Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi Elektronik

BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional adalah suatu proses yang berkelanjutan yang harus
senantiasa tanggap terhadap berbagai dinamika yang terjadi di masyarakat.
Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah mengubah baik
perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya
secara signifikan berlangsung demikian cepat.
Globalisasi informasi telah menempatkan Indonesia sebagai bagian dari
masyarakat informasi dunia sehingga mengharuskan dibentuknya pengaturan
mengenai pengelolaan informasi dan transaksi elektronik di tingkat nasional.
Sejalan dengan proses pembangunan dan era globalisasi, serta meningkatnya
kualitas teknologi kehidupan masyarakat Indonesia mengalami banyak perubahan.
Pemikiran masyarakat juga sudah dipengaruhi oleh berbagai hal. Media elektronik
telah memberikan pengaruh besar bagi masyarakat. Pengaruh tersebut dapat
berupa pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Masalah kejahatan adalah salah satu masalah sosial yang selalu menarik
dan menuntut perhatian yang serius dari waktu ke waktu. Terlebih lagi, menurut
asumsi umum serta beberapa hasil pengamatan dan penelitian berbagai pihak,


Universitas Sumatera Utara

terdapat kecenderungan peningkatan dari bentuk dan jenis kejahatan tertentu, baik
secara kualitas maupun kuantitasnya.1
Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah mengubah
perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi
dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi informasi
saaat ini menjadi pedang bermata dua karena selain memberi kontribusi bagi
peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi
sarana efektif perbuatan melawan hukum.
Pemerintah memandang Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (ITE) mutlak diperlukan bagi negara Indonesia, karena saat ini
Indonesia merupakan salah satu negara yang telah menggunakan dan
memanfaatkan teknologi informasi secara luas dan efisien. Sehingga Pemerintah
pada tanggal 26 April 2008 mensahkan berlakunya undang-undang tentang
Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE). Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi


Elektronik

dimaksudkan

dapat

memberikan

banyak

manfaat,

diantaranya untuk menjamin kepastian hukum bagi masyarakat yang melakukan
transaksi elektronik, mendorong pertumbuhan ekonomi, mencegah terjadinya
kejahatan berbasis teknologi informasi dan melindungi masyarakat pengguna jasa
dengan memanfaatkan teknologi informasi.

1

Moh. Kemal Darmawan, Strategi Pencegahan Kejahatan, Citra Bakti, Bandung, 1994,


hal 1.

Universitas Sumatera Utara

Pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (LN RI Tahun 2008 Nomor 58, TLN RI Nomor 4843)
adalah sebagai wujud “Pembaharuan Hukum” sebagai pengaruh dari 7 (tujuh)
Aspek Pembaharu Hukum, yaitu Aspek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yang
sebagaimana diketahui delapan aspek pembaharuan hukum antara lain; Aspek
Globalisasi, Aspek Politik, Aspek Ekonomi, Aspek Pendidikan, Aspek Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Aspek Supremasi Hukum, dan Aspek Perspektif
Hukum Islam. Undang-Undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
dibentuk dalam upaya mengimbangi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi di bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik, agar tidak terjadi
kekosongan hukum jika terjadi tindakan perbuatan melawan hukum.2
Implementasi Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tersebut membawa
berbagai dampak bagi masyarakat dan melahirkan dua pendapat ada yang pro atau
menyetujui berlakunya Undang-Undang tersebut dan ada yang kontra tidak
menyetujui berlakunya Undang-Undang tersebut hingga mengambil langkah

mengajukan Undang-Undang tersebut ke Makhamah Konstitusi guna direvisi
terkait dengan kebebasan mengemukakan pendapat dalam pengaturan pasal dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
Pertimbangan lain berkaitan dengan dibentuknya Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 adalah semakin maraknya prostitusi melalui jaringan Facebook.
Bahkan anak-anak remaja semakin banyak yang terjerat dalam kasus prostitusi
melalui situs online internet. Pelacuran via internet kini menjadi trend bisnis
2
Ermansiah Djaja, Penyelesaian Sengketa Hukum Teknologi Informasi dan
transaksiElektrik (Kajian Yuridis Penyelesaian Secara Non Ligitasi Melalui Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa), Pustaka Timur, Yogyakarta, 2010, hal 9.

Universitas Sumatera Utara

prostitusi. Pengelola bisnis prostitusi ini memanfaatkan domain gratis untuk
melancarkan kejahatannya.
Semakin berkembangnya teknologi menyebabkan semakin merebaknya
bisnis prostitusi karena dapat memanfaatkan sarana internet dalam bertransaksi
dan penawaran prostitusi. Konsumen dapat dengan mudah memilih melalui
gambar-gambar dan foto-foto bahkan tanpa busana atau dengan pakaian minim

yang tersedia dalam jaringan situs internet antara lain pebisnis prostitusi
menggunakan sarana Facebook. Dengan semakin beredarnya gambar-gambar
porno di internet dan pemerintah pada tahun 2008 telah mengundangkan UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang
tertuang dalam Pasal 27 ayat 1 yang menyatakan setiap orang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribuasikan dan /atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan. Mengenai hal tersebut diancam pidana
sebgaimana tersebut dalam Pasal 45 yaitu dipidana dengan pidana penjara paling
lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).
Namun walaupun telah diundangkannya undang-undang tersebut belum
berlaku efektif dalam menjerat dan menanggulangi bisnis prostitusi melalui online
internet karena akses melalui situs Facebook melalui chatingnya tidak dapat
dikontrol dan kurangnya perhatian juga dari Facebook sendiri guna mengontrol
para pengguna situsnya. Ada banyak akun Facebook

yang menawarkan dan

memasang foto-foto gadis lengkap dengan data diri dan info kontak yang bisa


Universitas Sumatera Utara

setiap saat kita hubungi baik lewat HP maupun email dan secara jelas melakukan
penawaran terhadap dirinya, bahwa memang dia adalah seorang wanita penghibur
yang bisa di kontak kapan saja asalkan sesuai harga kesepakatan. Hal ini jelas
merupakan satu bentuk prostitusi yang memanfaatkan jasa jejaring sosial
Facebook yang disalah gunakan secara tidak bertanggungjawab.
Maraknya praktik prostitusi di dunia maya mendapat perhatian serius dari
aparat kepolisian. Jumlah website yang menyediakan konten pornografi
meningkat hingga 70 persen pada 2009. Pornografi juga masih menjadi konsumsi
tertinggi bagi para pengakses internet. Bahkan, 12 persen situs di dunia
mengandung pornografi. Beberapa akun jejaring sosial, termasuk Facebook.
Setiap harinya sebanyak 266 situs porno baru muncul dan diperkirakan ada 372
juta halaman website pornografi, Sebanyak 25 persen pengguna memanfaatkan
search engine untuk mencari halaman pornografi. menimbulkan kendala bagi
Kementerian Kominfo melakukan pemantauan dan pemblokiran terhadap situssitus porno.3
Fenomena Prostitusi online di Indonesia sudah ada sejak 2012 tahun silam
menurut sejumlah pakar IT di Indonesia dan sekarang website tersebut sudah
diblokir oleh layanan google sendiri. Remaja akan penasaran dengan apa yang ada
di internet apabila pelayanan yang ada di Indonesia tidak diblokir maka akan

tambah banyak saja remaja putri yang tidak perawan lagi.
Fenomena Bisnis Prostitusi Online ini menjadi salah satu antisipasi warga
Indonesia untuk waspada dengan anak-anaknya yang mengakses informasi
3

http://www.bingkaiberita.com/prostitusi-online-merajalela-di-internet/Prostitusi Online
Merajalela di Internet, di akses pada tanggal 5 Maret 2013

Universitas Sumatera Utara

dengan internet. Pada situs Bisyar tersebut orang yang ingin masuk dalam website
harus menjadi member untuk loginnya dan pada situs tersebut menampilkan
cewek bisyar mulai dari kota-kota besar di Indonesia dan negara-negara tetangga
di Indonesia. Website ini menggunakan member sehingga orang yang tidak
menjadi anggota tidak bisa masuk. Situs ini adalah bisnis prostitusi sampai
mancanegara dan sangat berbeda dengan situs prostitusi yang ada di Bogor karena
situs yang ada dibogor hanya lokal saja.
Pada situs bisyar di Bogor menampilkan beberapa wanita yang dipatok
dengan harga dari satu jutaan ke atas dan rata-rata cewek yang dipasang adalah
masih anak-anak SMA dan tidak ada keterkaitan dengan website Prostitusi online

di Bandung, website di bogor ini tidak menggunakan login sebagai member tetapi
penawarannya melalui chatting MIRC (Moo Internet Relay Chat).4
Di Indonesia pemerintah tidak secara tegas melarang adanya praktekpraktek pelacuran. Ketidaktegasan sikap pemerintah ini dapat dilihat hingga
sejauh ini pemerintah hanya mengatur persolan pelacuran yang ditegaskan dalam
hukum pidana hanya melarang mereka yang membantu dan menyediakan
pelayanan seks secara illegal seperti tertera pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Pasal 296, Pasal 297 KUHP, Pasal 506 KUHP juga melarang
perdagangan wanita dan anak-anak di bawah umur. Demikian pula dalam
Rancangan KUHP 2006, Bab XVI mengenai ”Tindak Pidana Kesusilaan”. Pasalpasal tersebut dalam KUHP hanya melarang mereka yang membantu dan
menyediakan pelayanan seks secara illegal, artinya larangan hanya diberikan
4

http://www.bingkaiberita.com/prostitusi-online-merajalela-di-internet/Prostitusi Online
Merajalela di Internet, di akses pada tanggal 5 Maret 2013

Universitas Sumatera Utara

untuk mucikari atau germo meskipun demikian hukum pidana tetap merupakan
dasar dari peraturan-peraturan dalam industri seks di Indonesia.
Berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan di atas, menarik bagi

penulis untuk diteliti, sehingga penulis mengangkat permasalahan tersebut dalam
skripsi dengan judul “Prostitusi Online Dilihat Dari Instrumen Hukum
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Transaksi
Elektronik”

B. Permasalahan
Bertolak dari uraian tersebut di atas maka penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan prostitusi sebagai bisnis tertua di dunia?
2. Bagaimana Prostitusi Sebagai Kejahatan Online Dalam Undang-Undang
Informasi Transaksi Elektronik?

C. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan
1. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan pembahasan dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui sejauh mana undang-undang informasi transaksi
elektronik mengatur tentang prostitusi di internet.
b. Untuk mengetahui prosedur dan perkembangan prostitusi melalui
internet Serta mengetahui faktor-faktor penyebab terjadi nya prostitusi


Universitas Sumatera Utara

2. Manfaat Penulisan
1. Adapun manfaat teoritis dari penulisan ini adalah:
a. Memberikan informasi, baik kepada kalangan akademisi maupun
kalangan masyarakat tentang prostitusi online sehubungan dengan
aktifitas dunia maya yang berdampak penyalahgunaan internet dan
semakin canggihnya cara yang dilakukan pihak-pihak tertentu
dalam melakukan kejahatan internet.
b.

Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum pidana
khusus yang terutama berhubungan dengan tindak pidana kejahatan
dunia maya, khusus nya kejahatan prostitusi online

2. Adapun manfaat teoritis dari penulisan ini adalah:
a. Dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah dalam
melakukan penelitian serta pemberantasan prostitusi di dunia

maya.
b. Dapat memberikan masukan bagi pemerintah, aparat penegak
hukum dan masyarakat dalam mensosialisasikan tindak pidana
teknologi informasi yang merupakan salah satu kejahatan baru
yang mana modusnya seirngkali tidak diketahui masyarakat umum.

Universitas Sumatera Utara

D. Keaslian Penulisan
Topik diangkat karena ketertarikan penulis terhadap kejahatan dibidang
Teknologi Informasi atau yang sering dikenal dengan kejahatan dunia maya
dimana dampak yang di timbulkan cukup besar.
Berdasarkan penelusuran yang telah di lakukan Perpustakaan dan Departemen
Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Penulis tentang
Prostitusi Online Di Lihat Dari Instrumen Undang–undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi Transaksi Elektronik tidak di temukan pokok bahsan yang
sama dengan judul penulisan ini.
Bila ternyata terdapat judul serta permasalahan yang sama sebelum skripsi ini
di buat maka saya bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Prostitusi
Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual, seperti seks oral
atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa seksual disebut
pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja seks komersial
(PSK).Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk
hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri, misalnya
seorang musisi yang bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu
komersil.Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai
sundal atau sundel.Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat
begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila

Universitas Sumatera Utara

tertangkap aparat penegak ketertiban, mereka juga digusur karena dianggap
melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena
melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat
sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar
mereka dari masa kemasa. Resiko yang dipaparkan pelacuran antara lain adalah
keresahan masyarakat dan penyebaran Penyakit menular seksual, seperti AIDS
yang merupakan resiko umum seks bebas tanpa pengaman seperti kondom.5
Pelacuran itu sendiri berasal dari bahasa Latin Pro – situere atau Pro –
stauree, yang berarti membiarkan diri berbuat zinah, melakukan persundulan,
percabulan, pengendakan, sedangkan pelaku dari prostitusi tersebut, disebut
dengan istilah pelacur atau sundal atau juga dikenal dengan wanita tuna susila
(WTS) yang sekarang ini dikenal dengan Pekerja Seks Komersial (PSK). 6
Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan
mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai
sampah masyarakat.Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu
yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini
didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu
seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran
itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa
kaum perempuan baik-baik.

5
6

http://id.wikipedia.org/wiki/PelacuranPelacuran, di akses pada tanggal 21 Maret 2013
Kartini Kartono, Pathologi Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1986, hal 175

Universitas Sumatera Utara

Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah
Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapa gereja.Ia mengatakan bahwa
pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi
menjaga kesehatan warga kotanya. Sedangkan menurut dr. Suria Djuanda,
prostitusi adalah seorang wanita yang memberikan dirinya tanpa pilihan untuk
uang. Para wanita melakukan pelacuran sekarang ini dikenal dengan istilah
Pekerja Seks Komersial, yang diartikan sebagai wanita yang melakukan hubungan
seks dengan lawan jenisnya secara berulang-ulang, di luar perkawaninan yang sah
dengan mendapatkan uang, materi atau jasa.7
Dari definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan dari perbuatan melacur,
yaitu sebagai berikut:8
a. Unsur ekonomis, yang berupa pembayaran sebagai suatu prestasi;
b. Unsur umum, yang berupa patner yang tidak bersifat selektif.
Dengan kata lain siapa saja diterima asal diberi uang
c. Unsur kontiniu, yang dilakukan beberapa kali.
Seiring dengan berkembangnya jaman semakin berkembang pula
kejahatan, termaksut kejahatan dalam bidang prostitusi.Tidak sedikit anak-anak
dan wanita yang di paksa menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK).Daerah-daerah
di Indonesia sangat potensial terjadi ekspolitasi seksual, karena bentuk Negara
Indonesia

yang merupakan Negara

kepulauan

yang strategis

sehingga

memperbesar kemungkinan tejadi nya prostitusi.

7
8

B. Simanjutak, Beberapa Aspek Patologi Sosial, Alumni, Bandung, 1981, hal 26.
Ibid, hal 185

Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian Online
Online adalah terhubung, terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi, dapat
berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh computer, Online ini juga bisa di
artikan sebagai suatu keadaan dimana sebuah device (komputer) terhubung
dengan device lain, biasanya melalui modem.9
Berbicara mengenai pengertian online bagi sebagian besar masyarakat
mungkin bukan hal yang asing lagi.Namun, tak sedikit orang juga yang tidak
mengetahui mengenai kata online. Mereka memang tidak asing dengan kata ini,
tetapi belum tentu mereka tahu apa yang dimaksud online.Pengertian online juga
dapat dijelaskan sebagai suatu keadaan yang sedang menggunakan jaringan,
terhubung dalam jaringan, satu perangkat dengan perangkat lainnya yang
terhubung sehingga bisa saling berkomunikasi.Banyak situs komunikasi yang
dapat anda gunakan dengan online, seperti twitter, facebook dan yang baru-baru
ini adalah whatsapp.Semakin banyaknya orang online, maka situs jejaring sosial
pun semakin gencar diciptakan.Bukan itu saja, dengan online pun banyak orang
yang mendapatkan penghasilan dengan melakukan bisnis online.10
Dengan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dengan online, maka tak
heran jika semakin hari jumlah orang yang online semakin banyak dan dapat
dipastikan yang sudah terbiasa online, jika tidak online sehari saja seperti ada
yang hilang. Bisa dikatakan online ini menjadi kegiatan rutin sehari-hari dan

9
http://aguswiraguna.blogspot.com/2012/11/pengertian-onlinewebsitesosialmedia.htmlPengertian Online, Website, Social media, Uploud, Mengunggah, Download, Post, dll,
diakses pada tanggal 27 Maret 2013
10
http://pitikkedu.blogspot.com/2012/09/pengertian-online.html
Pengertian
Online,
diakses pada tanggal 27 Maret 2013

Universitas Sumatera Utara

Sejak internet menjadi semakin familiar di semua lapisan masyarakat, mereka
banyak yang memanfaatkannya antara lain untuk urusan bisnis.

F. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini meliputi:
1. Jenis penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum
normatif yaitu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran
berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatif.Logika keilmuan yang
dalam penelitian hukum normatif berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja
ilmu hukum normatif yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.11
Logika keilmuan yang juga dalam penelitan hukum normatif dibangun
berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu
hukum yang objeknya hukum itu sendiri.Adapun penelitian hukum normatif yaitu
berdasarkan data sekunder dan menekan pada langkah-langka spekulatif-teoritis
dan analitis normatif-kualitatif.12

2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini adalah data
sekunder.Data sekunder meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku,
makalah, internet dan bahan lainnya yang menunjang penulisan skripsi ini.

11

Jhony Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia, Jakarta, hal

47.
12

Amirudin dan Zainal Asikin, pengantar metode penelitian hukum, Grafitti pers, Jakarta,
2006, hal 118

Universitas Sumatera Utara

3. Metode Pengempulan Data
Dalam penulisan skripsi ini, digunakan metode pengumpulan data secara
Library Research (Penelitian kepustakaan), yaitu dengan melakukan penelitian
terhadap berbagai sumber bacaan seperti buku-buku, pendapat para sarjana, surat
kabar, artikel, kamus, dan juga data-data penulis peroleh dari internet.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan datadata kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.13
Adapun jenis analisi data yang dilakukan dalam skripsi ini adalah analisis
data kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan data-data sekunder yang telah
diperoleh secara sistematis. Kegiatan analisis dilakukan dengan pemeriksaan dan
invertariasi terhadap data-data yang telah terkumpul berkaitan denga judul skripsi
ini.

G. Sistematis Penulisan
Skripsi ini disusun secara sistematis dan dibagi 4 (empat) bab, dimana
masing-masing bab dibagi atas beberapa bagian sub bab.

Urutan bab-bab tersebut terseusun secara sistematik dan saling berkaitan
satu dengan yang lain. Uraian singkat bab-bab dan sub bab-bub bab tersebut
adalah sebagai berikut:

13

Lexy Moelowong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002), hal.103

Universitas Sumatera Utara

Bab I

: Pendahuluan
Meliputi latar belakang, permasalahan, identifikasi permasalahan,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan
kepustakaan, metode penelitan dan sistematika penulisan

Bab II

: Perkembangan Prostitusi Sebagai Bisnis Tertua Di Dunia
Bab ini berisikan pemahaman tentang sejarah dan perkembangan
prostitusi di Indonesia, bentuk dan faktor terjadi prostitusi serta
pengaturan

perkembangan-perkembangan

terkait

kegiatan

prostitusi
Bab III

: Prostitusi Sebagai Kejahatan Online Dalam Undang – Undang
Informasi Transaksi Elektronik
Pada Bab ini berisikan dasar pembentukan undang-undang
informasi transaksi elektronik, pencegahan prostitusi online
dalam undang-undang informasi transaksi elektrok dalam
prostitusi online, bisnis prostitusi sebagai kejahatan, tipologi
prostitusi dan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia

Bab IV

: Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan penulis yang
berisikan kesimpulan dari seluruh pembahasan serta saran – saran
dari penulis.

Universitas Sumatera Utara