hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida, kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida. Natrium klorida dan kalium
klorida sedikit larut dalam etanol. Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol
dengan air yang lebih dari 50 etanol bersifat mudah terbakar dan mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50 etanol juga dapat menyala apabila
larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu. Yang mengartikan semakin banyak air dalam etanol, larutan akan semakin suslit terbakar, dan sebaliknya.
Etanol dapat dimurnikan dengan memisahkannya dari air dengan cara destilasi dan dehidrasi. Proses ini menjadikan etanol 96 menjadi etanol 99
dengan kadar air hanya 1 atau sekitar 91,78 mol etanol dan 2,75 mol air. Hal ini membuat nilai kalor dari campuran etanol akan naik dikarenakan air yang
sudah dikurangi. Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air menurut
rumus: C
2
H
5
OHg + 3 O
2
g → 2 CO
2
g + 3 H
2
Ol;ΔH
r
= −1409 kJmol
2.4. Proses Fermentasi
Proses Fermentasi adalah proses biologi dimana gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa diubah menjadi energi seluler dan juga menghasilkan etanol
dan karbon dioksida sebagai produk sampingan. Karena proses ini tidak membutuhkan oksigen, melainkan khamir yang melakukannya, maka fermentasi
etanol digolongkan sebagai respirasi anaerob. Fermentasi etanol digunakan pada pembuatan minuman beralkohol dan bahan bakar etanol, juga dalam
mengembangkan adonan roti. Pada fermentasi etanol selalu menngunakan mikroba sebagai organisme
memberikan enzim. Mikroba yang umum digunakan adalah ragi roti yeast yaitu varnifan. Pada tahap ini, tanaman telah sampai pada titik telah berubah menjadi
gula sederhana glukosa dan sebagian fruktosa dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi yeast agar dapat
bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO
2
. Pada proses fermantasi ragi yang digunakan sebenyak 10 bv dari
Universitas Sumatera Utara
hidrosilat bahan yang telah di netralkan. Pembuatan etanol dilakukan dengan cara fermentasi. Pada fermentasi etanol, bahan yang mengandung monosakarida
langsung difermentasi tetapi disakarida, pati ataupun karbohidrat komplek harus dihidrolisa terlebih dahulu menjadi komponen gula sederhana. Proses fermentasi
memerlukan bantuan enzim yang diletakkan pada ragi agar dapat bekerja pada suhu optimum sehingga akan menghasilkan etanol dan CO
2
. Fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu :
1. Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit duapasa ng atom hidrogen melalui jalur EMP Embden-Meyerhoff-
Parnas, menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi dari pada glukosa.
2. Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membentuk senyawa-
senyawa hasil fermentasi yaitu etanol dengan reaksi sebagai berikut :
Gambar 2.2 Reaksi Sederhana Proses Fermentasi Etanol
Persamaan reaksi sederhana proses fermentasi alkohol berdasarkan teori Gay lussac adalah:
C
6
H
12
O
6
2C
2
H
5
OH + 2CO
2
Glukosa Fermenasi
Etanol Karbondioksida Sesuai dengan persamaan di atas, hasil fermentasi etanol yang ideal adalah 51,1
Glukosa C
6
H
12
O
6
2CH3COOH Asam piruvat
2 NAD
+
2 NADH + H
+
2 CH
3
CH
2
OH asetaldehid
2 CH
3
CHO Etanol
CO
2
Universitas Sumatera Utara
etanol dan 48,9 karbondioksida. Pada umumnya fermentasi etanol menggunakan khamir Saccharomyces cereviceae. Produksi etanol dari substrat
gula oleh khamir Saccharomyces cereviceae merupakan proses fermentasi dengan kinetika sangat sederhana. Disebut sederhana karena hanya melibatkan satu fase
pertumbuhan dan produksi, pada fase tersebut glukosa diubah secara simultan menjadi biomassa, etanol dan CO2. Fermentasi etanol oleh Saccharomyces
cereviceae dapat dilakukan pada pH 4-5 dengan temperatur 27-35
o
C, proses ini dapat berlangsung 35-60 jam. Untuk mempertahankan hidup, Saccharomyces
cereviceae memerlukan energi diantaranya ATP Adenosin Triphospat dan untuk
mendapatkannya maka mengkonsumsi gula yang dapat berupa glukosa dan fruktosa. Apabila Shaccaromyces cereviceae memiliki oksigen dalam jumlah
banyak, gula- gula tersebut diurai tahap demi tahap menjadi molekul yang lebih kecil. Akan tetapi, jika oksigen dalam jumlah sedikit atau tidak ada maka
degradasi kimia tidak berjalan dengan sempurna sehingga gula diuraikan menjadi etanol.
2.5. Proses distilasi dan dehidrasi