkungan dan
resistensi terhadap hama itu sendiri. Saat ini telah ditemukan teknik pengendalian
dengan menggunakan feromon yang efektif dan aman terhadap ligkungan
(PPKS, 1996).
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat serangan kumbag badak pada areal pertanaman
kelapa sawit berdasarkan umur tanaman dikebun Huta Padang PTPN III.
Hipotesa Penelitian
Diduga adanya tingkat serangan kumbang badak pada berbagai umur
tanaman di areal pertanaman kelapa sawit kebun Huta Padang.
Kegunaan Penelitian
1. Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar
serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga
terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk
mendapatkan tambahan aerasi (Wikipedia,2008).
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan
membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener. Akar serabut tanaman kelapa
sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar
napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan
aerasi (Setyamidjadja, 2006)
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20–75 cm.
Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan yang
sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Batang tanaman
diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah
yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa
(Setyamidjadja,2006)
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Susunan
ini menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Daun berwarna hijau tua dan
pelepah berwarna sedikit lebih muda.Panjang pelepah daun sekitar 7,5–9 m.
Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250–400 helai. Produksi
pelepah daun selama satu tahun mencapai 20–30 pelepah (Sunarko, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Bunga jantan dan
betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki
waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri.
Sehingga pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan penyerbukan silang.
Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat
lebih besar dan mekar (Sastrosaryono, 2003).
keanekaragaman dan jumlah populasi di suatu tempat

dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu: umur tanaman,
keadaan cuaca saat pengambilan sampel dan keadaan habitat di sekitar tanaman
(penggunaan tanaman penutup tanah). (Rizali, Buchori dan Triwidodo2002).
Pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbedabeda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup (keadaan
tofografi) atau habitatnya

(Gallangher dan Lilies, 1991).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme
selalu dalam keadaan keseimbangan dengan populasi organisme lainnya dalam
komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme pengendalian
yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan apa tingkat antar spesies
(persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies serta Populasi setiap organisme
pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu, tetapi selalu berfluktuasi
(Untung, 1996).
Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari populasi serta lingkungan
fisiknya senantiasa berubah dan bertambah atau berkurang sepanjang waktu

Universitas Sumatera Utara

tergantung faktor-faktor yang mempengaruhinya (Tarumingkeng, 2001 dalam
Anonimus, 2008a).
Biologi Hama (Oryctes rhinoceros L.)
Manurut (Zaini, 1991 ) Klasifkasi hama Oryctes rhinoceros ini adalah
sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Family

: Scarabaeidae

Genus

: Oryctes

Species

: Oryctes rhinoceros L.

Kumbang ini berukuran 40-50 mm, berwarna coklat kehitaman, pada
bagian kepala terdapat tanduk kecil. Pada ujung perut yang betina terdapat bulubulu halus, sedang pada yang jantan tidak berbulu. Kumbang menggerek pupus
yang belum terbuka mulai dari pangkal pelepah, terutama pada tanaman muda
diareal peremajaan (Purba. 2005).
Kumbang badak betina bertelur pada tunggul-tunggul karet, kelapa dan
kelapa sawit yang telah dipotong dan bahan organik lainnya. Bahan-bahan organik
adalah

bahan

yang

mudah

digerek

atau

telah

busuk.

(Mangoensoekarjo dan semangun, 2003)
Telur berwarna putih, bentuk oval, diletakkan oleh imago betina 5-15 cm
dibawah permukaan bahan organic. Telur yang baru diletakkan berukuran 2,3 x
3,5 mm dan lamanya stadia telur 8-12 hari (Allorerung dan Hossang, 2003).

Universitas Sumatera Utara

Imago kumbang betina ini dapat bertelur 3 sampai 4 kali selama hidupnya dengan
jumlah telur 30 butir dalam sekali bertelur, tergantung berkembang biaknya
selama 9 sapai 12 minggu kedepan, masa inkubasi telur 11 hari kemudian menjadi
larva setelah 17 minggu dari peletakan telur oleh imago dan rata-rata selama
hidupnya dan selama hidupnya dapat menelur sebanyak 108 telur sepanjang
hidupnya. Telur dapat dilihat pada gambar 1 (Hinckley, 2007)

Telur

Gambar 1: Telur Oryctes rhinoceros
Sumber: Foto Langsung
Larva muda memakan bahan organik dari hasil pembusukan kayu karet
dan kelapa sawit selain itu juga bahan vegetatif tanaman, larva dapat tertanam
hingga panjang 60 mm atau lebih, selama stadia ini mereka tidak dapat merusak
tanaman (Komaruddin, 2006). Larva pada kumbang ini terdiri dari 3 instar yaitu
instar pertama selama 10 sampai 21 hari, instar kedua selama 12 sampai 21 hari
dan instar ketiga selama 60 sampai 65 hari. Larva dapat dilihat pada gambar 2
(Mohan, 2007)

larva

Gambar 2: Larva Oryctes rhinoceros
Sumber : Foto Langsung

Universitas Sumatera Utara

Sebelum menjdi pupa terlebih dahulu mengalami pra pupa selama 8
sampai 13 hari kemudian menjadi pupa selama 17 hari sampai 28 hari. Pupa dapat
dilihat pada gambar 3 (Mohan, 2007).

pupa

Gambar 3: Pupa Oryctes rhinoceros
Sumber: Foto Langsung
Kumbang yang muncul akan mulai berterbangan pada waktu senja atau
pada malam hari manuju mahkota daun tanaman kelapa dan menuju ujung batang
kemudian mengebor sampai sampai ketitik tumbuh. Kumbang menghisap cairan
yang keluar dari luka bekas gigitannya. Kumbang ini akan tetap tinggal dalam
terowongan yang dibuatnya selama lebih kurang satu minggu, dan kumbang ini
akan berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain tiap 4 – 7 hari.kumbang
dewasa dapat dilihat pada gambar 4 (Purba. 2005).

Gambar 4: Imago Oryctes rhinoceros
Sumber: Foto Langsung

Universitas Sumatera Utara

Gejala Serangan
Serangan dari O. rhinoceros ini dapat dilihat bekas gerekan yang
dibuatnya. Pada tanaman muda serangan hama ini dapat menyebabkan kematian.
Pada waktu hama ini mengebor pucuk tanaman biasanya juga merusak bagian
daun yang muda yang belum terbuka (janur) hingga waktu daun terbuka akan
terlihat bekas potongan yang simetris berbantuk segitiga atau seperti huruf V.
Akibatnya, mahkota daun tampak compang camping tidak teratur sehingga
bentuknya tidak bagus lagi (Firmansyah, 2008).
Luka dari bekas gerekan kumbang badak ini sering mengundang hama
lain. Yang merupakan hama sekunder yaitu kumbang moncong merah
(Rhynchophorus ferrugineus Oliver) dan penyakit busuk pucuk yang disebabkan
oleh cendawan Phytophthora palmivora Butler. Gejala serangan dapat dilihat
pada gambar 5 (Untung, 1996)

Gambar 5: Gejala Serangan Oryctes rhinoceros
Sumber: www.fao.org/DOCREP/006/Y4360E/y4360e0g.htm
5 Juli 2009

Universitas Sumatera Utara

Pengendalian
Secara mekanis dilakukan dengan memusnakan stadia telur, larva dan
pupa dalam sarang-sarang di permukaan tanah. System pencacahan batang,
pengutipan kumbang dan larva, secara kimiawi dan hayati. Semua metode
pengendalian di aplikasikan secara tunggal maupun terpadu keterbatasan dalam
skala besar (Dechenon, et al., 1997).
Dengan menggunakan feromon (etil – 4 oktanoate) ini berguna sebagai
alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap masal. Rekomendasi untuk
perangkap masal adalah adaah meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar. Pada
populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu perangkap untuk
satu hektar (Utomo, et al., 2007).
Mengingat peningkatan areal peremajaan dan kebutuhan akan teknik
pengendalian spesifik pada perkebunan kelapa sawit yang lebih berwawasan
lingkungan, diperlukan suatu metode yang lebih sesuai dan dapat dipadukan
dengan metode yang lain. Pemenfaatan feromon merupakan metode pengendalian
secara mekanis kumbang tanduk yang dilakukan pada areal kelapa sawit yang
mencakup areal luas dan ramah lingkungan (Dechenon, et al., 1997).
Pada umumnya, Oryctes rhinoceros lebih menyenangi tanaman yang
berusia muda dibandingkan dengan tanaman yang tua. Berarti faktanya
dilapangan serangga ini umumnya banyak ditemukan pada pertanaman kelapa
sawit yang belum menghasilkan (TBM), bukan berarti pada tanaman
menghasilkan (TM) keberadaan serangga ini tidak ditemukan tetapi jumlahnya
sangat sedikit. (Risza, 1994).

Universitas Sumatera Utara

pola penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbedabeda. Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup termasuk
didalamnya topografi atau habitatnya. (Gallangher dan Lilies, 1991)

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan
Penelitian dilaksanakan di areal pertanaman kelapa sawit di kebun Huta
Padang PTPN III Kabupaten Asahan. dengan ketinggian tempat ± 123 m dpl.
Penelitian dilaksanakan pada bulan agustus 2009 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat Percobaan
Bahan
-

Tanaman

sampel

kelapa

sawit

yang

akan

diamati

serangan

O. rhinoceros.
Alat
-

Buku dan alat tulis untuk mencatat data pengamatan di lapangan.

-

cat untuk menandai pohon sampel

Metode Analisa Data
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
dengan pengambilan sampel secara acak sistematik. Dengan memperkirakan
jumlah total semua tanaman yang berada dalam satu afdeling pada berbagai umur
tanaman. Jumlah sampel yang di ambil 10 % dari jumlah pohon/umur tanaman.
Maka apabila jumlah tanaman ada 2000 batang/umur tanaman, maka interval
pengambilan sampel adalah:
2000/10 = 200 pohon sampel. Jadi :
N=2000
n= 200
N/n= 2000/200 =10

Universitas Sumatera Utara

Untuk sampel pertama diacak dimulai dari pohon ke 10. Maka pohon sampel
berikutnya adalah pohon ke 20, 30, 40, 50 dan seterusnya. Hal ini dilakukan
karena keadaan topografi lahan terdiri dari rendahan, berbukit, atau perengan
dengan tanah rata hanya sekitar 30%. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali,
dengan interval pengamatan 1 kali seminggu.

Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengamati gejala serangan yang
ditimbulkan kumbang badak pada pohon sampel yang telah ditetapkan. Lokasi
pegambilan sampel dilakukan pada :
1. Tanaman tahun tanam 2000 dengan luas lahan 55,20 ha.
2. Tanaman tahun tanam 2003 dengan luas lahan 17,65 ha.
3. Tanaman tahun tanam 2004 dengan luas lahan 123,38 ha.
4. Tanaman tahun tanam 2006 dengan luas lahan 134,5 ha.
5. Tanaman tahun tanam 2007 dengan luas lahan 160,05 ha.
6. Tanaman tahun tanam 2008 dengan luas lahan 38,65 ha.
Menghitung populasi Kumbang badak
Perangkap kumbang badak ini dengan menggunakan ferotrap, yaitu
feromon untuk pengandalian kumbang badak. pemasangan perangkap ini
dilakukan pada setiap umur tanaman dengan banyaknya perangkap yaitu 2 buah
perangkap setiap umur tanaman. feromon sintetik ini digantungkan dalam pipa
paralon yang berukuran 2 meter dan dengan diameter 10 cm. kemudian pipa
paralon dibuat 2 lubang jendela yang berguna sebagi pintu masuknya kumbang

Universitas Sumatera Utara

oryctes kedalam pipa paralon. Feromon digantung pada lobang cantelan yang
telah dibuat sedemikian rupa, yang telah diberi penyanggah kawat. Satu kantong
feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap satu minggu dilakukan
pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dihitung jumlah kumbang badak
yang masuk dalam perangkap.
Parameter Pengamatan
1. Jumlah pohon sampel yang terserang kumbang badak
persentase serangan dihitung dengan menggunakan rumus :
Persentase Serangan =

a
x100%
b

Keterangan :
a = Jumlah pohon sampel yang terserang
b = Jumlah pohon sampel keseluruhan (Odum, 1971).
Kemudian membandingkan tingkat serangan antara tanaman TBM dan
TM.
2. Menghitung populasi kumbang badak yang masuk dalam perangkap
feromon.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Dari penelitian yang dilakukan di kebun Huta Padang PTPN III Kisaran,
tingkat serangan kumbang badak (Oryctes rhiniceros) yang di peroleh dilapangan
dapat dilihat pada tabel 1 :
Tabel 1.Data persentase serangan O. rhinoceros di areal pertanaman kelapa sawit
pada tanaman TM dan TBM
Tahun Tanam

TM

II
35.21
35.00

III
25.35
20.00

Iv
29.58
30.00

Total

Rataan

2000
2003

I
32.39
55.00

122.53
140.00

30.63
35.00

2004

30.06

25.15

16.56

20.24

92.01

23.00

Tahun Tanam

TBM

Pengamatan Perminggu

Pengamatan Perminggu
II
32.02
43.92

III
24.71
41.58

IV
21.34
34.11

Total

Rataan

2006
2007

I
26.96
48.13

105.03
167.74

26.26
41.94

2008

44.44

38.88

48.14

35.18

166.64

41.66

Dari hasil penelitian pada tanaman kelapa sawit yang sudah menghasilkan
(TM), jumlah persentase serangan tertinggi adalah pada tahun tanam 2000 dengan
tingkat serangan 30,63% dan persentase serangan terendah adalah pada tahun
tanam 2004 dengan tingkat serangan 23.00%. rendahnya tingkat serangan pada
tahun tanam 2004 ini dapat disebabkan karna letak topografi lahan serta keadaan
suhu dan cuaca saat pengambilan sampel, bila dilihat dari posisi atau zona lahan
lahan tanaman 2004, tanaman 2004 ini berdekatan dengan tahun tanam 2000,
2006, dan 2003. Hama kumbang badak lebih menyukai tanaman yang lebih muda
sedangkan disekeliling tanaman 2004 semuanya adalah tanaman yang sudah tua
jadi sedikit banyaknya hama kumbang badak ini jadi lebih sedikit populasinya di

Universitas Sumatera Utara

tahun tanam 2004. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2004 dapat kita
lihat pada Gambar 6.

Gambar 6: Tanaman Tahun Tanam 2004

Sedangkan pada tahun tanam 2000, tanaman tahun 2000 ini letaknya
berdekatan dengan tanaman tahun 2008, dan 2006. Jadi karna hama kumbang
badak ini lebih menyukai tanaman muda tentu populasi hama lebih banyak
terdapat pada tahun tanam 2008, karna dekatnya jarak antara tanaman tahun 2008
dan tanaman tahun 2000 menyebabkan banyak hama kumbang badak yang
terdapat ditanaman 2000 hal inilah yang menyebabkan mengapa tahun tanam
2000 lebih tinggi serangannya dibanding dengan tahun tanam 2004. Hal ini sesuai
dengan pernyataan (Gallangher dan Lilies, 1991) yang menyatakan bahwa pola
penyebaran dan kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda.
Penyebaran dan kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
populasi serangga, prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya
topografi atau habitatnya. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2000 dapat
dilihat pada Gambar 7.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 7: Tanaman Tahun Tanam 2000

Dari hasi pengamatan tanaman TBM diketahui bahwa jumlah persentase
serangan kumbang badak yang tertinggi ditemukan pada tahun tanam 2007 yaitu
41,93%, sedangkan persentase terendah adalah pada tahun tanam 2006 yaitu
26,26%. Rendahnya tingkat serangan pada tahun tanam 2006 ini disebabkan karna
beberapa faktor yaitu, faktor usia tanaman, topografi lahan, letak tanam dan curah
hujan. Hama kumbang badak lebih menyukai tanaman yang lebih muda, itulah
yang menyebabkan populasi hama kumbang badak ini lebih banyak terdapat pada
tanaman tahun 2007
bergelombang

dari pada tanaman tahun 2006. Topografi lahan 2006

hal ini sangat mempengaruhi mobilitas dari serangga ini,

sedangkat tanaman tahun 2007 topografi lahannya lebih banyak dataran sehingga
akan lebih mudah dalam pergerakan hama ini dalam menyebar pada lahan
tanaman tahun 2007. Sedangkan bila dilihat dari letak posisi penanaman tanaman
tahun 2006 letaknya dekat dengan tanaman tahun 2004 dan tanaman tahun 2000,
itulah sebabnya serangan hama kumbang badak pada tanaman tahun 2007 lebih
tinggi di bandingkan tanaman tahun 2006 hal ini sesuai dengan pernyataan
(Gallangher dan Lilies, 1991) yang menyatakan bahwa pola penyebaran dan
kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda. Penyebaran dan

Universitas Sumatera Utara

kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga,
prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya topografi atau
habitatnya. Untuk melihat kondisi tanaman tahun tanam 2006 dapat dilihat pada
Gambar 8.

Gambar 8: Tanaman Tahun Tanam 2006

Bila dilihat perbandingan serangan antara tahun tanam 2007 dengan
tanaman tahun 2008 tidak begitu signifikan, tingkat serangan pada tahun tanam
2007 sebesar 41,93%, sedangkan pada tanaman tahun 2008 yaitu 41,66%, hal ini
disebabkan karena pada tanaman tahun 2008 masih banyak terdapat tanaman
Mucuna (tanaman kacang-kacangan penutup tanah). Tanaman kacang-kacangan
ini kurang begitu disukai oleh hama kumbang badak karna tanaman penutup tanah
ini dapat mengeluarkan zat kimia eksudan yang kurang disukai oleh hama
kumbang badak, itulah yang menyebabkan serangan hama kumbang badak lebih
tinggi pada tanaman tahun 2007 dibanding tanaman tahun 2008. Untuk melihat
kondisi tanaman tahun tanam 2007 dan 2008 dapat dilihat pada Gambar 9.

Universitas Sumatera Utara

a

b

Gambar 9: a.Tanaman Tahun Tanam 2007
b.Tanaman Tahun Tanam 2008
Bila dibandingkan tingkat persentase serangan antara TM dan TBM adalah
lebih tinggi tingkat serangan pada areal tanaman TBM ini disebabkan karna pada
tanaman TBM masih banyaknya terdapat tumbangan batangan tanaman kelapa
sawit, karna masih banyaknya bekas tumbangan batang tanaman kelapa sawit ini
menjadi tempat sarang hama kumbang badak untuk berkembang biak. Sedangkan
pada areal TBM bekas tumbangan tanaman kelapa sawit ini sudah jarang
ditemukan, sehingga inilah yang menyebabkan tingkat serangan pada areal TBM
lebih

tinggi

dibandingkan

TM

Hal

ini

sesuai

dengan

literatur

(Gallangher dan Lilies, 1991) yang menyatakan bahwa pola penyebaran dan
kepadatan serangga di suatu tempat akan berbeda-beda. Penyebaran dan
kepadatan serangga sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya populasi serangga,
prilaku serangga dan tempat hidup termasuk didalamnya topografi atau
habitatnya.
Bila dilihat dari data curah hujan, tingkat curah hujan selama penelitian
sangat tinggi, hal ini sedikit banyaknya akan sangat mempengaruhi dari
pergerakan hama kumbang badak tersebut..sehingga menyebabkan tingkat

Universitas Sumatera Utara

serangan pada setiap umur tanaman berbeda-beda. Untuk melihat perbedaan
persentase tingkat serangan pada TM dan TBM dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6: Histogram Rataan Persentase Tingkat Serangan Pada
TM dan TBM
Untuk melihat jumlah hama kumbang badak yang tertangkap diareal
pertanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan di areal Pertanaman kelapa
Sawit TM dan TBM
tahun tanam

2000
2003
2004

jumlah serangga (ekor)
35
24
47

Tahun Tanam

Jumlah Serangga (ekor)

2006
2007
2008

44
85
54

Dari Tabel 3. Diketahui bahwa jumlah imago kumbang badak yang paling
banyak tertangkap pada tanaman TM adalah pada tahun tanam 2004 yaitu 47 ekor
dan jumlah imago kumbang badak terendah yang tertangkap adalah pada tanaman
tahun 2003 yaitu 24 ekor. Sedangkan kita ketahui pada tingkat serangan kumbang
badak, tingkat serangan pada tanaman tahun tanam 2004 adalah tingkat serangan

Universitas Sumatera Utara

yang terendah yaitu 23.00% hal ini dapat disebabkan karna beberapa factor yaitu
salah satunya karna letak zona penanaman tahun 2004, tanaman tahun 2004 ini
letaknya berdekatan dengan tanaman TBM yaitu tanaman tahun tanam 2006 dan
tanaman tahun tanam 2007 sedangkan perangkap hama kumbang badak ini
dipasang di pinggir barisan tanaman 2004 dengan tujuan dari pemasangan
perangkap seperti ini agar hama kumbang badak yang ada ditengah-tengah
pertanaman tahun tanam 2004 sedikit banyaknya dapat keluar dan terbang
mengarah kearah perangkap yang telah dipasang. Karna tanaman 2004 ini juga
berdekatan dengan tanaman tahun tanam 2007 sehingga sedikit banyaknya hama
kumbang badak yang berada pata pertanaman tanaman tahun 2007 terbang kearah
perangkap yang dipasang pada tanaman tahun tanam 2004.
Dari tabel 4. Diketahui bahwa jumlah populasi hama kumbang badak
yang banyak tertangkap adalah pada tahun tanam 2007 yaitu 85 ekor dan jumlah
populasi hama kumbang badak yang paling sedikit tertangkap yaitu pada tahun
tanam 2006 yaitu 44 ekor hal ini jelas terjadi karena serangga ini lebih menyukai
tanaman muda yang lebih muda dibandingkan pada tanaman yang lebih tua,
walaupun sebenarnya tanaman 2004 bukanlah tergolong tanaman tua, hal ini
sesuai dengan pernyataan.Risza (1994) yang menyatakan bahwa Pada umumnya,
Oryctes rhinoceros lebih menyenangi tanaman yang berusia muda dibandingkan
dengan tanaman yang tua. Berarti faktanya dilapangan serangga ini umumnya
banyak ditemukan pada pertanaman kelapa sawit yang belum menghasilkan
(TBM), bukan berarti pada tanaman menghasilkan (TM) keberadaan serangga ini
tidak ditemukan tetapi jumlahnya lebih sedikit.

Universitas Sumatera Utara

Bila dibandingkan dari jumlah populasi kumbang badak yang didapat pada
tanaman tahun 2007 dengan tanaman tahun 2008 populasi kumbang badak lebih
banyak terdapat pada tanaman tahun 2007 hal ini juga disebabkan karena pada
tanaman tahun 2008 masih banyak terdapat tanaman kacang-kacangan penutup
tanah, tanaman penutup tanah ini dapat mengeluarkan zat kimia eksudan yang
kurang disukai oleh hama kumbang badak. Sehingga sedikit banyaknya hama
kumbang badak ini berpindah pada tanaman tahun tanam 2007.
Vegetasi tanaman penutup tanah (cover crop) pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) lebih tinggi dibandingkan pada tanaman menghasilkan
(TM). Bahkan tanaman penutup tanah dalam hal ini yang dipakai adalah mucuna
hampir tidak dijumpai lagi pada tanaman menghasilkan (TM) karena mucuna
akan mati seiring bertambahnya umur tanaman yang mengakibatkan mucuna tidak
dapat pasokan cahaya matahri yang cukup.
Umur tanaman juga sangat menentukan kepadatan populasi serangga, ada
serangga tertentu misalnya hama yang hanya menyenangi tanaman muda, dan
hampir tidak ditemukan menyerang tanaman tua. Munculnya hama ini akan
diikuti dengan munculnya serangga lain yang sifatnya pengendali hayati misalnya
natural enemies (musuh alami). Hal ini membuktikan umur tanaman juga sangat
berpengaruh menentukan kepadatan populasi serangga di areal tersebut.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat serangan hama kumbang
badak yg paling tinggi pada tanaman menghasilkan TM adalah pada
tahun tanam 2000 yaitu 30.63%, dan yang paling rendah adalah tanaman
tahun tanam 2004 yaitu 23.00%.
2. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat serangan hama kumbang
badak paling tinggi pada tanaman TBM adalah pada tahun tanam 2007
yaitu 41.94%, dan yang paling rendah adalah pada tahun tanam 2006
yaitu 26.26%.
3. Selain dipengaruhi oleh umur tanaman, rendahnya persentase serangan
serangga pada tanaman tahun 2004 juga dipengaruhi oleh suhu dan
keadaan cuaca pada saat pengambilan sampel dilapangan,
4. Jumlah kumbang badak yang tertangkap paling banyak pada tanaman TM
adalah tanaman tahun tanam 2004 yaitu 47 ekor dan yang tertangkap
paling sedikit yaitu pada tanaman tahun tanam 2003 yaitu 24 ekor..
5. Jumlah kumbang badak yang tertangkap paling banyak pada tanaman
TBM adalah tanaman tahun tanam 2007 yaitu 85 ekor dan yang
tertangkap paling sedikit yaitu pada tanaman tahun tanam 2006 yaitu 45
ekor.

Saran
Perlunya bantuan tenaga kerja dalam melakukan penelitian survei ini agar
data yang diperoleh dapat lebih akurat.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung. D dan M. L. A. Hossang. 2003. Kelapa (cocos nucifera L.). Balai
Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Puslitbangtri.
Anonimus. 2007a. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Diakses dari
http://www.depperin.go.id/PaketInformasi/KelapaSawit/Minyak%20
Kelapa%20Sawit.pdf. Pada tanggal 22 april 2009.
________,

2005b,
Budidaya
Kelapa
Sawit.
http://www.agroindonesia.com/~agroindo/cpas2/nonmember/entri.ph
p3?parent=268&id=73. Pada tanggal 1 mei 2009.

Dechenon, R. D dan H Pasaribu, 2005. Strategi pengendalian Hama Oryctes
rhinoceros di PT. Tolan Tiga Indonesia (SIPEF Group). Dalam
Pertemuan Teknis Kelapa Sawit 205.
Firmansyah, E., 2008. Mengurangi Populasi Hama Serangga Tanpa Merusak
Lingkungan. Available on line at : http://www.google.com (12 April
2009).
Gallangher, D. K dan S. Lilies, Ch., 1991. Metode Ekologi Lapangan. Program
Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian Hama Terpadu.
Jakarta.
Hinckley, D. 2007. Ecology Distribution of O. rhinoceros Coconut beetle.
AvailableHp://www.issg.org/database/spesies/ecology.asp?si=173&fr=1
&sts. Diakses tanggal 22 april 2009.
Komaruddin, E. E., 2006. Rhinoceros beetle (oryctes rhinoceros).
Available.at:http//rhinoceros%20beetle%20(oryctes%rhinoceros)%2020
att%20sungei%20bulon%20natur%2020park. Diakses tanggal 15 april
2009.
Mangoensoekarjo, H. Semangun., 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sawit.

Mohan, C.2007. The Association for Tropical Biology and Concervation Ecology
of
the
Coconut
Rhinoceros
Beetle,
Oryctes
rhinoceros
(L)(Coleoptera:Dynastidae).AvailableHp://www.linkjstor.org/sici?sici=0
006-3606(197309)5:2%3C111:EOTCRB%3e2.0.C;2-E. diakses 7 april
2009.
Odum, E.P., 1971. Fundamental of Ecology. W.B. Saunders, Philadelphia.
Purba. Y, Dkk. 2005., Hama-hama pada Kelapa Sawit, Buku 1 Serangga Hama
pada Kelapa Sawit. PPKS, Medan.

Universitas Sumatera Utara

PPKS, 1996. Pengendalian Baru Kumbang Tanduk Dengan Feromon,
Oryctes rhinoceros, Medan.
Risza, S., 1994. Seri Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta.
Rizali, A., Bukhori, D., Triwidodo, H., 2002. Keanekaragaman Serangga pada
Lahan Persawahan-tepaian Hutan indicator untuk Kesehatan
Lingkungan. Jurnal Penelitian Juni 2002 Vol 9 (2).
Sastrosaryono, S., 2003. Prospek Bertanam Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka.
Jakarta.
Setyamidjadja, D., 2006. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarko., 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sudartho, P. S., and A. Susanto, 2002. Utilization of Enthomophathogenic fungus
Metharhizium anisoliae as bio-insecticide against larvae of O. rhinoceros
on Empty oil Palm Fruith Bunch Mulch in The Oil Palm Plantation.
Proceding of International Oil Palm Conference, Nusa dua Bali 8 – 12 juli
2002.
Untung, K.,. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.
Utomo, C. Herawan T. dan Susato A., 2007. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit,
Feromon : Era baru pengendalian hama Ramah Lingkungan di
Perkebunan Kelapa Sawit, PPKS Medan .
Zaini. 1991. Hama tanaman Kelapa Sawit dan Pengendaliannya. Available at.
Hp://litbang.deptan.go id/hama kelapa sawit. Diakses tanggal 22 april
2009.
Wikipedia,2008.
Kelapa
Sawit.
Diakses
dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit. pada tanggal 22 april 2009.
Winarto,

C.
2004.
What
is
Lethal-male
deliveri
system.
http://www5e.biglobe.ne.jp/~champ/Oryctes rhinoceros1.htm. pada
tanggal 1 mei 2009.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1
BAGAN PENGAMBILAN SAMPEL

1

2

26

27

3

25

28
52

53

24

29
51

54

78

4

5

23

30
50

55

77

6

56

76

22

31
49

21

32
48

57

75

7

74

73

9

20

33

47

58

8

19

34
46

59

18

35
45

60

72

10

71

11

17

36

44

61

16

37
43

62

70

12

15

38
42

63

69

13

39

41

64

68

14

40

65
99
67

66

10 pohon

KETERANGAN:
= pokok kelapa sawit
= Pohon sampel

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2

Gambar 7: Peta Bentangan kebun Huta Padang PTPN III

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3

DENAH LOKASI AFDELING IV

Keterangan :
Tahun tanam

luas (ha)

jlh phon

warna

jlh pohon sampel

2000

55,20

7175

717

2003

17,65

2080

208

2004

123,38

16335

1633

2006

134,5

17884

1788

2007

160,05

21423

2143

2008

38,65

5475

547

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4

Gambar Bentuk Perangkap Oryctes rhinoceros Yang Terbuat Dari Pipa Paralon

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5
Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2000
Tahun tanam
2000
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
71.00
23.00
32.39

II
71.00
25.00
35.21

III
71.00
18.00
25.35

IV
71.00
21.00
29.58

Total
284.00
87.00
122.54

Rataan
71.00
21.75
30.63

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2003
Tahun tanam
2003
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
20.00
11.00
55.00

II
20.00
7.00
35.00

III
20.00
4.00
20.00

IV
20.00
6.00
30.00

Total

Rataan

80.00
28.00
140.00

20.00
7.00
35.00

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2004
Tahun tanam
2004
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
163.00
49.00
30.06

II
163.00
41.00
25.15

III
163.00
27.00
16.56

IV
163.00
33.00
20.24

Total

Rataan

652.00
150.00
92.01

163.00
37.50
23.00

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6
Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2006
tahun tanam 2006
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
178.00
48.00
26.96

II
178.00
57.00
32.02

III
178.00
44.00
24.71

IV
178.00
38.00
21.34

Total

Rataan

712.00
187.00
105.03

178.00
46.75
26.26

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2007
Tahun tanam
2007
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
214.00
103.00
48.13

II
214.00
94.00
43.92

III
214.00
89.00
41.58

IV
214.00
73.00
34.11

Total

Rataan

856.00
359.00
167.74

214.00
89.75
41.94

Data persentase serangan Oryctes rhinoceros pada tahun tanam 2008
Tahun tanam
2008
Pohon sampel
Jumlah seangan
% Serangan

Pengamatan perminggu
I
54.00
24.00
44.44

II
54.00
21.00
38.88

III
54.00
26.00
48.14

IV
54.00
19.00
35.18

Total

Rataan

216.00
90.00
166.64

54.00
22.50
41.66

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7
Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2000
Tahun tanam
2000
Perangkap I
Perangkap II

pengamatan perminggu
I
6
8

II
6
5

III
3
0

jumlah serangga
IV
5
2

total

20
15
35

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2003
Tahun tanam
2003
Perangkap I
Perangkap II

pengamatan perminggu
I
5
3

II
6
2

III
2
1

jumlah serangga
IV
3
2

total

16
8
24

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2004
Tahun tanam
2004
Perangkap I
Perangkap II
total

pengamatan perminggu
I
10
7

II
9
8

III
0
2

jumlah serangga
IV
4
7

23
24
47

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8
Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2006
Tahun tanam
2006
Perangkap I
Perangkap II

pengamatan perminggu
I
11
9

II
12
7

III
0
0

jumlah serangga
IV
4
1

total

27
17
44

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2007
Tahun tanam
2007
Perangkap I
Perangkap II

pengamatan perminggu
I
15
13

II
16
15

III
3
1

jumlah serangga
IV
10
2

total

44
31
75

Data Jumlah Oryctes rhinoceros yang ditemukan pada tahun tanam 2008
Tahun tanam
2008
Perangkap I
Perangkap II
total

pengamatan perminggu
I
14
6

II
12
8

III
2
3

jumlah serangga
IV
4
5

32
22
54

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9

Gambar: Papan nama Afdeling IV

Gambar: Papan nama Kantor Kebun Huta
Padang

Gambar: Bapak Bambang Asisten
Afdeling IV

Gambar: Papan nama kebun Huta
Padang

Gambar Kantor Kebun Huta Padang

Gambar: Bapak Sampoadi
Pembimbing lapangan

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10

Gambar: Menandai Pohon Sampel

Gambar: Perangkap Oryctes dari Pipa
paralon

Gambar: Memasang Perangkap
Feromon

Gambar: Oryctes yang tertangkap

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11

Gambar: Tanaman Tahun Tanam 2000

Gambar:Tanaman Tahun Tanam 2004

Gambar: Tanaman Tahun Tanam 2007

Gambar :Tanaman Tahun Tanam 2003

Gambar: Tanaman Tahun Tanam 2006

Gambar:Tanaman Tahun tanam 2008

Universitas Sumatera Utara