commit to user
9
B. Bank Perkreditan Rakyat BPR
1.
Definisi Bank Perkreditan Rakyat BPR Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah lembaga keuangan bank
yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan dan bentuk lainnya yang dipersamakan.
Status Bank Perkreditan Rakyat BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa
BKD, Bank Kredit Kecamatan BKK dan masih banyak lagi. Pemerintah Republik Indonesia pada bulan Oktober 1988
mengekuarkan Keputusan Pemerintah mengenai Reformasi Perbankan dan Sektor Keuangan atau Pakto 88 yang salah satu dampaknya adalah
munculnya salah satu jenis Lembaga Keuangan Mikro yang bisa disebut Bank Perkreditan Rakyat BPR. Bank Perkreditan Rakyat yang pertama
kali lahir di Jawa Tengah tepatnya di Banyumas, lahir karena kebanyakan penderitaan yang dialami oleh pegawai, petani serta pengusaha kecil. BPR
mempunyai target sasaran baik para pengusaha yang sudah mapan maupun yang membuka usaha di pasar. Awal pendirian Bank Perkreditan Rakyat
membutuhkan modal setor sekitar 500 juta sampai 5 milyar. Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi calon peminjam antara lain :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP dan Kartu Keluarga KK b. Bukti pembayaran telepon dan listrik pada bulan terakhir.
c. Agunan, biasanya berupa Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor BPKB, sertifikat tanah atau bangunan yang dimiliki.
commit to user
10
2.
Kegiatan Usaha Bank Perkreditan Rakyat BPR Usaha Bank Perkreditan Rakyat BPR meliputi usaha untuk
menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan Subagyo dkk : 1997
Usaha-Usaha yang Dilakukan Bank Perkreditan Rakyat BPR : a. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk deposito berjangka,
tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan. b. Memberi kredit.
c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.
d. Menempatkan dananya dalam bentuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan atau tabungan pada bank lain.
Usaha yang Tidak Boleh Dilakukan Bank Perkreditan Rakyat BPR : a. Menerima simpanan berupa giro.
b. Melakukan kegiatan usaha dalam bentuk valas. c. Melakukan penyerahan modal dengan prinsip prudent banking dan
concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah. d. Melakukan usaha perasuransian.
e. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha Bank Perkreditan Rakyat BPR.
3.
Bentuk Hukum Suatu Bank Perkreditan Rakyat BPR Bentuk hukum suatu bank perkreditan rakyat BPR dapat berupa :
commit to user
11 a. Perusahaan Daerah
Perusahaan daerah adalah perusahaan yang modalnya dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana kekayaan perusahaan dipisahkan dari
kekayaan negara. Tujuan perusahaan daerah adalah untuk mencari keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk pembangunan
daerahnya. b. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang- seorang atau badan usaha koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar asas kekeluargaan. Modal terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, hutang dan sisa hasil
usaha yang tak dibagi. Tujuan koperasi untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya.
c. Perseroan Terbatas PT Pemegang
saham sebagai
pemilik perusahaan
bertanggungjawab terbatas terhadap hutang-hutang perusahaan sebesar modal yang disetor. Tujuan PT adalah untuk memperoleh laba
maksimal, dimana laba tersebut sebagian dibagi kepada para pemegang saham dalam bentuk deviden dan sebagian untuk
menambah modal serta membentuk cadangan.
4.
Syarat-syarat Pendirian Bank Perkreditan Rakyat BPR Tahapan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan izin usaha
BPR dari Menteri Keuangan menurut Martono 2004 adalah:
commit to user
12 a. Tahapan persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank Perkreditan Rakyat BPR. Permohonan untuk memperoleh persetujuan prinsip, harus melampirkan :
1 Rancangan anggaran dasar; 2 Daftar calon pemegang saham, susunan direksi dan dewan
komisaris; 3 Rencana susunan organisasi;
4 Rencana kerja; dan 5 Bukti penyetoran sekurang-kurangnya sebesar 30 dari modal
yang harus disetorkan sebagai modal setoran sekurang-kurangnya Rp 50.000.000,- lima puluh juta rupiah.
b. Tahap izin usaha, yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan usaha setelah persiapan sebagaimana yang dimaksud dalam butir 1
di atas. Sewaktu melakukan pengajuan izin usaha disertai dengan melampirkan keterangan tentang Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP.
C. Kredit