Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur.

ABSTRAK
STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Kualitas Semen Domba Garut
dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris
Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI
ASTUTI.
Domba Garut merupakan salah satu komoditi ternak unggulan dalam dunia
peternakan, namun sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Hal ini
menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas
unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah ini
yaitu dengan melakukan preservasi semen domba garut pada berbagai jenis cairan
pengencer. Kualitas semen itu sendiri dipengaruhi oleh faktor nutrien yang
terkandung di dalam pakan limbah tauge dan Indigofera sp seperti protein dan
vitamin E yang mampu mempengaruhi kualitas spermatozoa domba garut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang
mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas
spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur.
Sampel semen berasal dari 4 ekor domba garut jantan berumur 11 bulan yang
terdiri dari 2 ekor diberi pakan limbah tauge dan 2 ekor diberi pakan Indigofera
sp. Semen yang dikoleksi lalu diencerkan pada pengencer tris kuning telur dan
disimpan pada lemari pendingin bersuhu 5 oC sampai 5 hari. Parameter kualitas
semen dianalisis sebagai berikut: data warna, konsistensi, pH, volume dan

gerakan massa spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data
konsentrasi dan cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis menggunakan T-test.
Data motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa, keutuhan membran
plasma spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan
Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial (2x5). Faktor pertama adalah jenis pakan
yang digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama
penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,dan ke-5). Data dianalisis
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan
untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara deskriptif warna, konsistensi dan pH semen pada kedua perlakuan
memiliki kualitas yang sama. Volume semen yang diperoleh dari domba garut
yang diberi pakan limbah tauge lebih baik dibandingkan yang diberi pakan
Indigofera sp, sedangkan gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi
pakan Indigofera sp secara deskriptif lebih baik dibandingkan yang diberi pakan
limbah tauge. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
kedua pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi dan
cytoplasmic droplet spermatozoa (P>0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa motilitas spermatozoa pada kedua perlakuan pakan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P>0,05) sedangkan pada hari penyimpanan ke 1 dan 2
nyata lebih baik dibandingkan dengan penyimpanan setelah 3 hari (>40%).

Demikian pula dengan persentase hidup dan keutuhan membran plasma
spermatozoa yang nyata lebih tahan hingga hari ke 4 penyimpanan dengan
persentase masing-masing (>60% dan >50%). Persentase abnormalitas sekunder
spermatozoa pada perlakuan pakan Indigofera sp nyata lebih baik dibandingkan
dengan perlakuan pakan limbah tauge. Dari penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap kualitas spermatozoa domba
garut umur 11 bulan, namun waktu penyimpanan berpengaruh terhadap motilitas,
persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Disarankan
penelitian pemberian kedua pakan dilakukan terhadap domba yang telah dewasa.
Kata kunci: Domba garut, kualitas sperma, limbah tauge, Indigofera sp.

ABSTRACT
STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Quality of Garut Ram Semen
Feeding with Waste Bean Sprouts and Indigofera sp in Tris Egg Yolk Extender.
Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.
Garut ram is one of good comodity of the livestock, but still traditional
management systems. This is a delimiter in garut ram heir superior quality. Semen
preservation in several extender can be as choice to maintain genetic superior of
garut ram. Semen quality itself affected by the nutrient factors contained in the

waste bean sprouts and Indigofera sp such as protein and vitamin E, which is
capable of affecting the quality of spermatozoa in garut ram. The research was
aimed to study the influence of feeding with 30% waste bean sprouts and 30%
Indigofera sp on sperm quality in the tris egg yolk extender. Semen sample were
collected from 4 garut male with age around 11 months were two garut ram was
fed with limbah tauge and two garut ram was fed with Indigofera sp. Collected
semen were diluted in tris egg yolk extender and stored at refrigerator 5 oC until
fifth days. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the colour,
consistency, pH, volume semen and sperm mass movement were expressed with
descriptively analysis. Concentration and cytoplasmic droplet were tested by TTest analysis. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma
membrane and sperm secondary abnormality were analyzed using Completely
Randomized Design Factorial (2x5). The first factor was fed (waste bean sprouts
and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 1st,2st,3st,4st and
5st). Data was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and continued with
Duncan test to observed the different between treatments. Result of the
experiment showed descriptively: colour, concistency and semen pH in all
treatment have same quality. Semen volume were collected from garut ram with
fed waste bean sprouts better than with fed Indigofera sp, whereas sperm mass
movement with fed Indigofera sp better than with fed waste bean sprouts. T-test
analyzed showed all treatment were not significant different (P>0,05) to sperm

concentration and cytoplasmic droplet. Analysis of Variance showed sperm
motility in all treatment were not significant different (P>0,05) whereas in first
and second days storage significant better than after third storage (>40%). Such as
with sperm viability and integrity of sperm plasma membrane were significant
maintaint until fourth storage with percentage (>60% and >50%). Percentage
sperm secondary abnormality in treatment with fed Indigofera sp significant better
than treatment with fed waste bean sprouts. It can be summarized that all
treatment were not influence to sperm quality garut ram 11 years old, but storage
time influential to sperm motility, sperm viability, and integrity of sperm plasma

KUALITAS SEMEN DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN
PAKAN LIMBAH TAUGE DAN INDIGOFERA sp PADA
PENGENCER TRIS KUNING TELUR

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013


PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Semen
Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp
pada Pengencer Tris Kuning Telur adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013

Stevany Maria lestari Paalloan
NIM B04080037

ABSTRAK

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Kualitas Semen Domba Garut
dengan Pemberian Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris
Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI APRI
ASTUTI.
Domba Garut merupakan salah satu komoditi ternak unggulan dalam dunia
peternakan, namun sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional. Hal ini
menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas
unggul. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah ini
yaitu dengan melakukan preservasi semen domba garut pada berbagai jenis cairan
pengencer. Kualitas semen itu sendiri dipengaruhi oleh faktor nutrien yang
terkandung di dalam pakan limbah tauge dan Indigofera sp seperti protein dan
vitamin E yang mampu mempengaruhi kualitas spermatozoa domba garut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan yang
mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas
spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur.
Sampel semen berasal dari 4 ekor domba garut jantan berumur 11 bulan yang
terdiri dari 2 ekor diberi pakan limbah tauge dan 2 ekor diberi pakan Indigofera
sp. Semen yang dikoleksi lalu diencerkan pada pengencer tris kuning telur dan
disimpan pada lemari pendingin bersuhu 5 oC sampai 5 hari. Parameter kualitas
semen dianalisis sebagai berikut: data warna, konsistensi, pH, volume dan

gerakan massa spermatozoa dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Data
konsentrasi dan cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis menggunakan T-test.
Data motilitas spermatozoa, persentase hidup spermatozoa, keutuhan membran
plasma spermatozoa dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan
Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial (2x5). Faktor pertama adalah jenis pakan
yang digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama
penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4,dan ke-5). Data dianalisis
menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Duncan
untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara deskriptif warna, konsistensi dan pH semen pada kedua perlakuan
memiliki kualitas yang sama. Volume semen yang diperoleh dari domba garut
yang diberi pakan limbah tauge lebih baik dibandingkan yang diberi pakan
Indigofera sp, sedangkan gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi
pakan Indigofera sp secara deskriptif lebih baik dibandingkan yang diberi pakan
limbah tauge. Hasil analisis T-test menunjukkan bahwa perlakuan pemberian
kedua pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata terhadap konsentrasi dan
cytoplasmic droplet spermatozoa (P>0,05). Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa motilitas spermatozoa pada kedua perlakuan pakan tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (P>0,05) sedangkan pada hari penyimpanan ke 1 dan 2
nyata lebih baik dibandingkan dengan penyimpanan setelah 3 hari (>40%).

Demikian pula dengan persentase hidup dan keutuhan membran plasma
spermatozoa yang nyata lebih tahan hingga hari ke 4 penyimpanan dengan
persentase masing-masing (>60% dan >50%). Persentase abnormalitas sekunder
spermatozoa pada perlakuan pakan Indigofera sp nyata lebih baik dibandingkan
dengan perlakuan pakan limbah tauge. Dari penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa tidak ada pengaruh perlakuan pakan terhadap kualitas spermatozoa domba
garut umur 11 bulan, namun waktu penyimpanan berpengaruh terhadap motilitas,
persentase hidup dan keutuhan membran plasma spermatozoa. Disarankan
penelitian pemberian kedua pakan dilakukan terhadap domba yang telah dewasa.
Kata kunci: Domba garut, kualitas sperma, limbah tauge, Indigofera sp.

ABSTRACT
STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN. Quality of Garut Ram Semen
Feeding with Waste Bean Sprouts and Indigofera sp in Tris Egg Yolk Extender.
Supervised by MOHAMAD AGUS SETIADI and DEWI APRI ASTUTI.
Garut ram is one of good comodity of the livestock, but still traditional
management systems. This is a delimiter in garut ram heir superior quality. Semen
preservation in several extender can be as choice to maintain genetic superior of
garut ram. Semen quality itself affected by the nutrient factors contained in the

waste bean sprouts and Indigofera sp such as protein and vitamin E, which is
capable of affecting the quality of spermatozoa in garut ram. The research was
aimed to study the influence of feeding with 30% waste bean sprouts and 30%
Indigofera sp on sperm quality in the tris egg yolk extender. Semen sample were
collected from 4 garut male with age around 11 months were two garut ram was
fed with limbah tauge and two garut ram was fed with Indigofera sp. Collected
semen were diluted in tris egg yolk extender and stored at refrigerator 5 oC until
fifth days. Parameter of semen quality was analyzed as follow: for the colour,
consistency, pH, volume semen and sperm mass movement were expressed with
descriptively analysis. Concentration and cytoplasmic droplet were tested by TTest analysis. Sperm motility, sperm viability, integrity of sperm plasma
membrane and sperm secondary abnormality were analyzed using Completely
Randomized Design Factorial (2x5). The first factor was fed (waste bean sprouts
and Indigofera sp) and the second factor was storage time (day 1st,2st,3st,4st and
5st). Data was analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and continued with
Duncan test to observed the different between treatments. Result of the
experiment showed descriptively: colour, concistency and semen pH in all
treatment have same quality. Semen volume were collected from garut ram with
fed waste bean sprouts better than with fed Indigofera sp, whereas sperm mass
movement with fed Indigofera sp better than with fed waste bean sprouts. T-test
analyzed showed all treatment were not significant different (P>0,05) to sperm

concentration and cytoplasmic droplet. Analysis of Variance showed sperm
motility in all treatment were not significant different (P>0,05) whereas in first
and second days storage significant better than after third storage (>40%). Such as
with sperm viability and integrity of sperm plasma membrane were significant
maintaint until fourth storage with percentage (>60% and >50%). Percentage
sperm secondary abnormality in treatment with fed Indigofera sp significant better
than treatment with fed waste bean sprouts. It can be summarized that all
treatment were not influence to sperm quality garut ram 11 years old, but storage
time influential to sperm motility, sperm viability, and integrity of sperm plasma

membrane. It is suggested to do further research the influence of both feed on
adult ram.
Keywords : Garut ram, sperm quality, waste bean sprouts, Indigofera sp

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KUALITAS SEMEN DOMBA GARUT DENGAN PEMBERIAN
PAKAN LIMBAH TAUGE DAN INDIGOFERA sp PADA
PENGENCER TRIS KUNING TELUR

STEVANY MARIA LESTARI PAALLOAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan Limbah
Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur.
Nama
: Stevany Maria Lestari Paalloan
NIM
: B04080037

Disetujui oleh

Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi
Pembimbing I

Prof Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS
Pembimbing II

Diketahui oleh

drh Agus Setiyono, MS, PhD, APVet
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan - IPB

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan Kepada Tuhan yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Gambaran Kualitas Semen Domba Garut dengan Pemberian Pakan
Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur. Skripsi ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Selama penulisan skripsi ini, Penulis telah mendapatkan banyak bantuan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini, Penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof Dr drh Mohamad Agus Setiadi selaku Dosen Pembimbing I dan Prof
Dr Ir Dewi Apri Astuti, MS selaku Dosen Pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, nasehat, dukungan, saran serta arahan kepada
Penulis dari awal penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini dengan
baik.
2. Dr Nastiti Kusumorini selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingan, saran dan dukungannya selama Penulis melaksanakan
perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
3. Proyek Penelitian unggulan Fakultas Peternakan Tahun 2011.
4. Bapak Bondan atas bimbingan dan bantuannya selama Penulis
melaksanakan penelitian.
5. Prof drh Tutik Wresdiyati, PhD, PAVet, Dr drh Trioso Purnawarman, MS,
drh Ni Wayan Kurniani Karja MP, PhD dan Ibu Rini Madyastuti Purwono
MSi, SSi, Apt. atas saran dan masukan-masukannya kepada Penulis.
6. Kedua orangtua (Simon Paalloan dan Patrisia Tappi Sariang), saudarasaudaraku (Adriany Vemi Paalloan, Gustianto Paalloan, Gregorius
Paalloan, Valentyn Triani Paalloan dan Angela Imanuella Paallooan), tante
dan om (Lusia Palentek dan Alm. Jacob Solimin Sulle) atas kasih sayang,
dukungan, doa dan semangat sehingga Penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
7. Anton S.Pi atas doa, semangat, dukungan, dan bantuannya sehingga
Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Teman-teman satu penelitian (Era Bangun, Endra dan Devid), sahabatsahabatku (Era Bangun, Ismi Wahyuniati, Kak Putri Dwi Mulyanti dan
Cheanty Lebang Misa Matta), teman-teman satu kos (Bang Daniel, Bang
Agung, Yunita Hutasoit, Try Permata Siagian, Lorenza RB, Melfi Dora
Tarigan, dan Melisa Ansela Siregar) serta teman-teman seangkatan
(Avenzoar 45) atas kebersamaan, semangat, dukungan, bantuan dan doa
selama Penulis berkuliah hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Keluarga besar Himpunan Minat dan Profesi SatwaLiar FKH IPB.
10. Almamaterku tercinta, Institut Pertanian Bogor.
Akhirnya Penulis berharap semoga Tuhan membalas segala kebaikan
mereka dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2013
Stevany Maria Lestari Paalloan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i

DAFTAR GAMBAR

i

DAFTAR LAMPIRAN

i

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

TINJAUAN PUSTAKA

2

Domba Garut

2

Spermatogenesis

2

Karakteristik Semen Domba

3

Pengencer Tris Kuning Telur

4

Limbah Tauge

4

Legume Indigofera sp

5

METODE

6

Waktu dan Tempat Penelitian

6

Alat dan Bahan

6

Hewan Coba

6

Pemeliharaan

6

Ransum

7

Pelaksanaan Penelitian

7

Penampungan Semen Domba Garut

7

Pengamatan Makroskopis Spermatozoa

8

Penyimpanan Semen Segar pada Pengencer Tris Kuning Telur

8

Pengamatan Mikroskopis Spermatozoa

8

Rancangan Percobaan

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

SIMPULAN DAN SARAN

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

26

RIWAYAT HIDUP

29

i

DAFTAR TABEL
1 Komposisi bahan pakan ransum penelitian berdasarkan bahan kering
2 Karakteristik makroskopis spermatozoa domba garut yang diberi pakan
limbah tauge dan Indigofera sp
3 Gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah
tauge dan Indigofera sp
4 Konsentrasi spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge
dan Indigofera sp
5 Persentase motilitas spermatozoa domba garut yang diberi pakan
limbah tauge dan Indigofera sp
6 Persentase hidup spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah
tauge dan Indigofera sp
7 Persentase keutuhan membran plasma spermatozoa domba garut yang
diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp
8 Cytoplasmic droplet spermatozoa domba garut yang diberi pakan
limbah tauge dan Indigofera sp
9 Persentase abnormalitas sekunder spermatozoa domba garut yang diberi
pakan limbah tauge dan Indigofera sp

7
11
12
13
14
15
15
19
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Spermatozoa yang hidup dan yang mati
Spermatozoa dengan membran plasma utuh
Spermatozoa yang memiliki cytoplasmic droplet
Abnormalitas sekunder spermatozoa
Pemetaan parameter pengaruh pemberian pakan dan lama penyimpanan
terhadap kualitas spermatozoa

18
18
21
21
22

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Uji-T Konsentrasi Spermatozoa Domba Garut
2 Hasil Uji-T Cytoplasmic Droplet Spermatozoa Domba Garut
3 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan
terhadap Motilitas Spermatozoa
4 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan
terhadap Persentase Hidup Spermatozoa
5 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan
terhadap Keutuhan Membran Plasma Spermatozoa
6 Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan Pakan dan Lama Penyimpanan
terhadap Abnormalitas Sekunder Spermatozoa

26
26
26
27
27
28

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditi ternak yang turut berperan dalam pemenuhan kebutuhan daging
yang dapat dikembangkan sebagai produk unggulan sektor peternakan adalah
domba. Ternak domba memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat
berkembang biak dengan cepat, mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan,
dan dagingnya relatif digemari oleh masyarakat Indonesia.
Domba garut merupakan salah satu domba yang sangat diminati karena
memiliki beberapa kelebihan, seperti bobot tubuh yang lebih berat baik pada
domba jantan maupun betina, lebih cepat mencapai dewasa kelamin, dapat
melahirkan anak lebih dari satu (prolifik), dan daya adaptasi yang lebih baik
terhadap lingkungan.
Domba garut memiliki nilai jual yang sangat tinggi, tetapi sebagian besar
sistem pemeliharaannya masih bersifat tradisional, yang disebabkan karena
rendahnya pengetahuan peternak yang didominasi oleh peternak kecil, dan
menjadikan beternak hanya sebagai usaha sambilan atau tabungan. Hal ini
sekaligus menjadi pembatas dalam mendapatkan keturunan domba garut yang
berkualitas unggul.
Salah satu cara untuk mendapatkan keturunan domba garut yang berkualitas
unggul adalah dengan mengawetkan atau menyimpan material genetik pejantan
berupa semen, baik dalam bentuk semen cair ataupun semen beku dalam berbagai
media pengencer. Pemilihan bahan pengencer semen sangat berpengaruh terhadap
kualitas semen yang disimpan. Bahan pengencer yang digunakan pada proses
preservasi spermatozoa domba garut berfungsi melindungi spermatozoa terhadap
cold shock, sumber nutrisi, mencegah pertumbuhan kuman, mempertahankan
tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit. Salah satu media pengencer yang
umum digunakan adalah tris karena memiliki toksisitas rendah dan sistem
penyanggah yang baik dengan mempertahankan pH, tekanan osmotik dan
keseimbangan elektrolit. Penggunaan pengencer tris perlu ditambahkan kuning
telur karena kuning telur mengandung lipoprotein dan lesitin yang dapat
mengurangi efek cold shock bagi spermatozoa, sehingga kerusakan pada saat
pengenceran, pendinginan dan pembekuan berkurang.
Keberhasilan aplikasi teknologi reproduksi juga dipengaruhi oleh kualitas
spermatozoa. Kualitas spermatozoa hewan secara fisiologis sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya yaitu status nutrisi pakan. Pakan yang
mengandung limbah tauge dan Indigofera sp merupakan salah satu pakan yang
dapat diberikan karena mengandung banyak nutrien. Indigofera sp sebagai bahan
pakan yang kaya akan protein dan limbah tauge yang kaya akan vitamin E,
diketahui memiliki peranan dalam proses spermatogenesis sehingga pemberiannya
diharapkan dapat meningkatkan kualitas spermatozoa domba garut yang
dihasilkan. Namun saat ini belum tersedia informasi yang cukup, terkait pengaruh
pemberian pakan limbah tauge dan Indigofera sp terhadap kualitas semen domba
garut, sehingga dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kedua pakan
tersebut terhadap kualitas semen domba garut.

2

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
yang mengandung 30% limbah tauge dan 30% Indigofera sp terhadap kualitas
spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai
pengaruh pemberian pakan limbah tauge dan Indigofera sp terhadap kualitas
spermatozoa domba garut yang disimpan pada pengencer tris kuning telur, serta
mempertahankan kualitas pejantan domba garut sebagai sumber bibit.

TINJAUAN PUSTAKA
Domba Garut
Domba garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba asli
Indonesia, domba merino, dan domba Kaapstad dari Afrika (Rismayanti 2010).
Domba garut juga dikenal dengan sebutan domba priangan, karena berasal dari
Jawa Barat khususnya Kabupaten Garut dan sekitarnya.
Domba garut memiliki ciri-ciri morfologi kepala yang pendek, dahi sedikit
lebar, bentuk kepala cembung, bentuk telinga rumpung sampai ngadaun hiris (4-8
cm), ekor berbentuk segitiga terbalik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor
dan mengecil pada bagian bawah, berbadan besar, lebar serta kuat. Bobot badan
rata-rata domba garut jantan 57.74 kg dengan ciri morfologi memiliki tanduk yang
besar, kokoh dan melingkar, sedangkan domba betina memiliki bobot badan ratarata 36.89 kg dan tidak bertanduk, walaupun bertanduk ukurannya kecil. Domba
garut memiliki warna bulu beragam, ada yang putih, hitam, coklat atau warna
campuran tetapi pada umumnya berwarna dasar putih (Heriyadi et al. 2002).
Pubertas domba garut terjadi pada umur 7-10 bulan dengan bobot badan
domba jantan berkisar antara 16.8–24.0 kg dan 14.5 kg pada domba betina. Bobot
badan pada waktu pubertas berkisar antara 38–60% dari bobot badan dewasa
(Prajoga et al. 2009).

Spermatogenesis
Proses spermatogenesis secara sempurna diawali setelah hewan mencapai
dewasa kelamin (pubertas) dan terdiri dari dua fase utama. Fase pertama meliputi
pembelahan mitosis awal sel spermatogonia kemudian diikuti pembelahan
meiosis, yaitu terjadi perkembangan jumlah kromosom diploid (2N) menjadi
haploid (N) yang dilanjutkan pembelahan mitosis dari jumlah sel menjadi dua
kali. Fase pertama dari proses spermatogenesis disebut spermatocytogenesis yang
diakhiri dengan terjadinya pembentukan spermatid (Salisbury dan Vandemark
1985).

3

Fase kedua yaitu spermiogenesis. Pada fase ini spermatid akan mengalami
perubahan bentuk dan menghasilkan spermatozoa yang sempurna. Perubahan
yang terjadi diantaranya perubahan akrosom, kepala bagian tengah dan ekor
spermatozoa serta bagian-bagian dari berbagai materi seluler. Sel spermatozoa
selama proses pendewasaannya akan melekat pada sel sertoli yang terbentuk dari
membran basal tubuli seminiferi dan menerima makanan dari sel tersebut sampai
spermatozoa siap dilepaskan dan masuk ke dalam lumen tubuli untuk dikeluarkan
melalui saluran pengeluaran (Salisbury dan Vandemark 1985).
Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
kualitas dan kuantitas pakan, hormon serta kondisi lingkungan. Spermatogenesis
merupakan proses pembentukan sel spermatozoa sehingga kandungan karbohidrat
sebagai sumber energi, lemak, protein atau asam amino dan vitamin yang
terkandung di dalam pakan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
berlangsungnya proses tersebut. Karbohidrat dimanfaatkan oleh spermatozoa
untuk menghasilkan energi berupa ATP. Energi tersebut akan digunakan oleh
spermatozoa agar tetap motil dan mempertahankan hidupnya (Garner dan Hafez
2000). Lemak seperti phospolipid dan kolesterol juga sangat berpengaruh dalam
proses spermatogenesis. Menurut Situmorang et al. (2002) pemberian phospolipid
dapat meningkatkan daya hidup spermatozoa dan menurut Subowo (1995)
kolesterol berperan penting dalam stabilisasi membran spermatozoa.
Kandungan protein kasar di dalam pakan limbah tauge sebesar 13%-14%
(Rahayu et al. 2010) dan Indigofera sp sebesar 22.3%-31.1% (Hassen et al. 2007)
berfungsi sebagai zat pembentuk sel-sel spermatozoa. Menurut Cameron et al.
(1988), ternak yang diberi pakan dengan kandungan protein dan energi yang
tinggi akan mengalami peningkatan produksi spermatozoa. Tingginya kandungan
protein yang terdapat dalam pakan juga dapat mempengaruhi kualitas semen yang
dihasilkan seperti terjadi peningkatan volume, motilitas, konsentrasi dan
persentase hidup spermatozoa (Dethan et al. 2010). Disamping karbohidrat, lemak
dan protein, di dalam pakan juga harus terkandung vitamin seperti vitamin E yang
dapat memperbaiki proses spermatogenesis dan kualitas spermatozoa, serta
berfungsi sebagai antioksidan terhadap radikal bebas dengan mempertahankan
membran plasma spermatozoa dari kerusakan karena peroksidasi lipid (Alawiyah
dan Hartono 2006).

Karakteristik Semen Domba
Semen merupakan cairan yang diejakulasikan oleh alat kelamin jantan dan
secara normal disekresikan ke dalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi.
Semen terdiri atas sel spermatozoa (gamet jantan) dan campuran antara cairan
seluler dan sekresi-sekresi kelenjar asesoris (plasma seminalis) yang berasal dari
saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez 2000).
Semen yang diejakulasikan oleh pejantan dikatakan normal apabila
mengandung spermatozoa dengan daya gerak aktif dan gerakan massa
bergelombang. Banyaknya jumlah spermatozoa yang terkandung di dalam semen
akan mempengaruhi sifat dan penampakannya. Semen yang terlihat encer, jernih,
berwarna seperti susu mengandung jumlah spermatozoa sedikit dan konsentrasi
rendah, sedangkan semen yang keruh dan kental serta berwarna krem memiliki

4

konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Semen yang mengandung spermatozoa mati
dalam jumlah banyak akan berwarna kecoklatan (Salisbury dan vandemark 1985).
Volume semen domba berkisar antara 0.5 sampai 2.5 ml dengan konsentrasi
1.500 juta sampai 3.000 juta sel per ml semen dan persentase spermatozoa hidup
sekitar 90%. Derajat keasaman (pH) berkisar antara 5.9 sampai 7.3. Semen
dengan konsentrasi spermatozoa yang tinggi bereaksi agak asam, sedangkan
konsentrasi rendah bereaksi agak basa. Sekitar 5% sampai 15% dari total volume
semen mengandung spermatozoa yang memiliki bentuk abnormal. Jika persentase
abnormalitas spermatozoa diatas 20%, menunjukkan bahwa domba memiliki
fertilitas yang rendah (Toelihere 1981).
Pengencer Tris Kuning Telur
Pengencer semen adalah bahan yang ditambahkan ke dalam semen segar
yang berkualitas dan berfungsi sebagai media penyimpanan baik untuk semen cair
maupun semen beku. Pada proses pengolahan semen, pemilihan jenis pengencer
yang optimal sangat berpengaruh terhadap kualitas semen yang disimpan. Salah
satu bahan pengencer yang paling sering digunakan sebagai komponen dasar
pengencer semen pada sapi, babi dan domba adalah Tris hidroxymethil
aminomethan (C4H11NO3) (Rizal et al. 2002).
Bahan pengencer yang digunakan untuk proses pengenceran semen harus
mengandung buffer, nutrisi, anti cold shock (anti kejutan dingin) dan antibiotik.
Buffer berfungsi mengatur tekanan osmotik dan menetralisir asam laktat yang
dihasilkan dari sisa metabolisme spermatozoa. Buffer yang umum digunakan
adalah tris (hydroxymethyl aminomethan) karena memiliki kemampuan sebagai
penyangga yang baik dengan toksisitas yang rendah dalam konsentrasi yang tinggi
(Steinbach dan Foote 1967).
Karbohidrat merupakan salah satu sumber nutrisi yang paling banyak
digunakan karena mengandung fruktosa, sehingga mudah dimetabolisasi oleh
spermatozoa (Toelihere 1993). Karbohidrat yang terkandung di dalam bahan
pengencer mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai sumber energi, mengatur
tekanan osmotik dan sebagai krioprotektan ekstraseluler. Bahan anti cold shock
yang umum digunakan adalah kuning telur atau kacang kedelai, karena dapat
melindungi spermatozoa terhadap perubahan suhu selama proses pengolahan
semen (Yildiz et al. 2000). Penisilin dan streptomisin merupakan antibiotik yang
sering ditambahkan ke dalam bahan pengencer semen dan berfungsi sebagai zatzat penghambat pertumbuhan organisme (Toelihere 1981).

Limbah Tauge
Limbah tauge merupakan bagian dari tauge yang tidak dikonsumsi manusia,
berupa kulit tauge atau yang lebih dikenal dengan sebutan angkup tauge dan
berwarna hijau, serta biasanya bercampur dengan sedikit potongan ekor atau
kepala tauge yang bentuknya tidak utuh. Secara umum limbah ini termasuk dalam
limbah pasar, dikarenakan pemisahan tauge terjadi di pasar dan menumpuk
bersama dengan limbah pasar lainnya. Berdasarkan hasil survei yang telah

5

dilakukan oleh Rahayu et al. (2010), menunjukkan bahwa potensi ketersediaan
limbah tauge di kota Bogor mencapai 1.5 ton/hari.
Tauge dihasilkan dari kacang hijau yang memiliki kandungan protein tinggi
dan susunan asam amino mirip dengan kedelai. Menurut Mubarak (2005)
komposisi kimia tauge terdiri dari air 97.5g, abu 37.6g, lemak 1.85g, serat kasar
4.63g, karbohidrat 62.3g. Adapun menurut Rahayu et al. (2010) limbah tauge
mengandung 63.35% air, 7.35% abu, 1.17% lemak, 13%-14% protein, 49.44%
serat kasar dan 64.65% Total Digestible Nutrien (TDN).
Pakan limbah tauge mengandung vitamin E sebesar 15.3 mg/100g (Amilah
dan Astuti 2006) yang berfungsi sebagai antioksidan dan mampu
mempertahankan integritas membran sel spermatozoa dari berbagai kerusakan
akibat radikal bebas. Selain itu vitamin E berfungsi dalam proses spermatogenesis
sebagai agen pemacu fertilitas dengan menormalkan fungsi epitel pada tubuli
seminiferi dalam memproduksi spermatozoa, sehingga dapat meningkatkan
jumlah dan konsentrasi spermatozoa. Jika terjadi defisiensi vitamin E akibat
degenerasi epitel tubuli seminiferi, maka dapat mengakibatkan proses
spermatogenesis dan produksi spermatozoa terhambat. Limbah tauge juga
mengandung mineral Zinc (Zn) 2.68 mg/100g yang dapat digunakan oleh
spermatozoa untuk mempertahankan integritas sel dan stabilisasi membran selnya,
sehingga kerusakan membran plasma akibat proses penyimpanan pada temperatur
rendah dapat diminimalisir (Taylor et al. 1988)

Legume Indigofera sp
Menurut Tjelele (2006), Indigofera merupakan tanaman dari kelompok
kacang-kacangan (family Fabaceae) dengan genus Indigofera dan memiliki 700
spesies yang tersebar di Benua Afrika, Asia, Australia, dan Amerika Utara.
Sekitar tahun 1900 Indigofera sp dibawa ke Indonesia oleh bangsa Eropa dan
terus berkembang secara luas. Duke (1981), menyatakan tanaman Indigofera
tersebar di seluruh daerah tropis dan subtropis di dunia, meliputi kawasan Afrika,
Asia Timur, Amerika Utara dan Amerika Selatan.
Tanaman Indigofera sp dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak yang kaya
akan kandungan nitrogen, fosfor, dan kalsium. Indigofera sp mengandung protein
kasar 22.3%-31.1%, serat kasar 15.25%, kalsium 0.22% dan fosfor 0.18%.
Legume Indigofera sp. memiliki kandungan protein yang tinggi, toleran terhadap
musim kering, genangan air dan tahan terhadap salinitas. Kandungan protein yang
tinggi disertai serat relatif rendah dan tingkat kecernaan tinggi menyebabkan
tanaman ini digunakan sebagai sumber hijauan pakan dasar maupun pakan
suplemen yang kaya akan protein dan energi, terlebih untuk ternak dalam status
produksi tinggi (Hassen et al. 2007).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hassen et al. (2007),
tanaman Indigofera sp juga dapat memenuhi kebutuhan Ca, Mg, Mn dan Zn
ternak ruminansia. Zn sebesar 27.2-50.2 ppm yang terkandung pada Indigofera sp
berfungsi dalam proses perkembangan organ reproduksi jantan, proses
spermatogenesis, serta proses produksi, penyimpanan dan sekresi hormon
testosteron yang diperlukan dalam proses pematangan akhir spermatozoa. Selain

6

itu, Indigofera sp juga mengandung asam amino arginin sebesar 1mg/kg pakan
Indigofera sp (Abdullah 2010).

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga September 2011.
Pemeliharaan domba garut dan pengambilan sampel semen cair dilakukan di
Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian sampel dilakukan di
Laboratorium Fertilisasi In Vitro Bagian Reproduksi dan Kebidanan, Departemen
Klinik, Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu gelas objek, pipet, pipet ukur, mikropipet (10 μl
dan 100 μl), mikroskop, gelas penutup, kamar hitung Neubauer, heating table,
tabung effendorf, alat penghitung hidup dan mati spermartozoa, ice box, water
bath, tabung pengencer dan vagina buatan.
Bahan yang digunakan yaitu semen cair, larutan pengencer tris kuning telur,
alkohol 70%, kapas, formal saline, NaCl 0.9%, eosin nigrosin, tisu, 4 ekor domba
garut jantan berumur 11 bulan, tepung limbah tauge, tepung Indigofera sp dan
larutan hipoosmotik swelling (HOS) test.

Hewan Coba
Hewan coba yang digunakan pada penelitian ini yaitu empat ekor domba
garut jantan berumur ± 8 bulan yang dikandangkan dalam kandang individu.
Setelah domba berumur 11 bulan sampel semen hasil ejakulat diambil untuk
dievaluasi. Rataan bobot badan awal domba sebesar 14.93 kg. Domba tersebut
dibagi menjadi dua kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 2 ekor
domba. Pada penelitian ini tidak menggunakan kontrol.

Pemeliharaan
Pemeliharaan domba garut dilakukan selama tiga bulan dan diberikan
ransum seperti dibawah ini. Domba garut kelompok pertama diberikan pakan
yang mengandung 30% limbah tauge dan domba garut kelompok kedua diberikan
pakan yang mengandung 30% Indigofera sp.

7

Ransum
Pakan untuk domba garut diberikan dalam bentuk pellet untuk mengurangi
tingkah laku domba dalam memilih pakan yang dikonsumsi. Pakan diberikan
sebanyak 1kg/hari, dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70. Jumlah protein
kasar yang terdapat dalam kedua pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) sebesar
18%. Sumber protein hijauan berasal dari limbah tauge dan legume Indigofera sp,
sedangkan campuran konsentrat terdiri atas onggok, jagung kuning, dan bungkil
kelapa. Kadar zat makanan ransum disesuaikan dengan kebutuhan domba masa
pertumbuhan (NRC 2007). Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.
Tabel 1 Komposisi Bahan Pakan Ransum Penelitian Berdasarkan Bahan Kering
Perlakuan
Bahan Pakan
Ransum Indigofera sp Ransum Limbah Tauge
(%)
(%)
30
0
Indigofera sp.
Limbah Tauge

0

30

Onggok

12

10

Jagung

10

10

Bungkil kelapa

32

32

Bungkil kedelai
Molases
CaCO3

8
5
2.5

10
5
2.5

NaCl
Premix

0.3
0.2

0.3
0.2

Jumlah

100

100

Pelaksanaan Penelitian
Penampungan Semen Domba Garut
Penampungan semen domba garut dilakukan dengan menggunakan vagina
buatan. Pada saat penampungan sampel semen, digunakan domba betina sebagai
teasers untuk memancing libido domba jantan. Penampungan semen dilakukan
sebanyak 3 kali dengan selang waktu 2 hari yaitu pada hari senin, rabu dan jumat.
Semen yang telah diperoleh kemudian dievaluasi secara makroskopis lalu
diencerkan menggunakan pengencer tris kuning telur, untuk selanjutnya
dievaluasi secara mikroskopis selama 5 hari di Laboratorium fertilisasi In Vitro,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

8

Pengamatan Makroskopis Spermatozoa
Evaluasi spermatozoa secara makroskopis meliputi pengamatan terhadap
warna, konsistensi, pH dan volume. Pengamatan terhadap warna semen dilakukan
dengan menggunakan penerangan sinar matahari untuk melihat warna semen yang
telah ditampung. Konsistensi semen diamati dengan cara tabung effendorf yang
berisi semen dibalik sejauh 45o, kemudian dikembalikan ke posisi semula.
konsistensi semen dapat dikatakan cair jika proses kembalinya semen ke dasar
tabung berlangsung cepat sedangkan jika kembalinya semen ke dasar tabung
lambat maka konsistensi semen kental.
Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH yang dicelupkan
ke dalam semen. Hasil yang terlihat kemudian dicocokkan pada indikator warna
yang terdapat pada kertas pH. Pengukuran terhadap volume semen dilakukan
dengan cara semen yang sudah ditampung diukur dengan menggunakan pipet
ukur yang mempunyai skala 0.1 ml, kemudian dilakukan pembacaan terhadap
skala yang ditunjukkan pipet ukur.

Penyimpanan Semen Segar pada Pengencer Tris Kuning Telur
Semen yang sudah diamati secara makroskopis lalu dimasukkan dalam
larutan pengencer tris kuning telur. Larutan pengencer tris kuning telur dibuat
dengan mencampurkan buffer tris (3.87g tris Hydroxymethil aminomethan, 2.17g
asam sitrat, 1.56g fruktosa dan 100 ml aquadest) dan kuning telur, dengan
perbandingan 1:8. Sebanyak 2 ml dari larutan pengencer tris kuning telur
ditambahkan dengan semen segar sebanyak 0.25 ml lalu dimasukkan kedalam
tabung pengencer. Campuran tersebut lalu disimpan pada lemari pendingin yang
bersuhu 5 oC dan dievaluasi selama 5 hari berturut-turut.

Pengamatan Mikroskopis Spermatozoa
Semen yang telah diencerkan kemudian dievaluasi secara mikroskopis yang
meliputi pengamatan terhadap konsentrasi, gerakan massa, motilitas, persentase
spermatozoa hidup, keutuhan membran plasma dan abnormalitas spermatozoa.
 Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa dihitung hanya sekali pada hari pertama
penampungan semen menggunakan kamar hitung Neubauer. Penghitungan
dilakukan dengan terlebih dahulu membuat pengenceran 500x antara semen segar
1 µl dan 499 µl formal saline yang kemudian dihomogenkan. Campuran yang
telah homogen kemudian diteteskan kedalam kamar hitung Neubauer dan
dilakukan evaluasi dengan perbesaran mikroskop 400x. Penghitungan dilakukan
pada 5 kotak haemocytometer yaitu pada keempat kotak yang ada di tepi dan 1
kotak pada bagian tengah.
Konsentrasi spermatozoa dihitung dengan rumus :
[Spermatozoa] = ∑ spermatozoa x (25 x 106) sel / ml

9

 Gerakan Massa
Evaluasi terhadap gerakan massa spermatozoa dilakukan dengan cara satu
tetes semen cair diteteskan pada gelas objek yang steril dan langsung diamati di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
 Motilitas
Peniliaian motilitas spermatozoa dilakukan dengan mencampur 3-4 tetes
NaCl 0.9% dengan beberapa tetes semen cair pada gelas objek yang telah
dihangatkan kemudian dihomogenkan dengan menggunakan gelas penutup.
Campuran yang telah homogen lalu dipindahkan ke gelas objek yang baru
menggunakan gelas penutup dan dievaluasi dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400x. Hasil yang diperoleh dinilai dalam bentuk % dengan kisaran
0%-100%.
 Persentase Spermatozoa Hidup
Penghitungan persentase spermatozoa hidup dan mati dilakukan dengan
menyiapkan tiga buah gelas objek yang bersih dan bebas lemak. Pada gelas objek
pertama diteteskan sampel semen cair dan 2-3 tetes pewarna eosin nigrosin
kemudian dihomogenkan. Campuran yang telah homogen diambil dengan
menggunakan gelas objek kedua lalu dibuat preparat ulas pada gelas objek ketiga.
Gelas objek yang akan dievaluasi dikeringkan pada heating table dan dilakukan
penghitungan dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 400x, dengan
menghitung jumlah spermatozoa yang terdapat dalam 10 lapang pandang. Jumlah
sel spermatozoa dari 10 lapang pandang minimal 200 sel spermatozoa.
Persentase spermatozoa yang hidup dihitung dengan rumus:
=





 Keutuhan Membran Spermatozoa
Pemeriksaan keutuhan membran spermatozoa dilakukan dengan metode
hypoosmotic swelling (HOS) test. Larutan HOS test yang digunakan merupakan
campuran dari 0.675g fruktosa dan 0.735g natrium sitrat dalam 50 ml aquades.
Sebanyak 499 µl larutan HOS test dicampurkan dengan 1 µl sampel semen,
kemudian diinkubasi selama 30 menit dengan suhu 37 °C di dalam water bath.
Campuran tersebut kemudian diteteskan pada gelas objek dan ditutup dengan
gelas penutup untuk selanjutnya dievaluasi di bawah mikroskop menggunakan
perbesaran 400x, dengan menghitung jumlah sel spermatozoa yang terdapat dalam
10 lapang pandang. Jumlah sel spermatozoa dari 10 lapang pandang minimal 200
sel spermatozoa.
Persentase membran plasma utuh dihitung dengan rumus :

=





10

 Abnormalitas Spermatozoa
Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa dihitung dari jumlah persentase
spermatozoa yang masih memiliki cytoplasmic droplet dan spermatozoa yang
mengalami abnormalitas sekunder. Evaluasi dilakukan menggunakan preparat
ulas yang telah dibuat pada pemeriksaaan persentase spermatozoa hidup dan
dilakukan penghitungan dibawah mikroskop menggunakan perbesaran 400x.
Penghitungan dilakukan dengan mengamati cytoplasmic droplet dan abnormalitas
sekunder spermatozoa dari 10 lapang pandang dengan jumlah sel minimal yang
dihitung 200 sel spermatozoa.
Persentase abnormalitas dihitung dengan rumus :

=





Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis
deskriptif terhadap data hasil pengamatan warna, konsistensi, pH, volume dan
gerakan massa. Data hasil pengamatan terhadap konsentrasi spermatozoa dan
jumlah cytoplasmic droplet spermatozoa dianalisis dengan menggunakan T-Test.
Data hasil pengamatan terhadap motilitas, persentase hidup, keutuhan membran
plasma dan abnormalitas sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) pola Faktorial 2x5. Faktor pertama merupakan jenis pakan yang
digunakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan faktor kedua merupakan lama
masa penyimpanan spermatozoa (Hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-4, dan ke-5). Data
dianalisis menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan
uji Duncan untuk mengetahui adanya perbedaan diantara perlakuan (Santoso
2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Makroskopis Spermatozoa
Pengamatan makroskopis spermatozoa bertujuan untuk mengetahui kualitas
semen yang ditampung dan kelayakan semen untuk diproses lebih lanjut.
Pengamatan makroskopis spermatozoa meliputi pengamatan terhadap warna,
konsistensi, pH dan volume yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.

11

Tabel 2 Karakteristik makroskopis spermatozoa domba garut yang diberi pakan
limbah tauge dan Indigofera sp
Parameter
yang Diamati
Warna
Konsistensi
pH
Volume
(ml/ejakulat)

Limbah Tauge
Ejakulat H-1 Ejakulat H-2
Krem
Krem
Kental
Kental
7
6.5
0.7
0.7

Indigofera sp
Ejakulat H-1 Ejakulat H-2
Krem
Krem
Kental
Kental
7
6.5
0.8
0.5

Dari hasil pengamatan secara makroskopis semen segar hasil ejakulat
domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp, memperlihatkan
bahwa warna dan konsistensi semen pada kedua perlakuan memiliki kualitas yang
sama, yaitu berwarna krem dengan konsistensi yang kental. Warna dan
konsistensi semen secara umum dijadikan sebagai parameter dan berhubungan
dengan konsentrasi spermatozoa. Semen dengan konsistensi kental dan berwarna
krem memiliki jumlah konsentrasi spermatozoa yang tinggi, sebaliknya semen
dengan konsistensi encer memiliki konsentrasi spermatozoa yang kecil. Menurut
Toelihere (1981), semen domba memiliki volume yang rendah tetapi konsentrasi
spermatozoa tinggi sehingga memperlihatkan warna krem atau warna susu.
Derajat keasaman (pH) semen merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup spermatozoa di dalam semen. pH semen yang
netral menandakan bahwa kelenjar assesoris (vesicularis, prostat dan
bulbourethralis) yang mensekresikan plasma seminal berfungsi dengan baik.
Semakin tinggi atau semakin rendah pH semen maka akan menurunkan daya
hidup spermatozoa. Dari hasil pengamatan terhadap nilai pH, diperoleh hasil
bahwa nilai pH dari kedua perlakuan pemberian pakan memiliki kualitas yang
sama dan masih berada dalam kisaran pH netral. Menurut Garner dan Hafez
(1987) pH semen domba berkisar antara 5.9-7.3.
Pengukuran volume semen dilakukan untuk mengetahui jumlah semen yang
dihasilkan oleh pejantan dalam sekali ejakulat. Dari hasil pengamatan yang
terlihat pada Tabel 2 diketahui bahwa jumlah volume semen yang dihasilkan pada
domba garut yang diberi pakan limbah tauge lebih tinggi bila dibandingkan
dengan domba garut yang diberi pakan Indigofera sp. Tingginya volume yang
diperoleh diduga dipengaruhi oleh kandungan nutrien seperti protein, mineral dan
vitamin yang terdapat pada pakan limbah tauge yang mampu meningkatkan
jumlah spermatozoa. Hal ini didukung dengan pernyataan Dethan et al. (2010)
bahwa pakan yang memiliki kandungan protein tinggi akan menghasilkan sifat
fisik semen yang lebih baik termasuk jumlah volume yang dihasilkan.
Banyaknya volume semen yang diejakulasikan berbeda-beda tergantung ras,
umur, ukuran badan, kualitas protein dalam pakan, frekuensi penampungan semen
dan beberapa faktor lain. Pada umumnya, hewan muda yang memiliki ukuran
tubuh kecil menghasilkan volume semen yang rendah, begitupun ejakulasi yang
sering akan menyebabkan penurunan volume dan apabila dua ejakulat diperoleh
secara berturut-turut dalam waktu singkat akan menyebabkan ejakulat kedua
memiliki volume yang relatif lebih rendah (Feradis 2010). Hal ini sesuai dengan
hasil yang terlihat pada volume ejakulat hari kedua domba garut yang diberi

12

pakan Indigofera sp, yaitu volume yang didapatkan lebih kecil dari volume
ejakulat hari pertama.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karakterisktik makroskopis
spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp,
secara umum memperlihatkan bahwa semen yang diperoleh memiliki kualitas
yang memenuhi persyaratan untuk diolah menjadi semen cair dan selanjutnya
dilakukan penyimpanan untuk mengetahui kualitas dan daya tahan hidupnya.

Gerakan Massa Spermatozoa
Hasil pengamatan terhadap gerakan massa spermatozoa domba garut yang
diberi pakan limbah tauge dan Indigofera sp pada pengencer tris kuning telur
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Gerakan massa spermatozoa domba garut yang diberi pakan limbah tauge
dan Indigofera sp
Parameter
yang Diamati
Gerakan
Massa
Spermatozoa

Limbah Tauge
Ejakulat H-1 Ejakulat H-2

Indigofera sp
Ejakulat H-1
Ejakulat H-2

+++

+++

++

+++

Gerakan massa merupakan kecenderungan spermatozoa untuk bergerak
secara bersama-sama ke satu arah, menyerupai gelombang-gelombang tipis dan
tebal, bergerak secara cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi spermatozoa
yang terkandung di dalam semen (Feradis 2010). Secara umum, gerakan massa
spermatozoa yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan gerakan massa
yang baik (++) hingga sangat baik (+++) dan terlihat seperti gelombanggelombang besar, gelap, tebal seperti gumpalan awan hitam dan bergerak secara
aktif.
Gerakan massa memiliki hubungan yang erat dengan warna, konsistensi dan
konsentrasi spermatozoa. Semakin baik gerakan massa spermatozoa maka
konsistensi dan konsentrasinya akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Partodihardjo (1980) yang menyebutkan bahwa gerakan massa
berhubungan erat dengan konsentrasi dan motilitas spermatozoa. Jika semen segar
memiliki gerakan massa +++ artinya tingkat kepadatan spermatozoa tinggi,
gelombang bergerak cepat, dan diperkirakan terdapat 90% bahkan lebih
spermat