Bentuk-bentuk Kasus Narkotika yang terjadi di Kota Gunungsitoli

BAB III PENANGANAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG DILAKUKAN OLEH

MAHASISWA DI KOTA GUNUNGSITOLI

A. Bentuk-bentuk Kasus Narkotika yang terjadi di Kota Gunungsitoli

Kota Gunungsitoli yang terbentuk pada Tahun 2008 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kota Gunungsitoli di Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah otonomi baru pemekaran dari Kabupaten Nias. Pulau Nias terdiri dari 4 empat Kabupaten dan 1 satu Kota yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara dan Kota Gunungsitoli. Dalam perkembangannya sebagai daerah otonomi baru, Kota Gunungsitoli masih membenahi beberapa sarana dan prasarana kebutuhan masyarakat dan pembangunan terjadi dimana-mana. Begitu pula dengan sarana pendidikan, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi mulai terbenahi sehingga banyak anak-anak yang berusia pelajar dan mahasiswa dapat menuntut ilmu pada sekolah dan kampus mereka masing-masing. Semakin banyaknya mahasiswa dan pelajar yang menuntut ilmu, maka berbanding lurus dengan berbagai kejahatan yang sangat ditakuti oleh masyarakat. Bahaya yang mengancam seperti Narkoba dan Obat-obat terlarang lainnya lebih gampang masuk pada anak-anak dan mahasiswa pelajar, karena mereka masih belum terlalu paham untuk mengetahui tentang bahaya Narkoba dan obat-obat terlarang lainnya. Beberapa mahasiswa yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang ada di Kota Gunungsitoli cenderung lebih mengetahui jenis Narkoba seperti Ganja, Heroin, Kokain, Shabu- shabu, Opium, ekstasy. Sosialisasi dari pihak Kepolisian Resort Nias telah melakukan berbagai upaya dalam pencegahan Tindak Pidana Narkotika seperti sosialisasi pada siswa-siswi SD, SMP Universitas Sumatera Utara dan SMA se-Kota Gunungsitoli dan sosialisasi pada Mahasiswa STIE dan IKIP Kota Gunungsitoli. Seorang mahasiswa STIE Kota Gunungsitoli dari hasil wawancara dan kuisioner yang telah dibagikan, bernama Desman Waruwu berpendapat bahwa factor penyeban terjadinya peredaran Narkotika di Kota Gunungsitoli adalah lemahnya pengawasan yang dilakuka oleh keluarga orangtua terhadap anak-anaknya karena kesibukan masing-masing dalam pekerjaan, kurang ketatnya pengawasan dari pihak sekolah, dan pihak yang berwajib tidak konsisten dalam melakukan razia. Peranan orangtua sangat dibutuhkan dalam penanganan Tindak Pidana Narkotika ini. Hal ini disebabkan karena anak-anak cenderung memiliki sifat meniru dan ingin tahu tentang segala sesuatu yang baru ia ketahui. Adanya ajakan dari teman-teman dan kondisi lingkungan yang buruk mampu membuat anak-anak terjerumus dalam lingkaran narkoba yang sangat berbahaya. Pemberian pembinaan bagi anak-anak usia sekolah dan mahasiswa belum efektif dilakukan oleh pihak kepolisian karena hanya sebatas pembinaan secara pesan papan reklame saja dan sedikit yang tahu tentang bahaya-bahaya narkoba itu sendiri. Kasus-kasus yang terjadi di Kota Gunungsitoli pada Tahun 2010 sebanyak 8 delapan kasus, tahun 2011 sebanyak 8 delapan kasus, sedangkan pada Tahun 2012 meningkat mencapai 12 dua belas kasus narkotika. 4 4 Hasil Riset pada Kepolisian Resort Nias. Tindak Pidana Narkotika yang dilakukan oleh para tersangka masing-masing telah divonis sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika sesuai dengan banyaknya narkoba yang dipakai oleh para tersangka tersebut. Universitas Sumatera Utara Jenis-jenis narkoba yang dipakai umumnya berupa ganja dan shabu. Obat-obatan berbahaya lainnya tidak termasuk kedalamnya karena belum ditemui kasus tersebut pada Kota Gunungsitoli. Menurut Kepala Satuan Narkoba, Bapak AKP H. Sinambela menjelaskan bahwa tersangka yang terlibat dalam kasus narkoba ini selanjutnya akan dibawa pada pusat rehabilitasi yang ada di penjara Desa Boyo Kota Gunungsitoli. Selain itu, beliau juga menjelaskan adanya faktor penyembunyian barang haram tersebut oleh mahasiswa jika dilakukan penyergapan. Razia tidaklah rutin dilaksanakan karena banyaknya razia yang telah diketahui sebelumnya oleh mahasiswa, sehingga mereka bisa lebih dahulu kabur dan menyembunyikan barang tersebut jika polisi datang untuk merazia. Kasus Tindak Pidana Narkotika di Kota Gunungsitoli umumnya berasal dari daerah seberang yang sengaja membawa narkoba untuk diberikan dan dijualkan kepada mahasiswa di Kota Gunungsitoli. Menurut seorang mahasiswa, bernama Sony Waruwu menjelaskan bahwa peredaran narkoba tersebut berasal dari daerah luar Pulau Nias, karena hanya orang-orang yang telah pergi ke seberanglah yang lebih mengetahui apa bahaya dan jenis-jenis dari narkoba itu sendiri. Rendahnya pengawasan dari pihak petugas bandara Binaka Kota Gunungsitoli yang berhubungan dengan jalur transportasi masuknya barang di Kota Gunungsitoli sehingga menyebabkan narkoba sangat mudah masuk dan beredar di kalangan mahasiswa di Kota Gunungsitoli. Penjelasan dari bahaya dan ancaman hukuman bila terbukti melakukan Tindak Pidana Narkotika oleh pihak kepolisian kepada mahasiswa sangat rendah sehingga menyebabkan peredaran narkoba cepat meluas pada mahasiswa di Kota Gunungsitoli. Bentuk lainnya pada kasus Tindak Pidana Narkotika adalah rendahnya pengawasan orangtua kepada anak-anak. Orangtua yang berada di kampung pasti tidak akan mengetahui apa Universitas Sumatera Utara saja yang dilakukan si anak selama menjalankan perkuliahan di Kota Gunungsitoli. Kebanyakan mahasiswa di Kota Gunungsitoli memilih menyewa kos-kosan karena jarak antara tempat tinggal orangtua dan wilayah kampus sangat berjauhan. Tidak hanya jauh, tapi juga faktor transportasi yang sangat minim membuat banyak mahasiswa susah untuk tinggal dekat dengan orangtua mereka selama mejalankan perkuliahan. Mahasiswa yang memilih untuk kos akan lebih cepat terkena pengaruh narkoba karena ajakan dari teman-teman dan tidak ada orangtua yang mengawasi segala kegiatannya, sehingga dapat menjadi permasalahan jika mahasiswa tersebut benar-benar terbukti melakukan Tindak Pidana Narkotika. Salah satu contoh tersangka bernama Ade Rahmat Harefa Alias Wira umur 23 tahun, tertangkap di kamar kosnya sedang melakukan pesta ganja dan sabu-sabu bersama teman- temannya. Setelah ditangkap, Wira tidak mau mengaku dimana ia mendapat barng-barang tersebut. Ia hanya mengakui bahwa ia diajak oleh seseorang untuk mencoba memakai narkoba dan pada hari-hari berikutnya ia mulai ketagihan dan memberanikan diri untuk pesta ganja dan sabu di kamar kosnya. Oleh karena tindakannya tersebut, Wira dijatuhi hukuman sesuai dengan Pasal 112 ayat 1 dan atau Pasal 127 ayat 1 Huruf a Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika. Kasus selanjutnya beredarnya narkoba di kalangan mahasiswa disebabkan oleh informasi dari berbagai media elektronik dan media cetak. Mahasiswa erat kaitannya dengan internet. Melalui internet, mereka dapat mengetahui berbagai informasi tentang narkotika. Mulai dari fungsi dan manfaat dari bidang kesehatan, narkotika jika dikonsumsi sesuai dengan takaran dan petunjuk dari dokter, maka tidak akan menimbulkan ketergantungan. Namun, jika dipakai dengan berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan dan kematian bagi pengguna narkoba. Universitas Sumatera Utara Mahasiswa sedikit demi sedikit mulai mengenal narkoba dan mencoba seperti ganja, sabu-sabu sehingga lama kelamaan mereka akan menjadi ketergantungan. Faktor ekonomi juga dapat mempengaruhi seorang mahasiswa menjadi pengguna narkoba. Ia mendengar dari teman-temannya tentang kehidupan yang mewah, sedangkan ia sendiri tidak memiliki cukup banyak uang karena kiriman dari kampung tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya selama berada di Kota Gunungsitoli dan tanggungan orangtuanya juga banyak. Menjual dan menjadi pengedar narkoba bisa menjadi pilihan alternative jika mereka terdesak untuk membayar segala biaya kebutuhannya selama perkuliahan tanpa melihat efek dari tindakannya tersebut dapat merugikan dirinya sendiri dan orangtuanya. Dalam melakukan kejahatan terkadang pelakunya tidak sendirian akan tetapi melibatkan orang lain dengan cara bekerjasama yang peranannya berbeda. Yang dimaksud beda peranannya, karena dalam rangka melaksanakan kejahatan, ada yang bertindak sebagai pelaku, dan ada yang bertindak sebagai pembantu yang masing-masing dalam pekerjaan yang sama. Sebagai orang yang membantu kejahatan, tidak bertindak langsung dalam kejahatan, akan tetapi fungsinya hanya memperlancar jalannya pelaksanaan kejahatan. Perbuatan sebagai pembantu kejahatan dapat membantu melakukan kejahatan dilakukan sebelum atau pada saat kejadian dilakukan, dapat memberi informasi atau menghalang-halangi pengejaran yang sebenarnya bukan hanya dalam bentuk materil tapi juga dapat berupa bantuan moril.

B. Upaya Pemberantasan Tindak Pidana Narkotika oleh Kepolisian Resort Nias