Sejarah dan Perkembangan Prostitusi di Indonesia

24

BAB II PROSTITUSI SEBAGAI BISNIS TERTUA DI DUNIA

A. Sejarah dan Perkembangan Prostitusi di Indonesia

Asal usul prostitusi pelacuran modern di Indonesia dapat ditelusuri kembali hingga ke masa kerajaan-kerajaan Jawa, dimana perdagangan perempuan pada saat itu merupakan bagian pelengkap dari system pemerintahan feudal.Dua kerjaan yang sangat lama berkuasa di jawa berdiri tahun 1755 ketika kerajaan Mataram terbagi menjadi Kesultanan Surakarta dan kesultanan Yogyakarta.Pada masa itu konsep kekuasaan seorang raja digambarkan sebagai kekuasaan yang sifatnya agung dan mulia. Kekuasaan raja yang tak terbatas ini juga tercermin dari banyaknya selir yang dimilikinya. Beberapa orang dari selir tersebut adalah putri bangsawan yang di serahkan kepada raja yang berasal dari persembahan kerajaan lain dan dari lingkungan masyarakat kelas bawah. 14 Bentuk industri seks yang lebih terorganisir berkembang pesat pada periode penjajahan Belanda.Kondisi tersebut terlihat dengan adanya system perbudakan tradisional dan perseliran yang dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pemuasan seks masyarakat Eropa. 15 Kondisi tersebut ditunjang pula oleh masyarakat yang menjadikan aktivitas seks memang tersedia, terutama karena banyak keluarga pribumi yang menjual anak perempuannya untuk mendapat imbalan materi dari para pelanggan baru para lelaki bujangan tersebut. 16 14 Hull, T., Sulistyaningsih, E., dan Jones, G.W., Pelacuran di Indonesia: Sejarah dan perkembangannya, Pustaka Sinar Harapan dan Ford Foundation, Jakarta, 1997, hal 1-3 15 Ibid, hal 3. 16 Ibid, hal 4. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tahun 1852, wanita tuna susila WTS yang pada waktu itu disebut sebagai “wanita publik” diawasi secara langsung dan secara ketat oleh polisi. Mereka diwajibkan memiliki kartu kesehatan dan secara rutin setiap minggu menjalani pemeriksaan kesehatan untuk mendeteksi adanya penyakit syphilis atau penyakit kelamin lainnya. Rumah pelacuran diidentifikasikan sebagai tempat konsultasi medis untuk membatasi dampak negatif. 17 Perluasan areal perkebunan terutama di Jawa Barat, pertumbuhan industri gula di Jawa Timur dan Jawa Tengah, pendirian perkebunan-perkebunan di Sumatera dan pembangunan jalan raya serta jalur kereta api telah merangsang terjadinya migrasi tenaga kerja laki-laki secara besar-besaran. Sebagian besar dari pekerja tersebut adalah bujangan yang akan menciptakan permintaan terhada aktivitas prostitusi. Selama pembangunan kereta api yang menghubungkan kota- kota di Jawa seperti Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Cilacap, Yogyakarta dan Surabaya tahun 1884, tak hanya aktivitas pelacuran yang timbul untuk melayani para pekerja bangunan di setiap kota yang dilalui kereta api, tapi juga pembangunan tempat-tempat penginapan dan fasilitas lainnya meningkat bersamaan dengan meningkatnya aktivitas pembangunan konstruksi jalan kereta api. Oleh sebab itu dapat dimengerti mengapa banyak kompleks pelacuran tumbuh di sekitar stasiun kereta api hampir di setiap kota. Contohnya di Bandung, kompleks pelacuran berkembang di beberapa lokasi di sekitar stasiun kereta api termasuk Kebonjeruk, Kebontangkil, Sukamanah, dan Saritem. Di Yogyakarta, kompleks pelacuran didirikan di daerah Pasarkembang, Balongan, dan 17 Ibid, hal 5. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sosrowijayan. Di Surabaya, kawasan pelacuran pertama adalah di dekat Stasiun Semut dan di dekat pelabuhan di daerah Kremil, Tandes, dan Bangunsari. Sebagian besar dari kompleks pelacuran ini masih beroperasi sampai sekarang, meskipun peranan kereta api sebagai angkutan umum telah menurun dan keberadaan tempat-tempat penginapan atau hotel-hotel di sekitar stasiun kereta api juga telah berubah. 18 Komersialisasi seks di Indonesia terus berkembang selama pendudukan jepang antara tahun 1941 hingga 1945. Wanita yang telah bekerja sebagai perempuan penghibur dikumpulkan dan ditempatkan di rumah-rumah border untuk melayani para prajurit Jepang, sementara yang lainnya beroperasi di tempat biasanya. Pada masa pendudukan Jepang, banyak perempuan dewasa dan anak- anak sekolah tertipu atau dipaksa memasuki dunia pelacuran. 19 Kondisi para perempuan pekerja di industri seks selama masa penjajahan Belanda sangat berbeda apabila dibandingkan dengan kondisi kelompok yang sama pada jaman Jepang. Sebuah dokumen yang dikumpulkan majalah mingguan Tempo 1992 menyebut bahwa perempuan yang menjadi pelacur pada kedua masa penjajahan itu, umumnya lebih menyukai kehidupan yang lebih tenteram pada masa penjajahan Belanda , karena dimasa ibu banyak ‘sinyo’ yang memeberi mereka hadiah berupa pakaian, uang dan perhiasan dan bahkan ada yang menyediakan tempat tinggal. 20 Pada akhir tahun 1940-an, penduduk Indonesia yang baru merdeka terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Pada 18 Ibid, Hal 7 19 Ibid, Hal 13 20 Ibid, Hal 15 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara tahun 1950-an situasi perekonomian Indonesia ditandai dengan banyaknya pengangguran dan kemiskinan. 21 Faktor lain yang mendorong para wanita muda masuk kedunia prostitusi pada masa itu adalah karena tingginya angka tingkat perceraian terutama di kalangan keluarga di Jawa. Banyak kasus juga menunjukkan bahwa sebagai akibat dari perceraian, banyka perempuan yang mengalami kesulitan keuangan dan juga barangkali gangguan emosi, dan ini merupakan faktor penting yang menyebabkan perempuan muda tersebut masuk ke dunia prostitusi. Beberapa hasil penelitan menunjukkan bahwa tingginya angka wanita tuna susila sebagai akibat dari gagalnya pernikahan, membuktikan kebenaran argument yang mengatakan bahwa perceraian dini menjadi faktor pemicu prostitusi. 22 Faktor jauh dari keluarga dan kebebasan dari kehidupan desa serta adanya fasilitas-fasilitas hiburan dikota.Menarik para perempuan muda ini untuk masuk dalam dunia prostitusi. 23 Industri seks di Indonesia menjadi semakin rumit bersamaan dengan meningkatnya mobilitas penduduk, gaya hidup, pendapatan masyarakat dan tantangan yang dihadapi.

B. Pengaturan PerUndang-Undangan Terkait Kegiatan Prostitusi 1. Prostitusi Dalam KUHP