PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

(1)

ii

PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM

DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN

DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

TESIS

Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Konsentrasi Hukum Islam

Diajukan Oleh: Hadee Muna NIM: 09130022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(2)

(3)

iv

PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM

DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN

DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

TESIS

Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Konsentrasi Hukum Islam

Diajukan Oleh: Hadee Muna NIM: 09130022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(4)

v

PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM

DALAM PELAKSANAANHUKUM PERKAWINAN

DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

Tesis

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang

Untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam mencapai derajat Strata Dua (S2) Program Studi Magister Ilmu Agama Islam

Konsentrasi Hukum Islam

Diajukan oleh Hadee Muna NIM :09130022

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012


(5)

vi

TESIS

Dipersiapkan dan disusun Oleh : Hadee Muna

NIM : 09130022

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 14 Mei 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Tobroni, M.Si ...

Sekretaris : Drs. Moh. Nurhakim, MA ...

Penguji I : Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si ...


(6)

vii

PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN

HUKUM PERKAWINAN

DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

Yang diajukan oleh: Hadee Muna NIM :09130022

Telah disetujui Tanggal, 10 Mei 2012

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Tobroni, M.Si Drs. Moh. Nurhakim, MA

Direktur Ketua Program Studi Program Pascasarjana Magister Ilmu Agama Islam


(7)

viii SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya

Nama : Hadee Muna

NIM : 09130022

Program Studi : Magister Agama Islam

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis dengan judul

PERANAN MAJELIS AGAMA ISLAM DALAM PELAKSANAAN HUKUM PERKAWINAN DI PROPINSI YALA THAILAND SELATAN

Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur Plagisti, saya bersedia Tesis ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas Royalty Non Ekslusif.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 10 Mei 2012 Yang menyatakan


(8)

ix

KATA PENGATAR

Alhamdulillah, segala puji hanya hak dan milik Allah Swt. Penguasa alam semesta, tiada daya dan kekuatan melainkan kehendak Allah yang telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam semoga tercurah keharibaan seorang hamba pilihan Nabi akhir zaman Muhammad Saw. Berserta keluarganya,

Sahabat-sahabatnya, dan Para Tabi’it Tabi’in.

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penyelesain studi Progeram Studi Magister Agama Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis tesis ini dapat diselesaikan adalah berkat pertolongan Allah Swt, serta bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang menjadikan penulis mampu mengatasi berbagai hambatan dan rintangan. Oleh karena itu penulis tidak mungkin melupakan jasa mereka, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muhadjir Effendi, M.AP selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Dr. Latipun M.Kes selaku Direktur PPS, Prof. Dr. Syamsul Arifin M.Si selaku Wadir 1 PPS UMM, Prof. Dr. Tobroni M.Si selaku Kaprodi Program Magister Agama Islam sekaligus selaku pebimbing utama, dan Drs. Moh. Nurhakim, MA selaku dosen pembimbing II yang senantiasa sabar dan teliti dalam membimbing kami. Terima kasih sudah meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya.

2. Kepada Staf TU PPS UMM terima kasih sudah memberikan pelayanan dengan baik.

3 Kepada Ayahnda H.Waehama Muna berdua Ibunda Hj.Hasanah Kama sebagai perantaran penulis lahir ke dunia yang selalu memberikan kasih sayang sepanjang jalan, atas doa beliau berdua penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

4. Kepada para ulama Majelis agama Islam Wilayah Yala yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penyusunan tesis ini.


(9)

x

5. Seluruh Pengampu Program Studi Magister Ilmu Agama Islam Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas bekal Ilmu yang disampaikan kepada penulis.

6. Seluruh karyawan dan petugas perpustakaan Program pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang atas kesempatan serta fasilitas yang disediakan sehingga dapat membantu penulis mendapat sumber rujukan penulisan tesis ini.

7. Adinda tercinta, yang membantu dan menghibur disela-sela kepanikan dan kesusahan selama penulis berada di pulau jawa sehingga penulis menyelasaikan tesis ini.

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 program pascasarjana yang selalu memberikan surport buat penulis.

9. Semua anggota IPMITI yang selalu memberikan suport buat penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Semua pihak yang membantu penyelesaian tesis ini baik langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, demikian pula dengan tesis ini, masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Malang, 10 Mei 2012 Penulis


(10)

xi

PEDOMEN TRANSLITERAS ARAB LATIN

A. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Nama Huruf Latin

01 ا Alif

-02 ب Ba B

03 ت Ta T

04 ث Tsa Ts

05 ج Jim J

06 ح Ha H

07 خ Kha Kh

08 د Dal D

09 ذ Dzal Dz

10 ر Ra R

11 ز Zai Z

12 س Sin S

13 ش Syin Sy

14 ص Shad Sh

15 ض Dhad Dh

16 ط Tha Th

17 ظ Zha Zh

18 ع Ain ‘-

19 غ Ghin Gh

20 ف Fa F

21 ق Qaf Q

22 ك Kaf K

23 ل Lam L

24 م Mim M

25 ن Nun N

26 و Wawu W

27 ه Ha H

28 ء Hamzah ’-

29 ي Ya Y

B. Vokal panjang

A panjang ditulis â

I panjang ditulis î


(11)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

PERSETUJUAN...ii

PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN...iv

ABSTRAK...v

KATA PENGANTAR...vii

PEDOMAN TRANSLITERASI...ix

DAFTAR ISI...x

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 11

1.3 Pembatasan Masalah... 11

1.4 Tujuan Penelitian... 12

1.5 Manfaat Penelitian... 13

1.6 Kegunaan Penelitian... 13

1.7 Penelitian Terdahulu... 14

1.8 Sistematika Pembahasan... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 19

2.1 Kajian Tentang Hukum Keluarga Islam... 19


(12)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 56

3.1 Pendekatan Penelitian... 56

3.2 Jenis Penelitian... 58

3.3 Lokasi dan Informan Penelitian... 60

3.4 Metode Pengumpulan Data... 61

3.5 Analisis Data... 64

BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN... 67

4.1 Gambaran Umum Majelis Agama Islam di Propinsi Yala... 67

4.2 Pelaksanaan Hukum Perkawinan di MAIY... 80

4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Hukum Perkawinan di MAIY... 98

4.4 Diskusi Hasil Penelitian...107

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...115

5.2 Saran-saran... 118

DAFTAR PUSTAKA... 120


(13)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufiq, Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, LP3ES, Jakarta, 1989.

Abdul Wahab al-Khalaf, Ilm Usul al-Fiqh, Jakarta: Maktabah al-Da’wah al -Islamiyah Syabab al-Azhar, 1990.

Adurrahman, Dinamika Masyarakat Islam Dalam Wawasan Fiqih, Editor. Hilman Latief, Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 2002.

Ahmad Hasan The Early Development of Islamic Jurisprudence. Delhi: Adam Publishers & Distributors. Cet. II. 1984.

Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, Yogyakarta: PustakaProgresif, 1997.

Ali, Muhammad DaudHukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Edisi 5. Cet. V. 1996.

Al-Khathib, Muhammad ‘Ajjaj. ‘Ulum al-Hadits ‘Ulumuhu wa Mushthalahuhu.

Beirut: Dar al-Fikr. 1989.

Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh., Jilid 1. Jakarta: Logos. Cet. I. 1999.

Ancok Djamaluddin, (dkk), Psikologi Islam Pokok Pikiran Tentang Islam dan Umatnya, Jakarta: PT. Raja Wali, 1990.

Arifin Bincit. Langka-Suka Patani Darussalam. Yala: Pusat Kebudayaan Sempadan Selatan, 1998.

Ayah Bangnara. Patani Dahulu dan Sekarang. Patani: Putra Batu Putih, 1977.

Azzam Abdul Wahab, Filsafat dan Puisi Iqbal, Bandung: PT. Perpustakaan Salman Institut Teknologi Bandung, 1985.

Azra Azyumardi, Renasains Islam Asia Tenggara, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999.

Badruddin, Syubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman, Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1985.


(14)

xv

Bahsah Abdul Halim, Raja Campa dan Dinasti Jembal dalam Pattani Besar ( Pattani, Kelantan, Terangganu), Malaysia, Kelantan: PT. Pustaka Reka, 1994.

Buku Panduan Seminar Pengetahuan Hukum Islam Perdata di Hadyai-Thailand, Perlembaggaan Kehakiman bagian, 2007.

Capakia Ahamad Umar, Politik dan Perjuangan Masyarakat Islam di Selatan Thailand, University Kebangsaan Malaysia: Bangi, 2002.

Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998.

Daud Muhammad Ali. Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997.

Fairuzabadiy, Muhammad Ibn Ya’qubAl-Qamus al-Muhith. Beirut: Daral-Fikr, Cet. I. 1995.

Fathi Ahamad al-Patani. Pengantar Sejarah Patani. Malaysia Kedah: PT Pustaka Darussalam, 1994.

Hadi Sutrino. Metodologi Researh. Yogyakarta :Andi Offset. 1989.

Hamid, Zahri, Peranan Ulama Indonesia Dewasa ini, Yogyakarta: PT. Bina Usaha, 1984.

Hanafi, Hassan, Cakrawala Baru Peradaban Global, Yogyakarta: PT. IRCISOD, 2003.

Hasballah, , Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999

Ibrahim Ahmad dkk. Islam di Asia Tenggara Perkembangan Kontemporer. Jakarta: LP3ES, 1990.


(15)

xvi

Ichtijanto, Kontribusi Hukum Islam Terhadap Hukum Nasional dalam Mimbar Hukum, No. 13, 1994.

Ismail Che Daud. Tokoh-tokoh Ulama Semenangjung Melayu. Kotabaru: Zul Rahim, 1996.

John L. Esposito & John O. Voll. Demokrasi di Negara-negara Muslim. Bandung: Mizan, 1999.

Kehakiman, Kementerian, Karn Sammana Karn Chai Kodmai Thai Nai Khet Changwad Pattani, Narathiwat, Yala, lea satul, Bangkok: Kementerian Kehakiman, 1982.

Khalaf Adul Wahab. Ilmu ‘Usul Al-Fiqh. Cairo: Maktabah ad-Da’wah al-Islamiyah. 1956.

Komite Islam Nasional. Pra’Theathai kab lok Muslim. Bakok: Komite Islam nasional, TT.

Lapindus, Ira. M., Sejarah Sosial Ummat Islam, Cet. II, Jakarta: PT. Raja Granfindo Persada, 2000.

Lohwithi Wisrut. Perubahan Masyarakat dengan Pembaharuan pendidikan Agama Islam di Thailand, Muslim Thai News paper, 2005.

Majid Abdul, dkk, Al-Islam, Malang: PT. Lembaga Studi Islam Kemuhammadiyah Universitas Muhammadiyah Malang, 1996.

Majalah Sayam Rath, Islam Nai Asia, No. 50, Bangkok: 1996.

Majelis Agama Islam, Karn Borihan Ongkon Sasena Islam, Majlis Wilayah Yala, 2005.

Majelis Agama Islam Wilayah Yala, Perkenalan Ringkas Majlis Agama Islam Wilayah Yala S. thailand, Majlis Wilayah Yala, 2010.


(16)

xvii

Mahmud Musthafa Nik, Sejarah Perjuangan Melayu Pattani 1785-1954, PT: University Kebangsaan malaysia, 1999.

Malek, Zambri A, Umat Islam Pattani Sejarah dan Politik, Malaysia: PT. Hizbi, Shah Alam, Malaysia, 1993.

Martin Van Bruinessen. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan 1995.

Mas’ud, Muhammad Khalid. Filsafat Hukum Islam dan Perubahan Sosial. Terj. oleh Yudian W. Asmin. Surabaya: Al Ikhlas, 1995.

Muhammad Amin Summa. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.

Muhammad Shagir Abdullah. Perkembangan Ilmu Figh dan Tokoh-tokohnya di Asia tenggara. Solo: Ramadhani, 1985.

Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Arab Indonesia. Yogyakarta: PP. Al-Munawwir Krapyak. 1984

Musa Muhammad Yusuf. Al-Islam wa al-Hajah al-Insaniyyah Ilaih. Terj.oleh A.

Malik Madani dan Hamim Ilyas dengan judul “Islam Suatu KajianKomprehensif”. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. I. 1988.

Narong Siripachana. Kwam Penma Khong Kodmai Islam le’ Dato’ Yuthitham, Bangkok: PT. Popit Press, 1975.

Nasr Sayyed Hossein, The Heart of Islam: Pesan-pesan Universal Ilmu Islam Untuk Kemanusiaan, Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003.

Natsir, M, Agama dan Negara dalam Negara Islam, Jakarta: PT. Media Dakwah, 2001.


(17)

xviii

Pian Kobkua Suwannathat, Sejarah Thai Zaman Bangkok, Malaysia: PT. Perpustakaan Negara Malaysia, 1991.

Pitsuwan, Surin, Islamn di Muang Thai, Jakarta: LP3ES, 1989.

Prayunsak Chalaiyundecha. Muslim nai Pra’thethai. Bankok: Pustaka Sultan Sulaiman, 1998.

Seni Madakakorn. Pra’watisat Patani Boran Rach-anacat Langka-Suka yu Thinai.

Bankok, 1996.

Sulaiman rasjid. Fiq Islam. Bandung: Sinar Baru Algensido, 1996.

Suma Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Syaltut, Mahmud. Al-Islam Aqidah wa Syari’ah. Kairo: Dar al-Qalam. Cet. III. 1966.

Syubki Badrudin, Dilema Ulama dalam Perubahan Zaman, Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1995.

Syukri Ibrahim, Sejarah Kerajaan Melayu Patani, Malaysia: PT. University Kebangsaan Malaysia, 2002.

Tebba, Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara,

Bandung: PT. Pustaka Mizan, 1993.

Usman Isan, “ Kebangkitan Ulama-ulama Pattani dan Kelantan”, dalam Utusan Kiblat, No. 126, 1981.

Visit Laminon, Pelaksanaan Hukum Islam di Empat Propisi Selatan Thai,

Kementerian Kehakiman, 1982.

Winarno Surakhmad. Dasar dan Teknik Research. Badung PT :Tarsito. 1972.

Yahya, Mukhtar dan Fatchurrahman. Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami.


(18)

xix

Yusdani, Peran Kepentingan Umum Dalam Reaktualisasi Hukum: Kajian Konsp Hukum Islam Najmuddin At-Tufi, Yogyakarta: PT. UII Press, 2000.


(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam masuk ke Asia Tenggara sebagai wilayah priferi dunia Islam melalui suatu proses damai yang berlangsung selama berabad-abad. Kompleksitas agama di Asia Tenggara menujukkan bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh besar. Dengan kata lain, Islam masuk ke lapisan masyarakat yang telah mempunyai pemahaman keagamaan yang mapan. Agama asli masyarakat Asia Tenggara pertama bersentuhan dengan Hindu, kemudian Budha dan berinteraksi memunculkan tradisi khas berbentuk matriks budaya-agama pribumi yang berlangsung dalam waktu lama. Dalam kondisi demikianlah agama Islam masuk, dan baru kemudian Kristen.

Penyebaran Islam di wilayah kerajaan Patani1 pada umumnya melalui dua peringkat, yaitu peringkat pengenalan dan peringkat pengislaman secara besar-besaran. Peringkat pengenalan adalah suatu proses yang lama dan penerimaannya adalah terbatas yang tersebar di kalangan individu tertentu saja. Masuknya Islam pada peringkat permulaan berhubungan dengan kedatangan peniaga Arab, Persia, dan India ke negara di Asia Tenggara yang hubungan perdagangan secara erat sudah terbentuk semenjak abad ke-10 M. Keadaan ini turut berlaku dikawasan

1 Patani semula merupakan sebuah nama Negara kemudian dijajah oleh Thailand pada abad 18 M.


(20)

2

Thailand Selatan yang menjadi pelabuhan maju pada abad ke-10 M. dan menjadi jalan perniagaan yang dilalui oleh para pedagang Arab dan persia, masuknya Islam di Patani pada peringkat kedua bermula dengan Islamnya Raja Patani yaitu Raja Paya Tunkapa. Dengan Islamnya raja, menteri, serta sebagian rakyatnya, maka tersebarlah Islam di seluruh negeri Patani. Nama Raja diganti menjadi Sulthan Isma’el Syah. Memeluk Agama Islam secara besar-besaran ini berlaku sekitar tahun 1457 M. Dengan Islamnya Patani kedudukan politik di semenanjung tanah Melayu mengalami perubahan besar karena Patani menjadi sebagian dunia Melayu yang berasaskan Islam. Islam berkembang dan dibangunkan di Patani atas runtuhan asas budaya Hindu dan Budha yang bertapak sudah sekian lama (Capakia, 2002: 25-26).

Secara garis besar masyarakat Islam tergabung ke dalam tiga kelompok Negara. Pertama, di negara Islam, antara lain Pakistan, Iran dan Saudi Arabia.

Kedua, negara-negara yang mayoritas penduduk beragama Islam, antara lain Indonesia, Turki dan Mesir. Ketiga, negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama lain, antara lain Filipina, Thailand dan beberapa negara di kawasan Afrika dan Eropa (Cik Hasan, 1998:19).

Thailand merupakan negara yang termasuk di dalam kelompok negara yang ketiga yang mayoritas penduduknya beragama Budha.Negara Thailand adalah sebuah negeri yang pemerintahannya terdiri dari tujuh puluh tujuh (77) propinsi, di mana mayoritas penduduk Thailand adalah beragama Budha, sedangkan penduduk Thailand yang beragama Islam hanya berjumlah 10% dari semua penduduk Thailand, yang sebagian besar mereka berada di lima Propinsi Thailand


(21)

3

Selatan yaitu, Patani, Yala, Songkla, Narathiwat dan Setul. Propinsi tersebut yang dikenal dengan sebutan masyarakat Islam Patani (Surin, 1989: 65).

Patani adalah salah satu wilayah Thailand yang pernah mengukir sejarah gemilang kejayaan Islam. Pada abad ke-15, Negeri ini menjadi sebuah Negara Islam terbesar di Asia Tenggara dengan nama Kerajaan Islam Patani Darussalam. Orang Arab menyebutnya Al-Fathani Darussalam. Pada akhir abad ke- 18 M, negeri Patani mengalami masa surut, di mana terjadi ketidak stabilan di bidang politik. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang Siam2 mendapat kesempatan besar untuk menyerangnya. Mereka telah beberapa kali melakukan penyerangan meskipun sering kali mengalami kegagalan. Akhirnya mereka berhasil menaklukkan dan menguasai Patani pada tahun 1785 M. kemudian Patani diresmikan menjadi wilayah Thailand pada tahun 1902 (Syukri, 2002 :130).

Kaum Muslim Patani atau Thailand Selatan hidup dalam dunia yang berbeda dengan kaum pemerintah di daerah itu. Upaya pemerintah dalam mengambil langkah-langkah untuk menjamin kaum muslim secara berangsur-angsur akan menerima status orang Thai beragama Islam yang selama ini kaum Muslim menganggap diri mereka sebagai orang muslim Melayu. Salah satu caranya adalah memberi otonomi hukum di bidang yang berkaitan dengan hukum perdata yaitu tentang keluarga dan warisan kepada kaum muslim yang tinggal di Propinsi Thailand Selatan. Berkenaan dengan hal ini, pemerintah Thailand

2 Siam semula merupakan sebuah negara kecil sebelum diganti menjadi Thailand, dan nama Siam

sendiri juga menujukkan sekelompok etnis yang merupakan penduduk asli Thailand yang asal-usulnya sebagai pendatang dari utara kemudian berbentuklah kerajaan Siam. Kerajaan-kerajaan tersebut berorientasi Budha.


(22)

4

memberi peluang kepada kaum muslim untuk menyelenggarakan lembaga keagamaan, khususnya di bidang hukum keluarga dan warisan (Narong,1975: 47).

Pihak kerajaan pusat telah mengeluarkan UU atau ketetapan kerajaan yang isinya: pertama, mengangkat seorang Muslim sebagai Chula Rajmontri3

(Syaikhul Islam) bagi Negara Thailand, yang berfungsi sebagai penasehat kepada kementrian dalam negeri dan kementerian pendidikan. Kedua, membentuk Jama’ah Jawatan Kuasa Islam tertinggi bagi Negara Thailand yang diketuai oleh

Chula Rajmuntri. Ketiga, membentuk Jama’ah Kekuatan Islam bagi propinsi sebagai penasehat (Gubenur) dan berfungsi sebagai pengurus mengurus urusan agama Islam bagian Propinsi. Dengan adanya UU itu, maka lahirlah lembaga keagamaan di Thailand Selatan yang mayoritas penduduk beragama Islam.

Di Thailand, pemerintah mengakui secara resmi hanya hukum perdata Islam yang berkaitan dengan keluarga dan warisan saja, itupun diakui hanya di Propinsi Thailand Selatan, selain itu hukum keluarga dan warisan selain Propinsi Thailand Selatan, hukum Islam tidak diakui oleh pemerintah secara resmi. Sebagai mana dalam UU, pelaksanaan hukum Islam tahun 1946 menyatakan bahwa, hukum Islam yang berlaku di Propinsi Thailand Selatan, hanya hukum keluarga dan warisan (Kementrian, 1982:93).

Sebenarnya Agama Islam selain pengertian nama atas sebuah Agama, syariatnya juga mencakup seluruh aspek kehidupan, dalam aturan hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan diatur dengan rapi dan komprehensif, sejak dini

3 Chula Rajmontri adalah istilah yang berasal dari bahasa Thai yang berarti pemimpin tertinggi

bagi sang raja dalam urusan agama Islam, berarti juga Chula Raj Montri merupakan pemimpin yang tertinggi dalam bagi umat Islam di negeri Thailand. Beliau dilantik oleh raja Thai.


(23)

5

masa kanak-kanak sampai lanjutnya usia. Secara singkat, Islam dengan syariatnya mencakup seluruh aspek dalam kehidupan manusia secara universal.

Oleh karenanya, seiring dengan perkembangan Islam di dunia secara makro, di mana umat Islam sudah tersekat oleh batas-batas negara, etnis, dan geografi, hukum Islampun baik secara konseptual maupun praktek dituntut untuk menemukan formulasi yang sesuai dengan tabiatnya. Menilik kepada realitas sekarang di negara-negara yang mayoritas penduduk Muslim, apa lagi yang minoritas muslim sangat kesulitan untuk menerapkan hukum Islam, hal ini ditambah lagi kalau harus mengacu pada produk para imam mazhab tertentu dengan argumentasi bahwa hukum Islam itu berlaku secara universal, ini menjadi sebuah agenda persoalan yang menyangkut posisi dan ektensi hukum Islam di suatu negara.

Dalam sejarah Thailand Selatan, berkat perjuang dan kerja keras para tokoh Agama terdahulu, hukum Islam di Thailand Selatan sampai saat sekarang ini masih utuh dan di peraktekkan oleh kaum Muslim di daerah itu baik dalam praktek amaliyah sehari-hari maupun oleh Lembaga-lembaga keagamaan. Dalam praktek amaliyah sehari-hari, bila terjadi kesulitan dalam praktek keagamaan, mereka langsung menemui ulama-ulama setempat atau lembaga-lembaga keagamaan untuk menyelesaikan persoalan yang terjadi.

Kuam Muslim di Thailand Selatan tergolong penganut hukum Islam Mazhab Syafi’i. Ini dapat dibuktikan bahwa semua tulisan dan kitab-kitab hukum Islam yang di pakai di lembaga-lembaga pendidikan daerah itu, baik lembaga tradisional (pesantren) maupun lembaga modern (madrasah) adalah hasil dari


(24)

6

karya-karya para ulama mazhab Syafi’i, baik itu ulama dari tanah Arab, maupun dari setempat yang belajar di tanah Arab, yang karya-karyanya berkibar di dunia internasional juga di kawasan Asia Tenggara, seperti Syeikh Daud bin Abdillah bin Idris al-Fathani (1769-1874), Muhammad bin Ismail Daudy al-Fathani (1844-1908), Syikh Ahmad bin Muhammad bin Musthofa al-Fathani (1856-(1844-1908), Zainul Abidin bin Ahamad al-Fathani dan lain-lainnya (Shagir, 1987 :6-11).

Umat Islam Thailanad Selatan, percaya bahwa Islam adalah Agama yang sempurna dalam segala aspeknya. Islam merupakan anugerah Allah SWT untuk manusia. Maka Islam sangatlah bernilai dan dengan ini setiap orang Islam wajib menjaganya diri setiap hinaan serta ancaman. Umat Islam juga berpandangan bahwa mereka senantiasa siap mengorbankan semua harta yang dimiliki, meskipun nilainya sama dengan hidup mereka untuk kepentingan Agama Allah. Dalam keadaan tertentu, berkorban bahkan hukumnya wajib. Mengorbankan hidup seseorang dalam rangka membela Agama atau Allah disebut sabilillah.

Sebagian orang menggunakan istilah fanatisme untuk menjuluki kondisi umat Islam di Thialand Selatan. Dengan menggunakan ukuran non-Islam, anggapan ini boleh jadi benar.

Oleh karena itu pemerintah memberi kebebasan dalam urusan hukum keluarga bagi umat Islam Thailand Selatan, urusan tersebut dikecualikan dari perundang-undang negara Thai. Tindakan ini, disamping menujukkan sikap dan tindakan politik, seandainya pemerintah menutut ketaatan penuh kepada kode hukum pidana dan kode hukum perdata yang telah diperlakukan, pasti akan menghadapi perlawanan dan tantangan yang lebih dahsyat dari apa yang telah terjadi, seperti dalam persoalan kemerdekaan tanah Melayu Patani.


(25)

7

Pemerintah Thailand, mengeluarkan tiga undang-undang untuk kaum Muslim dalam urusan Agama Islam di negeri itu. Undang-undang itu adalah :

Pertama, tentang undang-undang mengayomi Islam ( Patronage of Islamic Act)

tahun 1945. Kedua, tentang undang-undang pelaksanaan hukum Islam yang berkaitan dengan soal keluarga dan warisan di Thailand Selatan, tahun 1946.

Ketiga, undang-undang tentang urusan masjid, tahun 1947 (Komite Islam Nasional, tt :285). Kecual undang-undang pelaksanaan hukum Islam yang berkaitan dengan keluarga dan warisan yang hanya dikhususkan kepada kaum Muslim di Thailand Selatan saja.

Untuk pertama kalinya sebagai akibat diberlakukan undang-undang melindungi Islam tahun 1945, pimpinan Agama manjadi sah di mata negara. Ulama-ulama yang terhormat menjadi anggota dewan Islam di tingkat propinsi “menjadi dewan propinsi yang berkaitan dengan urusan Agama Islam” (pasal VII). Kaum ulama melegitimasi, negara dan kekuasaan. Rumusan itu sepertinya mengandung suatu kontradiksi teoritis. Kemurnian Agama hanya dapat dicapai apabila negara itu sendiri menjadi alat kehendak Ilahi dan landasannya tidak lain dari pada Syari’ah (Surin, 1989 :91). Undang-undang melindungi Islam itu kelihatannya memang hendak melindungi golongan Muslim Melayu, tetapi dengan undang-undang itu para Penjabat Thailand, justru memperoleh wewenang lebih besar untuk mencapai urusan Agama masyarakat Muslim Melayu. Ini berarti undang-undang itu tidak memberi harapan apapun kepada Muslim Melayu (Hasbullah, 2003: 264).

Maka selanjutnya beberapa tokoh Agama, dan masyarakat kemudian berusaha mendirikan Lembaga Islam, yaitu Majelis Agama Islam pada Tahun


(26)

8

1945 berdirilah MAIY (Majelis Agama Islam Wilayah Yala) yang merupakan organisasi sosial keagamaan atau suatu wadah yang terdiri atas kelompok tokoh Agama dalam menjalankan kegiatan keagamaan di dalam masyarakat Muslim Melayu.

Tetapi menjadi titik pembahasan yang belum memuaskan di kalangan masyarakat Thailand Selatan. Kerajaan Thailand supaya menghindari akibat-akibat kekerasan, maka mengadakan kompromi dan menyetujui bahwa tidak memaksakan kehendaknya di bidang hukum keluarga dan hukum warisan. Mengapa yang diakui hanya pada bagian syari’at yang berkaitan dengan hukum keluarga dan hukum warisan saja, umat Islam yang berada di bawah kerajaan Thailand, pembaharuan hukum diadakan oleh kaum penjajah dalam upaya mereka untuk memodernisasikan masyarakat-masyarakat itu. Sementara mereka meghadapi tantangan dari golongan Agama, bidang yang paling peka dan paling berbahaya adalah bidang “Hukum Perorangan” Personal Law (Surin, 1989 :93).

Demikian juga Majelis Agama Islam menganggap hukum perorangan (Personal Law) sebagai bidang yang paling dipengaruhi Islam dan yang memberi ciri khusus kepada masyarakat. Di sini ada dua bagian dalam syari’at: ibadah (yang menyangkut hubungan pribadi seseorang dengan Allah) dan mu’amalah (yang menyangkut kegiatan sosial). Ritual-ritual ibadah dengan sendirinya harus dipelajari dengan cermat agar dapat dilaksanakan dengan cara yang paling benar. Akan tetapi, dalam kegiatan-kegiatan antar-individu, biasanya yang berlaku adalah praktek-praktek dan adat kebiasaan daerah, sehingga Majelis Agama Islam tidak berhak memberi kebijakan. Pemerintah sangat membatasi, hanya hukum keluarga dan warisan yang berlaku di Majelis Agama Islam Thailand Selatan.


(27)

9

Seandainya pemerintah menuntut ketaatan penuh kepada kode hukum pidana dan kode hukum perdata yang telah diberlakukan di masa pemerintahannya, pemerintah pasti akan menghadapi perlawanan yang lebih hebat daripada apa yang benar-benar telah terjadi.

Demikianlah pemerintah mengakui secara resmi hanya hukum perdata Islam yang berkaitan dengan keluarga dan warisan saja, itupun diakui hanya di Propinsi Thailand Selatan, oleh karena urusan keluarga begitu penting artinya bagi orang Melayu Muslim, maka urusan tersebut dikecualikan dari perundangan-undangan negara. Tindakan ini, di samping menujukkan sikap menghormati kebudayaan minoritas, juga merupakan tindakan politik yang praktis di pihak pemerintah Thai.

Bidang hukum keluarga, di mana ketentuan-ketentuan Islam ditaati dengan cermat. Situasi dalam masyarakat Islam Melayu Thailand Selatan pada pergantian abad yang lalu adalah demikian pula. Tentang soal ini, Joseph Schacht, mengatakan selama hukum suci (syari’ah) diakui secara resmi sebagai ideal keagamaan, ia tidak dapat melepaskan haknya atas kesahihan teoretis yang eksklusif, dan mengakui eksistensi suatu hukum sekuler yang otonomi, wakil-wakilnya, kaum ulama, merupakan satu-satunya golongan yang berwenang untuk menafsirkan nurani keagamaan kaum muslim, dan wawasan bahwa hukum harus diatur oleh Agama tetap merupakan asumsi yang pokok, bagi orang-orang muslim yang moderen sakalipun (Joseph, 1970: 557).

Demikian juga Seyyed Houssein Nasr, memberi pernyataan yang sangat mengena mengenai status kusus “Hukum tentang orang” dalam masyarakat


(28)

10

Muslim. Yang tetap utuh sepanjang zaman adalah aspek dari Syariah yang secara langsung menyangkut pribadi manusia, seperti perkawinan, perceraian dan warisan. Dengan demikian soal-soal itu dinyatakan sebagai termasuk dalam hukum perorangan. Bidang ini sejak dulu merupakan tempat berlindung dan bertahan yang telah memungkinkan masyarakat Islam untuk tetap Islam, walaupun harus hidup di bawah berbagai bentuk lembaga politik selama abad-abad yang lalu. Oleh sebab itu, apa yang sedang dibahas ini merupakan tempat berlindung paling akhir dari aspek-aspek hukum syari’ah dalam masyarakat Islam secara keseluruhan (Nasr, 1981: 27).

Sebelumnya terbentuknya lembaga Majelis Agama Islam di Thailand Selatan, bangsa Melayu yang beragama Islam tidak di pedulikan oleh pemerintah. Mereka diperintah Raja yang beragama Budha yang tidak memikirkan keadaan umat Islam. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan yang berkaitan dengan Agama Islam diserahkan atas kesadaran dan inisiatif mereka sendiri. Secara keseluruhan lahirnya kegiatan Islam dapat dikatakan atas usaha tokoh masyarakat yang merasa dirinya bertanggung jawab untuk menegakan Agama Allah dan membawa umat Islam Melayu kejalan yang benar. Sebagai fokus wilayah dalam penelitian ini adalah masyarakat Islam Patani yang berdomisili di daerah propinsi Yala, (maksud dari peneliti adalah keseluruhan masyarakat Propinsi Yala yang beragama Islam atau yang dikenal dengan sebutan masyarakat Islam Patani ).

Disinilah eksistensi dan peran Majelis Agama Islam Propinsi Yala Thailand Selatan dalam pelaksanaan hukum keluarga, menjadi penting untuk mengarahkan masyarakat agar dapat membina dimensi hukum Islam agar sesuai dengan harapan masyarakat Muslim disuatu komunitas.


(29)

11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan ganbaran latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di propinsi Yala Thailand Selatan ?

2. Apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di Thailand Selatan?

1.3 Pembatasan Masalah

Dalam penelitian hukum keluarga (al-Ahwâl as-Syakhshiyah), terdapat dua pengertian. Pertama, dalam pengertian yang luas meliputi hukum perkawinan, perceraian, warisan, hibah, wasiat dan wakaf. (Daud, 1997: 56). Kedua, dalam arti yang sempit yaitu hukum yang berkaitan dengan urusan keluarga dan pembentukannya, atau dengan kata lain hukum yang berkaitan dengan perkawian dan perceraian.

Yang dimaksudkan dengan hukum keluarga dalam penelitian ini adalah, hukum keluarga dalam pengertian yang kedua dalam arti yang sempit. Hanya hukum yang berkaitan dengan perkawinan saja, tidak termasuk di dalamnya hukum warisan, karena untuk menyesuaikan dengan bahasa undang-undang pelaksanaan hukum Islam di Thailand Selatan tahun 1946 yang berbunyi,

Krobkrua lea’ Moraduk”. Kata “Krobkrua” adalah Keluarga. Sedangkan

“Moraduk” adalah Warisan. Hukum keluarga yang dimaksudkan UU, tersebut


(30)

12

Yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah tema-tema kajian tentang MAIY dalam pelaksanaan hukum perkawinan di masyarakat Propinsi Yala Thailand Selatan. Aspek-aspek peranan yang dimaksud penulis adalah kedudukan dan tugas MAIY di lembaga keagamaan. Aspek-aspek itu adalah mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang berkaitan dalam soal perkawinan di MAIY.

1.4 Tujuan Penelitian

Sebagaimana permasalahan yang telah dikemukakan diatas, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian tentang peran Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di Negara bermayoritas Budha:

1. Untuk mengetahui Proses yang dilaksanakan oleh Majelis Agama Islam Propinsi Yala Thailand Selatan dalam pelaksanaan hukum perkawinan dalam membina masyarakat, khususnya dalam mengamalkan ajaran Agama Islam untuk mewujudkan sebuah masyarakat yang benar-benar Islami.

2. Untuk mengetahui pendukung dan penghambatan Majelis Agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan di dalam realita kehidupan masyarakat Muslim di bawah pemerintah Budha yang berlainan peradaban dan kebudayaan serta adanya tantangan dari pihak pemerintah dan juga dari kalangan masyarakat Muslim Thailand selatan itu sendiri.


(31)

13

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis seabagai berikut:

Manfaat praktis, memusat dan menerapkan pengetahuan serta pemahaman agama dalam proses membina nilai-nilai keislaman di tengah kehidupan masyarakat Melayu dan memberi pemahaman yang baru pada masyarakat tentang peranan majelis agama Islam dalam pekalasanaan hukum perkawinan, supaya mereka mengambil kesempatan yang diberi oleh pemerintah kepada umat Islam selama ini mereka di abaikan, dan mengemukakan ide-ide yang bermanfaat dalam beberapa aspek bagi kepentingan umat Islam di Propinsi Yala.

Manfaat teoritis, untuk menjadi bahan rujukan dan sumbangan pada masyarakat pada umumnya, kepada majelis agama Islam, sekaligus kepada masyarakat muslim khususnya di propinsi Yala Thailand Selatan, dan juga menjadi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum perkawinan.

1.6 Kegunaan Penelitian

Penelitian tentang Peranan Majelis Agama Islam dalam melaksakan hukum perkawinan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Peranan “ artinya “bagian yang dimainkan”. Peranan juga diaratikan “tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok dalam suatu pertiwa” (Munif, 2002 :58). Sedangkan MAI (Majelis Agama Islam) sebagai lembaga Islam yang merupakan bagian penting dari kebangkitan Islam dalam dasawarsa terakhir abad kedua puluh. Mereka tidak hanya sibuk merespons inisiatif pihak-pihak lain,


(32)

14

tetapi mewakili lahirnya orientasi sosial politik alternatif yang dapat dipercaya. Gerakan-gerakan ini mencerminkan aspirasi ganda dari kalangan professional berpendidikan modern dan dari masyarakat Muslim yang menghendaki partisipasi yang lebih besar dalam proses politik dan terwujudnya masyarakat yang lebih Islami. (John L. Esposito & John O. Voll, 1999; 5).

Dengan penelitian ini, penulis mencoba untuk mendeskripsikan tentang peranan Majelis Agama Islam dalam merekonstruksi hukum perkawianan secara total. Selanjutnya adalah untuk mengetahui sejauh mana MAIY menghadapi problematika dalam melaksanakan citra-citra hukum perkawinan di dalam realitas kehidupan masyarakat Muslim Propinsi Yala di bawah Pemerintahan Pusat Thailand. Serta adanya dukungan dan tantangan dari pihak pemerintah dan juga dari kalangan masyarakat Muslim sendiri.

1.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Peran Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di Thailand Selatan sejauh pengetahuan penulis, sebelumnya tidak ada yang melakukannya secara rinci dan komprehensif. Namun dalam hal ini ada beberapa karya-karya terdahulu yang meneliti dan membahas hal-hal yang mengarah dengan tema dimaksud, tetapi pembahasan yang ada tersebut tidak mencakupi peranan majelis agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan, bahkan lebih memfokus pada satu sudut bahasan saja, sebagaimana dalam buku-buku dan karya-karya tersebut:

Dr. Suri Piysuwan. Dalam bukunya yang berjudul, Islam di Muang Thai,


(33)

15

Buku yang terdiri dari enam bab ini membahas gerakan Muslim Melayu di Thailand Selatan, dia lebih menekankan kepada aspek sosio-politik dalam pembahasannya. Pemerintah Thailand usaha keras dalam upaya mengintegrasikan masyarakat Islam di propinsi selatan, khususnya para ulama dikalangan Lembaga-lembaga Islam kedalam birokrasi pemerintah Thailand. Dengan diberi peluang kepada ulama menyelenggarakan lembaga agama Islam, secara tidak langsung mereka dianggap sebagai pejabat pemerintah Thailand. Dan terdapat dalam bab lima, Surin menguraikan upaya integrasi pemeritah yang berkaitan dengan pesantren (pondok) yang kemudian diubah menjadi sekolah swasta dengan kurikulum yang sekuler, dan upaya pemerintah menepatkan orang-orang Budha di propinsi selatan Thailand.

Karya Siripachana. Dalam karyanya berjudul, Kwam Penma Khong

Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Kondisi Hukum Islam dan Qadhi

pengadilan), Penerbit: Kementerian Kehakiman, Bangkok, 1982. yang mengandungi bahasan yang berkaitan dengan historis, Beliau memberi gambaran permulaan pengakuan pemerintah Thailand terhadap ulama dengan meresmikan lembaga-lembaga keagamaan Qadhi Pengadilan. (Dato’ Yuttitham).

Karya Puminarong. Dalam karyanya berjudul, Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Hukum Islam dan Qadhi Pengadilan) dia lebih menekankan kepada aspek sosiologi dalam pembahasannya, dengan melihat dampak positif dan negatif sosial terhadap peranan Lembaga-lembaga Islam di propinsi Thailand selatan.

Mohd. Zamberi A. Mali. Beliua, menulis buku dalam bahasa Malaysia yang berjudul Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Dalam karya ini, Malik


(34)

16

menjelaskan secara detail dampak yang berkaitan dengan program pembaruan yang dilancarkan oleh pemerintah hingga berdirinya organisasi gerakan Muslim Malayu untuk melawan kebijakan-kebijakan tersebut. Malik mendiskripsikan kajiannya dalam bentuk cerita, namun dalam aspek kronologi dia hanya sedikit menampilkan waktu kejadian. Sumber-sumber dalam penulisannya bagian besar merupakan sumber primer, namun pandangan penulis, tulisan Malik itu terdapat perbedaan dengan penulis-penulis yang lain. Oleh karena itu, penulis harus mempertimbangkan dalam menggunakan sumber ini.

Dalam buku-buku dan karya-karya tersebut di atas, belum terwujud secara utuh dan ditail atau belum memadai jika dibandingkan dengan perumusan masalah yang penulis tampilkan, karena buku-buku dan karya-karya tersebut hanya sekedar memberi gambaran secara umum tentang lembaga-lembaga Islam di Selatan Thailand. Maka, dalam penelitian ini penulis mencoba membahas sisi baru untuk melengkapi dan menjawab permasalahan yang dirumuskan di atas dengan melihat kepada beberapa aspek di antaranya adalah aspek hukum Islam, historis, sosialogis dan politik.

Sekaligus sebagai kerangka teori dalam penelitian ini. Dari aspek historis, penulis mencoba melihat dalam konteks pasang surat peranan Majelis Agama Islam dari waktu ke waktu. Dari pemerintahan monarki absolut sampai kepada rezim konstitusional di Thailand.

Dari aspek sosiologis, penulis mencoba melihat dampak positif dan negatif masyarakat terhadap peranan Majelis Agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan. Baik masyarakat Islam yang tergolong dalam kelompok yang menerima keabsahan pemerintah Thailand maupun masyarakat yang menolok


(35)

17

keabsahannya. Sikap masyarakat terhadap produk hukum Islam di Majelis Agama Islam juga berbeda-beda ada yang menerima dan menolaknya, berdasar pada pernilaian mereka terhadap ulama Majelis Agama Islam itu sendiri.

Dari aspek politik, penulis melihat sejauh manakah hubungan pemerintah dengan Majelis Agama Islam dalam memberi kewenangan pelaksanaan hukum perkawian. Dan, sejauh manakah keseriusan pemerintah memberi peluang kepada Majelis Agama Islam dalam menyelegrakan hukum Islam untuk membina masyarakat secara Islami.

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Pada bagian pendahuluan yakni pada bab pertama, terdapat pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang membicarakan signifikansi hukum Islam dalam merespon tuntutan kemajuan zaman yang terus berjalan dengan tanpa lesu dan berhenti. Penulis juga memberikan penjelasan tentang peran MAI dalam melakukan rekontruksi terhadap hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan hukum keluarga dan warisan upaya MAI dalam memasyarakatkan umat Muslim atau mewujudkan masyarakat yang Islami, dengan ini juga penulis megambarkan sepintas tetang kedudukan umat Islam yang dibawah penjajahan Pemerintah Thailand, kemudian selanjutnay penulis mengemukakan dalam bahasan bab ini juga perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan terakhir adalah sistematika dalam menulis penelitian tesis ini.

Bab kedua, sebagai bab kajian pustaka, penulis membahas konsep hukum Islam. Dalam bab ini juga penulis membahas pengertian dan tujuan MAI, dan


(36)

18

dalam bab ini juga penulis membahas sejarah pengembangan lembaga pentadbiran urusan Agama Islam di Thailand.

Adapaun pada bab ketiga, penulis menjelaskan metode penelitian yang meliputi: Jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan masalah, rancangan penelitian, informan penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data.

Bab keempat, sebagai bab analisis, penulis akan membahas tentang gambaran umum MAIY. Lebih mendalam penulis juga meanalisis tentang peranan MAIY dalam pelaksanaan hukum perkawinan yang telah dilaksanakan dalam masyarakat Muslim Melayu Propinsi Yala, dan penulis akan membahas penerapan hukum perkawinan di Thailand Selatan yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambatan MAIY yang mengambil berperanan sentral dalam mengilamisasikan masyarakat dan pembinaan hukum khususnya, dalam pelaksanaaan hukum perkawinan di Propinsi Yala Thailand Selatan, yang akan menjadi fokus pembahasan, serta diskusi hasil penelitian ini.

Dan pada bab kelima, sebagai bagian penutup yang berisi dengan kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran untuk ditindaklanjuti pada penelitian lanjutan.


(1)

13 1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu manfaat praktis dan manfaat teoritis seabagai berikut:

Manfaat praktis, memusat dan menerapkan pengetahuan serta pemahaman agama dalam proses membina nilai-nilai keislaman di tengah kehidupan masyarakat Melayu dan memberi pemahaman yang baru pada masyarakat tentang peranan majelis agama Islam dalam pekalasanaan hukum perkawinan, supaya mereka mengambil kesempatan yang diberi oleh pemerintah kepada umat Islam selama ini mereka di abaikan, dan mengemukakan ide-ide yang bermanfaat dalam beberapa aspek bagi kepentingan umat Islam di Propinsi Yala.

Manfaat teoritis, untuk menjadi bahan rujukan dan sumbangan pada masyarakat pada umumnya, kepada majelis agama Islam, sekaligus kepada masyarakat muslim khususnya di propinsi Yala Thailand Selatan, dan juga menjadi sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum perkawinan.

1.6 Kegunaan Penelitian

Penelitian tentang Peranan Majelis Agama Islam dalam melaksakan hukum perkawinan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Peranan “ artinya “bagian yang dimainkan”. Peranan juga diaratikan “tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau sekolompok dalam suatu pertiwa” (Munif, 2002 :58). Sedangkan MAI (Majelis Agama Islam) sebagai lembaga Islam yang merupakan bagian penting dari kebangkitan Islam dalam dasawarsa terakhir abad kedua puluh. Mereka tidak hanya sibuk merespons inisiatif pihak-pihak lain,


(2)

14

tetapi mewakili lahirnya orientasi sosial politik alternatif yang dapat dipercaya. Gerakan-gerakan ini mencerminkan aspirasi ganda dari kalangan professional berpendidikan modern dan dari masyarakat Muslim yang menghendaki partisipasi yang lebih besar dalam proses politik dan terwujudnya masyarakat yang lebih Islami. (John L. Esposito & John O. Voll, 1999; 5).

Dengan penelitian ini, penulis mencoba untuk mendeskripsikan tentang peranan Majelis Agama Islam dalam merekonstruksi hukum perkawianan secara total. Selanjutnya adalah untuk mengetahui sejauh mana MAIY menghadapi problematika dalam melaksanakan citra-citra hukum perkawinan di dalam realitas kehidupan masyarakat Muslim Propinsi Yala di bawah Pemerintahan Pusat Thailand. Serta adanya dukungan dan tantangan dari pihak pemerintah dan juga dari kalangan masyarakat Muslim sendiri.

1.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Peran Majelis Agama Islam dalam melaksanakan hukum perkawinan di Thailand Selatan sejauh pengetahuan penulis, sebelumnya tidak ada yang melakukannya secara rinci dan komprehensif. Namun dalam hal ini ada beberapa karya-karya terdahulu yang meneliti dan membahas hal-hal yang mengarah dengan tema dimaksud, tetapi pembahasan yang ada tersebut tidak mencakupi peranan majelis agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan, bahkan lebih memfokus pada satu sudut bahasan saja, sebagaimana dalam buku-buku dan karya-karya tersebut:

Dr. Suri Piysuwan. Dalam bukunya yang berjudul, Islam di Muang Thai, Penerbit: LP3ES, Jakarta, 1989, yang menyinggung gerakan di Thailand selatan.


(3)

15

Buku yang terdiri dari enam bab ini membahas gerakan Muslim Melayu di Thailand Selatan, dia lebih menekankan kepada aspek sosio-politik dalam pembahasannya. Pemerintah Thailand usaha keras dalam upaya mengintegrasikan masyarakat Islam di propinsi selatan, khususnya para ulama dikalangan Lembaga-lembaga Islam kedalam birokrasi pemerintah Thailand. Dengan diberi peluang kepada ulama menyelenggarakan lembaga agama Islam, secara tidak langsung mereka dianggap sebagai pejabat pemerintah Thailand. Dan terdapat dalam bab lima, Surin menguraikan upaya integrasi pemeritah yang berkaitan dengan pesantren (pondok) yang kemudian diubah menjadi sekolah swasta dengan kurikulum yang sekuler, dan upaya pemerintah menepatkan orang-orang Budha di propinsi selatan Thailand.

Karya Siripachana. Dalam karyanya berjudul, Kwam Penma Khong Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Kondisi Hukum Islam dan Qadhi pengadilan), Penerbit: Kementerian Kehakiman, Bangkok, 1982. yang mengandungi bahasan yang berkaitan dengan historis, Beliau memberi gambaran permulaan pengakuan pemerintah Thailand terhadap ulama dengan meresmikan lembaga-lembaga keagamaan Qadhi Pengadilan. (Dato’ Yuttitham).

Karya Puminarong. Dalam karyanya berjudul, Kodmai Islam Lea’ Dato’ Yuttitham (Hukum Islam dan Qadhi Pengadilan) dia lebih menekankan kepada aspek sosiologi dalam pembahasannya, dengan melihat dampak positif dan negatif sosial terhadap peranan Lembaga-lembaga Islam di propinsi Thailand selatan.

Mohd. Zamberi A. Mali. Beliua, menulis buku dalam bahasa Malaysia yang berjudul Umat Islam Patani Sejarah dan Politik. Dalam karya ini, Malik


(4)

16

menjelaskan secara detail dampak yang berkaitan dengan program pembaruan yang dilancarkan oleh pemerintah hingga berdirinya organisasi gerakan Muslim Malayu untuk melawan kebijakan-kebijakan tersebut. Malik mendiskripsikan kajiannya dalam bentuk cerita, namun dalam aspek kronologi dia hanya sedikit menampilkan waktu kejadian. Sumber-sumber dalam penulisannya bagian besar merupakan sumber primer, namun pandangan penulis, tulisan Malik itu terdapat perbedaan dengan penulis-penulis yang lain. Oleh karena itu, penulis harus mempertimbangkan dalam menggunakan sumber ini.

Dalam buku-buku dan karya-karya tersebut di atas, belum terwujud secara utuh dan ditail atau belum memadai jika dibandingkan dengan perumusan masalah yang penulis tampilkan, karena buku-buku dan karya-karya tersebut hanya sekedar memberi gambaran secara umum tentang lembaga-lembaga Islam di Selatan Thailand. Maka, dalam penelitian ini penulis mencoba membahas sisi baru untuk melengkapi dan menjawab permasalahan yang dirumuskan di atas dengan melihat kepada beberapa aspek di antaranya adalah aspek hukum Islam, historis, sosialogis dan politik.

Sekaligus sebagai kerangka teori dalam penelitian ini. Dari aspek historis, penulis mencoba melihat dalam konteks pasang surat peranan Majelis Agama Islam dari waktu ke waktu. Dari pemerintahan monarki absolut sampai kepada rezim konstitusional di Thailand.

Dari aspek sosiologis, penulis mencoba melihat dampak positif dan negatif masyarakat terhadap peranan Majelis Agama Islam dalam pelaksanaan hukum perkawinan. Baik masyarakat Islam yang tergolong dalam kelompok yang menerima keabsahan pemerintah Thailand maupun masyarakat yang menolok


(5)

17

keabsahannya. Sikap masyarakat terhadap produk hukum Islam di Majelis Agama Islam juga berbeda-beda ada yang menerima dan menolaknya, berdasar pada pernilaian mereka terhadap ulama Majelis Agama Islam itu sendiri.

Dari aspek politik, penulis melihat sejauh manakah hubungan pemerintah dengan Majelis Agama Islam dalam memberi kewenangan pelaksanaan hukum perkawian. Dan, sejauh manakah keseriusan pemerintah memberi peluang kepada Majelis Agama Islam dalam menyelegrakan hukum Islam untuk membina masyarakat secara Islami.

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Pada bagian pendahuluan yakni pada bab pertama, terdapat pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah yang membicarakan signifikansi hukum Islam dalam merespon tuntutan kemajuan zaman yang terus berjalan dengan tanpa lesu dan berhenti. Penulis juga memberikan penjelasan tentang peran MAI dalam melakukan rekontruksi terhadap hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan hukum keluarga dan warisan upaya MAI dalam memasyarakatkan umat Muslim atau mewujudkan masyarakat yang Islami, dengan ini juga penulis megambarkan sepintas tetang kedudukan umat Islam yang dibawah penjajahan Pemerintah Thailand, kemudian selanjutnay penulis mengemukakan dalam bahasan bab ini juga perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, dan terakhir adalah sistematika dalam menulis penelitian tesis ini.

Bab kedua, sebagai bab kajian pustaka, penulis membahas konsep hukum


(6)

18

dalam bab ini juga penulis membahas sejarah pengembangan lembaga pentadbiran urusan Agama Islam di Thailand.

Adapaun pada bab ketiga, penulis menjelaskan metode penelitian yang meliputi: Jenis penelitian, sifat penelitian, pendekatan masalah, rancangan penelitian, informan penelitian, lokasi penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data.

Bab keempat, sebagai bab analisis, penulis akan membahas tentang

gambaran umum MAIY. Lebih mendalam penulis juga meanalisis tentang peranan MAIY dalam pelaksanaan hukum perkawinan yang telah dilaksanakan dalam masyarakat Muslim Melayu Propinsi Yala, dan penulis akan membahas penerapan hukum perkawinan di Thailand Selatan yang menjadi faktor pendukung dan faktor penghambatan MAIY yang mengambil berperanan sentral dalam mengilamisasikan masyarakat dan pembinaan hukum khususnya, dalam pelaksanaaan hukum perkawinan di Propinsi Yala Thailand Selatan, yang akan menjadi fokus pembahasan, serta diskusi hasil penelitian ini.

Dan pada bab kelima, sebagai bagian penutup yang berisi dengan kesimpulan, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran untuk ditindaklanjuti pada penelitian lanjutan.


Dokumen yang terkait

Upaya Hukum Internasional Dalam Penyelesaian Konflik Kejahatan Kemanusiaan Di Thailand Selatan (Studi Kasus Di Pattani, Yala, Narathiwat)

7 110 109

Strategi Dakwah Majelis Agama Islam Wilayah Narathiwat Di Patani Selatan Thailand

3 63 96

DUALISME SISTEM PENDIDIKAN DI THAILAND SELATAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENERAPAN KURIKULUM AGAMA (KASUS DI SEKOLAH AGAMA DAMRONG WITYA YALA)

0 3 107

SISTEM PEMBIAYAAN ISLAMIC BANK OF THAILAND CABANG PROVENSI YALA THAILAND SELATAN MENURUT Sistem Pembiayaan Islamic Bank Of Thailand Cabang Provinsi Yala Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.

0 2 20

SISTEM PEMBIAYAAN ISLAMIC BANK OF THAILAND CABANG PROVINSI YALA THAILAND SELATAN MENURUT PERSPEKTIF Sistem Pembiayaan Islamic Bank Of Thailand Cabang Provinsi Yala Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.

0 2 18

PENDAHULUAN Sistem Pembiayaan Islamic Bank Of Thailand Cabang Provinsi Yala Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.

0 3 6

PENDAHULUAN Pembinaan Agama di Panti Asuhan Yatim Piatu Melayu Bangkok Sateng Nok Muang Yala Thailand Selatan.

0 1 12

PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA’HAD AL-DIRASAH AL-ISLAMIYAH PROPINSI PATTANI THAILAND SELATAN TAHUN 2006 2007 SKRIPSI

0 1 133

Ijtihad Fikih Kontemporer (Tinjauan Metode Penetapan Hukum Lembaga Majelis Agama Islam di Patani Thailand Selatan) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 2 213

Prosedur Hukum dalam Sengketa Harta Warisan di Majelis Agama Islam Provinsi Pattani Thailand Selatan - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 160