Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer Tris Kuning Telur

ABSTRAK
ERA KRISTIANA BR BANGUN. Kualitas Spermatozoa Cauda Epididimis
Domba Garut yang diberi Pakan Limbah Tauge dan Indigofera sp pada Pengencer
Tris Kuning Telur. Dibimbing oleh MOHAMAD AGUS SETIADI dan DEWI
APRI ASTUTI.
Pakan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas
spermatozoa. Pakan yang dapat digunakan antara lain limbah tauge dan legum
Indigofera sp. Domba garut memiliki nilai ekonomi yang tinggi, namun
dihadapkan dengan masalah terbatasnya jumlah pejantan unggul. Salah satu cara
yang dapat digunakan yaitu melalui pemanfaatan spermatozoa dari cauda
epididimisnya karena telah memiliki motilitas dan kemampuan membuahi oosit
yang sama baiknya dengan spermatozoa hasil ejakulasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan
(limbah tauge dan indigofera sp) dalam ransum domba terhadap peningkatan
kualitas spermatozoa. Penelitian ini menggunakan 8 ekor domba garut, umur
sekitar 11 bulan yang telah dipelihara selama 3 bulan. Ternak tersebut diberi dua
perlakuan masing-masing 4 domba, perlakuan pertama dengan 30% limbah tauge
dan perlakuan kedua 30% Indigofera sp. Parameter kualitas semen dianalisis
sebagai berikut: data volume, warna dan konsistensi spermatozoa dianalisis
menggunakan analisis deskriptif. Data bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan
cytoplasmic droplet dianalisis menggunakan T-test. Korelasi antara bobot testis

dan konsentrasi spermatozoa dianalisis menggunakan analisis regresi. Data
motilitas spermatozoa, spermatozoa hidup, MPU spermatozoa dan abnormalitas
sekunder spermatozoa menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola
Faktorial (2x4) sebanyak 4 ulangan. Faktor pertama adalah pakan (limbah tauge
dan Indigofera sp) dan faktor kedua adalah lama penyimpanan spermatozoa (0, 1,
2, 3). Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of variance (ANOVA) dan
dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume, warna dan konsistensi semen
yang diperoleh memiliki kualitas yang sama pada kedua perlakuan. Hasil analisis
T-test menunjukkan bahwa perlakuan pakan tidak memberikan perbedaan yang
nyata terhadap bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan cytoplasmic droplet
spermatozoa (P>0.05). Tidak ada korelasi positif antara bobot testis dan
konsentrasi spermatozoa (P>0.05) ditunjukkan dengan persamaan Y = 5654.26 3.96X ; R2 = 0.003. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis
pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan lama penyimpanan memberikan
perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P0.05). There were no correlation between testis weight and sperm
concentration (P>0.05) and expressed as Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003.
Furthermore sperm viability were significant different in all treatments by
analyzed of variance (P0.05). Tidak ada korelasi positif antara bobot testis dan
konsentrasi spermatozoa (P>0.05) ditunjukkan dengan persamaan Y = 5654.26 3.96X ; R2 = 0.003. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis
pakan (limbah tauge dan Indigofera sp) dan lama penyimpanan memberikan

perbedaan yang nyata terhadap spermatozoa hidup (P0.05). There were no correlation between testis weight and sperm
concentration (P>0.05) and expressed as Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003.
Furthermore sperm viability were significant different in all treatments by
analyzed of variance (P0.05), namun cenderung berbeda nyata terhadap bobot testis
domba (P=0.08). Menurut Toelihere (1981), bobot testis domba dewasa yaitu
sebesar 275 gram. Bobot testis pada penelitian ini (145.9-167.7g) terlihat lebih
rendah dari bobot testis domba dewasa menurut Toelihere (1981). Hal tersebut
diduga dikarenakan domba yang digunakan pada penelitian ini adalah domba
muda (+ 11 bulan) yang masih berada dalam masa pubertas sehingga bobot
testisnya cenderung lebih kecil.
Nilai konsentrasi spermatozoa diperoleh pada penelitian ini lebih rendah
dibandingkan hasil penelitian Rizal dan Herdis (2005) yaitu sebesar 13993.33 juta
sel/ml. Hasil analisis regresi antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa pada
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi yang positif (tidak ada
hubungan) antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa terhadap perlakuan
pakan. Hal ini diduga karena domba yang digunakan masih muda (masih dalam
masa pubertas) dan domba tersebut baru pertama kali diambil semennya.
Fungsi dari kedua epididimis yang terdapat dalam testis adalah sebagai
tempat konsentrasi spermatozoa. Mekanisme tersebut terjadi karena sel-sel epitel
pada dinding epididimis mengabsorbsi cairan asal testis. Menurut hasil penelitian

sebelumnya, diketahui bahwa konsentrasi spermatozoa pada bagian cauda
epididimis lebih tinggi dari konsentrasi spermatozoa hasil ejakulat. Hal tersebut
dikarenakan sebagian besar spermatozoa dideposisi/disimpan di dalam cauda
epididimis, spermatozoa terkonsentrasi di bagian yang memiliki lumen yang besar
(Feradis, 2010).
Menurut Hafez (1987), aktivitas reproduksi ternak jantan akan meningkat
sejalan dengan adanya perbaikan kualitas nutrisi dalam pakan selama produksi.
Salah satu faktor nutrisi yang sangat berpengaruh adalah kandungan protein dalam
ransumnya. Dalam penelitian ini, ransum (limbah tauge dan indigofera sp) yang
digunakan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (16%-18%) yang
mampu meningkatkan kualitas spermatozoa termasuk nilai konsentrasi
spermatozoa yang diperoleh. Namun dari hasil penelitian ini terlihat bahwa nilai
konsentrasi spermatozoa relatif rendah dan tidak adanya korelasi antara bobot
testis dan konsentrasi spermatozoa.
Perbedaan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya (Rizal dan Herdis, 2005) diduga karena umur domba yang digunakan

13
belum mampu secara optimal dalam memproduksi spermatozoa. Hewan yang
digunakan pada penelitian ini adalah domba garut yang berumur 11 bulan yang

diduga masih dalam masa pubertas sehingga peningkatan volume spermatozoa,
jumlah spermatozoa motil dan konsentrasi spermatozoa belum terlalu terlihat.
Peningkatan volume spermatozoa, jumlah sperma motil dan konsentrasi
spermatozoa baru akan terjadi pada bulan ke-6 sampai bulan ke- 9 sesudah awal
pubertas (Toelihere, 1981).
Selain itu rendahnya nilai konsentrasi spermatozoa diduga dipengaruhi oleh
status fisiologis domba karena baru pertama kali dilakukan koleksi semen dan
juga dipengaruhi oleh interval waktu pengambilan semen. Pengambilan semen
asal cauda epdidimis ini dilakukan sehari setelah pengambilan semen ejakulat
sehingga diduga spermatozoa yang terkonsentrasi pada bagian cauda ini menjadi
lebih rendah. Hal tersebut dikarenakan proses spermatogenesis untuk
menghasilkan spermatozoa matang pada domba memerlukan waktu sekitar 45-49
hari (Toelihere, 1981) sehingga diduga pada saat pengambilan sampel pada cauda
epididimis, spermatozoa yang diproduksi belum mencukupi.
Hubungan antara bobot testis dan konsentrasi spermatozoa dapat dituliskan
dalam bentuk persamaan:
Y = 5654.26 - 3.96X ; R2 = 0.003
Dimana: Y = Konsentrasi spermatozoa
X = Bobot testis
9000


Konsentrasi spermatozoa

8000
7000

Y = 5654.26 - 3.96X
R² = 0.003

6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0

50


100

150
Bobot testis

200

Gambar 3 Hubun