11
Tujuan : Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhanekonomi, dan
stabilitas nasional
ke arah
peningkatan rakyat banyak. Menurut Lukman dalam Marissa 2011:39, pada dasarnya terdapat
tiga prinsip yang harus diperhatikan oleh bank, yaitu : 1.
Likuiditas adalah prinsip dimana bank harus dapat memenuhi kewajibannya.
2. Solvabilitas adalah kemampuan untuk memenuhi kewajiban keuangan
apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. Bank yang
solvable
adalah bank yang manpu menjamin seluruh hutangnya.
3. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan
laba selama periode tertentu.
2.1.2 Bank Umum Syariah
2.1.2.1 Pengertian Bank Umum Syariah
Bank Islam atau di Indonesia disebut bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar
mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha investasi, jual beli, atau lainnya berdasarkan prinsip Syariah, yaitu
aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha,
atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro Ascarya : 2008:30.
12
2.1.2.2 Prinsip Dasar Bank Umum Syariah
Secara garis besar produk-produk bank syariah dapat dikelompokkan ke dalam produk-produk pendanaan, pembiayaan,
jasa perbankan, dan kegiatan sosial dengan berbagai prinsip syariah yang digunakan dalam akadnya, berbagai jenis akad yang diterapkan
oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, yaitu: 1.
Akad Pola Titipan Wadi’ah Secara umum Wadi’ah berarti titipan murni dari pihak penitip
muwaddi’ yang mempunyai barangasset kepada pihak penyimpan
mustawda’ yang diberi amanahkepercayaan, baik individu maupun badan hukum dan harus dijaga dari
kerusakan,kerugian dan keutuhannya dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki. Akad Wadi’ah dibagi atas 2
yaitu: a.
Titipan Wadi’ah yad Amanah adalah akad penitipan
baranguang dimana
pihak penerima
titipan tidak
diperkenankan menggunakan baranguang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas kerusakan atau
kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam
perbankan syariah berupa produk
safe deposit box
. b.
Titipan Wadi’ah yad Dhamanah adalah akad penitipan baranguang
dimana pihak
penerima titipan
telah
13
mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan baranguang yang dititipkan tersebut untuk aktivitas
perekonomian tertentu dengan catatan bahwa pihak penerima titipan akan mengembalikan baranguang yang
dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.
2. Akad Pola Bagi Hasil
Profit Sharing
Akad Pola Bagi Hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan
pengelola dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
a.
Mudharabah
, adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana
shahibul maal
dan pengelola dana
mudharib
untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah
bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si
pemilik dana kecuali disebabkan oleh
misconduct, negligence
atau
violation
oleh pengelola dana. Akad
Mudharabah
secara umum dibagi atas 3 yaitu : 1
Mudharabah Muthlaqah
adalah akad kerja sama di mana pemilik dananya memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasinya. Mudharabah ini disebut juga investasi tidak terikat.
14
2
Mudharabah Muqayyadah
adalah akad kerja sama di mana pemilik dana memberikan batasan kepada
pengelola antara lain mengenai dana, mengenai lokasi, cara, dan atau objek investasi atau sektor usaha.
3
Mudharabah Musytarakah
adalah akad kerja sama di mana pengelola dana menyertakan modal atau dananya
dalam kerja sama investasi.
b. Musyarakah,
adalah akad kerja sama yang didasarkan atas bagi hasil di mana para mitra berkontribusi dalam modal
maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang
disepakati para mitra ketika akad, sedangkan kerugian akan ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi modal.Ada
dua jenis
Musyarakah
yaitu : 1
Musyarakah
kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih dari suatu properti;
2
Musyarakah
akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama atau usaha komersial
bersama. 3.
Akad Pola Jual Beli
Tijarah
Akad Pola Jual Beli ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli
terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
15
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada
nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan
margin
. Akad Jual beli dibagi atas 3 yaitu : 1
Murabahah
, yaitu suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga
barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan
margin
yang diinginkan. 2
Salam,
merupakan bentuk jual beli dengan pembayaran di muka dan penyerahan barang di kemudian hari
advanced payment
atau
forward buying
atau
future sales
dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal, dan tempat
penyerahan yang jelas, serta disepakati sebelumnya dalam perjanjian. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau
penjual dalam suatu transaksi
salam
. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut
salam paralel
. 3
Istishna,
adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya
dapat berupa
pembayaran dimuka,
cicilan, atau
ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
16
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi
teknis, kualitas,
dan kuantitasnya.
4. Akad Pola Sewa
Ijarah Ijarah
adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu asset atau jasa sementara hak kepemilikan asset tetap pada
pemberi sewa. Sebaliknya penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau upah. Ada dua jenis
Ijarah yaitu: 1
Ijarah Murni
merupakan akad yang berhubungan dengan sewa jasa;
2
Ijarah al muntahiya bit tamlik
merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk
memiliki barang pada akhir masa sewa. 5.
Akad Pola Jasa
Fee-Based Services
Prinsip Pola Jasa
Fee-Based Services
ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produk
yang berdasarkan prinsip Pola Jasa
Fee-Based Services
ini antara lain:
1
Wakalah
merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak
muwakil
kepada pihak lain
wakil
dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Islam mensyariatkan
Wakalah
karena manusia membutuhkannya.
17
2
Kafalah
merupakan Jaminan
yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi
kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. 3
Hawalah,
Pengalihan utangpiutang dari orang yang berhutangberpiutang kepada orang lain yang wajib
menanggungnyamenerimanya. 4
Rahn,
adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang
yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk
dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 5
Al-qardh
adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain
meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan
sosial. Dana ini diperoleh dari dana
zakat, infaq
dan
shadaqah
. 2.1.2.3
Sistem Operasional Bank Umum Syariah
Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan
bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang
membutuhkan misalnya
modal usaha,
dengan perjanjian
18
pembagian keuntungan sesuai kesepakatan Ema dalam Widya Wahyuningsih,2012 . Sistem operasional Bank Umum Syariah
tersebut meliputi: 1.
Sistem Penghimpunan Dana Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank
konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga
kegunaan, yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan
dengan tiga fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito. Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak
melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari
sumbernya, dana bank syariah terdiri atas: a. Modal
Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik
owner
. Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,
perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung menghasilkan
fixed assetnon earning asset
. Selain itu, modal juga dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu
disalurkan menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan
kepada pemilik dana lainnya. Mekanisme penyertaan modal
19
pemegang saham dalam perbankan syariah, dapat dilakukan melalui
musyarakah fi
sahm asy-syarikah
atau
equity participation
pada saham perseroan bank. b. Titipan
Wadi’ah Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam
memobilisasi dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai dengan prinsip ini ialah
al-
wadi’ah. Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan bertanggung
jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai penitip berhak untuk mengambil setiap saat kapan saja Nasabah tersebut hendak
mengambil titipan tersebut , sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Investasi
Mudharabah
Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah
mudharabah
yang mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana
shahibul maal
dengan pengelola dana
mudharib
, dalam hal ini adalah bank. Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan
sebagai investor murni yang menanggung aspek
sharing risk
dan
return
dari bank. Deposan, dengan demikian bukanlah
lender
atau
kreditor
bagi bank seperti halnya pada bank konvensional. 2.
Sistem Penyaluran Dana
Financing
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu:
20
a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
dilakukan dengan prinsip jual beli. Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan pembiayaan
murabahah, salam dan istishna’. b.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa
Ijarah
. Transaksi
ijarah
dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip
ijarah
sama dengan prinsip jual beli, namun perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual
beli obyek transaksinya adalah barang, maka pada
ijarah
obyek transaksinya jasa. c.
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa,
dengan prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah dioperasionalkan dengan pola-
pola
musyarakah
dan
mudharabah
.
2.1.3 Bank Umum Konvensional