ANALISIS ISI PESAN DALAM FILM (Studi Pada Film Minggu Pagi di Victoria Park Karya Lola Amaria)

(1)

i

ANALISIS ISI PESAN DALAM FILM

(Studi Pada Film Minggu Pagi di Victoria Park Karya Lola Amaria)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Ardianto Pamungkas NIM: 07220034

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

NAMA : Ardianto Pamungkas

NIM : 07220034

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Analisis Isi Pesan Sosial Dalam Film(Studi pada Film Minggu Pagi di Victoria Karya Lola Amaria)

Disetujui, Pembimbing 1

Nurudin, S.Sos, M.Si

Pembimbing II

Sugeng Winarno, S.Sos, MA

Mengetahui,

KetuaJurusanIlmuKomunikasi


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Ardianto Pamungkas

NIM : 07220034

Konsentrasi : Audio Visual (AV)

Judul Skripsi : Analisis Isi Pesan Sosial Dalam Film(Studi padaFilm Minggu Pagi Di Victoria Park Karya Lola Amaria)

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS Pada hari : Sabtu

Tanggal : 29 Oktober 2011 Tempat : 609

Mengesahkan, Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M.Si Dewan Penguji:

1. Muslimin Machmud, DR, M.Si, P.hd Penguji I ( )

2. Widya Yutanti, S.Sos, MA Penguji II ( )

3. Nurudin, S.Sos, M.Si Penguji III ( )


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lily Nurjana Tehuayo

Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 28 Oktober 1986 Nomor Induk Mahasiswa : 07220034

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul: Analisis Isi Pesan Sosial Dalam Film

(Studi Pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park Karya Lola Amaria )

Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 22 Oktober 2011 Yang Menyatakan,


(5)

v

IDENTITAS PENELITI

Nama Peneliti Ardianto Pamungkas

Tempat, Tgl Lahir Ujung Pandang 28 Oktober 1986

NIM 07220034

Konsentrasi Studi Audio Visual

Alamat Taman Yasmin Sektor I Jalan Teratai Raya Nomer 5 Kota Bogor

Judul penelitian Analisis Isi Pesan Sosial Dalam Film

(Studi pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park Karya Lola Amaria)

Pembimbing I Nurudin, S. Sos., M. Si Pembimbing II Sugeng Winarno, S.Sos, MA

Lokasi Penelitian Jl. Terusan Wiriaga Blok J No. 4 Malang Waktu Penelitian Mulai 10 Juli sampai 20 Oktober 2011


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya yang diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti diberikan kesabaran, kekuatan, kesehatan dan kelancaran dalam menyelesaikan karya ilmiahnya dengan judul Analisis Isi Pesan Sosial Dalam Film ( Studi Pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park Karya Lola Amaria ).

Pada pertengahan tahun 2010 muncul sebuah film yang bergenre drama dengan judul Minggu Pagi Di Victoria Park , film ini mengangkat tema tentang lika – liku kehidupan para TKW Indonesia yang bekerja di luar negeri. Ketertarikan peneliti pada film ini adalah banyak pesan sosial yang terkandung didalamnya sehingga peneliti ingin mengetahui frekuensi kemunculan pesan sosial dalam film ini dengan penelitian analisis isi yang menggunakan sistem koding karena lebih sistematis dan lebih mudah bagi peneliti untuk mengetahui frekuensi kemunculan pesan sosial dalam film ini. Dalam penelitian ini peneliti menetapkan beberapa kategori dan menggunakan dua orang koder sebagai pembanding hasl dari peneliti sehingga hasil yang di dapatkan lebih reliable.

Penelitian ini pada dasarnya untuk memenuhi tugas akhir skripsi sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana strata 1 (S-1).Oleh karena itu, dalam penelitian ini pasti terdapat kekurangan maupun kelebihan. Peneliti berharap pembaca dapat memberikan saran dan kritik untuk proses kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat dan memotivasi pembaca.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, Oktober 2011 Peneliti,


(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Alhamdulillah skripsi ini saya persembahkan pada-Mu Ya Allah, atas segala rahmat dan barokah-Mu yang telah Kau berikan kepadaku. Sehingga saya mampu menyelesaikan dan memberikan karya ini yang terbaik kepada semua orang.

Terima kasih saya sampaikan kepada seluruh pihak Universitas Muhammadiyah Malang:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bpak Drs. H. Muhadjir Efendi, MAP dan seluruh pembantu rektor UMM.

2. Dekan FISIP UMM, Bapak DR. Wahyudi, M.Si beserta seluruh pembantu dekan FISIP.

3. Dosen Pembimbing 1 Bapak Nurudin, S.Sos, M.Si terimakasih atas motivasi, kesabaran, waktu dan bimbingannya selama ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Dosen Pembimbing 2 Bapak Sugeng Winarno, S.Sos, MA terimakasih atas waktu, ketelatenan dan kesabaran juga saran-saran yang telah diberikan saat bimbingan. Sehingga saya dapat paham dan menyelasaikan penelitian saya ini.

5. Bapak dan Ibu Tata Usaha FISIP UMM yang telah bersedia untuk melayani segala keperluan dan memberikan motivasi kepada saya.

6. Dosen pengajar Ibu Rosi Febrianita, S.Sos, terimakasih atas segala waktu, saran, kritik dan bukunya yang lama tidak saya kembalikan. Terima kasih sudah menjadi teman saya ya bu.

7. Seluruh pihak atau karyawan UMM yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan keramahan dan dukungan untuk saya. Tidak lupa persembahan ini juga saya berikan kepada orang- orang terdekat, yang selalu memberikan dukungan selama proses penelitian skripsi ini berjalan:

1. Khusus kepada kedua orang tuaku, H. Subandi dan Hj. Endang Sri Hartatik yang selalu memberikan do’a dan semangat yang tiada henti untuk menyelesaikan kuliah. Tanpa kalian kami bukan apa – apa di dunia ini dan kami sadar tidak akan bisa membalas budi baikmu yang ikhlas sampai kapanpun, hanya doa kepada ALLAH SWT yang bisa kami persembahkan selalu untukmu.

2. Kakak-kakakku dan adik–adikku, terima kasih sudah memberikan dukungan ke saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini segera. 3. Keluarga Besarku dari sabang sampai merauke, saudara- saudaraku dan


(8)

viii

4. Nilam Wahyu Olympid, terimakasih ya sayang kamu mau menemaniku, mengertiku, mendukungku dan menyayangiku dengan penuh kesabaran selama ini. Sekarang saatnya untuk kita menghadapi dunia baru. Dan semoga kita bisa semakin dewasa menjalani hubungan kita ….Laff you dear…

5. Terima kasih kepada teman – teman di Metro TV yang terus memberi semangat dan pengalaman kepada saya sehingga banyak pelajaran berharga yang dapat saya ambil.

6. Untuk keluarga kecilku IKOM A 2007 yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu dan telah memberikan aku motivasi untuk selalu menyelesaikan skripsi ini.

7. Alascom yang banyak saya repotkan, terima kasih sudah banyak membantu saya serta teman – teman UMM berbagai jurusan yang selalu mengajak saya ngopi terus. Nice to meet u guys…..

8. Bengkel HRT Geol Malang Racing Team beserta crew yang sudah membuat motor saya tidak mogok lagi.

Semoga yang saya sampaikan dalam penelitian ini dapat bermanfaat bagi orang lain. Saran dan kritik tentunya tidak terlepas saya harapkan untuk lebih menyempurnakan skripsi ini, menjadi lebih baik. Saya berharap agar saya bisa menjadi orang yang berguna bagi diri saya, negara tercinta, agama dan keluarga. amin…..

Malang, 22 Oktober 2011


(9)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iv

IDENTITAS PENELITI ... v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAKSI ... x

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 6

E.1 Film ... 6

E.1.1 Jenis-jenis Film ... 7

E.1.2 Fungsi Film ... 8

E.1.3 Pesan dalam film ... 8

E.1.4 Film sebagai Media Komunikasi Massa ... 11

E.1.5 Teori Pertukaran Sosial ... 12

E.1.6 Film sebagai Pesan Sosial ... 13


(10)

x

F. Definisi Konseptual ... 14

F.1 Analisis Isi ... 14

F.2 Pesan Sosial ... 15

F.3 Film ... 16

G. Metode Penelitian ... 16

G.1 Tipe dan dasar penelitian ... 16

G.2 Struktur Kategori ... 17

G.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 19

G.4 Unit Analisis ... 19

G.5 Satuan Ukur ... 20

G.6 Teknik Pengumpulan Data ... 20

G.7 Teknik Analisis Data ... 22

G.8 Uji Reliabilitas dan Validitas... 22

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Film ... 25

B. Profil Film Minggu Pagi di Victoria Park ... 25

C. Sinopsis Film Minggu Pagi di Victoria Park ... 30

D. Profil Pemeran Utama Dan Penulis Film Minggu Pagi di Victoria Park ... 32

E. Behind The Scene Film Minggu Pagi di Victoria Park ... 42

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian dan Analisis Data ... 43

B. Penyajian Data Film ... 44

B.1 Analisis Kategori Sosial Budaya ... 57

B.1.1 Indikator Saling memberi nasihat, saran dan anjuran pada Unit Analisis Dialog ... 60

B.1.2 Indikator Saling Menolong Pada Unit Analisis Visual ... 72

B.1.3 Indikator Saling Menolong pada Unit Analisis Dialog ... 72


(11)

xi

B.1.4 Indikator Saling Mencurahkan Masalah pada Unit Analisis Dialog ... 76 B.1.5 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan

dan Senasib sepenanggungan) pada Unit Analisis Visual ... 85 B.1.6 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan

Dan Senasib sepenanggungan) pada Unit

Analisis Dialog ... 90 B.2 Analisis Kategori Norma dan Etika ... 93

B.2.1 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Pada Unit Analisis Visual ... 94 B.2.2 Indikator Perhatian pada Unit Analisis Dialog ... 99 B.2.3 Indikator Saling Bertegur Sapa Dalam Kehidupan

Sehari – Hari pada Unit Analisis Visual ... 102 B.2.4 Indikator Saling Bertegur Sapa Dalam Kehidupan

Sehari – Hari Pada Unit Analisis Dialog ... 102 B.2.5 Indikator Menjaga Sopan Santun Pada Unit Analisis

Dialog ... 105 B.2.6. Indikator Saling Memberikan Sanjungan pada Unit

Analisis Visual ... 106 B.2.7 Indikator Saling Memberikan Sanjungan Pada Unit

Analisis Dialo ... 107 B.3 Analisis Kategori Pendidikan ... 107

B.3.1 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang

tuanya) Pada Unit Analisis Visual ... 109 B.3.2 Indikator Perbuatan Mengabdi (anak pada orang

tuanya) Pada Unit Analisis Dialog ... 113 B.3.3 Indikator Memiliki Rasa Tanggung Jawab Serta

Kerja Sama Pada Unit Analisis Visual ... 115 B.3.4 Indikator Memiliki Tanggung Jawab Serta

Kerja Sama Pada Unit Analisis Dialog ... 117 B.3.5 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai

Tujuan Yang Di Inginkan Pada Unit Analisis

Visual ... 119 C. Analisis Pesan Sosial Pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park 124 D. Uji Reliabilitas ... 125 D.1 Uji Reliabilitas Peneliti Dengan Koder 1 ... 126


(12)

xii

D.1.1 Uji Reliabilitas Unit Analisis Visual ... 126

D.1.2 Uji Reliabilitas Unit Analisis Dialog ... 128

D.2 Uji Reliabilitas Peneliti Dengan Koder 2 ... 130

D.2.1 Uji Reliabilitas Unit Analisis Visual ... 130

D.2.2 Uji Reliabilitas Unit Analisis Dialog ... 132

E. Diskusi Teori ... 134

BAB IVPENUTUP A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Lembar Koding ... 21

Tabel 1.2 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Visual ... 22

Tabel 1.3 Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog ... 22

Tabel 3.1 Visualisasi Per Scene Film Minggu Pagi Di Victoria Park ... 44

Tabel 3.2 Distribusi Kategori sesuai Kategori dan Indikator ... 54

Tabel 3.3 Distribusi Kategori Sosial Budaya ... 57

Tabel 3.4 Distribusi Kategori Norma Dan Etika ... 93


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Indikator tolong menolong Scene 3 ... 72

Gambar 2.2 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 5 ... 85

Gambar 2.3 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 21 ... 85

Gambar 2.4 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 57 ... 86

Gambar 2.5 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 69 ... 86

Gambar 2.6 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 84 ... 87

Gambar 2.7 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 85 ... 87

Gambar 2.8 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 86 ... 88

Gambar 2.9 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 87 ... 88

Gambar 2.10 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanandan Senasib sepenanggungan) Scene 88 ... 89

Gambar 2.11 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 89 ... 89

Gambar 2.12 Indikator Memiliki Solidaritas (Kesetiakawanan dan Senasib sepenanggungan) Scene 100 ... 90

Gambar 2.13 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 11 ... 95

Gambar 2.14 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 29 ... 95

Gambar 2.15 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 38 ... 95

Gambar 2.16 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 58 ... 95


(15)

xv

Gambar 2.18 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 101 ... 97 Gambar 2.19 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 103 ... 98 Gambar 2.20 Indikator Saling Bercanda (Keakraban) Scene 108 ... 98 Gambar 2.21 Indikator Saling Bertegur Sapa Dalam Kehidupan Sehari –

hari Scene 6 ... 102 Gambar 2.22 Indikator Saling Memberikan Sanjungan Scene 95 ... 102 Gambar 2.23 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 20 ... 106 Gambar 2.24 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 92 ... 109 Gambar 2.25 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 104 ... 110 Gambar 2.26 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 105 ... 110 Gambar 2.27 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 106 ... 111 Gambar 2.28 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 107 ... 111 Gambar 2.29 Indikator Perbuatan Mengabdi (Anak pada orang tuanya)

Scene 109 ... 112 Gambar 2.30 Indikator Memiliki Rasa Tanggung Jawab Serta Kerja

Sama Scene 42 ... 113 Gambar 2.31 Indikator Memiliki Rasa Tanggung Jawab Serta Kerja

Sama Scene 72 ... 116 Gambar 2.32 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan

Yang Di inginkan Scene 13 ... 116 Gambar 2.33 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan

Yang Di inginkan Scene 32 ... 120 Gambar 2.34 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan


(16)

xvi

Gambar 2.35 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan Yang Di inginkan Scene 56 ... 121 Gambar 2.36 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan

Yang Di inginkan Scene 65 ... 121 Gambar 2.37 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan

Yang Di inginkan Scene 75 ... 122 Gambar 2.38 Indikator Memiliki Keberanian Dalam Mencapai Tujuan


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pernyataan Koder 1 Lampiran 2 Lembar Pernyataan Koder 2 Lampiran 3 Lembar Peneliti dan Koder


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Andric, Radivoje. 2007. How to Make a Film. Yogyakarta: Insania.

Ardianto, Elvinaro, Lukiati, Komala & Siti, Karlinah 2007. Komunikasi Massa (suatu pengantar). Bandung : Simbiosa.

Baksin, Askurifai. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.

Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Dominick, Joseph & Wimmer, Rogers. 2000. Mass Media Research an Introduction. Wadsworth Publishing Company. United States of America.

Fisher, B Aubrey. 1990. Teori-Teori Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Hamidi, 2007. Metode Penelitian Dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer, Hegemoni Militer dalam Sinema Indonesia. Yogyakarta: Media Presindo.

Krippendorf, Klaus. 1991. Analisis Isi : Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: CV. Rajawali.

Kriyantono, Rahmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Prenanda Media Group.

McQuail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Nurudin. 2006. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..

Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(19)

xix

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

West, Richard dan Turner H. Lynn. 2009. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

B. Sumber Lain :

- http://humaswalisongo.blogspot.com/2007/04/naga-bonar-ke-iain.html. Diakses 16 Mei 2011 Pukul 01:33 wib.

- www.bnp2tki.go.id/2007/06 : Diakses 20 juli 2011 Pukul 21:30 wib.

- http://tentangdiasinopsis.blogspot.com/2009/09/titien-wattimena-sang-penulis.html : Diakses 19 September 2011 Pukul 20:45.

- http://filmindonesia.or.id/movie/title/lf-m024-10-529984/minggu-pagi-di-victoria-park : Diakses 21 September 2011 Pukul 15:00.

- http://selebriti.kapanlagi.com/indonesia/t/titi_sjuman/ : Diakses 19 September 2011 Pukul 22:05.

- http://amriawan.blogspot.com/2010/06/minggu-pagi-di-victoria-park-movie.html : Diakses 21 September 2011 Pukul 22:55.

- http://selebonline.com/profil-donny-damara/ : Diakses 23 September 2011 Pukul 08:30


(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Film Indonesia sekarang ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa tradisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan. Untuk meningkatkan apresiasi penonton film Indonesia adalah dengan menyempurnakan permainan trik-trik serealistis dan sehalus mungkin, seni akting yang lebih nyata, pembenahan struktur cerita, pembenahan setting budaya yang lebih dapat dipertanggung jawabkan, penyuguhan gambar yang lebih estetis dan sebagainya.

Dalam perkembangannya film tidak hanya dijadikan sebagai media hiburan semata tetapi juga digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada pencapaiannya yang menggambarkan realitas, film dapat memberikan imbas secara emosional dan popularitas. Dibandingkan dengan media lain, film memiliki kemampuan untuk meniru kenyataan kehidupan yang ada pada masyarakat sehari-harinya. Pada dasarnya film disajikan dari sebuah ide yang kemudian diolah oleh pelaku film (sutradara) sehingga terbentuklah sebuah cerita kehidupan yang ada saat ini. Susunan cerita yang ada pada film tentunya akan dapat mempengaruhi khalayak penonton untuk ikut merasakan susunan cerita pada film tersebut.

Pada saat ini industri film merupakan industri bisnis. Predikat ini telah menggeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film merupakan karya seni, yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna. Meskipun pada


(21)

2 kenyataannya adalah karya seni, industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, yang terkadang menjadi mesin uang, yang seringkali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri. (Dominick. 2000)

Sejarah perfilman indonesia telah dimulai sejak permulaan abad 20 masehi. Dari catatan sejarah perfilman di indonesia, film pertama yang diputar berjudul Lady Van Java yang diproduksi di Bandung pada tahun 1926 oleh David. Dan sampai tahun 1930, masyarakat disuguhi film Lutung Kasarung, Si Conat dan Pareh. Film-film tersebut merupakan film bisu yang diusahakan oleh orang-orang Belanda dan Cina. Pada saat perang Asia Timur Raya di penghujung tahun 1941, perusahaan perfilman yang diusahakan oleh orang Belanda dan Cina berpindah tangan kepada pemerintah jepang, diantaranya adalah NV. Multi film yang diubah namanya menjadi Nippon Eiga Sha, yang selanjutnya memproduksi film feature dan film dokumenter. Jepang telah memanfaatkan untuk media informasi dan propaganda. Namun tatkala bangsa indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya, maka pada tanggal 6 Oktober 1945 Nippon Eiga Sha diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia. Sejak tanggal 6 Oktober lahirlah Berita Film Indonesia atau BFI. Bersamaan dengan pindahnya pemerintahan RI dari Yogyakarta, BFI pun pindah dan bergabung dengan perusahaan film negara, yang pada akhirnya berganti nama menjadi Perusahaan Film Nasional (Effendy, 1999: 201-202)

Namun saat ini perfilman Indonesia semakin menunjukkan eksistensinya. Hal ini terbukti dengan semakin muncul dan berkembangnya karya- karya film yang berkualitas di bioskop, yaitu film yang mengandung suatu pesan- pesan


(22)

3 dalam sebuah kehidupan nyata saat ini, seperti Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, Sang Pencerah, Laskar Pelangi, dan yang paling terbaru saat ini adalah Minggu Pagi di Victoria Park yang disutradarai oleh Lola Amaria.

Dalam film yang berjudul Minggu Pagi di Victoria Park, mengajak kita untuk menyelami kehidupan TKW dari berbagai sudut, tidak hanya ekonomi dan politik, tetapi juga sosial dan budaya. Berdasarkan data dokumen dari film tersebut, bahwa “Tenaga Kerja di Indonesia tersebar di 30 negara yang menyumbang pemasukan bagi negara total di tahun 2009 adalah $6.615.718.900,56. Jumlah TKI yang bekerja di luar negri sekitar 8.739.046, jika masing-masing menanggung 5 orang anggota keluarga di kampung halamannya maka lebih dari 40 juta jiwa penduduk Indonesia menggantungkan nasibnya pada mereka, jumlah ini setara dengan 5 kali penduduk Jakarta. 97,2% tenaga kerja Indonesia di luar negeri adalah perempuan. Jika separuhnya adalah ibu rumah tangga yang memiliki 2 orang anak maka ada sekitar 8,5 juta anak Indonesia yang tidak merasakan kasih sayang ibunya. Lebih dari 4,2 juta yang menggantungkan hidupnya pada anak perempuan ataupun istrinya yang bekerja sebagai tenaga kerja di luar negri. 66 % tenaga kerja indonesia di luar negeri bekerja di sektor informal. Nyaris semuanya adalah perempuan yang bekerja sebagai Pembantu Rumah Tangga”. (scene 109 dalam film Minggu Pagi di Victoria Park).

Persoalan buruh migran yang rentan rasialisme, perbudakan, dan diskriminasi ini memang tak tergambar secara nyata di film garapan Lola Amaria ini. Namun cukup menyadarkan kita akan kondisi negeri yang minim lahan kerja dan tak mampu memberikan kehidupan yang layak bagi rakyatnya.Lola Amaria


(23)

4 sepertinya menaruh juga harapan besar itu. Lewat film ini Lola mengharapkan bahwa Tenaga Kerja Wanita (TKW) adalah manusia juga yang harus dimanusiakan seperti kaum laki-laki dalam realitas sosial, bukan sebagai objek yang selalu kalah. Karenanya, dalam beberapa adegan, Lola mencuatkan pesan perlawanan kaum perempuan terhadap laki-laki agar tidak gampang ditindas dan dipermainkan, khususnya atas dasar cinta.

Dalam film Minggu Pagi di Victoria Park, Lola ikut bermain sebagai TKI. Lola memerankan Mayang, yang dipaksa orangtuanya mencari sang adik di Hong Kong. Dengan berat hati, Mayang berangkat ke Hong Kong. Seorang diri, ia mencari adiknya Sekar (Titi Sjuman) yang sudah dua tahun bekerja di Hong Kong. Bukannya berhasil membawa Sekar pulang ke kampung halaman, Mayang justru terjebak fatamorgana kehidupan TKI di Hong Kong. Banyak hal dilalui Mayang, mulai dari percintaan, hubungan dengan majikan, serta masalah pelik sang adik. Secara keseluruhan, film ini bertutur tentang dilema kehidupan Mayang di Hong Kong.

Selama ini kita mendengar berita mengenai TKW begitu mengerikan yang disekap, dianiaya, diperkosa majikan, gaji tidak diberikan sampai terjun bebas dari lantai apartemen. Sepertinya media kurang tertarik dengan kabar seputar TKW yang menyenangkan. Melalui media film, Lola Amaria berusaha mengangkat tema buruh migran itu ke layar lebar. Dalam filmnya ini, Lola Amaria bermaksud untuk memberikan gambaran tentang kehidupan TKW disana, seperti halnya masalah yang sering kita dengar di sana itu benar adanya, misalnya beberapa adegan yang di perankan oleh Sari yang menjadi sapi perah pemuda


(24)

5 berwajah pakistan atau Yati yang lesbian atau Sekar yang terjerat utang di sumber kredit.

Peneliti tertarik untuk menganalisis film Minggu Pagi di Victoria Park ini karena dalam film ini mengandung unsur-unsur sosial yang dapat memberikan pemahaman kepada peneliti mengenai bagaimana realita sosial tentang kehidupan para TKI (pahlawan devisa) diluar negeri. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti ingin mengetahui “Pesan Sosial Dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang yang telah di tetapkan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa banyak frekuensi pesan-pesan sosial yang disampaikan dalam film “Minggu Pagi Di Victoria Park”?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak frekuensi pesan sosial yang disampaikan dalam film “Minggu Pagi Di Victoria Park” ini.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Akademis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan menjadi referensi dan tambahan keilmuan bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian yang mengkaji pesan film yang berkaitan dengan realitas sosial dengan


(25)

6 menggunakan analisis isi bagi mahasiswa ilmu komunikasi khususnya dalam bidang audio visual.

2. Kegunaan praktis

a. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi para praktisi pembuat film, agar dapat membuat film yang sarat makna dan sesuai dengan etika budaya masyarakat Indonesia.

b. Dapat digunakan sebagai salah satu pendukung evaluasi kelebihan dan kekurangan film yang telah dibuat sebelumnya, sehingga untuk kedepannya dapat menghasilkan film yang lebih berkualitas.

E. Tinjauan Pustaka E.1 Film

Undang – undang perfilman No 6 tahun 1992 bab 1 pasal 1 yang dikutip dari Baksin (2003) bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa yang dibuat dengan direkam dengan pita seluloid, pita video dan atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dengan atau tanpasuara yang dapat dipertunjukkan dan ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik dan atau lainnya.

Awal keberadaan film adalah dari sebuah gambar gerak yang telah ditemukan oleh Louise dan Augeste Lumiere, yang kemudian dikembangkan oleh Thomas Edison dengan menggunakan sebuah kotak besar untuk memproyeksikan film. Sehingga bisa dikatakan definisi film adalah serangkaian gambar-gambar


(26)

7 yang diproyeksikan pada sebuah layar agar tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup (Andric, 2007).

Dalam bukunya Denis McQuail yang berjudul Teori Komunikasi (1991:13) menjelaskan bahwa, “industri film Eropa diperkirakan mempunyai peran besar dalam proses homogenisasi budaya film dalam proses terciptanya satu batasan utama menyangkut apa dan bagaimanakah film dan dunia film yang sebenarnya”. Sehingga dapat dibuktikan dengan jelas bahwa televisi mengambil alih banyak penonton film, terutama para penonton film yang sudah berkeluarga, sehingga penonton film tinggal sedikit dan kebanyakan berusia muda.

Akhirnya, seiring dengan beralihnya penonton film menjadi penonton televisi (mungkin juga bisa dikatakan sebagai akibat dari peralihan tersebut), film mengalami integrasi besar-besaran dengan media lainnya, terutama dengan buku, film kartun, bintang televisi dan film seri, serta lagu. Dengan demikian, saat ini fim berperan sebagai pembentuk budaya massa, bukannya semata-mata mengharapkan media lainnya sebagaimana peran film pada masa kejayaan yang lalu.

E.1.1 Jenis-jenis Film

Dalam bukunya Radivoje Andric yang berjudul How to Make a Film (2007), menjelaskan bahwa film dibagi atas 3, antara lain sebagai berikut:

1. Film Roman,

Dibuat menurut suatu cerita yang disiapkan sebelumnya, kemudian diubah menjadi serangkaian film.


(27)

8 2. Film Dokumenter,

Film tentang peristiwa dimana cameramen atau sutradara tidak bisa mengontrolnya.

3. Film Animasi,

Film dimana aktor dan aktrisnya digantikan oleh obyek-obyek atau gambar-gambar. Film animasi paling terkenal adalah film kartun.

E.1.2 Fungsi Film

Membuat film tidak semata – mata hanya membuat film tetapi dalam membuat film, film harus mempunyai fungsi sehingga film yang di buat menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi penonton.

Dalam bukunya Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah (2009) yang mengutip dari Effendy (1981: 212) menjelaskan “bahwa seperti halnya televisi siaran, tujuan khalayak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan”. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasive. Selain sebagai media hiburan film juga dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building.

Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film memproduksi film – film sejarah yang objektif, atau film documenter dan film yang diangkat dari kehidupan sehari – hari secara berimbang.

E.1.3 Pesan dalam film

Salah satu definisi komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut kita dapat


(28)

9 mengetahui bahwa pesan merupakan salah satu aspek penting dalam komunikasi massa. Aubrey Fisher (1986) dalam buku Teori-teori Komunikasi menguraikan pesan dalam beberapa pengertian sebagai berikut :

1. Pesan sebagai isyarat yang disampaikan

Suatu pesan dalam model menakistis ditransformasikan pada titik-titik (saat-saat) penyandian dan pengalihan sandi sehingga pesan itu sendiri merupakan pikiran atau ide pada suatu tempat dalam sistem jaringan sayaraf (neurophsiological) dari sumber/penerima dan setelah penyandian terjadi dalam suatu situasi tatap muka, ditransformasikan ke dalam rangkaian getaran udara (gelombang suara) dan sinar-sinar cahaya yang dipantulkan (secara visual).

Clevenger dan Matthews (1971: 12-14, 93-94) membedakan antara “pesan dan isyarat atas dasar bentuk fisik dan lokasinya pada saluran, kemudian mereka mengemukakan bahwa dalam setiap peristiwa komunikatif, tedapat tiga buah pesan yang potensial”. Pesan yang dikirimkan itu membentuk satu pesan. Mereka secara jelas menyatakan bahwa kedua pesan itu tidak harus dipahami sebagai versi yang berbeda dari pesan yang sama, tapi merupakan peristiwa yang secara keseluruhan berbeda.

Kedua pesan tersebut merupakan peristiwa yang berbeda karena terjadi pada dua lokasi ruang yang berbeda dan pada dua tempat waktu yang berlainan.


(29)

10 2. Pesan sebagai bentuk struktural

Miller dalam Aubrey Fisher (1972) menggunakan bentuk struktural pesan untuk membedakan komposisinya ke dalam tiga buah faktor yang prinsipal: stimuli verbal (yang mencakup kata-kata atau lambang-lambang linguistik), stimuli fisik (mencakup isyarat atau gerakan, ekpresi muka, dan sebagainya dalam suatu interaksi tatap muka), dan stimuli vokal (mencakup petunjuk paralinguistik berupa kecepatan berbicara, kerasnya suara, infleksi, penekanan, aksen berbicara, dan sejenisnya dalam interaksi tatap muka). 3. Pesan sebagai pengaruh sosial

Pesan komunikasi secara inheren mempengaruhi atau menimbulkan efek pada para peserta dengan cara tertentu dan sampai taraf tertentu pula. Pesan sebagai pengaruh sosial, baik secara langsung ataupun tidak langsung merupakan suatu fenomena yang telah diterima secara luas di masyarakat. 4. Pesan sebagai penafsiran

Borden dalam Aubrey Fisher (1971: 74-76) mengaitkan pesan secara eksplisit dengan pelaku simbolis yaitu “perilaku yang hanya dapat bersifat simbolis jika penafsiran pada perilaku itu terjadi dalam pikiran sumber atau penerima”.

Konsep pesan sebagai suatu proses penafsiran benar-benar tergantung pada penjelasan psikologis tentang komunikasi manusia. Konsep pesan seperti ini sangat berorientasi pada penerima.


(30)

11 5. Pesan sebagai refleksi diri

Pesan mencerminkan keadaan internal individu, yaitu perilaku, dalam bentuk tertentu, suatu manifestasi yang mencuat keluar dari konsep kotak hitam tentang sikap, keyakinan, persepsi, nilai, citra, emosi, dan sebagainya. Berlo (1960: 168-169) dalam Aubrey Fisher menyatakan “bahwa pesan merupakan peristiwa perilaku yang berhubungan dengan keadaan internal seseorang”.

6. Pesan sebagai kebersamaan (commoniality)

Kebersamaan merupakan suatu prinsip komunikasi manusia yang terlalu tersebar luas untuk tidak diakomodasikan dalam setiap atau semua perspektif komunikasi massa. Pesan dapat dipandang sebagai hubungan yang mengikat orang – orang menjadi satu dalam suatu situasi yang komunikatif, Mortensen (1972: 19) mendefinisikan “pesan sebagai fungsi kerja kelompok atau satuan perilaku apapun berfungsi menghubungkan para anggota komunikasi”.

E.1.4 Film sebagai Media Komunikasi Massa

Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih merujuk pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa, oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalyak, audien, penonton, pemirsa, atau pembaca (Nurudin, 2006).

Film berfungsi sebagai sarana penyampaian suatu pesan kepada khalayak. Pesan-pesan komunikasi terwujud dalam cerita dan misi yang dibawa film


(31)

12 tersebut serta terangkum dalma bentuk drama, action, komedi, dan horor. Tujuan pesan komunikasi tersebut bermacam-macam, ada yang bertujuan hanya untuk menghibur, member keterangan, atau keduanya, ada juga yang ingin memasukkan dogma tertentu (Baksin, 2003).

Sobur (2006:127) menjelaskan bahwa “film dan masyarakat memiliki hubungan secara linier dimana film selalu mempengaruhi dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan pesannya”.

E.1.5 Teori Pertukaran Sosial

Hamidi (2010) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian dan Teori Komunikasi menjelaskan bahawa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial, hanya selama hubngan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya. Teori ini bisa digunakan untuk meneliti fenomena hubungan sosial seseorang atau kelompok yang pindah atau berganti teman atau afiliasi kelompok.

West dan Turner (2008: 216) menjelaskan “teori pertukaran sosial didasarkan pada ide bahwa orang memandang hubungan mereka dalam konteks ekonomi dan mereka menghitung pengorbanan dan membandingkannya dengan penghargaan yang didapatkan dengan meneruskan hubungan itu”.

Teori pertukaran sosial menyatakan bahwa dorongan utama dalam hubungan interpersonal adalah kepuasan dari kepentingan pribadi dua orang yang terlibat, kepentingan pribadi tidak selalu dianggap buruk dan dapat digunakan untuk meningkatkan suatu hubungan.


(32)

13 E.1.6 Film Sebagai Pesan Sosial

Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang disampaikan oleh komunikator, dalam hal ini komunikator adalah sutradara. Bagaimana, bilamana dan dalam kombinasi yang bagaimana pesan diekspresikan melalui gambar, dialog, suara, warna dan sudut pengambilan dengan music oleh sutradara, bagaimana adegan-adegan dirangkaikan satu sama lain beserta lambang-lambang yang dipergunakan dan ditentukan sehingga pesan dapat dipahami oleh khalayak penonton (Susanto, 1986).

Menurut Budi Irawanto (1999) dalam bukunya yang berjudul Film, Ideologi dan Militer menjelaskan bahwa dalam perspektif komunikasi massa film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis, yang memahami hakikat fungsi dan efeknya pada film sebagai proses komunikasi.

Dimana dalam film ini, terdapat pesan-pesan sosial yang terkandung di dalamnya. Pesan sosial tersebut, berupa kepedulian mengenai TKW, persahabatan, dan kehormatan. Sehingga, pesan sosial disini adalah maksud yang terkandung dalam kehidupan bermasyarakat.

E.1.7 TKI

Tenaga Kerja Indonesia (disingkat TKI) adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti Malaysia, Timur Tengah, Taiwan, Hongkong dan Amerika Serikat) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu


(33)

14 tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW). Hampir enam juta TKI yang bekerja di 42 negara yang berasal dari 361 kabupaten/kota dan 33 provinsi di tanah air ini, oleh karena itu TKI sering disebut pahlawan devisa bagi Negara karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa sebesar 60 trilyun rupiah.

Pada maret 2007 kegiatan operasional di bidang penempatan dan perlindungan TKI dialihkan menjadi tanggung jawab BNP2TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional di bidang penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia di luar negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri (PPTKLN). (www.bnp2tki.go.id akses 20 juli 2011).

F. Definisi Konseptual

Agar terarah pada tujuan penelitian dan tidak terjadi kesalah pahaman atau ketimpangan dalam memahami isi skripsi ini, maka perlu adanya pembatasan pengertian yang menjadi bahasan pada judul.

F.1 Analisis Isi

Menurut Stone dalam bukunya Klaus Krippedorf yang berjudul Analisis Isi (1991: 17), mengemukakan bahwa “analisis isi adalah sebuah teknik penelitian untuk membuat inferensi dengan mengidentifikasikan secara sistematik dan objektif, karakteristik khusus dalam sebuah teks, selanjutnya meyakini karakteristik inferensial pengkidean unit-unit teks”. Analisis isi merupakan setiap prosedur yang dirancang untuk mengkaji isi informasi terekam. Datanya bisa


(34)

15 merupakan dokumen-dokumen tertulis, film-film, rekaman-rekaman audio, sajian-sajian video atau jenis media komunikasi yang lain, termasuk di dalamnya media massa, seperti radio, TV, bioskop, papan poster, iklan dan sebagainya.

F.2 Pesan Sosial

Istilah sosial pada ilmu – ilmu sosial mempunyai arti yang berbeda dengan istilah sosialisme atau istilah – istilah sosial pada Departemen sosial, pada ilmu sosial istilah “sosial” menunjuk pada objeknya, yaitu masyarakat, sementara istilah sosial pada Departemen Sosial menunjuk pada kegiatan – kegiatan di lapangan sosial, artinya kegiatan – kegiatan yang ditujukan untuk mengatasi persoalan –persoalan yang dihadapai oleh masyarakat (Soekanto, 2006). Pesan sosial adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan (tema) yang sebenarnya menjadi pengarah dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan pun dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah pada tujuan akhir komunikasi.

Sehingga Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pesan sosial merupakan semua yang disampaikan oleh komunikator yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh TKI yang diperankan dalam film “Minggu Pagi Di Victoria Park” tersebut yang memuat juga masalah budaya seperti : pergaulan, norma dan etika seperti sopan santun dan pola perilaku yang sesuai dengan kehidupan para TKI.


(35)

16 F.3 Film

Film merupakan media komunikasi yang terbentuk dari kombinasi antara penyampaian pesan melalui gambar bergerak yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi kamera, pencahayaan, warna dan suara. Unsur tersebut dibuat dengan latar belakang alur cerita yang mengandung pesan yang disampaikan oleh komunikator, dalam hal ini komunikator adalah sutradara

Sehingga dapat di simpulkan bahwa Film sebagai salah satu media komunikasi yang dimana cara penyampaian pesan atau ide dari sutradara di refleksikan melalui gambar yang bergerak dan memanfaatkan teknologi kamera dengan penggabungan warna dan suara.

G. Metode Penelitian

G.1 Tipe dan dasar penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan perangkat statistik. “Statistik deskriptif adalah metode yang menggambarkan gejala atau fenomena dari satu variable yang diteliti tanpa berupaya menjelaskan hubungan-hubungan yang ada (Kriyantono, 2009 : 167)”.

Statistik deskriptif adalah alat analisis yang digunakan untuk menggambarkan masing – masing variable berdasarkan pada posisi deskriptif variable tersebut, dimana variable di gambarkan apa adanya berdasarkan frekuensi kejadian, bentuk – bentuk kecenderungan, dan sebagainya (Bungin, 2009).

Menurut Nanang Martono (2010) dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder menjelaskan bahwa tipe penelitian deskriptif kuantitatif ini bertujuan untuk menggambarkan karakter


(36)

17 suatu variable, kelompok atau gejala sosial yang terjadi di masyarakat yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa angka. Data yang berupa angka tersebut kemudian diolah dan di analisis untuk mendapatkan suatu informasi ilmiah di balik angka – angka tersebut.

Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Analisis isi menurut Krippendorff adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa secara objektif dan sistematis. Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui banyaknya frekuensi kemunculan adegan yang menunjukkan pesan sosial dalam film Minggu Pagi di Victoria Park.

G.2 Struktur Kategori

Penelitian ini menggunakan metode analisis isi sehingga hasil dari penelitian ini sangat bergantung pada kategori yang ditetapkan oleh peneliti itu sendiri. Berikut beberapa kategori dan indikator mengenai pesan sosial:

1. Kategori Pesan Sosial Budaya

Pesan sosial budaya menyangkut persoalan seputar budaya alam seperti pola perilaku atau tingkah laku, cara berfikir, moral dan kemampuan – kemampuan serta kebiasaan - kebiasaan para Tenaga Kerja Indonesia saat ini. Adapun indikator - indikator sosial budaya dalam film Minggu Pagi Di Victoria Park yaitu sebagai berikut:


(37)

18 a. Saling memberi nasihat, saran dan anjuran kepada sahabat;

b. Saling menolong apabila salah satu diantaranya membutuhkan pertolongan;

c. Saling mencurahkan masalah atau tempat berkeluh kesah;

d. Memiliki solidaritas, (yaitu satu rasa atau perasaan setia kawan dan rasa senasib sepenanggungan).

2. Kategori Pesan Sosial Norma dan Etika

Pesan sosial norma dan etika merupakan aturan atau ketentuan yang mengikat dalam masyarakat serta nilai yang berkenaan dengan akhlak yang dipakai sebagai panduan atau tatanan oleh TKI dalam berperilaku di kehidupan sehari–hari.

Adapun indikator-indikator pesan sosial norma dan etika dalam film Minggu Pagi Di Victoria Park yaitu sebagai berikut:

a. Saling memberikan sanjungan (berisi perkataan untuk menyatakan kebaikan secara berlebihan kepada seseorang yang disegani).

b. Saling bertegur sapa dalam kehidupan sehari – hari. c. Saling bercanda (Keakraban).

d. Menjaga sopan santun demi menjaga kerukunan dalam bermasyarakat (seperti menghormati dan menghargai).

3. Kategori Pesan Sosial Pendidikan

Pesan sosial pendidikan adalah suatu tindakan menyangkut persoalan yang dihadapi masyarakat tentang seputar pendidikan yaitu bagaimana pesan –


(38)

19 pesan yang disajikan pada film dapat dimengerti dan jelas kepada penonton tentang hal – hal yang pantas atau tidak untuk ditiru, sehingga mampu dalam membentuk dan mengembangkan mental, semangat serta ketaatan bagi penonton untuk tercapainya keberhasilan.

Adapun indikator-indikator yang ada pada kategori pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Adanya perbuatan mengabdi (seperti anak yang mengabdi kepada orang tuanya).

b. Memiliki rasa tanggung jawab serta kerjasama satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan.

c. Memiliki keberanian dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

G.3 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil ruang lingkup penelitian dengan menganalisis 106 scene dari 109 scene yang berdurasi 100 menit dalam film Minggu Pagi di Victoria Park.

G.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap scene dalam Minggu Pagi di Victoria Park lewat visual dan dialog tokoh atau karakter dalam film yang mengandung unsur pesan-pesan sosial.

Yang dimaksud dengan dialog adalah segala sesuatu yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam cerita tersebut. Baik itu oleh pemeran


(39)

20 utama maupun tokoh lainnya yang mengindikasikan adanya suatu pesan-pesan sosial.

Sedangkan yang dimaksud visual dalam penelitian ini adalah semua tindakan yang dilakukan oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang menunjukkan adanya pesan-pesan sosial.

G.5 Satuan Ukur

Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan adegan visual dan dialog yang menunjukkan pesan sosial yang terdapat dalam scene di film Minggu Pagi di Victoria Park yang berdurasi 100 menit dan dihitung perdetik.

G.6 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara mengamati dan menganalisis data yang ada, yaitu 2 keping VCD film Minggu Pagi di Victoria Park. Dalam pengumpulan datanya, peneliti bersama coder melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung film Minggu Pagi di Victoria Park. Kemudian setelah itu bersama coder, peneliti mengamati dan mencatat setiap visualisasi maupun dialog peran yang dianggap mengandung pesan sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan pemilihan gambar yang akan diambil sesuai dengan kategori yang telah di tetapkan, selanjutnya melakukan


(40)

21 capture gambar baik visual maupun dialog yang telah dipilih oleh peneliti dan coder.

2. Data sekunder

Data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan pesan sosial yang dapat mendukung data primer.

Setelah melihat dan mengamati film Minggu Pagi di Victoria Park kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi pesan sosial. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding seperti contoh berikut :

Tabel 1.1 Lembar Koding Sc

Sosial Budaya Norma dan Etika Pendidikan

A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3

V D V D V D V D V D V D V D V D V D V D V D

Data diolah oleh peneliti

Keterangan :

Sc : Nomer urut scene. V : Unit analisis visual. D : Unit analisis dialog.

A1 : Indikator Saling memberi nasihat, saran dan anjuran kepada sahabat. A2 : Indikator Saling menolong.

A3 : Indikator Saling mencurahkan masalah atau tempat berkeluh kesah. A4 : Indikator Memiliki solidaritas (kesetiakawanan).

B1 : Indikator Saling memberikan sanjungan.

B2 : Indikator Saling bertegur sapa dalam kehidupan sehari – hari. B3 : Indikator Saling bercanda (keakraban).


(41)

22 C1 : Indikator Adanya perbuatan mengabdi (anak yang mengabdi kepada orang

tuanya).

C2 : Indikator Memiliki rasa tanggung jawab serta kerjasama.

C3 : Indikator Memiliki keberanian dalam mencapai tujuan yang diinginkan. G.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis distribusi frekuensi. Teknik analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Visual

Kategorisasi Frekuensi (F) Persentase %

Pesan sosial budaya

Pesan sosial norma dan etika Pesan sosial pendidikan

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog

Kategorisasi Frekuensi (F) Persentase %

Pesan sosial budaya

Pesan sosial norma dan etika Pesan sosial pendidikan

G.8 Uji Reliabilitas dan Validitas

Dalam uji reliabilitas kategori, peneliti menggunakan sistem koding, dimana peneliti dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian peneliti terhadap representasi pesan sosial dalam scene film Minggu Pagi di Victoria Park. Sistem ini dirasa perlu digunakan oleh peneliti karena untuk melakukan sebuah analisis dalam scene film diperlukan pemikiran subyektif, dan untuk menyamakan perspektif subyektifitas tersebut, diperlukan suatu pembanding.


(42)

23 Untuk menguji reliabilitas, peneliti dibantu oleh dua orang koder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah kategori atau indikator yang digunakan sudah reliabel atau belum. Pada dua orang koder yang telah dipilih diberikan definisi struktur kategori, unit analisis, bahan yang akan dikoding (scene dalam film Minggu Pagi di Victoria Park dan tabel kerja koding).

Berdasarkan definisi struktur kategori atau indikator dan unit analisis yang telah ditetapkan, koder diminta menilai bahan dan memberikan tanda pada tabel koding. Hasil pengkodingan dari dua orang koder dalam tabel kerja koding dikumpulkan dan dihitung secara statistik.

Dua orang koder tersebut harus memiliki pengetahuan dalam audio visual yang akan diberikan oleh peneliti kepada koder tersebut. Koder tersebut harus mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut.

Untuk mencapai tingkat reabilitas yang diisyaratkan, maka perlu dilakukan pendefinisian batas kategori sedetail mungkin, memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Reabilitas antar koder dapat dihitung dengan formula holsty, yang digunakan untuk menentukan reabilitas data nominal.

Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty (Dominick, 1997:152-153) sebagai berikut :

. = 2


(43)

24 Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan periset N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Kemudian kesepakatan dan hasil penelitian para koder diuji lagi menggunakan rumus Scott Pi sebagai berikut :

= ( % −%

( 1−% )

Keterangan :

i = nilai keterandalan

Observed agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antarpengkode (yaitu nilai C.R)

Expected agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan.

Uji reabilitas ini dilakukan dengan dua koder lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan yang dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus di atas.

Dengan merujuk formula yang dikemukakan Hostly (1969) untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, “jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi”. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan. (Kriyantono, 2009:238).


(1)

pesan yang disajikan pada film dapat dimengerti dan jelas kepada penonton tentang hal – hal yang pantas atau tidak untuk ditiru, sehingga mampu dalam membentuk dan mengembangkan mental, semangat serta ketaatan bagi penonton untuk tercapainya keberhasilan.

Adapun indikator-indikator yang ada pada kategori pendidikan yaitu sebagai berikut:

a. Adanya perbuatan mengabdi (seperti anak yang mengabdi kepada orang tuanya).

b. Memiliki rasa tanggung jawab serta kerjasama satu dengan yang lainnya untuk mencapai suatu tujuan.

c. Memiliki keberanian dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

G.3 Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil ruang lingkup penelitian dengan menganalisis 106 scene dari 109 scene yang berdurasi 100 menit dalam film Minggu Pagi di Victoria Park.

G.4 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah setiap scene dalam Minggu Pagi di Victoria Park lewat visual dan dialog tokoh atau karakter dalam film yang mengandung unsur pesan-pesan sosial.

Yang dimaksud dengan dialog adalah segala sesuatu yang diucapkan oleh pemain dalam menokohkan karakter dalam cerita tersebut. Baik itu oleh pemeran


(2)

utama maupun tokoh lainnya yang mengindikasikan adanya suatu pesan-pesan sosial.

Sedangkan yang dimaksud visual dalam penelitian ini adalah semua tindakan yang dilakukan oleh pemeran utama maupun tokoh pendukung lainnya yang menunjukkan adanya pesan-pesan sosial.

G.5 Satuan Ukur

Satuan ukur dari penelitian ini adalah frekuensi kemunculan adegan visual dan dialog yang menunjukkan pesan sosial yang terdapat dalam scene di film Minggu Pagi di Victoria Park yang berdurasi 100 menit dan dihitung perdetik.

G.6 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Data Primer

Merupakan data utama yang diperoleh langsung dari objek penelitian dengan cara mengamati dan menganalisis data yang ada, yaitu 2 keping VCD film Minggu Pagi di Victoria Park. Dalam pengumpulan datanya, peneliti bersama coder melakukan pengamatan dengan melihat secara langsung film Minggu Pagi di Victoria Park. Kemudian setelah itu bersama coder, peneliti mengamati dan mencatat setiap visualisasi maupun dialog peran yang dianggap mengandung pesan sosial sesuai dengan kategorisasi yang telah ditentukan. Setelah itu peneliti melakukan pemilihan gambar yang akan diambil sesuai dengan kategori yang telah di tetapkan, selanjutnya melakukan


(3)

capture gambar baik visual maupun dialog yang telah dipilih oleh peneliti dan coder.

2. Data sekunder

Data pendukung yang didapatkan dari buku-buku, artikel-artikel, serta bahan dari internet yang berkaitan dengan pesan sosial yang dapat mendukung data primer.

Setelah melihat dan mengamati film Minggu Pagi di Victoria Park kemudian data dimasukkan ke dalam kategorisasi pesan sosial. Selanjutnya untuk mempermudah pengkategorisasian, maka dibuat lembar koding seperti contoh berikut :

Tabel 1.1 Lembar Koding Sc

Sosial Budaya Norma dan Etika Pendidikan

A1 A2 A3 A4 B1 B2 B3 B4 C1 C2 C3

V D V D V D V D V D V D V D V D V D V D V D

Data diolah oleh peneliti

Keterangan :

Sc : Nomer urut scene. V : Unit analisis visual. D : Unit analisis dialog.

A1 : Indikator Saling memberi nasihat, saran dan anjuran kepada sahabat. A2 : Indikator Saling menolong.

A3 : Indikator Saling mencurahkan masalah atau tempat berkeluh kesah. A4 : Indikator Memiliki solidaritas (kesetiakawanan).

B1 : Indikator Saling memberikan sanjungan.

B2 : Indikator Saling bertegur sapa dalam kehidupan sehari – hari. B3 : Indikator Saling bercanda (keakraban).


(4)

C1 : Indikator Adanya perbuatan mengabdi (anak yang mengabdi kepada orang tuanya).

C2 : Indikator Memiliki rasa tanggung jawab serta kerjasama.

C3 : Indikator Memiliki keberanian dalam mencapai tujuan yang diinginkan. G.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis distribusi frekuensi. Teknik analisis ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi kemunculan masing-masing kategori. Adapun tabel distribusi frekuensinya adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Visual

Kategorisasi Frekuensi (F) Persentase %

Pesan sosial budaya

Pesan sosial norma dan etika Pesan sosial pendidikan

Tabel 1.3

Contoh Tabel Distribusi Frekuensi Unit Analisis Dialog

Kategorisasi Frekuensi (F) Persentase %

Pesan sosial budaya

Pesan sosial norma dan etika Pesan sosial pendidikan

G.8 Uji Reliabilitas dan Validitas

Dalam uji reliabilitas kategori, peneliti menggunakan sistem koding, dimana peneliti dibantu oleh koder guna mengukur ketepatan penilaian peneliti terhadap representasi pesan sosial dalam scene film Minggu Pagi di Victoria Park. Sistem ini dirasa perlu digunakan oleh peneliti karena untuk melakukan sebuah analisis dalam scene film diperlukan pemikiran subyektif, dan untuk menyamakan perspektif subyektifitas tersebut, diperlukan suatu pembanding.


(5)

Untuk menguji reliabilitas, peneliti dibantu oleh dua orang koder (orang yang melakukan pengkodingan) dalam pengkodingan data. Pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah kategori atau indikator yang digunakan sudah reliabel atau belum. Pada dua orang koder yang telah dipilih diberikan definisi struktur kategori, unit analisis, bahan yang akan dikoding (scene dalam film Minggu Pagi di Victoria Park dan tabel kerja koding).

Berdasarkan definisi struktur kategori atau indikator dan unit analisis yang telah ditetapkan, koder diminta menilai bahan dan memberikan tanda pada tabel koding. Hasil pengkodingan dari dua orang koder dalam tabel kerja koding dikumpulkan dan dihitung secara statistik.

Dua orang koder tersebut harus memiliki pengetahuan dalam audio visual yang akan diberikan oleh peneliti kepada koder tersebut. Koder tersebut harus mengerti tentang audio visual dan dapat memahami isi film tersebut. Yang dimaksud mengerti dalam hal ini adalah yang bersangkutan bisa menilai tentang unsur-unsur audio visual yang ada, baik verbal maupun non verbal yang ada di film tersebut.

Untuk mencapai tingkat reabilitas yang diisyaratkan, maka perlu dilakukan pendefinisian batas kategori sedetail mungkin, memberikan pengertian dan pelatihan terhadap koder. Reabilitas antar koder dapat dihitung dengan formula holsty, yang digunakan untuk menentukan reabilitas data nominal.

Untuk menghitung kesepakatan dari hasil penelitian para koder peneliti menggunakan rumus Holsty (Dominick, 1997:152-153) sebagai berikut :


(6)

Keterangan :

C.R = Coefisien Reliability

M = Jumlah pernyataan yang disetujui oleh dua pengkoding dan periset N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding dan periset

Kemudian kesepakatan dan hasil penelitian para koder diuji lagi menggunakan rumus Scott Pi sebagai berikut :

= ( % −%

( 1−% )

Keterangan :

i = nilai keterandalan

Observed agreement = presentase persetujuan yang ditemukan dari pernyataan yang disetujui antarpengkode (yaitu nilai C.R)

Expected agreement = presentase persetujuan yang diharapkan, yaitu jumlah proporsi dari pesan yang dikuadratkan.

Uji reabilitas ini dilakukan dengan dua koder lain. Masing-masing koder diberikan kategorisasi yang sama dengan yang dilakukan peneliti. Kemudian dari hasil tersebut dihitung dengan rumus di atas.

Dengan merujuk formula yang dikemukakan Hostly (1969) untuk menguji reliabilitas perlu adanya perhitungan tingkat kesepakatan antara peneliti dan koder. Jika tingkat kesepakatan mencapai 0,75 atau lebih maka data yang diperoleh dinyatakan valid dan reliable. Namun sebaliknya, “jika tingkat kesepakatan tidak mencapai 0,75 maka kategorisasi operasionalnya perlu dibuat lebih spesifik lagi”. Artinya kategorisasi yang dibuat belum mencapai tingkat keterandalan atau kepercayaan. (Kriyantono, 2009:238).


Dokumen yang terkait

PESAN PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film “Minggu Pagi di Victoria Park” Karya Lola Amaria)

3 19 24

ANALISIS ISI PESAN KEMANUSIAAN DALAM FILM(Studi pada Film Untuk Rena, Karya Riri Riza)

2 27 3

PESAN PROSOSIAL DAN ANTISOSIAL DALAM FILM (Analisis Isi Pada Film “Minggu Pagi di Victoria Park” Karya Lola Amaria)

0 23 24

Unsur Sensualitas Perempuan Dalam Film Indonesia (Analisis Isi Pada Film “Negeri Tanpa Telinga” Karya Lola Amaria)

3 19 25

REPRESENTASI KEKERASAN SIMBOLIK PADA TENAGA KERJA WANITA DALAM FILM INDONESIA (Analisis Semiotika Film Minggu Pagi Di Victoria Park)

2 16 59

REPRESENTASI FEMINISME PADA FILM MINGGU PAGI DI Representasi Feminisme Pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park (Analisis Semiotika Komunikasi Tentang Representasi Feminisme dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park).

0 0 15

PENDAHULUAN Representasi Feminisme Pada Film Minggu Pagi Di Victoria Park (Analisis Semiotika Komunikasi Tentang Representasi Feminisme dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park).

0 1 10

Representasi Eksploitasi Perempuan Dalam Film Minggu Pagi Di Victoria Park.

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Realitas Sosial Tenaga Kerja Wanita (Studi Analisis Semiotika Film dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park)

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konstruksi Realitas Sosial Tenaga Kerja Wanita (Studi Analisis Semiotika Film dalam Film Minggu Pagi di Victoria Park)

0 0 52