ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA PERIODE 1990 – 2011

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS EFFECT OF GOVERNMENT SPENDING AND ECONOMIC GROWTH TO FOREIGN GOVERNMENT INDONESIA LOAN

PERIOD 1990 - 2011

By

EVA PARDIANA

Foreign borrowing is a normal thing done by developing countries such as Indonesia. In addition to lack of resources as a solution to domestic capital. Foreign debt is one of the important sources of funding in the state budget that is used to cover the budget deficit. The foreign borrowing allows the government to increase spending is higher than that can be done. If used appropriately then the foreign loans will provide higher economic growth. Ntuk purpose of this research is to analyze how the effect of government spending and economic growth to the withdrawal of the Indonesian government foreign borrowing.

Results of regression models using Error Correction Model (ECM) showed differential Each increase of one billion in government spending will cause an increase in foreign loans amounted to 0.010446 billion dollars, hubunganini not significant. Each differential increase economic growth by one percent differential will cause a decrease in the withdrawal of foreign loans amounted to 2122.291 billion dollars. Government expenditure differential variables and economic growth differential jointly differential influence of foreign loans. Both of these variables can explain the differential variables of foreign loans by 81 percent, 19 percent is explained by other variables outside the research model.

Keywords: Economic Growth, Government Spending, Deficit, Foreign Loans, Error Correction Model


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PINJAMAN LUAR NEGERI

PEMERINTAH INDONESIA PERIODE 1990 – 2011

Oleh

EVA PARDIANA

Pinjaman luar negeri merupakan hal yang wajar dilakukan oleh negara

berkembang seperti Indonesia. Selain sebagai solusi kekurangan sumber daya modal dalam negeri. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan penting dalam APBN yang digunakan untuk menutupi defisit anggaran. Pinjaman luar negeri tersebut memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran lebih tinggi dari yang dapat dilakukan. Jika

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka pinjaman luar negeri tersebut akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah dan

pertumbuhan ekonomi terhadap penarikan pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia.

Hasil regresi menggunakan model Error Correction Model (ECM) menujukkan Setiap kenaikan diferensial pengeluaran pemerintah sebesar satu milyar akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri sebesar 0.010446 milyar rupiah, hubungan ini tidak signifikan. Setiap kenaikan diferensial pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan diferensial penarikan pinjaman luar negeri sebesar 2122.291 milyar rupiah. Variabel diferensial pengeluaran pemerintah dan diferensial pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama

mempengaruhi diferensial pinjaman luar negeri. Kedua variabel tersebut mampu menjelaskan variabel diferensial pinjaman luar negeri sebesar 81 persen, 19 persennya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah, Defisit APBN, Pinjaman Luar Negeri, Error Correction Model


(3)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran ... 6

2. Kurva Kebijakan Fiskal Ekspansif ... 10

3. Kurva Kebijakan Fiskal Kontraktif ... 11

4. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Menurut Wagner... 23

5. Teori Peacock dan Wiseman ... 25

6. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 26

7. Komposisi Pengeluaran Pemerintah Tahun 2007 – 2011 (milyar rupiah) ... 70

8. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1990 – 2011 ... 73

9. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011 ... 74

10. Uji Normalitas Jarque-Bera ... 79

11. Komposisi penerimaan Pembiayaan Anggaran Tahun 1990 – 2000 ... 86

12. Komposisi penerimaan Pembiayaan Anggaran Tahun 2001 – 2011 ... 87


(4)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

D. Kerangka Pemikiran ... 6

E. Hipotesis ... 7

F. Sistematika Penulisan ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kebijakan Fiskal ... 9

B. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ... 12

C. Pengeluaran Pemerintah... 17

1. Teori Rostow dan Musgrave ... 20

2. Hukum Wagner ... 22

3. Teori Peacock dan Wiseman ... 23

D. Pinjaman Luar Negeri ... 26

E. Teori Dual Analysis Gap ... 33

F. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ... 37

1. Teori Solow ... 38

2. Teori Harrod-Domar ... 41

3. Produk Domestik Bruto (PDB) ... 42

G. Tinjauan Empiris ... 43

III. METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis dan Sumber Data ... 48

B. Batasan Variabel ... 48

C. Alat Analisis ... 49


(5)

ii

2. Uji Kointegrasi Eangle – Granger ... 51

3. Estimasi ECM (Error Correction Model) ... 52

D. Uji Asumsi Klasik ... 53

1. Uji Asumsi Normalitas Metode Jarque-Bera (J-B) ... 53

2. Uji Asumsi Heteroskedastisitas ... 55

3. Uji Asumsi Otokorelasi... 56

4. Uji Asumsi Multikolinieritas ... 57

E. Uji Hipotesis ... 58

1. Uji F (Over All Test) ... 58

2. Uji t (Partial Test) ... 58

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 60

1. Pinjaman Luar Negeri Pemerintah ... 60

2. Pengeluaran Pemerintah ... 70

3. Pertumbuhan Ekonomi ... 72

B. Hasil Estimasi ... 75

1. Uji Stasionaritas (Unit Root Test) ... 75

a. Uji Stasionaritas Data pada Level ... 75

b. Uji Stasionaritas Data pada First-Difference ... 76

2. Uji Kointegrasi Eangle – Granger ... 77

3. Estimasi ECM (Error Correction Model) ... 78

4. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 78

a. Uji Asumsi Normalitas ... 79

b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas... 79

c. Uji Asumsi Otokorelasi ... 80

d. Uji Asumsi Multikolinieritas ... 80

5. Uji Hipotesis ... 80

a. Uji F (Over All Test) ... 80

b. Uji t (Partial Test) ... 81

6. Analisis Hasil Estimasi ... 83

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 93


(6)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran APBN Tahun

2001 – 2011 (milyar rupiah) ... 2 2. Ringkasan Penelitian “Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

. Indonesia: Kajian Terhadap Faktor-Faktor yang Berpengaruh” (Jurnal Program Pascasarjana Universitas Udayana, Bali,

Indonesia) ... 43 3. Ringkasan Penelitian “External Debt, Public Investment, and

Growth in Low-Income Countries.” (IMF Working Paper) ... 44 4. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri Indonesia (Thesis) ... 46 5. Ringkasan Penelitian “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi” Jurnal Pusat Penelitian

Ekonomi (P2E) LIPI, 2004 ... 47 6. Deskripsi Data Input ... 48 7. Indikator Utama Ekonomi Indonesia Tahun 1990 - 1997 ... 63 8. Persentase Penarikan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

Terhadap Penerimaan APBN Tahun 1990 – 2011 ... 65 9. Posisi Pinjaman Luar Negeri Indonesia Tahun 2007 – 2011 ... 66 10. Persentase Rasio Pinjaman terhadap PDB di Beberapa

Negara ... 67 11. Neraca Transaksi Berjalan Indonesia Tahun 2007 – 2011

(Juta USD) ... 68 12. Rasio Penarikan Pinjaman Luar Negeri terhadap Pengeluaran

Pemerintah Tahun 1990 – 2011 ... 71


(7)

iv

13. Hasil Uji Stasionaritas Philips-Perron Unit Root Periode 1990 – 2011 pada Ordo Level untuk Data PLN, PP,

dan PE ... 76 14. Hasil Uji Stasionaritas Philips-Perron Unit Root Periode

1990 – 2011 pada First-Difference untuk Data

PLN, PP, dan PE ... 76 15. Hasil Uji Stasionaritas Philips-Perron Unit Root Periode

1990 – 2011 pada Level untuk Data Residual

Estimasi ... 77 16. Corelation Matrix... 80 17. Selisih Penarikan Pinjaman Luar Negeri dan Pembayaran


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. ...

Sekretaris : Asih Murwiati, S.E., M.E. ...

Penguji Utama : Yourni Atmaja, S.E., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP. 196109041987031011


(9)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PINJAMAN LUAR NEGERI

PEMERINTAH INDONESIA PERIODE 1990 – 2011

Oleh EVA PARDIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(10)

Judul Skripsi : ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA PERIODE 1990 – 2011

Nama Mahasiswa : Eva Pardiana Nomor Pokok Mahasiswa : 0811021029

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI

1. Dosen Pembimbing I 2. Dosen Pembimbing II

Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si. Asih Murwiati, S.E., M.E. NIP. 195603251983031002 NIP. 197404102008122001

3. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Muhammad Husaini, S.E., M.Si. NIP. 196012201989031004


(11)

MOTTO

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”


(12)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

“Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku”.

Bandar Lampung, 22 Februari 2013

Penulis


(13)

Dengan segenap ketulusan dan rasa syukur kupersembahkan skripsi yang

kubuat dengan sungguh-sungguh ini kepada

Bapak dan Ibu tercinta

Adik-adikku tersayang

Kedua Dosen Pembimbingku


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bandung pada tanggal 16 Februari 1990, sebagai anak pertama dari lima bersaudara pasangan Bapak Pardimanto dan Ibu Itoh Masitoh.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Taman Pendidikan

Alqur’an (TK TPA) Muhammadiyah Teluk Betung Bandar Lampung diselesaikan

tahun 1996, setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Talang Kota Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) 3 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, dan selanjutnya pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 4 Bandar Lampung pada program keahlian akuntansi yang diselesaikan tahun 2008.

Tahun 2008 penulis melajutkan jenjang pendidikan tinggi setelah diterima menjadi mahasiswi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Setelah sepuluh semester menjadi mahasiswa akhirnya penulis meraih gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 2013.


(15)

ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PINJAMAN LUAR NEGERI

PEMERINTAH INDONESIA PERIODE 1990 – 2011

(Skripsi)

Oleh EVA PARDIANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Indonesia Periode 1990 – 2011” merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Toto Gunarto, S.E., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi;

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi


(17)

Dosen Pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar mengarahkan penulis dalam meyelsaikan masa studi dan skripsi;

5. Bapak Yourni Atmaja, S.E., M.Si selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi;

6. Ibu Dorothy Rouly Pandjaitan, S.E. M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membantu dalam perkuliahan dan aktivitas akademik penulis selama masa studi;

7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung, yang telah memberikan didikan dan ilmu yang bermanfaat;

8. Segenap staf administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Mardiana, Ibu Suyati, Bang Herman dan staf akademik di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas bantuannya;

9. Kedua orang tuaku, terima kasih atas perlindungan, kasih sayang, cinta, dan dukungan serta pengorbanan yang selalu diberikan dengan tulus kepada anak-anaknya.

10.Adik-adikku tersayang, Evi Pardiani, Edo Parnando, Rochmadayanti, dan Salman Alfarizi. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian.

11.Sahabat-sahabatku Dioda Gamawati, Dwi Anasari, Elza Nurmarshalita, Ratih Amandarum, Yossi Yulita, dan Khusnul Mutmaina yang senantiasa

mendengarkan keluh kesahku dan memberikan semangat kepadaku. Terima kasih atas doa dan dukungan kalian.

12.Seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011.


(18)

Setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Segala kelebihan dan manfaat yang bisa diambil merupakan hasil dari bimbingan dan bantuan segenap pengajar, dan segala kelemahan dalam karya ini merupakan keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa mendatang.

Bandar Lampung, 22 Februari 2013 Penulis


(19)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Keterbukaan Indonesia terhadap modal asing baik dalam bentuk pinjaman luar negeri maupun modal asing langsung telah terjadi sejak menjelang akhir tahun 1960-an. Bantuan luar negeri menjadi suatu kebutuhan mengingat kondisi perekonomian Indonesia pada waktu itu yang memprihatinkan.

Pemerintah melakukan pinjaman luar negeri karena penerimaan pemerintah yang berasal dari pajak maupun penerimaan lainnya tidak mencukupi untuk membiayai pengeluaran pemerintah, baik untuk pengeluaran publik maupun pengeluaran aparatur. Dengan demikian pinjaman menjadi salah satu faktor yang menentukan terjadinya kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) suatu anggaran negara. Pinjaman sebagai alat untuk menutupi defisit anggaran pemerintah akan memberikan dampak terhadap neraca pembayaran yang kemudian juga berimplikasi pada kinerja anggaran pemerintah.


(20)

2

Berdasarkan Tabel 1. dapat dilihat bahwa sejak tahun 2001 – 2011 belanja negara lebih besar daripada penerimaan negara yang mengakibatkan keseimbangan umum bertanda negatif atau defisit pada setiap tahun anggaran. Dalam sebelas tahun terakhir, penerimaan negara naik sekitar 302 persen, di mana kenaikan yang sangat tajam terjadi di periode tahun 2005-2010 yaitu sekitar 200 persen.

Tabel 1. Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran APBN Tahun 2001 – 2011 (milyar rupiah)

Tahun Penerimaan Pengeluaran Defisit 2001 301078 341563 -40485 2002 298528 322180 -23652 2003 341396 376505 -35109 2004 403367 427177 -23810 2005 495224 509632 -14408 2006 637987 667129 -29142 2007 707806 757650 -49844 2008 981609 985731 -4122 2009 848763 937382 -88619 2010 995272 1042117 -46845 2011 1210600 1294999 -84399 Sumber: SEKI, Bank Indonesia

Dan belanja negara mengalami kenaikan sebesar 279 persen. Kenaikan

penerimaan ini tidak terlepas dari program reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah, kebijakan ini memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan penerimaan negara.

Salah satu sumber pembiayaan yang selama ini dipakai pemerintah untuk membiayai defisit anggaran adalah melalui pinjaman luar negeri. Adanya


(21)

3

lebih tinggi dari yang dapat dilakukan. Jika dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya maka pinjaman luar negeri tersebut akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang sangat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan penerimaan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, yang diukur dengan menggunakan indikator PDB.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1990 – 2011 sangat fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu -14,30 persen dan tertinggi terjadi pada tahun 1995 yaitu sebesar 8,22 persen . Rentang waktu 1990 – 1996 pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil. Angka inflasi yang stabil, jumlah pengangguran yang cukup rendah seiring dengan kondusifnya iklim investasi yang ditandai dengan kesempatan kerja yang terus meningkat. Pada tahun 1997 – 1998 perekonomian Indonesia runtuh akibat krisis ekonomi yang melanda secara global. Krisis ekonomi ini ditandai dengan inflasi yang meningkat tajam, nilai kurs Rupiah yang terus melemah, tingginya angka pengangguran seiring dengan menurunnya kesempatan kerja, dan semakin besarnya jumlah pinjaman luar negeri Indonesia akibat kurs Rupiah yang semakin melemah.


(22)

4

Pada tahun 1998, 2001, dan 2008 pemerintah memandang perlu melakukan

penyesuaian darurat di bidang fiskal guna menyelamatkan perekonomian nasional, sehingga terjadi shock pengeluaran pemerintah. Krisis ekonomi pada 1998

tersebut memberikan kontribusi yang besar terhadap pembengkakan pengeluaran pemerintah. Hal tersebut dikarenakan tabungan domestik yang rendah

menyebabkan investasi menurun yang pada akhirnya berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. Tingginya defisit anggaran pada tahun 2001 diikuti oleh peningkatan pinjaman luar negeri, hal ini terjadi akibat depresiasi nilai tukar Rupiah. Pada tahun 2008 pemerintah melakukan peningkatan belanja yang dialokasikan untuk program pembangunan infrastruktur dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Paket kebijakan stimulus fiskal ini bertujuan untuk menjaga kestabilan perekonomian akibat krisis global.

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pinjaman Luar Negeri Pemerintah Indonesia Tahun 1990 –2011”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap penarikan pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia?


(23)

5

2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap penarikan pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia.

b. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia.

c. Menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari studi empiris yang ada dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Masukan untuk rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan pinjaman luar negeri.

b. Syarat lulus Strata (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung


(24)

6

c. Referensi bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji masalah yang sama di masa yang akan datang.

d. Sebagai tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung terkait pinjaman luar negeri Indonesia.

D.Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. menjelaskan kerangka pemikiran penulis dari penelitian ini. Pinjaman luar negeri sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah. Dalam struktur APBN terdapat dua komponen, yaitu

APBN

PENERIMAAN PEMERINTAH

PENGELUARAN PEMERINTAH

DEFISIT APBN

PINJAMAN LUAR NEGERI

PERTUMBUHAN EKONOMI

( +) ( + )


(25)

7

penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran pemerintah yang lebih besar dari penerimaan menyebabkan defisit anggaran. Defisit anggaran juga merupakan strategi kebijakan fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk menutup defisit APBN pemerintah melakukan pinjaman luar negeri kepada negara lain dalam betuk pinjaman program dan pinjaman proyek.

E. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengeluaran pemerintah berpengaruh positif terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia, cateris paribus.

b. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia, cateris paribus.

c. Secara bersama-sama pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia, cateris paribus.

F. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun sedemikian rupa dengan tujuan agar dapat dipahami lebih mudah. Penulisan penelitian akan mengikuti format sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, dan sistematika penulisan penelitian.


(26)

8

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dikemukakan landasan teori, dan penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dikemukakan variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai hasil analisis dan pembahasannya.

BAB V : KESIMPULAN

Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.


(27)

48

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka dari tahun 1990 – 2011. Sumber data diperoleh melalui laporan Bank Indonesia.

Tabel 6. Deskripsi Data Input

Nama Data Selang periode runtun waktu

Satuan

pengukuran Sumber Data Pinjaman Luar

Negeri Tahunan Milyar Rupiah BI Pengeluaran

Pemerintah Tahunan Milyar Rupiah BI Pertumbuhan

Ekonomi Tahunan Persentase BI

B. Batasan Variabel

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu diberikan batasan variabel sebagai berikut: 1. Diferensial Pinjaman Luar Negeri (DPLN) adalah turunan pertama dari

penarikan pinjaman luar negeri pemerintah yang digunakan untuk


(28)

49

dari statistik ekonomi dan keuangan Indonesia (SEKI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

2. Diferensial Pengeluaran Pemerintah (DPP) adalah turunan pertama dari belanja pemerintah pusat pada tahun 1990 – 2011 dalam milyar rupiah. Data bersumber dari SEKI Bank Indonesia.

3. Diferensial Pertumbuhan Ekonomi (DPE) adalah turunan pertama dari tingkat pertumbuhan ekonomi dalam persentase yang diperoleh dengan menghitung pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan harga konstan 2000 pada tahun 1990 – 2011. Data bersumber dari SEKI Bank Indonesia.

C. Alat Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis informasi berupa data perkembangan masing-masing variabel, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis informasi kuantitatif (data yang dapat diukur, diuji, dan diinformasikan dalam bentuk tabel dan sebagainya).

Metode analisis data yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Uji Stationaritas (Unit root Test)

Uji Stasionaritas ini digunakan untuk melihat apakah data yang diamati stationary atau tidak sebelum melakukan regresi. Setiap data runtun waktu merupakan hasil dari suatu proses stokastik atau random yang dikatakan


(29)

50

stasionary jika memenuhi tiga kriteria, yaitu jika rata-rata dan variannya konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua data runtun waktu hanya tergantung dari kelambanan antara dua periode waktu tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji akar-akar unit (unit roots test). Uji akar unit pertama kali dikembangkan oleh Dickey-Fuller dan dikenal dengan uji akar unit Dickey-Fuller (DF). Namun, karena uji akar unit DF mengasumsikan bahwa variabel gangguan et bersifat terikat dengan

rata-rata nol, maka varian yang konstan dan tidak saling berhubungan (non-otokorelasi).

Sementara itu, uji Phillips-Perron (PP) memasukkan unsur adanya otokorelasi di dalam variabel independen berupa kelambanan diferensi. PP membuat uji akar unit dengan menggunakan metode statistik nonparametik dalam menjelaskan adanya otokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas kelambanan diferensi sebagaimana uji ADF. Prosedur untuk menentukan apakah data stasionary atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik

Mackinnon. Jika nilai absolu statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diambil menunjukkan stasionary dan jika sebaliknya, nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka data tidak stasionary.

Data ekonomi runtut waktu pada umumnya sering kali tidak stasionary pada level series sehingga menyebabkan hasil regresi meragukan atau disebut regresi


(30)

51

lancung (spurious regression). Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan atau tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi karena hubungan keduanya yang merupakan data runtun waktu hanya

menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi karena trend bukan karena hubungan antar keduanya.

Data yang tidak stasionary seringkali menunjukkan hubungan

ketidakseimbangan dalam jangka pendek, tetapi ada kecenderungan adanya hubungan keseimbangan dalam jangka panjang. Untuk itu, pembahasan selanjutnya berkaitan dengan uji kointegrasi untuk mengetahui ada tidaknya hubungan jangka panjang di dalam variabel ekonomi yang diteliti. Selanjutnya akan membangun beberapa model koreksi kesalahan untuk mengoreksi ada tidaknya ketidakseimbangan tersebut. (Widarjono, 2007)

2. Uji Kointegrasi Engle-Granger

Jika data variabel bebas dan variabel terikat, mengadung unsur akar unit atau dengan kata lain tidak stasionary, namun kombinasi linear kedua variabel mungkin saja stasionary. Seperti persamaan di bawah ini,

...(3.1) variabel gangguan et dalam hal ini merupakan kombinasi linier. Jika variabel

gangguan et ternyata tidak mengadung akar unit, data stasionary atau I(0) maka


(31)

52

panjang. Secara umum bisa dikatakan bahwa jika data runtut waktu Y dan X tidak stasionary pada tingkat level tetapi menjadi stasionary pada diferensi (difference) yang sama yaitu Y adalah I(d) dan X adalah I(d) dimana d tingkat diferensi yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi. Dengan kata lain uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika data yang digunakan dalam penelitian berintegrasi pada derajat yang sama. Konsep kointegrasi pada dasarnya adalah untuk mengetahui equilibrium jangka panjang di antara variabel-variabel yang diobservasi.

Dalam penelitian ini uji kointegrasi menggunakan uji Engle-Granger dengan diawali melakukan regresi persamaan dan kemudian mendapatkan residualnya. Dari residual ini kemudian kita uji dengan uji stasionary Phillips-Perron. Kemudian dari hasil estimasi nilai statistik Phillips-Perron dibandingkan dengan nilai kritisnya. Nilai statistik Phillips-Perron diperoleh dari koefisien β1. Jika

nilai statistiknya lebih besar dari nilai kritisnya maka variabel-variabel yang diamati saling berkointegrasi atau mempunyai hubungan jangka panjang dan sebaliknya, maka variabel yang diamati tidak berkointegrasi (Widarjono, 2007).

3. Estimasi ECM (Error Correction Model)

Error Correction Model atau ECM pertama kali digunakan oleh Sargan dan kemudian dikembangkan oleh Hendry selanjutnya dipopulerkan oleh Engle dan Granger untuk mengatasi masalah data runtut waktu yang tidak stasionary dan masalah regresi lancung. Model yang memasukkan penyesuaian untuk


(32)

53

kesalahan (Error Correction Model). Teorema representasi Granger menyatakan bahwa jika dua variabel saling berkointegrasi, maka hubungan antara keduanya dapat diekspresikan dalam bentuk ECM. (Widarjono,2007)

Model umum dari metode ECM dalam penelitian ini adalah:

DPLN= α0 + α1 DPP+ α2 DPE+ α3 ECt-1 ...(3.2)

dimana:

DPLN = Variabel diferensial penarikan pinjaman luar negeri DPP = Variabel diferensial pengeluaran pemerintah

DPE = Variabel diferensial pertumbuhan ekonomi ECt-1 = Nilai lag 1 periode dari error term

α0 = Intersep

α1,2 = koefisien dari perubahan variabel bebas

α3 = Nilai obsolut dari tingkat keseimbangan.

Jika α3 tidak signifikan, maka y menyesuaikan diri dengan perubahan x pada

waktu yang sama. Sebaliknya, jika α3 signifikan berarti bahwa y menyesuaikan

diri dengan perubahan x tidak pada waktu yang sama.

D. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Asumsi Normalitas Metode Jarque-Bera (J-B)

Uji asumsi normalitas adalah untuk mengetahui apakah data sudah tersebar secara normal. Uji normalitas residual metode OLS secara formal dideteksi dari metode yang dikembangkan oleh Jarque-Berra (J-B). Metode Jarque-Bera didasarkan pada sampel besar yang diasumsikan bersifat asymptotic. Uji


(33)

54

statistik dari J-B ini menggunakan perhitungan skewness dan kurtosis. Formula uji statistik J-B yaitu (Widarjono,2007):

JB = n {S2/6 + (K-3)2/24} ...(3.3) yang mana S adalah koefisien skewness dan K adalah koefisien kurtosis.

Jika suatu variabel didistribusikan secara normal maka koefisien S = 0 dan K = 3. Oleh karena itu, jika residual terdistribusi secara normal maka diharapkan nilai statistik J-B akan sama dengan nol. Nilai statistik J-B ini didasarkan pada distribusi chi squares dengan derajat kebebasan (df) 2. Jika nilai probabilitas ρ dari statistik J-B besar atau dengan kata lain jika nilai statistik dari J-B ini tidak signifikan maka menerima hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B mendekati nol. Sebaliknya jika nilai

probabilitas ρ dari statistik J-B kecil atau signifikan maka menolak hipotesis bahwa residual mempunyai distribusi normal karena nilai statistik J-B tidak sama dengan nol.

Ho: data tersebar normal Ha: data tidak tersebar normal.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika P Value < α 5% (2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika P Value > α 5%

Jika Ho ditolak, berarti data tidak tersebar normal. Jika Ho diterima berarti data tersebar normal.


(34)

55

2. Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan salah satu penyimpangan terhadap asumsi kesamaan varians (homoskedastisitas) yang tidak konstan, yaitu varians error bernilai sama untuk setiap kombinasi tetap dari X1, X2, …, Xp. Jika asumsi ini

tidak dipenuhi maka dugaan OLS tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), karena akan menghasilkan dugaan dengan galat baku yang tidak akurat. Adanya heterokedastisitas ini dapat dinyatakan sebagai berikut:

E (ei) = σ2 i = 1,2,..n ...(3.4) Dimana:

Untuk uji asumsi heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Metode White. Hal White mengembangkan sebuah metode yang tidak memerlukan asumsi tentang adanya normalitas pada variabel gangguan. Untuk uji White menggunakan rumusan hipotesis sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat heteroskedastisitas Ha: terdapat heteroskedastisitas

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai (n x R2) < nilai Chi-kuadrat (2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai (n x R2) > nilai Chi-kuadrat

Jika Ho ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas. Jika Ho diterima berarti tidak terdapat heteroskedastisitas.


(35)

56

3. Uji Asumsi Otokorelasi

Tidak adanya korelasi antara variabel gangguan satu observasi dengan observasi lain dikenal dengan istilah otokorelasi yang tidak sesuai dengan uji asumsi klasik. Konsekuensi dari masalah ini adalah dimana estimator dari metode OLS masih linear, tidak bias tetapi tidak mempunyai varian yang minimum.

Tahapan-tahapan estimasi dari uji ini adalah sebagai berukut: (1) penentuan orde integrasi atau melakukan uji unit root, (2) uji kointegrasi jika semua variabel tidak stasionary pada tingkat level, (3) penyusunan model error correction jika tahapan (2) terpenuhi, dan (4) melakukan uji diagnostik model terhadap asumsi-asumsi klasik.

Langkah yang dilakukan untuk mendeteksi adanya otokorelasi dalam penelitian ini menggunakan Metode Breusch-Godfrey. Breusch dan Godfrey

mengembangkan uji otokorelasi yang lebih umum dan dikenal dengan uji Langrange Multiplier (LM). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1) Estimasi persamaan regresi dengan metode OLS dan dapatkan residualnya. 2) Melakukan regresi residual et dengan variabel bebas Xt (jika ada lebih dari

satu variabel bebas maka harus memasukkan semua veriabel bebas) dan lag dari residual et-1, et-2,...et-p. Kemudian dapatkan R2 dari regresi persamaan

tersebut.

3) Jika sampel besar, maka model dalam persamaan akan mengikuti distribusi chi squares dengan df sebanyak p. Nilai hitung statistik chi squares dapat dihitung dengan:


(36)

57

dimana:

n = Jumlah Observasi p = Obs*R2

R2 = Koefisien determinasi χ2

= Chi Square

Jika (n – p) R2 yang merupakan chi squares (χ2) hitung lebih besar dari nilai kritis chi squares (χ2) pada derajat kepercayaan tertentu (α), ditolak hipotesis (H0). Ini menunjukkan adanya masalah otokorelasi dalam model. Sebaliknya jika

chi squares hitung lebih kecil dari nilai kritisnya maka diterima hipotesis nol. Artinya model tidak mengandung unsur otokorelasi karena semua p sama dengan nol.

4. Uji Asumsi Multikolinieritas

Uji asumsi multikolinieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem multikolinieritas. Dimana deteksi adanya

multikolinieritas dalam penelitian ini adalah dengan melihat korelasi parsial antarvariabel bebas. Sebagai aturan main kasar (role of thumb), jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah di atas 0,85 maka diduga ada multikolinearitas dalam model dan sebaliknya bila di bawah itu nilai koefisien korelasi maka tidak ada multikolinearitas.


(37)

58

E. Uji Hipotesis 1. Uji F

Pengujian hipotesis secara keseluruhan dengan menggunakan uji statistik F-hitung dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df 1 = (k-1) dan df 2 = (n-k). Hipotesis yang dirumuskan:

Ho: bi = 0 , variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Ha: bi ≠ 0 , ada pengaruh nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika F hitung > F-tabel (2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika F hitung ≤ F-tabel

Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

2. Uji t

Pengujian hipotesis koefisien regresi dengan menggunakan uji t pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan derajat kebebasan df = (n-k). Hipotesis yang dirumuskan:

H0: β1 = 0 variabel bebas tidak berpengaruh terhadap nilai tukar


(38)

59

Kriteria pengujiannya adalah:

(1) Ho ditolak dan Ha diterima, jika t-hitung ≥ t-tabel ; t hitung ≤t-tabel (2) Ho diterima dan Ha ditolak, jika t-hitung < t-tabel ; t-hitung > t-tabel Jika Ho ditolak, berarti variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Jika Ho diterima berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.


(39)

91

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Secara parsial variabel diferensial pengeluaran pemerintah (DPP)

berpengaruh positif terhadap peningkatan diferensial pinjaman luar negeri. Setiap kenaikan diferensial pengeluaran pemerintah sebesar satu milyar akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri sebesar 0.010446 milyar rupiah. Namun hubungan ini tidak signifikan.

2. Diferensial variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap diferensial pinjaman luar negeri. Setiap kenaikan diferensial pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan diferensial penarikan pinjaman luar negeri sebesar 2122.291 milyar rupiah. Ini berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak didorong oleh pinjaman luar negeri pemerintah.

3. Variabel diferensial pengeluaran pemerintah dan diferensial pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi diferensial pinjaman luar negeri. Kedua variabel tersebut mampu menjelaskan variabel diferensial


(40)

92

pinjaman luar negeri sebesar 81 persen, 19 persennya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan. Saran penulis untuk pemerintah dan peneliti berikutnya adalah:

1. Pemerintah harus melakukan negosiasi serius untuk pemotongan pokok pinjaman atau penghentian pembayaran bunga pokok pinjaman kepada negara debitur. Cara ini pernah sukses dilakukan oleh Filipina dan Meksiko. 2. Pemerintah harus memperkecil komposisi belanja yang tidak perlu seperti

pembelian barang mewah untuk kantor pemerintahan dan studi banding ke negara lain yang banyak menyerap angggaran. Sehingga pengeluaran pemerintah bisa lebih difokuskan pada pengeluaran untuk pembangunan. 3. Menutup kesenjangan neraca perdagagan dengan meningkatkan kualitas

komoditi ekspor seperti barang-barang furniture, produk-produk pertnian dan perkebunan agar memiliki keunggulan komparatif dengan produk negara-negara lain.

4. Mengoptimalkan peran BUMN sebagai aset negara dengan menyusun kembali strategi yang terkoordinasi berkaitan dengan pengelolaan BUMN yang telah diprivatisasi.

5. Saran kepada peneliti lain, agar lebih lebih melengkapi referensi data dan teori-teori terbaru mengenai pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi.


(41)

93

DAFTAR PUSTAKA

Ana, Noviani. 2011. Pemerintah Andalkan SBN Sebagai Instrumen Pembiayaan. Harian Berita Online Bisnis.com Edisi 31 Oktober 2011.

http://www.bisnis.com/articles/pemerintah-andalkan-sbn-sebagai-instrumen-pembiayaan

Atmaja, Adwin Surya. 2000. “Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.1, Mei 2000: 83 – 94. Universitas Kristen Petra.

Badan Pusat Statistik. 2012. PDB Berdasarkan Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 1996-2011. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan bagi

Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Basri, Yuzwar Zainul. 2000. “Anggaran Pemerintah, Transaksi Berjalan, dan Utang Luar Negeri (Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi)”. Jakarta. FE USAKTI

Basri, Yuzwar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta. Rajawali Press.

Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik No. 13/02/Th.XV, 6 Februari 2012. (www.bps.go.id)

Benedict Clements, Rina Bhattacharya, dan Toan Quoc Nguyen. 2003. “External Debt, Public Investment, and Growth in Low-Income Countries (IMF Working Paper)”. Sanjeev Gupta. IMF.

Bank Indoneisa. 2012. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia Volume III, Januari 2012. Jakarta. Bank Indonesia. (www.bi.go.id)

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Depdagri


(42)

94

Buku Saku Perkembangan Utang Negara Edisi Januari 2012. Jakarta. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Djumena, Erlangga. 2012. Perumbuhan Ekonomi Indonesia Anomali? Harian kompas online edisi 7 Agustus 2012.

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/07/07451589/Pertumbuh

an.Ekonomi.Indonesia.Anomali)

Djojosubroto, Dono Iskandar.2004. Koordinasi Kebijakan Fiskal Dana Moneter Di Indonesia, Dalam Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep Dan Implementasi. Eds. Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Djamin, Zulkarnain. 1996. Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara Negara Berkembang dan Bagaimana Mengatasinya. Jakarta. LPFE UI

Guritno, Mangkoesoebroto. 1994. Kebljakan Ekonomi Publik di Indonesia. PT Gramedia. Jakarta.

Harahap, Mahindun Dhiani Melda. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia (Tesis). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kuncoro, Haryo. 2011. “Ketangguhan APBN dalam Pembayaran Utang.” Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2011. Jakarta. Universitas

Negeri Jakarta

Listiani, Nurlia. 2004. “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Jakarta. Pusat Penelitian Ekonomi (P2E-LIPI)

Mankiw, Gregory. 2009. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga. Manurung, Romulus. 2008. “Defisiti APBN dan Ketahanan Fiskal”. Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Mansur, Amin. 2008. “Utang Luar Negeri dan Beban APBN Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas YARSI Volume 5 Nomor 1, April 2008 Nanga, Muana. 2001.Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta. PT

Raja Grafindo Persada.

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE UGM.Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


(43)

95

Negara, Dan Anggara Pendapatan dan Belanja Daerah Serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Depdagri. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. Jakarta. Bappenas.

Rancangan Undang-Undang dan Nota Keuangan Republik Indonesia. 2011. Kemeterian Keuangan Republik Indonesia.

Saleh, Samsubar. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pinjaman Luar Negeri serta Imbasnya terhadap APBN” Jurnal UNISIA, Vol. XXXI No. 70 Desember 2008.

Samuelson. Paul. A. dan Nordhaus. William D. 1997. Makro Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Soeharjoto. 2008. “Analisis Kapasitas Beban Utang Luar Negeri Indonesia”. Media Ekonomi Vol. 14 No. 1 April 2008. Jakarta. Universitas Trisakti. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta.

Rajawali Pers.

Suminto. 2004. Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara. Ditjen Anggaran Dekeu. Jakarta. Departemen Keuangan Republik

Indonesia.

Tarmidi, Lepi T. 1999. “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran Imf Dan Saran”. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Maret 1999. Jakarta. Bank Indonesia (www.bi.go.id)

Tesamaris, Andiarma dan Nurhayati. 2005. “Analisis Kausalitas Antara Hutang Luar Negeri Dengan Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Indonesia Tahun 1978 - 2003: Pendekatan Error Correction Model (ECM).” Jurnal Ekonomi Pembangunan VoL 4 No. 2, Desember 2005,109– 12. Surakarta. Universitas Muhamadiyah

Todaro & Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta. Erlangga.

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh. Jakarta. Erlangga.

Widharma, I Wayan Gayun, I Made Kembar Sri Budhi, dan A A I N Marhaeni.

2010 Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia : Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Berpengaruh” Jurnal Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bali. Universitas Udayana


(44)

96

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Ekonisis FE UII


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada Bab IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Secara parsial variabel diferensial pengeluaran pemerintah (DPP)

berpengaruh positif terhadap peningkatan diferensial pinjaman luar negeri. Setiap kenaikan diferensial pengeluaran pemerintah sebesar satu milyar akan menyebabkan kenaikan pinjaman luar negeri sebesar 0.010446 milyar rupiah. Namun hubungan ini tidak signifikan.

2. Diferensial variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap diferensial pinjaman luar negeri. Setiap kenaikan diferensial pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan diferensial penarikan pinjaman luar negeri sebesar 2122.291 milyar rupiah. Ini berarti pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak didorong oleh pinjaman luar negeri pemerintah.

3. Variabel diferensial pengeluaran pemerintah dan diferensial pertumbuhan ekonomi secara bersama-sama mempengaruhi diferensial pinjaman luar negeri. Kedua variabel tersebut mampu menjelaskan variabel diferensial


(2)

pinjaman luar negeri sebesar 81 persen, 19 persennya dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan. Saran penulis untuk pemerintah dan peneliti berikutnya adalah:

1. Pemerintah harus melakukan negosiasi serius untuk pemotongan pokok pinjaman atau penghentian pembayaran bunga pokok pinjaman kepada negara debitur. Cara ini pernah sukses dilakukan oleh Filipina dan Meksiko. 2. Pemerintah harus memperkecil komposisi belanja yang tidak perlu seperti

pembelian barang mewah untuk kantor pemerintahan dan studi banding ke negara lain yang banyak menyerap angggaran. Sehingga pengeluaran pemerintah bisa lebih difokuskan pada pengeluaran untuk pembangunan. 3. Menutup kesenjangan neraca perdagagan dengan meningkatkan kualitas

komoditi ekspor seperti barang-barang furniture, produk-produk pertnian dan perkebunan agar memiliki keunggulan komparatif dengan produk negara-negara lain.

4. Mengoptimalkan peran BUMN sebagai aset negara dengan menyusun kembali strategi yang terkoordinasi berkaitan dengan pengelolaan BUMN yang telah diprivatisasi.

5. Saran kepada peneliti lain, agar lebih lebih melengkapi referensi data dan teori-teori terbaru mengenai pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ana, Noviani. 2011. Pemerintah Andalkan SBN Sebagai Instrumen Pembiayaan. Harian Berita Online Bisnis.com Edisi 31 Oktober 2011.

http://www.bisnis.com/articles/pemerintah-andalkan-sbn-sebagai-instrumen-pembiayaan

Atmaja, Adwin Surya. 2000. “Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya”, Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No.1, Mei 2000: 83 – 94. Universitas Kristen Petra.

Badan Pusat Statistik. 2012. PDB Berdasarkan Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 1996-2011. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Basri, Faisal. 2002. Perekonomian Indonesia, Tantangan dan Harapan bagi

Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Basri, Yuzwar Zainul. 2000. “Anggaran Pemerintah, Transaksi Berjalan, dan Utang Luar Negeri (Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi)”. Jakarta. FE USAKTI

Basri, Yuzwar Zainul dan Mulyadi Subri, 2005. Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri. Jakarta. Rajawali Press.

Badan Pusat Statistik. 2012. Berita Resmi Statistik No. 13/02/Th.XV, 6 Februari 2012. (www.bps.go.id)

Benedict Clements, Rina Bhattacharya, dan Toan Quoc Nguyen. 2003. “External Debt, Public Investment, and Growth in Low-Income Countries (IMF Working Paper)”. Sanjeev Gupta. IMF.

Bank Indoneisa. 2012. Statistik Utang Luar Negeri Indonesia Volume III, Januari 2012. Jakarta. Bank Indonesia. (www.bi.go.id)

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara. Depdagri


(4)

Buku Saku Perkembangan Utang Negara Edisi Januari 2012. Jakarta. Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta. Erlangga.

Djumena, Erlangga. 2012. Perumbuhan Ekonomi Indonesia Anomali? Harian kompas online edisi 7 Agustus 2012.

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/08/07/07451589/Pertumbuh an.Ekonomi.Indonesia.Anomali)

Djojosubroto, Dono Iskandar.2004. Koordinasi Kebijakan Fiskal Dana Moneter Di Indonesia, Dalam Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep Dan Implementasi. Eds. Heru Subiyantoro dan Singgih Riphat. Jakarta. Penerbit Buku Kompas.

Djamin, Zulkarnain. 1996. Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara Negara Berkembang dan Bagaimana Mengatasinya. Jakarta. LPFE UI

Guritno, Mangkoesoebroto. 1994. Kebljakan Ekonomi Publik di Indonesia. PT Gramedia. Jakarta.

Harahap, Mahindun Dhiani Melda. 2007. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia (Tesis). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Kuncoro, Haryo. 2011. “Ketangguhan APBN dalam Pembayaran Utang.” Buletin

Ekonomi Moneter dan Perbankan, April 2011. Jakarta. Universitas

Negeri Jakarta

Listiani, Nurlia. 2004. “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi”. Jakarta. Pusat Penelitian Ekonomi (P2E-LIPI)

Mankiw, Gregory. 2009. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta. Erlangga. Manurung, Romulus. 2008. “Defisiti APBN dan Ketahanan Fiskal”. Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Mansur, Amin. 2008. “Utang Luar Negeri dan Beban APBN Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas YARSI Volume 5 Nomor 1, April 2008 Nanga, Muana. 2001.Makroekonomi: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta. PT

Raja Grafindo Persada.

Nopirin. 2000. Ekonomi Moneter. Buku II. Edisi ke 1. Cetakan Kesepuluh. BPFE UGM.Yogyakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


(5)

Negara, Dan Anggara Pendapatan dan Belanja Daerah Serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Depdagri. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Tata

Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah. Jakarta. Bappenas.

Rancangan Undang-Undang dan Nota Keuangan Republik Indonesia. 2011. Kemeterian Keuangan Republik Indonesia.

Saleh, Samsubar. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pinjaman Luar

Negeri serta Imbasnya terhadap APBN” Jurnal UNISIA, Vol. XXXI No.

70 Desember 2008.

Samuelson. Paul. A. dan Nordhaus. William D. 1997. Makro Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Soeharjoto. 2008. “Analisis Kapasitas Beban Utang Luar Negeri Indonesia”. Media Ekonomi Vol. 14 No. 1 April 2008. Jakarta. Universitas Trisakti. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta.

Rajawali Pers.

Suminto. 2004. Pengelolaan APBN dalam Sistem Manajemen Keuangan Negara. Ditjen Anggaran Dekeu. Jakarta. Departemen Keuangan Republik

Indonesia.

Tarmidi, Lepi T. 1999. “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran Imf

Dan Saran”. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Maret 1999.

Jakarta. Bank Indonesia (www.bi.go.id)

Tesamaris, Andiarma dan Nurhayati. 2005. “Analisis Kausalitas Antara Hutang Luar Negeri Dengan Defisit Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Indonesia Tahun 1978 - 2003: Pendekatan Error Correction Model (ECM).” Jurnal Ekonomi Pembangunan VoL 4 No. 2, Desember 2005,109– 12. Surakarta. Universitas Muhamadiyah

Todaro & Smith. 2008. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jakarta. Erlangga.

Todaro, Michael. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh. Jakarta. Erlangga.

Widharma, I Wayan Gayun, I Made Kembar Sri Budhi, dan A A I N Marhaeni.

2010 Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia : Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Berpengaruh” Jurnal Program Pascasarjana Universitas Udayana. Bali. Universitas Udayana


(6)

Widarjono, Agus. 2007. Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta. Ekonisis FE UII