Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

(1)

FAKTORR-FAKTOR (Studi K Diaj U D DEPART FAKUL U

R YANG M

Kasus di Du Kecam Kabu ajukan Gun Untuk Memp Departemen D HOTN TEMEN IL LTAS ILM UNIVERSI MEMPENG MUDA usun IX Ser matan Perc

upaten Del

SKRIP

na Memenu mperoleh Ge n Ilmu Kes

DISUSUN NATALIA 0909020 LMU KESE MU SOSIAL ITAS SUM MEDA 2013 GARUHI PE A roja Pasar cut Sei Tua li Serdang)

PSI

uhi Salah Sa elar Sarjana sejahteraan OLEH A NAIBAHO 029 EJAHTER L DAN ILM MATERA U AN 3 ERNIKAH VII Tembu an atu Syarat a Sosial Sosial O RAAN SOSI MU POLIT UTARA HAN USIA ung IAL TIK


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hotnatalia Naibaho

Nim : 090902029

ABSTRAK

FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG) Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 Halaman, 4 Tabel, dan 6 Lampiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Pernikahan usia muda saat ini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Terjadinya perkawinan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan perkawinan di usia muda.

Penelitian dilakukan di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 6 orang dan seorang tokoh agama. Teknik pengumpulan data dengan dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan pernikahan usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dikarenakan hamil di luar nikah (Marrige By Acident) dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka menikah di usia muda seperti faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai), faktor dorongan orang tua/ keluarga, juga faktor pendidikan yang begitu rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan.

Kata Kunci :Faktor ekonomi, pendidikan, kemauan sendiri, orang tua/ keluarga, hamil diluar nikah, pernikahan usia muda


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Hotnatalia Naibaho Nim : 090902029

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING YOUNG AGE MARRIAGE (CASE STUDY DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG SUBDISTRIC PERCUT SEI TUAN

DELI SERDANG REGENCY)

(This thesis consists of 6 chapters, 87 Pages, 4 Tables and 6 Appendix) Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung subdistric Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a young age.

The study was conducted in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. This study is descriptive, where informants in this study is that couples who had been married at a young age as many as 6 people and a religious leader. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it can be concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre.

Key words :Economic factors, education, willingness it self, parents / families, mass media, pregnancy outside marriage, marriage young age


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan dari semua pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Maka Melalui kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik.

2. Ibu Hairani Siregar, S.sos, M.Sp, selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si. Ph.D, selaku dosen pembimbing yang

telah menyediakan waktu untuk membimbing, memberikan arahan dan dukungan serta masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Kepada kedua orangtua saya, Bapak R. Naibaho dan mama Nurmala. Br.

Simbolon, yang talah memberikan doa, dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Kepada abang-abang, kakak saya dan adik saya yang saat ini sedang


(5)

6. Buat teman saya Julia Hartati Br. Pasaribu yang sama-sama berjuang. Trimakasi buat dukungannya. Kepada Anita Romauli Priskila Purba (bebek) dan Vera Br. Simbolon. Ayo cepat kerjakan skripsi jangan cari job aja trus.

7. Buat keluarga bogul (Obok/ Josua, Gomos, Odel, Mesra dan Nesry).

Kepada Juliarni Sipayung, Evi, Jane, dan cek Henny trimakasih atas dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Buat teman-teman kesos 09 dan adik stambuk ( Hana, Desi dan Riada)

yang mendukung dalam penulisan skripsi ini. Buat teman-teman yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih saya ucapkan.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dan bekerja keras dalam menyusun skripsi ini. Namun, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi isi maupun penulisan dari skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2013

Penulis, Hotnatali Naibaho


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR BAGAN...ix

DARTAR LAMPIRAN………x

BAB I. PENDAHULUAN ...….1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan Penelitian ...10

1.4. Manfaat Penelitian ...10

1.5. Sistematika Penulisan…………...………...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...12

2.1. Pernikahan………...12

2.1.1. Pengertian Pernikahan ...12

2.1.2. Tujuan Pernikahan………..………...….…...15

2.2. Pernikahan Usia Muda ...17

2.2.1. Pengertian Pernikahan Usia Muda………….………...……...……17

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda.…...…19

2.2.3 Risiko Pernikah Usia Muda ……….………....24

2.2.4 Usia ideal untuk menikah …….………...…26


(7)

2.4. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional..……….………...33

2.4.1. Defenisi Konsep………..…….………..…...33

2.4.2. Defenisi Oprasional ………….…..………..….…34

BAB III. METODE PENELITIAN ...37

3.1. Tipe Penelitian...37

3.2. Lokasi Penelitian ……..………...37

3.3 Unit Analisis dan Informan………..…………...38

3.3.1. Unit Analisis………..…………...38

3.3.2. Informan………..………….…38

3.3.2.1. Informan Kunci………..………..38

3.3.2.2 Informan Tambahan………..………....39

3.4. Teknik Pengumpulan Data ……….………….…….39

3.5 Teknik Analisis Data……….……….…40

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN…….…..……..……….41

4.1. Lokasi dan Luas Desa……….………..……….…41

4.2. Tata Ruang Desa………..………..42

4.3. Cara Mencapai Desa………..……….43

4.4. Kondisi Sosial Ekonomi………..………...47

4.4.1. Penduduk………..……….……….….47

4.4.2. Menurut Agama………..……….………....48

4.4.3. Menurut Mata Pencaharian…………..……….………...49


(8)

4.5.1. Fasilitas Jalan dan Jembatan………..…..………50

4.5.2. Fasilitas Pendidikan ………...…………51

4.5.3. Fasilitas Beribadah ……….52

BAB V. ANALISIS DATA………....53

5.1. Temuan………...53

5.1.1. Informan I ………..…54

5.1.2. Informan II ………..…..58

5.1.3. Informan III ……….……..61

5.1.4. Informan IV ……….………..64

5.1.5. Informan V ………...68

5.1.6. Informan VI ……….…..71

5.1.7. Informan VII ……….73

5.2. Analisis Data……….….…75

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN……….……84

6.1. Kesimpulan……….…...84

6.2. Saran……….….…85

DAFTAR PUSTAKA……….….…..86 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Hal

1. Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin 47

2. Tabel 4.2 Persentase Penduduk Berdasarkan Agama 48

3. Tabel 4.3 Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian 49


(10)

DAFTAR BAGAN

No Bagan Hal


(11)

LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara

2. Foto

3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

4. Surat Keputusan Komisi Pembimbing Penulisan Poposal/Penelitian Skripsi

5. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


(12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Hotnatalia Naibaho

Nim : 090902029

ABSTRAK

FAKTOR-FATOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA (STUDI KASUS DI DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG

KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG) Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 87 Halaman, 4 Tabel, dan 6 Lampiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Pernikahan usia muda saat ini banyak terjadi dibeberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa. Seperti yang terjadi di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Terjadinya perkawinan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan perkawinan di usia muda.

Penelitian dilakukan di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana informan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang telah menikah di usia muda yaitu sebanyak 6 orang dan seorang tokoh agama. Teknik pengumpulan data dengan dengan studi pustaka, studi lapangan, wawancara mendalam dan observasi. Data yang didapat di lapangan kemudian dianalisis oleh peneliti yang dijelaskan secara kualitatif, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menjadi faktor dominan pernikahan usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan dikarenakan hamil di luar nikah (Marrige By Acident) dan bukan hanya itu saja ada faktor lain yang menyebabkan mereka menikah di usia muda seperti faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai), faktor dorongan orang tua/ keluarga, juga faktor pendidikan yang begitu rendah dikarenakan keadaan ekonomi yang serba pas-pasan.

Kata Kunci :Faktor ekonomi, pendidikan, kemauan sendiri, orang tua/ keluarga, hamil diluar nikah, pernikahan usia muda


(13)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE

Name : Hotnatalia Naibaho Nim : 090902029

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING YOUNG AGE MARRIAGE (CASE STUDY DUSUN IX SEROJA PASAR VII TEMBUNG SUBDISTRIC PERCUT SEI TUAN

DELI SERDANG REGENCY)

(This thesis consists of 6 chapters, 87 Pages, 4 Tables and 6 Appendix) Marriage is a very important event and never forgotten in the course of one's life in a form and build a happy family. Marriage at a young age is a lot happening in some circles both in cities and villages. As in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung subdistric Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. The marriage at a young age is influenced by various factors that encourage them to establish a marriage at a young age.

The study was conducted in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan Deli Serdang regency. This study is descriptive, where informants in this study is that couples who had been married at a young age as many as 6 people and a religious leader. Data collection techniques to the study of literature, field studies, in-depth interviews and observation. The data obtained in the field and then analyzed by researchers who described qualitatively, so that in the end it can be concluded from these findings.

The results showed that the dominant factor in the young marriage in Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Percut Sei Tuan due to pregnancy out of wedlock (Marrige By acident) and not only that, there are other factors that cause them to get married at a young age as factors willingness it self (feel 've loved each other) , factor encouragement of parents / families, as well as the educational factor is so low due to the economic situation which is toomediocre.

Key words :Economic factors, education, willingness it self, parents / families, mass media, pregnancy outside marriage, marriage young age


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam mempersiapkan segala sesuatu yang meliputi aspek fisik, mental, dan sosial ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan suatu masyarakat, bangsa dan negara.

Pernikahan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak memandang pada profesi, agama, suku bangsa, miskin atau kaya, tinggal di desa atau di kota. Namun tidak sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik fisik maupun mental akan mencari pasanggannya sesuai dengan apa yang diinginkannya.

Dalam UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa pernikahan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) pernikahan dapat dan dilakukan jika pihak laki-laki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk melangsungkan pernikahan masing-masing calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun, harus mendapat izin kedua orangtua, sesuai dengan kesepakatan pihak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah melakukan kerjasama dengan


(15)

MOU yang menyatakan bahwa Usia Pernikahan Pertama diijinkan apabila pihak pria mencapai umur 25 tahun dan wanita mencapai umur 20

Secara umum dapat dikatakan patokan minimal usia itu tergolong muda. Batasan usia tersebut terlalu muda baik dilihat dari kondisi fisik maupun pisikis, karena dengan kondisi demikian sukar untuk merealisasikan tujuan kebahagiaan lahir batin sebagaimana menjadi maksud dari UU No. 1 tahun 1974

Dalam kehidupan manusia pernikahan bukan bersifat sementara tetetapi untuk seumur hidup. Sayangnya tidak semua orang bisa memahami hakekat dan tujuan dari pernikahan yang seutuhnya yaitu, mendapatkan kabahagiaan yang sejati dalam berumahtangga.

Tingginya angka perceraian di Indonesia membuktikan perceraian ini banyak terjadi akibat dari suami atau isteri yang ketika menghadapi masalah yang tak kunjung dapat ia selesaikan mereka lalu merasa tidak bahagia ironisnya lagi, dalam tekanan akibat masalah yang menimpanya itu, kemudian mereka secara tidak sadar menggugat dirinya sendiri dengan menanyakan apakah ia tidak layak mendapatkan kebahagiaan. Padahal kebahagiaan itu bersifat relatif. Karena sifatnya yang relatif itu, maka ketika kebahagiaan semakin dicari, maka kita akan semakin sulit mendapatkannya.

Kasus perceraian yang terjadi tahun 2010, yakni sebanyak 285.184 kasus. Berdasarkan data yang dirilis Direktur Jendral Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, tahun 2012 jumlah penduduk Indonesia yang menikah sebanyak 2 juta orang, sementara 285.184 perkara yang berakhir dengan perceraian.


(16)

Perceraian seringkali terjadi akibat faktor ekonomi, dan ketidakcocokan individu dalam perjalanan rumahtangganya karena mereka mempertahankan ego masing-masing. Perceraian dianggap sebagai salah satu pilihan cepat yang ditempuh banyak pasangan setelah merasa terjebak dalam situasi yang dirasa kian menjemukan. Sudah tidak ditemukannya lagi sesuatu yang dicari dari pasangannya seperti yang diharapkan sebelum menikah. Persepsi yang telah berubah dan harapan yang tidak terpenuhi pun turut mendorong keinginan untuk bercerai.

Begitu juga dengan kesiapan finansial, karena finansial merupakan syarat mutlak yang harus ada di dunia. Tanpa finansial, suatu pernikahan tidak akan terwujud. Bagaimana mungkin suatu pernikahan akan terwujud bila tanpa modal materi, apalagi pada zaman sekarang ini. Kesiapan fiansial dalam hal ini juga berkaitan dengan kesiapan manusia untuk memberi nafkah pada keluarganya nanti. Karena itu, seseorang yang mau menikah harus mempunyai pekerjaan terlebih dahulu atau minimal mempunyai modal finansial dalam menghidupi keluarganya nanti (Bachtiar, 2004:22)

Pernikahan pada hakikatnya bukan hanya ikatan untuk melegalkan hubungan biologis namun juga membentuk sebuah keluarga yang menuntut pelaku pernikahan mandiri dalam berpikir dan menyelesaikan masalah dalam pernikahan. Karena pernikahan merupakan ikatan yang kuat didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup. Dan tentunya dalam jangka waktu yang lama dan didalam pernikahan tersebut terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak


(17)

untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis serta mendapatkan keturunan.

Pernikahan usia muda merupakan istilah yang sudah tidak asing di telinga kita. Mengingat pernikahan usia muda bukan menjadi suatu hal baru untuk diperbincangkan. Masalah ini sering diangkat dalam berbagai seminar dan diskusi. Tema tersebut juga sering dibicarakan oleh media massa, baik elektronik maupun non-elektronika. Masalah ini memang sebagai suatu tema yang laris menggundang peminat, maka tidak mengherankan meskipun hal ini sering dibahas namun selalu ramai dan mendapat perhatian, khususnya dari kalangan kawula muda.

Pernikahan usia muda juga masih banyak dijumpai di negara berkembang termasuk Indonesia. Sebenarnya pernikahan usia muda pada jaman teknologi seperti sekarang ini merupakan kemunduran ke masa lampau, ketika pendidikan masih belum berkembang. Pernikahan usia muda tidak hanya terjadi di desa-desa tetetapi juga di kota-kota besar akibat pergaulan bebas yang mengakibatkan kehamilan.

Pernikahan usia muda tersebut dilakukan di beberapa kalangan baik yang ada di kota maupun di desa, sehingga hal tersebut menuai kontroversi. Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia tahun 2007 terkait dengan pernikahan usia muda, dibeberapa daerah tercatat sepertiga dari jumlah pernikahan terdata dilakukan pasangan usia di bawah 16 tahun. Di Jawa Timur, angka pernikahan dini mencapai 39,43%; Kalimantan Selatan 35,48%; Jambi 30,63%; dan Jawa Barat 36% (Kertamuda, 2009:30).


(18)

Kasus pernikahan usia dini, juga tidak hanya terjadi pada masyarakat pedesaan tetapi juga pada masyarakat wilayah perkotaan yang tingkat pendidikannya rata-rata lebih tinggi. Menurut data laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang pencapaian target Tujuan Pembangunan Millenium Development Goals Indonesia tahun 2008, sebanyak 34,5% dari 2.049.000 pernikahan yang terjadi setiap tahun merupakan pernikahan usia dini. Pada tahun 2011 terjadi 696.660 kasus pernikahan usia dini, di Jawa Timur angkanya bahkan lebih tinggi dari angka rata-rata nasional, sampai 39%. (Bappenas, 2009).

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Pusat Kajian dan

Perlindungan Anak di Indonesia, lebih dari 20 % masyarakatnya menikahkan

anak-anaknya dalam usia muda. Rata-rata anak yang dinikahkan pada usia muda berusia antara 10-18 tahun dan didominasi perempuan. Perbandingan jumlah angkanya bisa mencapai tiga kali lipat dari jumlah anak lelaki yang dinikahkan dini. Sebab, dari data statistik tahun 2005, jumlah perempuan yang menikah usia dini/muda mencapai 1600 orang sedangkan lelaki sekitar sekitar 500 orang. Persentasi ini membuktikan masih sangat banyak masyarakat yang tidak

mengetahui mengenai dampak dan sebab akibat pernikahan usia muda tersebut.

Kemungkinan lain, informasi mengenai kesehatan reproduksi masih sangat kurang disosialisasikan

Kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Usia 20 – 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka,


(19)

kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi siremaja masih ingin bertualang menemukan jati dirinya.

Menurut Hoffman dkk (dalam Adhim: 2002, 38) mengatakan bahwa usia 20 sampai dengan 24 tahun adalah sebagai saat terbaik untuk menikah dan selain untuk keutuhan rumah tangga. Rentan usia ini juga paling baik untuk mengasuh anak pertama. Senada dengan hal tersebut Rudangta juga mengatakan bahwa idealnya untuk menikah adalah pada saat dewasa awal yaitu berusia 20 tahun sebelum 30 tahun untuk wanita sedangkan untuk laki-laki adalah 25 tahun. Mengingat baik secara biologis dan psikis sudah matang, sehingga fisiknya untuk memiliki keturunan sudah cukup matang. Artinya risiko melahirkan anak cacat atau meninggal itu tidak besar (http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory /2008/10/29/29 /158639/ketahuirisiko- pernikahan-dini-yuk, diakses pukul 21.35 WIB, 6 Oktober 2012).

Kematangan emosi merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan pernikahan. Pasangan suami istri yang memiliki kematangan emosi ketika memasuki gerbang pernikahan akan cenderung lebih mampu dalam mengelola segala perbedaan yang muncul. Adhim (2002: 109) menyebutkan bahwa:

Keberhasilan suatu rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh kematangan emosi, baik suami maupun istri. Paling tidak salah seorang dari mereka perlu memiliki kematangan emosi yang sangat tinggi agar bisa mengelola rumah tangga dengan lebih baik. Jika tidak, rumah tangga akan rentan konflik yang berkepanjangan.


(20)

Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan pernikahan. Karena dengan bertambahnya kematang emosi ataupun cara berpikir seseorang akan lebih bisa menghadapi permasalahan dalam rumah tangga baik suami maupun istri. Karena memasuki suatu pernikahan dituntut untuk melibatkan diri secara emosional atau batin, dalam hal ini bahwa individu yang telah memasuki lembaga pernikahan harus mampu mengendalikan dan mengembangkan kebutuhan emosional dengan pasangan hidupnya agar tercapai sebuah suasana rumah tangga yang bahagia, seperti yang menjadi tujuan dari dilaksanakannya pernikahan.

Pernikahan yang sukses membutuhkan kedewasaan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab terjadinya pernikahan di usia muda dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan di usia muda.

Pernikahan pada usia muda biasanya kurang memperoleh keturunan yang

berkualitas dan tingkat kesejahteraan rumah tangga rendah. Karena kondisi

ekonomi sangat berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga sehingga tingkat ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam keluarga. Akibatnya banyak masalah yang ditemui karena kondisi keuangan yang memperihatinkan sehingga menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak harmonis.

Kedewasaan ibu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak, karena ibu yang telah dewasa secara psikologis akan akan lebih terkendali emosi maupun tindakannya, bila dibandingkan dengan para ibu muda.


(21)

Selain mempengaruhi aspek fisik, umur ibu juga mempengaruhi aspek psikologi anak, ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti keterampilan mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya.

Pernikahan di usia muda juga dapat menimbulkan resiko kesehatan bagi anak perempuan, terutama bila terjadi kehamilan di usia muda. Hal ini dikarenakan kematangan secara biologis yang belum betul-betul sempurna dapat mengakibatkan kematian saat melahirkan. Selain itu, kematangan secara pribadi juga masih belum maksimal. Untuk itu, setiap pasangan perlu matang secara pribadi dalam menghadapi lingkungan yang berbeda satu sama lain. Keluarga besar terkadang memiliki peran yang kuat dalam kehidupan rumah tangga pasangan suami istri, sehingga keputusan keluarga cenderung lebih dominan. Permasalahan-permasalahan yang terjadi perlu disikapi secara matang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dari pasangan tersebut.

Pernikahan pada usia muda juga banyak terjadi di Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Desa Sambirejo Timur. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan di usia muda didaerah ini. Apabila kita cermati dengan seksama yang mendasari terjadinya pernikahan di usia muda khususnya di masyarakat adalah karena adanya beberapa faktor seperti faktor ekonomi, bahwa pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.


(22)

Kondisi ekonomi masyarakat di Tembung masih tergolong rendah. Apalagi dewasa ini pemenuhan kebutuhan sehari-hari dirasakan sangat berat, dengan naiknya harga-harga kebutuhan pokok, dan banyaknya anak yang putus sekolah dan tidak mampu melanjutkan kejenjang pendidikan, sehingga mereka banyak mencari pekerjaan untuk meringankan baban orang tuanya. Anak laki-laki bekerja sebagai kuli, menjadi tukang cuci motor dan kuli bangunan, sedangkan anak-anak perempuan bekerja sebagai pembantu rumah tangga atau tinggal di rumah saja, kemudian dinikahkan. Sehingga banyak terjadi pernikahan diusia muda.

Faktor keluarga juga mempengaruhi seseorang untuk menikah pada usia yang masih tergolong muda, biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah secepatnya tanpa memikirkan umur mereka, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya dan takutnya juga anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dinikahkan ini di sebabkan karena hukum adat masih berlaku.

Pada umumnya orang tua di daerah Tembung masih berangapan bahwa seorang anak tidak perlu mengenyam pendidikan yang tinggi karena mereka akan berada di dapur dan tentunya sebagai ibu rumah tangga yang hanya akan mengurus keluarga, karena inilah banyak orang tua yang menikahakan anaknya pada usia yang masih tergolong muda.


(23)

Berdasarkan uraian tersebut ,maka peneliti tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih lanjut dengan suatu penelitian yang berjudul: “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut “ faktor-faktor apa yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia muda (Studi Kasus di dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)”?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia muda di dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pengembangan teori-teori terkit harmonisasi keluarga, model pembinaan generasi muda dan keluarga.


(24)

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I : PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematis

penulisan penelitian.

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah objek yang akan diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

Bab III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data yang lain turut memperkaya ilmiah ini.

Bab V : ANALISIS DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta analisisnya.

Bab VI : PENUTUP

Berisikan tentang kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pernikahan

2.1.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan adalah kerja sama antara dua orang yang telah sepakat untuk hidup bersama hingga hayatnya. Agar kehidupan rumah tangga ini dapat langgeng sepanjang masa, mutlak diperlukan ikatan yang kuat berupa rasa cinta dan saling memahami.

Pernikahan adalah suatu ikatan janji setia antara suami dan istri yang didalamnya terdapat suatu tanggung jawab dari kedua belaah pihak. Janji setia yang terucap merupakan sesuatu yang tidak mudah diucapkan.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangkan defenisi pernikahan menurut Duvall & Miller (1985)

“Socially recognized relationship between a man and woman that provider for sexual relationship, legitimates childbearing and establishes a division of labour between spouses”

Jadi dapat disimpulkan bahwa pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu pernikahan merupakan ikatan lahir batin dalam membina kehidupan keluarga. Dalam menjalankan kehidupan berkeluarga diharpkan kedua individu itu dapat


(26)

memenuhi kebutuhannya dan mengembangkan dirinya. Pernikahan sifatnya kekal dan bertujuan menciptakan kebahagian individu yang terlibat didalamnya.

Menurut Bachtiar (2004) defenisi pernikahan adalah pintu bagi bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi.

Terruwe menyatakan bahwa pernikahan merupakan suatu persatuan. Persatuan itu diciptakan oleh cinta dan dukungan yang diberikan oleh seorang pria pada isterinya, dan wanita pada suaminya.

Menurut Goldberg pernikahan merupakan suatu lembaga yang sangat populer dalam masyarakat, tetetapi sekaligus juga bukan suatu lembaga yang tahan uji. Pernikahan sebagai kesatuan tetap menjanjikan suatu keakraban yang bertahan lama dan bahkan abadi serta pelesatarian kebudayaan dan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan interpersonal (http://smktpi99.blogspot.com/2013 /01/pernikahan/15.html diakses pukul 11.34 WIB, 26 Februari 2013).

Menurut Kartono (1992), pengertian pernikahan merupakan suatu institusi

sosial yang diakui disetiap kebudayaan atau masyarakat. Sekalipun makna pernikahan berbeda-beda, tetetapi praktek-prakteknya pernikahan dihampir semua kebudayaan cenderung sama pernikahan menunujukkan pada suatu peristiwa saat sepasang calon suami-istri dipertemukan secara formal dihadapan ketua agama,


(27)

para saksi, dan sejumlah hadirin untuk kemudian disahkan secara resmi dengan upacara dan ritual-ritual tertentu.

Menurut Saxton pernikahan memiliki dua makna, yaitu:

a. Sebagai suatu institusi sosial. Suatu solusi kolektif terhadap kebutuhan

sosial. Eksistensi dari pernikahan itu memberikan fungsi pokok untuk kelangsungan hidup suatu kelompok dalam hal ini adalah masyarakat.

b. Makna individual. Pernikahan sebagai bentuk legitimisasi (pengesahan)

terhadap peran sebagai individual, tetetapi yang terutama, pernikahan di pandang sebagai sumber kepuasan personal.

Menurut Abdul Jumali pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita, hidup bersama dalam rumah tangga, melanjutkan keturunan menurut ketentuan hukum syariat Islam.

Hukum katholik pernikahan adalah ikatan seumur hidup antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri yang terjadi atas persetujuan kedua belah pihak yang tidak dapat ditarik kembali.

Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan diakui secara sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang menjanjikan pelestarian kebudayaan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan inter-personal.


(28)

2.1.2 Tujuan pernikahan

Bagi mayoritas penduduk Indonesia, sebelum memutuskan untuk menikah biasanya harus melalui tahap-tahapan yang menjadi prasyarat bagi pasangan tersebut. Tahapan tersebut diataranya adalah masa perkenalan atau dating kemudian setelah masa ini dirasa cocok, maka mereka akan melalui tahapan berikut yaitu meminang. Peminangan (courtship) adalah kelanjutan dari masa perkenalan dan masa berkencan (dating). Selanjutnya, setelah perkenalan secara formal melalui peminangan tadi, maka dilanjutkan dengan melaksanakan

pertunangan (mate-selection) sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk

melaksanakan pernikahan (Narwoko, dalam Kertamuda,2009:25).

Pernikahan merupakan aktivitas sepasang laki-laki dan perempuan yang

terkait pada suatu tujuan bersama yang hendak dicapai. Dalam pasal 1 Undang-Undang pernikahan tahun 1974 tersebut diatas dengan jelas disebutkan, bahwa tujuan pernikahan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Menurut Walgito (2002), masalah pernikahan adalah hal yang tidak mudah, karena kebahagiaan bersifat reltif dan subyektif. Subyektif karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain, relatif karena sesuatu hal yang pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahagiaan dan belum tentu diwaktu yang lain juga dapat menimbulkan kebahagiaan.

Masdar Helmy (dalam Bachtiar, 2004) mengemukakan bahwa tujuan

pernikahan selain memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan di dunia,


(29)

mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.

Menurut Soemijati (dalam bachtiar, 2004) tujuan pernikahan adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan keluarga bahagia dengan dasar cinta dan kasih sayang, memperoleh keturunan yang sah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh hukum.

Menurut Bachtiar (2004), membagi lima tujuan pernikahan yang paling pokok adalah:

1 Memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan

rumah tangga yang damai dan teratur

2 Mengatur potensi kelamin

3 Menjaga diri dari perbuatan-perbuan yang dilarang agama

4 Menimbulkan rasa cinta antara suami-isteri

5 Membersihkan keturunan yang hanya bisa diperoleh dengan jalan

pernikahan.

Sedangkan menurut Ensiklopedia Wanita Muslimah (dalam bacthtiar, 2004), tujuan pernikahan adalah:

1 Kelanggengan jenis manusia dengan adanya keturunan

2 Terpeliharanya kehormatan

3 Menenteramkan dan menenagkan jiwa

4 Mendapatkan keturunan yang sah


(30)

2.2 Pernikahan Usia Muda

2.2.1 Pengertian Pernikahan Usia Muda

Pernikahan usia muda dapat didefenisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami isteri di usia yang masih muda/remaja. Sehubungan dengan pernikahan usia muda, maka ada baiknya kita terlebih dahulu melihat pengertian daripada remaja (dalam hal ini yang dimaksud rentangan usianya). Golongan remaja muda adalah para gadis berusia 13 sampai 17 tahun, inipun sangat tergantung pada kematangan secara seksual, sehingga penyimpangan-penyimpangan secara kasuistik pasti ada. Dan bagi laki-laki yang disebut remaja muda berusia 14 tahun sampai 17 tahun. Dan apabila remaja muda sudah menginjak 17 sampai dengan 18 tahun mereka lajim disebut golongan muda/ anak muda. Sebab sikap mereka sudah mendekati pola sikap tindak orang dewasa, walaupun dari sudut perkembangan mental belum matang sepenuhnya.

Namun dalam prakteknya didalam masyarakat sekarang ini masih banyak dijumpai sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan di usia muda atau di bawah umur. Sehingga Undang-undang yang telah dibuat, sebagian tidak berlaku di suatu daerah tertentu meskipun Undang-Undang tersebut telah ada sejak dahulu.

Di Indonesia pernikahan usia muda berkisar 12-20% yang dilakukan oleh pasangan baru. Biasanya, pernikahan usia muda dilakukan pada pasangan usia rata-rata umurnya antara 16-20 tahun. Secara nasional pernikahan usia muda dengan usia pengantin di bawah usia 16 tahun sebanyak 26,95% (http://www.bps.go.id, diakses pada pukul 20.00 WIB,25 November 2012).


(31)

Usia ideal perempuan untuk menikah adalah 19-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang. Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi baik psikis emosional, ekonomi dan sosial.

Dalam pernikahan, usia dan kedewasaan memang menjadi hal yang harus diperhatikan bagi para pria dan wanita yang ingin melangsungkan pernikahan. Karena bila kita melihat fenomena yang ada, pada orang yang dewasa ketika berumah tangga dipandang akan dapat mengendaliakn emosi dan kemarahan yang sewaktu-waktu akan muncul dalam keluarga. Ini dimungkinkan karena kualitas akal dan mentalnya sudah relative stabil sehingga dapat mengontrol diri sendiri maupun dengan pasangan dan lingkungan sekitar. Kedewasaan dalam bidang fisik-biologis, sosial ekonomi, emosi dan tanggung jawab serta keyakinan agama, ini merupakan modal yang sangat besar dan berarti dalam upaya meraih kebahagiaan

Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak apresiatif terhadap makna menikah dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap kesakralan sebuah pernikahan. Sebagian masyarakat yang melangsungkan pernikahan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda atau di bawah umur.

Setelah melihat uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pernikahan usia muda adalah pernikahan remaja dilihat dari segi umur masih


(32)

belum cukup atau belum matang untuk membentuk sebuah keluarga. Sedangkan menurut kesehatan melihat pernikahan usai muda itu sendiri yang ideal adalah perempuan diatas 20 tahun sudah boleh menikah, sebab perempuan yang menikah dibawah umur 20 tahun beresiko terkena kanker leher rahim. Dan pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang, maka kalau terpapar human papiloma Virus HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker (Kompono, 2007).

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda

Dalam melangsungkan suatu pernikahan maka perlu mempunyai persiapan dan kematangan baik secara biologis, psikologis maupun sosial ekonomi. Namun masih ada sebagian masyarakat di dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang melangsungkan pernikahan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda tanpa mempertimbangkan kematangan biologis, pisikologis maupun ekonomi.

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Kependudukan BKKBN tahun 2011 menemukan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi median usia pernikahan pertama perempuan adalah faktor sosial, ekonomi, budaya dan tempat tinggal (desa/kota). Di antara faktor-faktor tersebut, faktor ekonomi merupakan faktor yang paling dominan terhadap median usia nikah/kawin pertama perempuan. Hal ini ditengarai disebabkan oleh kemiskinan yang membelenggu perempuan dan orang tuanya. Karena tidak mampu membiayai anaknya, maka orang tua menginginkan anaknya tersebut segera


(33)

menikah sehingga mereka terlepas dari tanggung jawab dan berharap setelah anaknya menikah mereka akan mendapatkan bantuan ekonomi (http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=7 diakses pukul 22:45 WIB,7 Januari 2012)

Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan dalam usia muda yakni menurut RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari pernikahan usia muda adalah:

a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga

b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk pernikahan terlalu muda,

baik bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.

c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.

Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya pernikahan usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat kita yaitu faktor ekonomi, pendidikan, keluarga, kemauan sendiri, media masa dan hamil diluar nikah (http://alfiyah23.student.umm.ac.id/, diakses pada tanggal 22 Januari 2013 pukul 20.00 WIB)

a. Faktor Ekonomi

Mencher (dalam Siagian, 2012) mengemukakan kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelompok orang, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan


(34)

yang layak. Sehingga dapat kita katakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah tingkat ekonomi keluarga.

Rendahnya tingkat ekonomi keluarga mendorong si anak untuk menikah diusia yang tergolong muda untuk meringankan beban orang tuanya. Dengan si anak menikah sehingga bukan lagi menjadi tanggungan orang tuanya ( terutama untuk anak perempuan ), belum lagi suami anaknya akan bekerja atau membantu perekonomian keluarga maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

b. Faktor Pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan cenderung melakukan aktivatas sosial

ekonomi yang turun temurun tanpa kreasi dan inovasi. Akibat lanjutnya produktivitas kerjanyapun sangat rendah sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara memadai. Karena terkadang seorang anak perempuan memutuskan untuka menikah diusia yang tergolong muda.

Pendidikan dapat mempengaruhi seorang wanita untuk menunda usia untuk menikah. Makin lama seorang wanita mengikuti pendidikan sekolah, maka secara teoritis makin tinggi pula usia kawin pertamanya. Seorang wanita yang tamat sekolah lanjutan tingkat pertamanya berarti sekurang-kurangnya ia menikah pada usia di atas 16 tahun ke atas, bila menikah diusia lanjutan tingkat atas berarti sekurang-kurangnya berusia 19 tahun dan selanjutnya bila menikah setelah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berarti sekurang-kurangnya berusia di atas 22 tahun.


(35)

c. Faktor Keluarga/ Orang tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga menyuruh anaknya untuk menikah

secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak di inginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda.

e. Faktor Media massa

Media cetak maupun elektronik merupakan media massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kota maupun desa. Oleh karena itu, media masa sering digunakan sebagai alat menstransformasikan informasi dari dua arah, yaitu dari media massa ke arah masyarakat atau menstransformasi diantara masyarakat itu sendiri.

Cepatnya arus informasi dan semakin majunya tehnologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali remaja. Teknologi seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, disatu sisi berdampak positif tetapi di sisi lain juga berdampak negatif. Dampak posifitnya,


(36)

munculnya imajinasi dan kreatifitas yang tinggi. Sementara pengaruh negatifnya, masuknya pengaruh budaya asing seperti pergaualan bebas dan pornografi. Masuknya pengaruh budaya asing mengakibatkan adanya pergaulan bebas dan seks bebas.

Menurut Rohmahwati (2008) paparan media massa, baik cetak (koran, majalah, buku-buku porno) maupun elektronik (TV, VCD, Internet), mempunyai pengaruh secara langsung maupun tidak langsung pada remaja untuk melakukan hubungan seksual pranikah.

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, dengan mudah bisa disaksikan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di kota-kota besar. Pernikahan pada usia remaja pada akhirnya menimbulkan masalah tidak kalah peliknya. Jadi dalam situasi apapun tingkah laku seksual pada remaja tidak pernah menguntungkan, pada hal masa remaja adalah periode peralihan ke masa dewasa. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan usia muda karena ada suatu paksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.

Berdasarkan data penelitian disejumlah daerah menunjukkan adanya trend peningkatan perilaku seks di luar nikah. Beberapa penelitian menunjukkan 21-30% remaja Indonesia dikota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, telah melakukan hubungan seks pranikah dikalangan remaja (http://www.koranindonesia.com/2008/11/05/menyelamatkan-generasi-muda/,


(37)

Data hasil penelitian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di kota besar (Medan, Jakarta Pusat, Bandung dan Surabaya) pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 35,9% remaja mempunyai teman yang sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dan 6,9% responden telah melakuka hubungan sex pranikah.(http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?Siaran Pers ID=7).

2.2.3 Risiko Pernikah Usia Muda

Masalah yang timbul dari pernikahan usia muda bagi pasangan suami istri pada umumnya adanya percekcokan kecil dalam rumah-tangganya. Karena satu sama lainnya belum begitu memahami sifat keduanya maka perselisihan akan muncul kapan saja. Karena diantara keduanya belum bisa menyelami perasaan satu sama lain dengan sifat keegoisannya yang tinggi dan belum matangnya fisik maupun mental mereka dalam membina rumah tangga memungkinkan banyaknya pertengkaran atau bentrokan yang bisa mengakibatkan perceraian.

Emosi yang tidak stabil, memungkinkan banyaknya pertengkaran jika menikah diusia muda. Kedewasaan seseorang tidak dapat diukur dengan usia saja, banyak faktor seseorang mencapai taraf dewasa secara mental yaitu keluarga, pergaulan, dan pendidikan. Semakin dewasa seseorang semakin mampu mengimbangi emosionalitasnya dengan rasio. Mereka yang senang bertengkar cenderung masih kekanak-kanakan dan belum mampu mengekang emosi.

Kesusahan dan penderitaan dalam kehidupan rumah tangga seperti; kekurangan ekonomi, pertengkaran-pertengkaran dan tekanan batin yang dialami oleh pasangan suami istri itu dapat mengakibatkan kesehatan khususnya


(38)

anak-anaknya menjadi terganggu.Pernikahan usia muda bukan hanya dari masalah kesehatan saja, dimana pernikahan diusia muda pada anak perempuan mempunyai penyumbang terbesar terhadap kanker serviks. Tetetapi punya masalah juga terhadap kelangsungan pernikahan. Pernikahan yang tidak didasari persiapan yang matang akan menimbulkan masalah dalam rumah tangga seperti pertengkaran, percekcokan, bentrok antara suami isteri yang menyebabkan terjadinya perceraian. Tidak hanya itu saja, pernikahan diusia muda mendatangkan banyak resiko seperti :

a. Kematian Ibu (Maternal Mortality)

Resiko kesehatan pada ibu yang usia muda juga tidak kalah besarnya dibanding bayi yang dikandung. Ibu kecil yang berusia antara 10-14 tahun berisiko meninggal dalam proses persalinan 5 kali lebih besar dari wanita dewasa. Persalinan yang berujung pada kematian merupakan faktor paling dominan dalam kematian gadis yang menikah di usia muda.

b. Kekerasan Rumah Tangga (Abuse and violence)

Ketidak setaraan jender merupakan konsekuensi dalam pernikahan anak. Mempelai anak memiliki kapasitas yang terbatas untuk menyuarakan pendapat, menegosiasikan keinginan berhubungan seksual, memakai alat kontrasepsi, dan mengandung anak. Demikian pula dengan aspek domestik lainnya. Dominasi pasangan seringkali menyebabkan anak rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga. Anak yang menghadapi kekerasan dalam rumah tangga cenderung tidak melakukan perlawanan, sebagai akibatnya merekapun tidak mendapat pemenuhan rasa aman baik di bidang sosial maupun finansial. Selain itu, pernikahan dengan


(39)

pasangan terpaut jauh usianya meningkatkan risiko keluarga menjadi tidak lengkap akibat perceraian, atau menjanda karena pasangan meninggal dunia

Banyak sekali pernikahan-pernikahan ini harus berakhir kembali ke pengadilan dalam waktu yang tidak lama setelah pernikahan, untuk perkara yang berbeda yaitu perceraian.

c. Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini.

Komplikasi psikososial akibat pernikahan dan kehamilan di usia dini didukung oleh suatu penelitian yang menunjukkan bahwa keluaran negatif sosial jangka panjang yang tak terhindarkan, ibu yang mengandung di usia dini akan mengalami trauma berkepanjangan, selain juga mengalami krisis percaya diri. Anak juga secara psikologis belum siap untuk bertanggungjawab dan berperan sebagai istri, partner seks, ibu, sehingga jelas bahwa pernikahan anak menyebabkan imbas negatif terhadap kesejahteraan psikologis serta perkembangan kepribadian mereka.

Masalah yang ditimbulkan dari pernikahanan usia muda tidak hanya

dirasakan oleh pasangan pada usia muda, namun berpengaruh pula pada anak-anak yang dilahirkannya. Bagi wanita yang melangsungkan pernikahan di bawah usia 20 tahun, akan mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya yang dapat membahayakan kesehatan si anak, sehingga anak mengalami gangguan perkembangan fisik dan rendahnya tingkat kecerdasan.

2.2.4 Usia ideal untuk menikah

Menurut Undang-Undang pernikahan, usia minimal untuk menikah adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria (Pasal 7 Undang-Undang No.


(40)

1/1974 tentang pernikahan). Jelas bahwa UU tersebut menganggap orang di atas usia tersebut bukan lagi anak-anak sehigga mereka sudah boleh menikah, batasan usia ini dimaksud untuk mencegah pernikahan terlalu dini. Walaupun begitu selama seseorang belum mencapai usia 21 tahun masih diperlukan izin orang tua untuk menikahkan anaknya.

Setelah berusia di atas 21 tahun boleh menikah tanpa izin orang tua (Pasal 6 ayat 2 Undang-Undang No. 1/1974). Tampaklah di sini, bahwa walaupun Undang-Undang tidak menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria bukan anak anak lagi, tetetapi belum dianggap dewasa penuh. Sehingga masih perlu izin untuk mengawinkan mereka. Ditinjau dari segi kesehatan reproduksi, usia 16 tahun bagi wanita, berarti yang bersangkutan belum berada dalam usia reproduksi yang sehat.

Di Indonesia ternyata masih banyak terjadi pernikahan di usia yang terlalu

muda. Itu semua terjadi karena pengaruh lingkungan atau karena didikan orang tua sejak kecil yang di tanamkan pada anak-anak mereka hingga masa dewasa.

Para pisikolog mengkhawatirkan pernikahan yang terjadi diusia yang muda akan menemui batu sandungan karena sangat bergantung pada keadaan jiwa seseorang. Hal itu senada yang diungkapkan oleh para dokter, bahwa sebelum melangsungkan pernikahan hendaknya calon suami istri benar-benar berpikir secara jernih dan matang terutama kesiapan jasmaninya. Karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anak-anak mereka sebaik mungkin dengan memberikan pendidikan yang memadai.


(41)

Kepada mereka hendaknya ditekankan bahwa alangkah baiknya melangsungkan pernikahan setelah mencapai usia kedewasaan. Sebab cara berpikir seseorang sangat dipengaruhi oleh tingkatan umur, semakin matang umurnya semakin matang pula cara berpikirnya.

Secara hukum pernikahan diusia 19 dan 16 tahun sah, sebab semua rukun dan syarat telah terpenuhi. Tetapi dalam pernikahan, usia dan kedewasaan memang menjadi hal yang harus diperhatikan bagi para pria dan wanita yang ingin melangsungkan pernikahan. Dari segi mental, terkadang emosi remaja belum stabil. Kestabilan emosi umumnya terjadi antara usia 24 tahun karena pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa. Usia 20-40 tahun dikatakan sebagai usia dewasa muda. Pada masa ini biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka kalau pernikahan dilakukan dibawa 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin berpetualang menemukan jati dirinya.

Bila kita melihat fenomena yang ada pada orang dewasa ketika berumah tangga dipandang akan dapat mengendaliakn emosi dan kemarahan yang sewaktu-waktu akan muncul dalam keluarga. Ini dimungkinkan karena kualitas akal dan mentalnya sudah relatif stabil sehingga dapat mengontrol diri sendiri maupun dengan pasangan dan lingkungan sekitar.

Kedewasaan dalam bidang fisik-biologis, sosial ekonomi, emosi dan tanggung jawab serta keyakinan agama, ini merupakan modal yang sangat besar dan berarti dalam upaya meraih kebahagiaan.

Bila diklasifikasikan aspek-aspek yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai ukuran kualitas pribadi, menyebabkan batasan usia nikah tidak dapat dihindari.


(42)

Setidaknya ada beberapa macam hal yang diharapkan dari pendewasaan usia, seperti:

1. Pendidikan dan keterampilan

Dalam bidang pendidikan dan keterampilan merupakan aspek yang sangat penting sebagai bekal kemampuan yang harus dimiliki bagi seseorang yang melangsungkan pernikahan. Hal ini sebagai penopang dan sumber memperoleh nafkah untuk memenuhi segala kebutuhan dalam rumah tangga.

Dalam proses pendidikan yang ditempuh diharapkan dapat terpancar ilmu pengetahuan sebagai bekal yang tiada tara bila dibandingkan dengan potensi lainnya kepala rumah tangga yang akan bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anak. besar yang tidak dapat diabaikan.

2. Psikis dan Biologis

Mentalitas yang mantap merupakan satu kekuatan besar dalam memperoleh keutuhan sebuah rumah tangga. Keseimbangan fisik dan psikis yang ada pada setiap individual manusia dapat membuahkan ketahanan dan kejernihan akal sebagai jenis persoalan yang dihadapi. Akal yang potensial baru dapat muncul setelah mengalami berbagai proses dan perkembangan. Aspek biologis merupakan potensi yang sangat dominan terhadap keharmonisan rumah tangga. Oleh karena itu keberadaannya tidak boleh diabaikan begitu saja.

3. Sosial kultural

Pada sisi ini, seorang individu diharapkan mampu membaca kondisi dilingkungan sekitar dan dapat menyesuaikannya. Hal ini agar tercipta suasana dimana dalam suatu rumah tangga yang dibina diakui keberadaannya oleh


(43)

masyarakat sekitar sebagai bagian dari anggota masyarakat sehingga keluarga yang dibentuk tidak merasa terisolasi dari pergaulan yang bersifat umum.

Secara sosiologis kedewasaan merupakan merupakan sesuatu yang didasari atas perbedaan peran sosial yang ditempati. Artinya tingkat perkembangan kedewasaan berbeda-beda sesuai dengan tempat dan lingkungannya. Bagi pasangan dalam satu keluarga perlu memahami dan membekali akan pengetahuan ini, agar kelengkapan potensi yang diperkirakan dapat tercukupi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam mempersiapkan segala sesuatunya meliputi aspek fisik, mental, dan sosial ekonomi. Pernikahan akan membentuk suatu keluarga yang merupakan unit terkecil yang menjadi sendi dasar utama bagi kelangsungan dan perkembangan suatu masyarakat bangsa dan negara.

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21-25 tahun sementara laki-laki 25-28 tahun. Karena di usia seperti ini secara fisik maupun mental sudah mampu


(44)

atau sudah ada kesiapan memikul tanggung jawab sebagai suami isteri dalam rumah tangga.

Namun masih ada sebagian masyarakat di dusun IX Seroja Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan yang melangsungkan pernikahan usia muda ini dipengaruhi karena adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan pernikahan usia muda.

a. Faktor ekonomi

Pernikahan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu.

b. Faktor pendidikan

Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, akan pentingnya pendidikan serta kurangnya pengetahuaan akan makna dan tujuaan sebuah pernikahan sehingga menyebabkan adanya kecenderungan menikahkan anaknya yang masih tergolong usia muda.

c. Faktor keluarga/ orang tua

Biasanya orang tua bahkan keluarga meminta anaknya untuk menikah secepatnya padahal umur mereka belum matang untuk melangsungkan pernikahan, karena orang tua dan keluarga khawatir anaknya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera menikahkan anaknya. Hal ini merupakan hal yang sudah biasa atau turun-temurun. Sebuah keluarga yang mempunyai anak gadis tidak akan merasa tenang sebelum anak gadisnya menikah.


(45)

d. Faktor kemauan sendiri

Hal ini disebabkan karena keduanya merasa sudah saling mencintai dan adanya pengetahuan anak yang diperoleh dari film atau media-media yang lain, sehingga bagi mereka yang telah mempunyai pasangan atau kekasih terpengaruh untuk melakukan pernikahan di usia muda.

e. Faktor Media massa

Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern

kian Permisif terhadap seks. Faktor media massa banyak menjadi penyebab dari adanya pernikahan usia remaja saat ini. Adanya penyalahgunaan seks atau kenakalan remaja lainnya seringkali disebabkan oleh kurang adanya kemampuan remaja untuk mengarahkan emosinya secara positif. Berkurangnya kemampuan remaja ini berawal dari kurangnya dukungan yang positif. Selain itu, dipengaruhi lingkungan terdekat remaja itu sendiri, termasuk orang tuanya sendiri.

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

Mereka melakukan pernikahan bukan karena bermaksud mendirikan rumah tangga di atas bangunan komitmen yang kokoh, melainkan karena karena harus melaksanakan tanggung jawab mendidik anak secara bersama-sama. Selain itu, pasangan yang menikah karena “kecelakaan” atau hamil sebelum menikah mempunyai motivasi untuk melakukan pernikahan dini karena ada suatu kepaksaan yaitu untuk menutupi aib yang terlanjur terjadi bukan atas dasar pentingnya pernikahan.


(46)

Untuk memperjelas alur pemikiran tersebut, Peneliti membuat bagan yang menggambarkan kerangka pemikiran tersebut sebagai berikut

2.4 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

2.4.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah khusus yang digunakan para ahli dalam upaya menggambarkan secra cermat fenomena sosial yang akan diteliti, untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang akan dijadikan objek penelitian. Dengan kata lain, Penulis berupaya membawa para pembaca hasil penelitian ini untuk memaknai konsep sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh penulis. Jadi, defenisi konsep ialah pengertian terbatas dari

Pernikahan usia muda di dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Pendidikan

3. Faktor Keluarga/ orang tua 4. Faktor Kemauan Sendiri

5. FaktorMedia Masa

6. Faktor MBA (marriage by


(47)

Untuk lebih memahami pengertian konsep-konsep yang akan digunakan, maka Penulis membatasi konsep-konsep tersebut sebagai berikut:

1. Faktor adalah sesuatu yang mempengaruhi atas terjadinya hal tertentu

2. Pernikahan/ pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974).

3. Pernikahan usia muda merupakan pernikahan remaja dilihat dari segi umur

masih belum cukup atau belum matang dimana didalam UU Nomor 1 tahun 1974 pasal 71 yang menetapkan batas maksimun pernikahan di usia muda adalah perempuan umur 16 tahun dan laki-laki berusia 19 tahun itu baru sudah boleh menikah. Tetapi dalam hal ini penulis mempunyai batas dalam pernikahan usia muda yakni yang menikah pada usia dibawah 20 tahun.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda adalah sesuatu

hal yang mempengaruhi seorang pria maupun wanita membuat suatu ikatan lahir batin sebagai suami isteri di usia yang masih muda/ remaja.

2.4.2 Defenisi Operasional

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukakan bahwa perumusan defenisi oprasional adalah lanjutan dari perumusan defenisi konsep. Jika perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang diteliti, maka perumusan oprasional ditujukan dalam upaya


(48)

menstransformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep-konsep penelitian dapat diobservasi (Siagian,2011:141).

Adapun yang menjadi defenisi oprasional yang Penulis rumuskan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda, dapat diukur melalui indikator.

a. Faktor Ekonomi

1. Jenis pekerjaan orang tua

2. Jumlah pendapatan dari orang tua informan.

3. Jumlah tanggungan orang tua

b. Faktor Pendidikan

1. Pernah atau tidak mengenyam bangku sekolah

2. Jenjang pendidikan formal yang diperoleh

c. Faktor keluarga/orang tua

1. Ada tidaknya keluarga/ orang tua yang menikah muda

2. Dijodohkan atau tidak

d. Faktor kemauan sendiri

1. Awal mulai berpacaran


(49)

e. Faktor Media massa

1. Media elektonik

2. Media massa

f. Faktor MBA ( Marriage By Acident)

1. Sering berdua-duan

2. Melakukan sex pranikah


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011: 52). Maksud dari tipe penelitian ini adalah untuk mendapatkan data dan informasi dengan meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya, sehingga Peneliti sedapat mungkin berinteraksi secara dekat dengan informan, mengenal secara dekat kehidupan mereka, mengamati dan mengikuti alur kehidupan informasi secara apa adanya.

Pendekatan studi kasus ini digunakan untuk mengetahui lebih dalam mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pernikahan usia muda, sehingga diharapkan dapat menemukan berbagai pendekatan dalam menangani masalah pernikahan usia muda. Dalam hal ini studi kasus yang diteliti adalah keluarga yang menikah usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

3.2 Lokasi Penelitian

Desa Sambirejo Timur termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah


(51)

administratif masih termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan. Sebelah selatan berbatasan dengan perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa, Sebelah timur

berbatasan dengan Desa Sena Kecamatan Batang Kuis dan sebelah barat berbatasan

dengan Desa Tembung, Kecamatan Medang Tembung.

Desa Sambirejo Timur terbagi kedalam 11 (sebelas) dusun antara lain ;Dusun Melati, Dusun Mawar, Dusun Melur, Dusun Angrek, Dusun Dahlia, DusunKenanga, Dusun Tanjung, Dusun Cempaka, Dusun Seroja, Dusun Raya, DusunBakung. Dusun-dusun yang ada di desa terletak di sisi kiri dan kanan jalan-jalan utama desa

Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun atau kepala lingkungan (kepling).Dusun I, II, III, terletak di sisi Jalan Sempurna, dusun IV,V,VI, terletak disisi jalan makmur, dusunVII, VIII, IX, terletak disisi Jalan Sederhana, Dusun X, XI, terletak di sisi jalan Rahayu.

3.3 Unit Analisis dan Informan 3.3.1 Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis atau objek kajian dalam penelitian ini adalah pasangan yang menikaha usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, sebanyak 6 keluarga yang menikah di usia muda serta 1 orang informan tambahan.

3.3.2 Informan

3.3.2.1 informan Kunci

Adapun informan kunci dari penelitian ini adalah 6 orang pasangan pernikahan usia muda yang berada di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung


(52)

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dengan kriteria Peneliti di lapangan, yakni sebagai berikut:

a. Pasangan yang menikah diusia muda ( dari 16-20 tahun)

b. Pernikahan yang terjalin minimal satu tahun

c. Sudah memiliki anak.

3.3.2.2 Informan Tambahan

Adapun yang menjadi informana tambahan dalam penelitian ini adalah satu orang dari tokoh agama yang bermukim di Desa Sambirejo Timur Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpul dalam penelitian ini diperoleh dari:

a. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk

memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini Peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi dilakukan untuk mengamati objek di lapangan yang meliputi pasangan usia muda yang berada di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

b. Wawancara mendalam, bertujuan untuk memperoleh keterangan, pendapat

secara lisan dari seseorang dengan berbicara langsung maupun tanya jawab dengan informan. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data secara mendetail tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penikahan usia muda di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(53)

c. Studi kepustakaan, yakni mengumpulkan data melalui buku-buku, jurnal-jurnal ataupun dokumen-dokumen lainnya yang mendukung penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang dipergunakan adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan, yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti ( Moleong, 2006:247).

Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.


(54)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Luas Desa

Desa Sambirejo Timur termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Wilayah Desa Sambirejo Timur berbatasan dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Sei Rotan yang secara

administratif masih termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Percut Sei Tuan.

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa,

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Sena Kecamatan Batang Kuis

Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Tembung, Kecamatan Medan

Tembung.

Posisi Desa Sambirejo Timur terletak lebih kurang 2 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Percut Sei Tuan dan lebih kurang 35 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Deli Serdang dan berada sekitar 17 km dari Kota Medan.

Luas wilayah Desa Sambirejo Timur lebih kurang 418 ha. Lahan desa dimanfaatkan oleh penduduk sebagai pemukiman dan sarana umum selain itu ada juga lahan desa yang dipergunakan sebagai lahan pertanian. Secara rinci penggunaan lahan yang terluas adalah untuk lahan pemukiman dan sarana umum lebih kurang 293 ha (70,90 %), sedangkan untuk lahan pertanian lebih kurang 125 ha (29,10 %) berada di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.


(55)

4.2 Tata Ruang Desa

Desa Sambirejo Timur adalah daerah dataran yang memiliki 4 (empat) jalan utama memanjang dari arah barat hingga ke arah timur desa. Nama-nama jalan tersebut adalah Jalan Sempurna, Jalan Makmur, Jalan Sederhana, Jalan Rahayu. Masing-masing jalan memiliki panjang lebih kurang 4 km di wilayah desa. Jalan-jalan tersebut merupakan akses utama untuk masuk ke Desa Sambirejo Timur jika menggunakan angkutan umum berupa minibus. Jika menggunakan kenderaan pribadi dapat memasuki desa dari arah mana saja tergantung posisi yang dianggap lebih dekat dan cepat untuk mencapai desa. Jarak dari badan jalan hingga ke halaman depan rumah penduduk yang berada dipinggir jalan uatam sekitar 5 m - 15 m dari badan jalan. Antara badan jalan utama desa dengan halaman rumah penduduk yang berada di pinggir jalan dibatasi parit dengan lebar sekitar 1 meter - 3 meter.

Desa Sambirejo Timur terbagi kedalam 11 (sebelas) dusun antara lain ; Dusun Melati, Dusun Mawar, Dusun Melur, Dusun Angrek, Dusun Dahlia, Dusun Kenanga, Dusun Tanjung, Dusun Cempaka, Dusun Seroja, Dusun Raya, Dusun Bakung. Dusun-dusun yang ada di desa terletak di sisi kiri dan kanan jalan-jalan utama desa. Setiap dusun dipimpin oleh seorang kepala dusun atau kepala lingkungan (kepling). Pemukiman penduduk Desa Sambirejo Timur menyebar di seluruh wilayah desa. Bangunan rumah yang berada di pinggir jalan baik di sisi kiri dan kanan jalan seluruhnya menghadap ke jalan utama. Bangunan rumah penduduk yang berada di pinggir jalan-jalan desa memiliki pekarangan dan halaman.


(56)

Pekarangan rumah penduduk yang berada di pinggir jalan selalu ditanami tanaman bunga dan pepohonan seperti ; pohon buah mangga, jambu, rambutan dan nangka. Bangunan rumah yang berada di pinggir jalan selalu diberi pagar baik pagar besi maupun pagar tanaman hidup. Sementara itu, bangunan rumah yang berada di lorong-lorong desa juga berbaris sejajar sepanjang lorong dan saling berhadapan ke jalan lorong. Dan biasanya rumah yang sudah berada di lorong tidak memiliki halaman yang luas. Jarak antara badan jalan lorong dengan letak rumah sekitar 2m-5m Sehingga terkadang dengan kondisi halaman yang sempit ini, ketika pada saat ada pesta biasanya halaman rumah tetanggapun terpaksa dipergunakan.

Jumlah bangunan rumah yang ada di Desa Sambirejo Timur sekitar 3.787 unit. Dengan perincian kondisi bangunan rumah sekitar 1.870 unit (49,38 %) merupakan rumah permanen (beton) sedangkan rumah semi permanen (setengah beton) sekitar 1.917 unit (50,62 %)21.jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya sekitar 0,5 m – 5m. Dalam hal ini bangunan rumah permanent adalah berdinding tembok, beratap seng dan genteng dan berlantai ubin dan sebagian rumah penduduk desa sudah ada yang tergolong ke dalam rumah elit yang terbuat dari keramik dan batu alam. Sedangkan rumah semi permanent adalah umah yang berdinding setengah beton dan setengah mya lagi terbuat dari papan, bearatap seng, barlantai tanah.

Selain menanam padi tanaman sayur-sayuran juga banyak ditanami oleh para petani di Desa Sambirejo Timur. Jenis sayur-sayuran yang biasa ditanam oleh para petani antara lain; sayur bayam, kangkung, kacang panjang, sawi, ketimun,terong, kacang kedelai, kacang hijau dan cabe.


(57)

Luas lahan pertanian yang ada di Desa Sambirejo Timur lebih kurang 125 ha. Lahan pertanian terletak di bagian utara dan bagian timur desa. Desa Sambirejo Timur mempunyai satu aliran sungai yang melintasi desa. Nama sungai tersebut adalah Sungai Batang Kuis. Sungai ini digunakan oleh para petani sebagai sumber irigasi untuk lahan pertanian.

4.3. Cara Mencapai Desa

Kota Medan adalah kota tujuan utama penduduk desa Sambirejo Timur baik tujuan untuk bekerja, sekolah maupun tujuan lainnya. Jarak antara Kota Medan dengan Desa Sambirejo Timur lebih kurang 17 km. Desa Sambirejo Timur dapat ditempuh melalui berbagai arah dari Kota Medan dengan menggunakan angkutan kota atau minibus yang melintasi pasar VII Tembung dimana warga setempat memberi nama simpang ini dengan sebutan simpang jodoh. Dari simpang jodoh dapat menggunakan jasa angkutan becak bermotor dan ojek jika tidak sabar menunggu minibus yang masuk hingga ke dalam desa. Satu-satunya minibus yang masuk kedalam Desa Sambirejo Timur hingga sampai perbatasan desa bagian timur.

Jika memasuki desa dari arah Kota Medan - Aksara dapat menggunakan minibus CV. Ultra 09. Minibus ini biasanya mulai beroperasi dari pukul 05.00 WIB hingga malam hari pukul 21.00 WIB. Ongkos yang dikeluarkan untuk satu kali perjalanan menuju Desa Sambirejo Timur sekitar Rp 4000,-. Waktu tunggu yang dibutuhkan menunggu angkutan disesuaikan dengan jam keberangkatan. Jika berangkat jam 06.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB hanya berselang 5-10 menit antara keberangkatan angkot yang satu dengan angkot berikutnya. Jika


(58)

berangkat sekitar jam 10.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB waktu yang dibutuhkan berselang 15-30 menit. Lama perjalanan normal sekitar 30 menit saja.

Kendala yang dihadapi selama perjalanan adalah kemacetan lalu lintas yang terjadi pada pagi dan sore hari. Hal ini disebabkan oleh aktifitas penduduk diwaktu yang bersamaan baik untuk pergi dan pulang sekolah dan kerja diwaktu yang bersamaan. Kemacetan lalu lintas akan dihadapi dari jalan Letda Sujono hingga memasuki Jalan besar Tembung. Penyebab kemacetan terkadang datang dari ulah supir angkutan yang ugal-ugalan di jalan raya, menurunkan dan menaikkan penumpang di sembarang tempat, saling serobot jalan dari dua arah karena tidak adanya pembagi jalan. Kemacetan juga akan dihadapi ketika sedang musim penghujan hal ini dikarenakan meluapnya air dari parit jalan dan mebanjiri jalan raya sehingga susah dilalui minibus. Jika keadaan lalu lintas jalan sedang macet lama perjalanan bisa mencapai satu jam perjalanan.

Kondisi jalan yang dilewati dari Kota Medan - Aksara telah beraspal dengan lebar jalan bekisar antara 20 meter yang dibuat pembatas menjadi dua arah. pembagian dua arah jalan ini dimulai dari Aksara sampai dengan pintu masuk jalan tol yang berada di Jalan Letda Sujono (Bandar Selamat) Kecamatan Medan Tembung. Lebar badan jalan berkurang setelah melewati jalan tol menjadi sekitar 12 meter hingga sampai jembatan Tembung tanpa dibuat pembagi jalan. Keadaan pengurangan jalan akan terus berkurang hingga sampai ke Desa Sanbirejo timur badan jalan hanya 6 meter saja.

Perjalanan dari Kota Medan - Aksara menuju Desa Sambirejo Timur akan melewati Jalan Letda Sujono (Bandar Selamat), Desa Tembung, simpang pasar VII Tembung atau simpang jodoh yang ditandai dengan adanya kantor pusat


(59)

perkebunan PTPN 2 Bandar Klippa. Sepanjang perjalanan di sisi kiri dan kanan jalan yang terlihat adalah pemukiman penduduk. Jika datang dari arah Amplas bisa menaiki angkutan kota (angkot) milik CV. Rahayu Medan Ceria (RMC) 120 yang terdapat tulisan TB di kaca depan minibus, karena angkot CV. Rahayu Medan Ceria 120 yang tidak bertuliskan TB di kaca depan minibus tidak akan melewati pasar VII Tembung. Minibus CV. Rahayu Medan Ceria TB 120 tidak masuk ke dalam Desa Sambirejo Timur, hanya melewati pintu masuk desa dari arah barat. Tarif ongkos yang harus dikeluarkan seorang penumpang sampai di pintu masuk Desa Sambirejo Timur berkisar antara Rp 3000,- saja. Waktu tunggu yang dibutuhkan untuk angkutan 120 RMC TB sekitar 15-30 menit jarak antara satu angkutan dengan angkutan berikutnya. Dari simpang untuk masuk ke desa dapat menaiki minibus CV. Ultra 09 akan tetetapi, jika tidak sabar menunggu dapat juga menggunakan jasa angkutan becak bermotor dan juga ojek (RBT). Jika menggunakan angkutan becak bermotor tidak perlu harus menunggu lama cukup saja menyewa becak yang melintasi jalan pasar VII Tembung (Jalan Stasiun).

Tarif ongkos yang harus dikeluarkan jika menggunakan angkutan becak bermotor berkisar antara Rp 5000,- sampai dengan Rp 9.000,- tergantung jauh dekatnya tujuan penumpang. Akan tetetapi, jika menggunakan jasa angkutan ojek (RBT) untuk masuk ke desa harus mendatangi pangkalan ojek yang berada di simpang pasar VII Tembung (simpang jodoh). Untuk tarif ongkos berkisar antara Rp 5000, sampai dengan Rp 10.000,- dan juga disesuaikan dengan jauh dekatnya tujuan.


(60)

Kodisi jalan yang ditempuh dari Amplas menuju pasar VII Tembung juga sudah beraspal. Tetetapi masih saja ada kerusakan di beberapa ruas jalan yang diakibatkan adanya perbaikan parit jalan, penggalian dan perbaikan saluran air (PAM), atau perbaikan kabel telepon dan lain-lain. Lebar badan jalan yang dilalui sekitar 7 meter. Perjalanan dari Amplas sampai dengan pasar VII Tembung akan melewati Jalan Menteng VII, Jalan Panglima Denai, Jalan Beringin. Sama halnya ketika mendatangi Desa Sambirejo Timur dari arah Aksara dengan memasuki desa dari Amplas sepanjang perjalanan di sisi kiri dan kanan jalan hanya terlihat perumahan penduduk yang rapat.

4.4 Kondisi Sosial Ekonomi 4.4.1. Penduduk

Jumlah penduduk di Desa Sambirejo Timur sekitar hingga akhir bulan Desember tahun 2010 sekitar 24.936 jiwa dengan perician laki-laki lebih kurang 12.966 jiwa dan perempuan lebih kurang 11.970 jiwa. Jumlah kepala keluarga

(KK) di desa ini sekitar 5.543.

Tabel 4.1

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa

1 Laki-Laki 12.966

2 Perempuan 11.970

Jumlah 24.936 Sumber data : Kantor Desa Sambirejo Timur 2013


(61)

Penduduk ini tersebar di 11 (sebelas) dusun, jumlah penduduk disetiap dusun berbeda-beda. Dusun yang paling banyak penduduknya adalah dusun Melati (I), yaitu mencapai sekitar 2.920 jiwa (14,08 %) dan dusun yang paling sedikit penduduknya adalah dusun Bakung yaitu sekitar 920 jiwa (5,53 %). Perbedaan jumlah penduduk ini disetiap dusun disebabkan posisi letak dusun yang lebih dekat dengan pusat keramaian selain itu juga disebabkan luas dusun yang berbeda-beda pula.

Akhir bulan Desember tahun 2009 jumlah penduduk Desa Sambirejo Timur masih sebanyak 18.678 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk desa ini telah bertambah sebanyak 6.258 jiwa atau sekitar 13,3 % per tahun. Menurut keterangan, pertambahan penduduk ini disebabkan banyaknya pendatang (perpindahan tempat tinggal ke desa ini) dan banyaknya pasangan usia subur 4.4.2 Menurut Agama

Tabel 4.2

Persentase Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Persentase Penduduk (%)

1 Islam 91%

2 Protestan 8,61%

3 Khatolik 0,2%

4 Hindu 0,001%

5 Budha 0,18%

Jumlah 100%


(62)

Dari tabel sebelumnya, tampak bahwa mayoritas penduduk desa Sambirejo Timur menganut agama islam sekitar 91%, kemudian diikuti penganut agama protestan sebanyak 8,61%. Sementara itu penganut agama Khatolik hanya 0,2%. Untuk penganut agama Budha sebanyak 0,18% dan penganut agama Hindu hanya sekitar 0,01%.

4.4.3 Menurut Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian Penduduk Desa Sambirejo Timur beragam-ragam. Berikut ini di sajikan data tentang Jenis mata pencarian penduduk.

Tabel 4.3

Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (KK)

1 Buruh harian lepas 45%

2 Petani 30%

3 Pekerja Konstruksi 7%

4 Pedagang 4,11%

5 PNS 2,5%

6 TNI/POLRI 0,35%

7 Jasa 0,10%

8 Pensiunan 1,44%

9 Lainnya 9,44%

Jumlah 100% Sumber data : Kantor Desa Sambirejo Timur (2013)

Pada umumnya penduduk Desa Sambirejo Timur mayoritas bermata pencaharian sebagai buruh/ kuli bangunan (konstruksi). Sekitar ( 52%) penduduk


(1)

Daftar Pertanyaan Penelitian

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang

A. Karakteristik Umum Responden

Pasangan Yang menikah diusia muda ( berusia 16-20 tahun )

1. Nama :

2. Tempat/ Tanggal Lahir :

3. Tanggal Pernikahan :

4. Usia Saat Menikah :

5. Istri keberapa :

6. Alamat :

7. Anak keberapa :

8. Dari berapa bersaudara :

9. Agama :

10.Jumlah Anak :

B. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pernikahan usia muda 

B.1 Faktor Ekonomi

1. Apa pekerjaan orang tua anda?

2. Berapa penghasilan orang tua anda perbulan?


(2)

4. Sebelum menikah apakah anda bekerja?

5. Apa pekerjaan anda?

6. Jika anda sudah bekerja apakah untuk membantu perekonomian orang tua

atau untuk memenuhi kebutuhan sendiri?

7. Apakah keluarga anda sering mengalami kesulitan dalam keuangan?

8. Menurut pendapat anda apakah dengan menikah diusia muda akan

membantu perekonomian keluarga anda? 9. Jika iya, apa alasannya?

B.2 Faktor Pendidikan

1. Pernakah orang tua anda mengenyam pendidikan?

2. Jika iya, sampai jenjang apa?

3. Apakah anda mengenyam bangku pendidikan?

4. Jika iya, sampai jenjang apa? 5. Apa cita-cita anda sewaktu kecil?

6. Apa alasan anda sehingga tidak melanjutkan pendidikan kejenjang yang

lebih tinggi?

7. Pernakah anda mendengar atau membaca dampak dari pernikahan usia

muda?


(3)

B.3 Faktor Kemauan Sendiri

1. Sejak kapan anda mulai berpacaran?

2. Dan sudah berapa kali anda berganti pasanga selam berpacaran?

3. Sudah berapa lama anda berpacaran dengan pasangan anda?

4. Apakah pasangan hidup/ yang anda nikahi ini merupakan kekasih/ pacar

anda?

5. Apakah pernikahan anda atas kehendak sendiri/ pihak lain yang

mendorong anda untuk menikah diusia muda?

6. Apakah pernikahan anda sudah terencana?

7. Bila atas kehendak sendiri apa alasannya?

8. Ketika memutuskan untuk menikah sudahkah anda mempertimbangkan

kesiapan finansial ?

B.4 Faktor Media Massa

a) Media Massa Cetak

1. Pernakah anda membaca artikel mengenai pernikahan usia muda? 2. Pernakah anda membeli majalah dewasa?

b) Media Massa Elektronik

1. Pernakah anda menonton filem/sinetron bertema pernikahan usia muda?

2. Adakah terlintas dibenak anda untuk menikah diusia muda karena

filem/sinetron tersebut?

3. Pernakah anda membuka situs-situs porno dari media internet?


(4)

B.5 Faktor Keluarga/ Orang Tua

1. Adakah dikeluarga anda yang menikah diusia muda?, Jika ada siapa?

2. Adakah keinginan untuk mengikuti jejak keluarga yang menikah diusia

muda untuk menikah diusia muda juga?

3. Apakah pernikahan anda mendapat persetujuan kedua orang tua?

4. Adakah dorongan dari keluarga untuk menikahkan anda di usia muda?

5. Apakah pasangan hidup anda merupakan pilihan keluarga anda/

dijodohkan?

6. Jika iya kenapa anda tidak menolak perjodohan tersebut?

B.6 Faktor MBA (Marriage By Acident)

1. Selama berpacaran apakah anda sering berdua-duaan dengan kekasih

anda?

2. Pernakah anda melakukan hubungan sex pranikah dengan kekasih anda?

3. Ketika melakukan hubungan sex pranikah apakah anda mengunakan alat

pengaman?

4. Jika anda pernah melakukan hubungan sex pranikah apakah sampai

hamil?

5. Apa dampak sosial yang timbul akibat melakukan hubungan sex

pranikah?

6. Ketika anda mengetahui bahwa anda hamil apa tindakan anda?


(5)

8. Apa tindakan kedua orang tua anda ketika mengetahui anda menghamili kekasih anda?

9. Apa tindakan kedua orang tua anda ketika mengetahui anda hamil?

A. Karakteristik Umum Responden

Tokoh agama yang bermukim di Desa Sambirejo Timur Kabupaten Deli Serdang Kecamatan Percut Sei Tuan.

1. Nama :

2. Tempat/ Tgl Lahir :

3. Alamat :

4. Pendidikan terakhir :

5. Agama :

6. Pekerjaan :

7. Jumlah Anak :

8. Menurut bapak apa yang dimaksud dengan pernikahan?

9. Apa yang dimaksud dengan pernikahan usia muda?

10.Apa dampak dari pernikahan yang tergolong masih muda?

11.Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pernikahan usia muda Di Dusun IX

Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?

12.Mengapa pernikahan usia muda banyak terjadi Di Dusun IX Seroja Pasar


(6)

     

 


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

6 106 116

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsumsi Listrik Bagi Rumah Tangga Masyarakat Kelurahan Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

21 103 96

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberikan ASI Ekslusif Kepada Bayi-nya di Dusun IX Desa Sei Rotan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

0 57 100

Analisis faktor-faktur yang mempengaruhi pendapatan nelayan (Studi kasus di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Tingkat II Deli Serdang)

0 5 108

Analisis faktor faktur yang mempengaruhi pendapatan nelayan (Studi kasus di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Tingkat II Deli Serdang)

2 8 98

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 7 73

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 48

Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perkawinan Usia Muda Dikalangan Remaja di Desa Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11

Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Pernikahan Usia Muda (Studi Kasus Di Dusun IX Seroja Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

0 0 11