Opera Van Java Dan Escapism Mahasiswa (Studi Korelasional pada Mahasiswa FISIP USU)
OPERA VAN JAVA DAN ESCAPISM MAHASISWA
(Studi Korelasional pada Mahasiswa FISIP USU)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
SITI ANDHINA R
050904019
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Tayangan Opera van Java dan Escapisme Mahasiswa (Studi korelasional pada Mahasiswa FISIP USU). Maka permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut : “ Sejauh manakah pemenuhan kebutuhan akan hiburan (escapism) tayangan Opera Van java pada mahasiswa FISIP USU dapat diperoleh melalui televisi swasta? ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan sejauh mana pemenuhan akan kebutuhan hiburan sikap eskapisme mahasiswa di FISIP USU khususnya angkatan 2007 – 2009. Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauh mana variabel satu mempengaruhi variabel yang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 stambuk 2007-2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAA USU TA : 2009/2010, jumlah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 angkatan 2007/2009 adalah 1759 jiwa.
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel 106 orang. Oleh sebab itu teknik penarikan sampling dalam penelitian ini adalah accidental sampling.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu studi kepuastakaan (library research) , yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data- data dari buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui studi lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data – data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui : observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrument) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan piranti lunak (software) SPSS versi 17,0. Untuk melihat kuat dan lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “Terdapat hubungan yang rendah
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahiobil’alamin, atas kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang. Dengan berkat, rahmat dan karunia-Nya serta izin-Nya maka Penelitian (Skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Dibuatnya penulisan skripsi ini penulis berharap dapat menjadi pengalaman bermanfaat di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan.
Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini penulis mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya yang ditujukan kepada
1. Papa dan Mami, dengan kasih sayang yang tulus menjadikan kekuatan dan
semangat untuk menjalankan setiap sendi kehidupan.
2. Bapak Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Amir Purba, Msi, selaku Ketua Departemen Program S1 Ilmu
Komunikasi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dewi Kurniawati, Msi, selaku Sekretaris Departemen Program S1 Ilmu
Komunikasi, yang telah membantu proses kelancaran dalam persetujuan pelaksanaan penelitian ini.
5. Bapak Drs. Iskandar Zukarnain, Msi, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih
banyak atas bimbingannya, Pak. Sangat amat membantu dalam proses penyelesaian skripsi saya.
6. Kak Maya, Kak Cut dan Kak Ros, yang telah membantu kelancaran
administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Special Thanks to: Miqdad, Adel, Mirina, Exo, dan Nora ’08, terima kasih
banyak atas bantuan dan motivasinya, aku sangat menghargainya.
8. Tri Yunita ’07, Piku, Zulfa ’09, Pipit Cuit, terima kasih banyak udah mau
(4)
9. Kak Ilma Saakinah Tamsil, terima kasih atas pinjaman bukunya, sangat bermanfaat buat skripsiku.
10. Kawan-kawan Stambuk 2005, Nia, Anthie, Hendra, Jean Arie, Agung, Lia,
Amani, Dayat, Yola, Mi2 kecil, Dhynie, Liza, Wina, Roby, Coen2, Dhona dan yang lainnya yang tidak dapat aku sebutkan namanya satu per satu, terima kasih telah menjadi teman terkeren yang aku miliki.
11. Arifin Sufi, Dontcare, Ashari Amanda, kalian adalah abangda2 terbaik yang
selalu setia menemaniku disaat aku suntuk.
12. Una Khairuna, terima kasih udah setia mendengarkan curhatanku selama proses
pengerjaan skripsi ini.
13. Namusinaku en Auza, kapan nyusul aku ?
14. Mierna, yang telah menjadi pendengar yang baik.
15. Fitra Dewinta Poerba, kau selalu jadi teman terbaikku.
16. Vany dan Fatma, akhirnya aku menyusul kalian jadi Sarjana.
17. Kang Mono, kapan lagi kumpul di Ojan, kang ?
18. Dedy, Ferdy dan Edo Capello, Afdhal, terima kasih atas semangat yang kalian
berikan selama ini, kalian adalah adinda-adinda ku yang baik.
19. Sepupuku, Lana, yang selalu setia menemani disaat aku menyelesaikan skripsi
dirumah.
20. Yang terakhir, keluarga besar HMI Komisariat FISIP USU, kalian semua selalu
menjadi penyemangat langkahku.
TANPA KALIAN AKU BUKAN APA – APA...!!!
Penulis berharap semoga penyusunan dan penulisan Skripsi dapat ini bemanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun, saran dan masukan bagi pembaca.
Medan, 2010
(5)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...i
Daftar Isi...iv
BAB I PENDAHULUAN...1
I.1 Latar Belakang Masalah...1
I.2 Perumusan Masalah...5
I.3 Pembatasan Masalah...6
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian...6
I.5 Kerangka Teori...7
I.6 Kerangka Konsep...12
I.7 Model Teoritis...14
1.8 Hipotesis...15
I.9 Operasionalisasi Variabel...15
I.10 Definisi Operasional...16
BAB II URAIAN TEORITIS...19
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa...19
II.2 Televisi...23
II.3 Situasi Komedi...25
II.4 Motivasi...26
II.5 Motif menggunakan Media Massa...28
II.6 Sikap Eskapisme...29
II.7 Proses Coping...29
(6)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...33
III.1 Metode Penelitian...33
III.2 Teknik Penarikan Sampel...35
III.3 Deskripsi Lokasi Penelitian...41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...47
IV.1 Proses Pengumpulan Data...47
IV.2 Teknik Pengolahan Data...47
IV.3 Analisa Tabel Tunggal...49
IV.4 Uji Hipotesis...68
IV.5 Uji Hipotesis...70
IV.6 Pembahasan...71
BAB V PENUTUP...73
V.1. Kesimpulan...73
V.2. Saran...74
DAFTAR PUSTAKA
(7)
ABSTRAKSI
Skripsi ini berjudul Tayangan Opera van Java dan Escapisme Mahasiswa (Studi korelasional pada Mahasiswa FISIP USU). Maka permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut : “ Sejauh manakah pemenuhan kebutuhan akan hiburan (escapism) tayangan Opera Van java pada mahasiswa FISIP USU dapat diperoleh melalui televisi swasta? ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh kejelasan sejauh mana pemenuhan akan kebutuhan hiburan sikap eskapisme mahasiswa di FISIP USU khususnya angkatan 2007 – 2009. Penelitian ini menggunakan metode korelasional, yaitu metode yang melihat sejauh mana variabel satu mempengaruhi variabel yang lain.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 stambuk 2007-2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAA USU TA : 2009/2010, jumlah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 angkatan 2007/2009 adalah 1759 jiwa.
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel 106 orang. Oleh sebab itu teknik penarikan sampling dalam penelitian ini adalah accidental sampling.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua cara yaitu studi kepuastakaan (library research) , yakni penelitian yang dilakukan dengan menghimpun data- data dari buku serta bacaan yang relevan dan mendukung penelitian atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Melalui studi lapangan (field research), yaitu kegiatan dimana peneliti mengumpulkan data – data dari lapangan yang meliputi kegiatan survei di lokasi penelitian, melalui : observasi yakni pengamatan dan pencatatan statistik terhadap segala yang tampak pada objek penelitian dan kuesioner yakni alat (instrument) pengumpul data dalam bentuk sejumlah pertanyaan yang ditulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang, dan uji hipotesis melalui rumus Koefisien Korelasi Rank Order oleh Spearman dengan menggunakan piranti lunak (software) SPSS versi 17,0. Untuk melihat kuat dan lemahnya korelasi (hubungan) kedua variabel dalam penelitian ini digunakan skala Guilford. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa : “Terdapat hubungan yang rendah
(8)
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan disegala bidang dewasa ini, berlangsung ditengah – tengah suasana yang
cukup dinamis, dimana perubahan selalu terjadi disana – sini dan pada filosofinya perubahan
adalah sesuatu hal yang pasti. Dalam hal ini timbul suatu masa yang ditandai dengan semakin
gencarnya inovasi teknologi yang berdampak luas pada arus globalisasi.
Sebagai salah satu inovasi teknologi pada arus globalisasi, sekarang ini televisi mampu
mempengaruhi pola pikir masyarakat dengan sejumlah kelebihan yang dimilikinya , televisi telah
menyentuh kepentingan masyarakat yang dirasakan semakin mendasar, yakni kebutuhan –
kebutuhan akan informasi yang semakin hari semakin kompleks dan bervariasi. Karena
kelebihan televisi ini para ahli mengasumsikan bahwa televisi mempunyai daya tarik yang kuat
akibat adanya unsur seperti musik, kata – kata dan sound effect serta unsur visual dari televisi itu
sendiri (Effendi , 1993 : 177 ).
Televisi mampu menguasai jarak dan ruang, juga menjangkau massa yang cukup besar.
Pemberitaannya sangat cepat dan juga lebih singkat, jelas dan sistematis (Effendy, 1993:21).
Televisi saat ini bahkan telah mendominasi kehidupan masyarakat sehari – hari. Oleh karena itu,
televisi harus menyajikan acara yang bermutu.
Weis (dalam Rakhmat,1993:236) menyatakan media massa memenuhi kebutuhan akan
(9)
sedapat mungkin memberikan hiburan dan informasi. Acara yang sifatnya informatif adalah
berita, sedangkan acara yang bersifat hiburan seperti musik, kuis, komedi situasi, telenovela dan
juga film.
Khalayak sebagai sasaran dari media merupakan kumpulan berbagai individu yang
berbeda dalam minat, perhatian maupun kepentingannya. Khalayak akan mengikuti secara
lengkap dan seksama berita dan laporan permasalahan yang secara langsung mempengaruhi
kehidupannya dan menjadi minat perhatiannya. Dalam hal ini, khalayak sadar akan kebutuhan
serta menyadari alasan mereka untuk menggunakan media sehingga sikap khalayak terhadap
pesan yang disampaikan adalah selektif. Khalayak berusaha mengikuti setiap informasi yang
disampaikan media massa. Bahkan tidak tertutup kemungkinan untuk mencari sumber – sumber
informasi yang digemarinya melalui berbagai media yang diangga mampu memenuhi
kebutuhannya.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual dapat dikatakan sebagai khalayak sadar dimana
mahasiswa dapat mengetahui dan menyadari kebutuhannya dalam menggunakan media. Realita
kampus hari ini dimana adanya kebijakan BHMN (Badan Hukum Milik Negara) tentang masa
studi yang mewajibkan mahasiswa untuk tamat dalam kurun waktu maksimal 6 tahun. Berangkat
dari realita ini, mahasiswa dituntut untuk lebih giat dalam menjalani perkuliahannya yang
dibebani oleh tugas-tugas kuliah, beban dalam menghadapi ujian tengah semester ataupun ujian
akhir semester. Hal ini membuat mahasiswa membutuhkan suatu pelarian akan ketegangan
emosi atau kebutuhan akan hiburan agar ketegangan-ketegangan yang dialaminya selama
(10)
Pada umumnya dalam memenuhi kebutuhannya akan hiburan, mahasiswa melakukan
berbagai aktivitas yang bersifat positif, misalnya dengan cara berkumpul bersama
teman-temannya, menonton film di bioskop, berolah raga, menonton acara hiburan di televisi, ataupun
memilih melakukan kegiatan-kegiatan di organisasi yang diikutinya, seperti berdiskusi dan lain
sabagainya. Jika kebutuhan akan hiburan ini tidak mengarah pada hal yang bersifat positif maka
akibat yang ditimbulkan pada umumnya cenderung mengarah pada hal-hal yang bersifat negatif,
misalnya mahasiswa melakukan kekerasan, tawuran ataupun mengkonsumsi obat-obatan
terlarang, sek.s bebas dan hal negatif lainnya.
Kondisi perkuliahan yang cukup menguras energi ini membuat mahasiswa harus dapat
lebih bijak dan lebih pintar dalam menghadapinya. Demikian pula dalam memenuhi
kebutuhannya akan pelepasan ketegangan emosi atau kebutuhan akan hiburan (escapism),
mahasiswa harus lebih selektif dalam memilih aktivitas untuk dapat memenuhi kebutuhannya
akan hiburan yang lebih mengarah ke hal yang bersifat positif. Hal inilah yang dimaksudkan ke
dalam sasaran komunikasi.
Effendy (1993:37) menyatakan, untuk mencapai sasaran komunikasi, kita dapat memilih
salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan
yang akan disampaikan dan tekhnik yang akan dipergunakan. Semakin tingginya kebutuhan akan
informasi memungkinkan media massa tumbuh subur dan hal ini membuat kompetisi media
khususnya tetlvisi sangatlah ketat. Saat ini di Indonesia ada sepuluh stasiun televisi swasta
nasional, yaitu : RCTI, ANTV, TPI, Indosiar, Trans TV, Metro TV TRANS 7, Global TV, TV
(11)
Suatu media akan digemari apabila media tersebut mempunyai daya tarik yang dapat
memenuhi kebutuhan khalayak sesuai dengan motif penggunaan media tersebut. Sebaliknya,
media khususnya televisi yang tidak dapat memenuhi kebutuhan khalayak maka akan
ditinggalkan oleh pemirsanya. Penyajian film di televisi – televisi swasta, baik buatan dalam
negeri sendiri maupun luar negeri merupakan hiburan tersendiri bagi pemirsa yang selalu
mencari film – film yang bermutu tinggi dan terbaru. Hiburan film lebih banyak dinikmati
pemirsa daripada hiburan – hiburan lain yang bersifat sementara, seperti kuis, musik, olah raga
dan lain sebagainya. Pemutaran film – film di televisi swasta tersebut telah mempengaruhi
penonton untuk selalu menunggu film – film apa yang akan ditayangkan. Tak heran banyak
pemirsa yang menggonta – ganti channel televisi untuk mencari program – program film sesuai
dengan kebutuhannya.
Salah satu televisi swasta yang banyak tayangan film dan acara hiburan adalah TRANS 7,
dari sekian banyak program acara, peneliti tertarik untuk meneliti sebuah program acara “Opera
Van Java” dimana program acara ini ditayangkan di TRANS 7 pada pukul 20:00 WIB sampai
dengan 21:00 WIB dan mulai disiarkan pada awal Juni tahun 2009. Jika film hiburan lainnya
hanya menengahkan si kaya dan si miskin, si jahat dan si baik hati, maka pada program acara ini
banyak variasinya. Dimana program acara tersebut berasal dari sebuah budaya jawa yaitu
wayang orang tetapi dikemas pada jalan cerita yang modern, terkadang wayang dan dalang
kadang – kadang seperti tidak mempunyai garis koordinasi untuk menjalankan sebuah cerita
pada program tersebut. Namun hal itu pula lah yang membuat program acara tersebut terlihat
lucu dan konyol, untuk itu sang dalang memiliki pantun yang berbunyi :
“ Disana gunung , disini gunung ditengah – tengah pulau jawa.
(12)
Wayangnya bingung, dalangnya lebih bingung. Yang penting bisa tetap ketawa. “
Dalam program acara tersebut yang selalu menjadi tokoh utama wayangnya adalah Sule,
Azis Gagap, Andre Taulany, Nunung, Mpo’ Nori dan terkadang beberapa artis ternama untuk
mendukung jalan cerita, dan tak terlepas pula Parto Patrio sebagai dalangnya dan kedua sinden
disisi kanan dan kiri, Sinden Winda dan Sinden Dewi Gita.
Pada pemutaran program acara yang berdurasi satu jam ini, terkadang ada adegan
kekerasan yang dilakukan oleh wayang dan dalang, dan seakan – akan tabu untuk ditonton
pemirsa televisi, misalnya ketika dalang memukul wayang dengan menggunakan batu yang
terbuat dari gabus. Tetapi hal itu pula yang membuat pemirsa televisi tertarik untuk melihat acara
ini.
Paparan yang telah dikemukakan, menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan Uses and Gratifications yang menekankan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukan apa yang dilakukan media kepada khalayak tetapi apa yang
dilakukan khalayak kepada media. Peneliti disini tertarik untuk meneliti bagaimana motivasi
konsumsi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara angkatan
2007 – 2009 terhadap program acara tayangan Opera Van Java dan sejauh mana akan kebutuhan
akan hiburan (escapism) dapat mereka peroleh melalui media televisi dalam kaitannya dengan
pendekatan Uses and Gratifications. Alasan memilih mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik angkatan 2007 – 2009 dikarenakan mahasiswa angkatan tersebut masih aktif dan intens
(13)
I.2 Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang diuraikan , maka permasalahan yang akan
diteliti dirumuskan sebagai berikut : “Sejauh manakah pemenuhan kebutuhan akan hiburan
(escapism) tayangan Opera Van java pada mahasiswa FISIP USU dapat diperoleh melalui
televisi swasta?”
I.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini perlu dibuat agar ruang lingkup menjadi lebih jelas, terarah,
tajam dan tidak terlalu luas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Fokus penelitian adalah motivasi khalayak mengonsumsi tayangan acara “Opera Van
Java” dari media televisi swasta terhadap pemenuhan kebutuhan akan hiburan
(escapism)
2. Kebutuhan yang dimaksud terbatas pada kebutuhan hiburan (escapism) yang
menyangkut tayangan acara “Opera Van Java”
3. Khalayak yang diteliti adalah mahasiswa FISIP USU mulai dari angkatan 2007
(14)
I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan hiburan mahasiswa FISIP USU yang
mengkonsumsi tayangan acara Opera Van Java di TRANS 7.
2. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media oleh mahasiswa FISIP USU dalam
memilih media untuk memenuhi kebutuhan hiburan (escapism) mereka.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penggunaan program acara Opera Van
Java dengan pemenuhan kebutuhan hiburan mahasiswa FISIP USU angkatan 2007
sampai 2009.
I.4.2 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang Uses
and Gratifications terutama tentang motivasi konsumsi media.
2. Secara akademis, penelitian ini dapat disumbangkan kepada FISIP USU khususnya
jurusan Ilmu Komunikasi dalam rangka memperkaya bahan penelitian dan sumber
bacaan.
3. Secara praktis, sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak media massa elektronik
(15)
I.5 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam
memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat
pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disoroti. Uraian dalam
kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek –
aspek yang terdapat didalam masalah atau sub – sub masalah (Nawawi, 2001 : 39-40)
Dalam penelitian ini hal – hal yang akan dibahas adalah komunikasi dan komunikasi
massa, teori Uses and Gratifications, motif penggunaan media, televisi sebagai media
komunikasi massa, film dan komedi.
I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa
Menurut Effendy (1992 :5), komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap pendapat atau prilaku baik langsung
maupun tidak langsung media.
Komunikasi dapat berlangsung atau tanpa media komunikasi dengan menggunakan
media yang ditujukan kepada khalayak disebut komunikasi massa. Komunikasi massa ini dapat
dikenali sebagai berikut :
• Sumber komunikasi massa merupakan suatu organisasi formal dan sang pengirimnya
(16)
• Pesannya tidak unik dan beraneka ragam serta data diperkirakan. Pesan tersebut seringkali diproses, distandarisasi dan selalu diperbanyak sehingga merupakan produk
dan komoditi yang mempunyai nilai tukar serta acuan simbolik yang mengandung nilai
kegunaan.
• Hubungan antar pengirim dan penerima bersifat satu arah dan jarang sekali bersifat
interaktif. Hubungan tersebut bersifat impersonal, bahkan mungkin bersifat non moral
dan kalkulatif. Artinya pengirim biasanya tidak bertanggung jawab atas konsekuensi
yang terjadi pada para individu (McQuail,1994: 33-34).
I.5.2 Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan
sangat selektif. Uses and gratifications ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada
khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Artinya, anggota
khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Blummer, pendekatan Uses and Gratifications member pengertian bahwa
komunikasi massa bermanfaat (utility), bahwa pengguna media diarahan oleh motif
(intentionality), dan perilaku media mencerminkan kepentingan dan selektifitas (selectivity), dan
bahwa khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn). Oleh karenanya, penggunaan media
hanyalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi keperluan psikologi dan efek media
dianggap sebagai salah situasi pada saat kebutuhan tersebut dipenuhi (Rakhmat, 193:65).
Konsep dasar pendekatan ini seperti yang diringkaskan oleh Katz, Blumler, dan
Gurevitch dapat dismpulkan sebagai berikut: (1) sumber sosial dan psikologis dan (2) kebutuhan,
(17)
menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan (6) pemenuhan dan (7) akibat
– akibat lain, bahkan seringkali akibat – akibat yang tidak dikehendaki (Hoeta Soehoet,
2002:67).
Teori Uses and Gratifications dapat digambarkan sebagai berikut (Tan Alexis, 1981).
Gambar 1.
(Tan Alexis, 1981)
I.5.3 Teori Escapism (Motif Penggunaan Media)
Secara Etimologi, escapism berasal dari bahasa inggris, yaitu escape, yang artinya
melarikan diri. Definisi eskapisme adalah sebuah kehendak atau kecenderungan menghindar dari
kenyataan dengan mencari hiburan dan ketenteraman di dalam khayal atau situasi rekaan.
Kecenderungan sikap eskapis semacam ini bisa kita atasi dengan berbagai cara, antara lain
dengan relaksasi. Relaksasi merupakan suatu bentuk eskapisme yang sehat dan banyak kita
jalankan. Sedangkan menurut katz, Guerevitch dan Haas telah menemukan bahwa kebutuhan
yang berkaitan dengan media dipengaruhi oleh pendidikan dan usia. Sementara Raymond Bauer
Lingkungan sosial
-Ciri – ciri demografi.
- Keanggotaan dalam kelompok
- ciri – ciri kepribadian
Kebutuhan
-keluarga dan teman
- afektif
- integrasi sosial
- integrasi personal
- escapism
Sumber nonmedia -keluarga dan teman - hubungan interpersonal - hobi
- istirahat dll
Sumber media -sumber media -Isi media -terpaan media -Konteks sosial terhadap terpaan media Fungsi -pengawasan -hiburan -Identitas diri -Intergrasi
(18)
mengatakan, orang yang terdidik dan memiliki intelegensi yang cukup baik punya kecendrungan
menyukai media elektronik, khususnya televisi (Depari & Collins,1993:35).
Dari pendapat tersebut, mahasiswa FISIP USU pada angkatan 2007 – 2009 dapat
dikatakan memiliki kecendrungan menyukai media televisi. Mereka juga akan menanggapi pesan
yang disampaian media sesuai dengan lingkungan kelompoknya. Artinya ia akan mencari dan
menentukan pesan – pesan apa yang sesuai dengan kebutuhan yang timbul dari lingkungannya
tersebut. Dari pandangan ini, penggunaan media disebabkan oleh adanya kebutuhan yang timbul
dari lingkungan sosial dan psikologis, dan khalayak menggunakan media untuk memuaskan
kebutuhannya. Adapun penyebab atau dorongan tersebut dapat dikaitkan sebagai motif.
Sehubungan dengan kebutuhan, Katz, Guerevitch, Haas membuat tipologi kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan penggunaan media yang meliputi (Liliweri, 1991:137) :
1. Kebutuhan Kognitif
2. Kebutuhan Afektif
3. Kebutuhan Integratif Personal
4. Kebutuhan Integratif Sosial
5. Kebutuhan akan pelarian
Khususnya tentang kebutuhan escapism dapat diartikan sebagai usaha khalayak untuk
menghindari diri dari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman, dalam hal ini
mengikuti tayangan acara Opera Van Java.
(19)
Istilah televisi terdiri dari perkataan “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang
berarti penglihatan. Televisi adalah salah satu bentuk media komunikasi massa yang selain
mempunyai daya tarik yang kuat, disebabkan unsur – unsur kata, music, dan sound effect , juga
memiliki keunggulan yaitu unsur visual berupa gambar hidup yang dapat menimbulkan pesan
mendalam bagi pemirsanya (Effendy, 1993:192). Menurut Teguih Meinanda (1981:44) televise
berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang memberikan penerangan kepada masyarakat serta
medidiknya kemudian hari. Sedangkan menurut sosiolog Marshall Luhan, kehadiran televise
membuat dunia menjadi “Desa Global” yaitu masyarakat dunia yang batasannya diterobos oleh
media televisi (Kuswandi, 1996:20)
Televisi memiliki ciri – ciri antara lain :
- Berlangsung satu arah
- Komunikasi melembaga
- Pesannya bersifat umum
- Sasarannya menibulkan keserempakan
- Komunikasinya bersifat heterogen (Effendy, 1993:21)
I.5.5 Film
Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan
dunia. Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip – prinsip fotografi
dan proyektor. Film merupakan salah satu jenis media massa yang sudah diproduksi sejak tahun
(20)
I.6 Kerangka Konsep
Kerangka Konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dlam
memperkirakan kemungknan hasil penelitian yang akan dicapai dapat mengantar penelitian pada
rumusan hipotesa (Nawawi,1993:33). Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan di atas
ada beberapa konsep yang harus dioperasionalisasikan menjadi :
1. Variabel Antaseden
Variabel anteseden mempunyai kesamaan dengan variabel antara yakni merupakan hasil
yang lebih mendalam dari penelusuran hubungan kausal antara variabel. Variabel
anteseden mendahului variabel pengaruh (Singarimbun, 1989:66)
Posisi variabel ini sangat menentukan terhadap motif. Variabel anteseden dalam
penelitian ini adalah karakteristik responden yang meliputi:
- Jenis kelamin
- Status
- Usia
- Angkatan (Stambuk)
2. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau
mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur yang lain (Nawawi,
1993:40). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu motivasi mengkonsumsi (escapism)
(21)
yang timbul dari latar belakang pendidikan yang sama, akan memotivasi mereka untuk
mengkonsumsi media televisi agar kebutuhan escapism terpenuhi. Maka, dalam
penelitian ini motivasi yang akan diteliti dikategorikan sebagai :
Kebutuhan Escapism
Adapun motivasi hiburan dalam penelitian ini antara lain :
- Mencari hiburan
- Menambah pengetahuan tentang cerita dari negara lain yang dikemas dalam budaya jawa
namun konyol.
Untuk melihat bagaimana motivasi hiburan escapism tersebut, perlu ditnjau dari beberapa
indikator, antara lain:
- Jenis saluran televisi
- Isi / acara televisi
- Frekuensi menonton televisi
- Intensitas menonton televisi
3. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang merupakan akibat atau yang dipengaruhi oleh
variabel yang mendahuluinya. (Rakhmat, 1993:12). Variabel terikat dalam penelitian ini
(22)
Pemenuhan kebutuhan escapism terdiri dari dua indikator, yaitu :
- Konsumsi media. Dari mengkonsumsi media, kita data melihat bagaimana pemenuhan
kebutuhan hiburan yang diperoleh khalayak dari media tersebut, dalam hal ini televisi
swasta.
- Konsumsi Tayangan Opera Van Java. Dari mengkonsumsi tayangan Opera Van Java di
TRANS 7, khalayak akan mengetahui seputar acara Opera Van Java.
I.7 Model Teoritis
Variabel – vairabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk
menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:
Gambar 2.
1.8 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan pemecahan permasalahan yang bersifat sementara yang
mungkin benar dan mungkin pula salah. Untuk menguji hipotesis, harus diperlukan data/ fakta
Variabel Anteseden Karakteristik Responden
- Jenis Kelamin
- Usia
- Angkatan (stambuk)
Variabel Bebas Motivasi - escapism
Variabel Terikat Pemeunhan kebutuhan Escapism
- Konsumsi
• Pemenuhan kebutuhan hiburan - Konsumsi Tayangan acara
Opera Van Java
• Acara Komedi yang diminati responden
(23)
yang diperoleh dari hasil pengumpeulan data. Hipotesa yang peneliti ajukan dalam penelitian ini
adalah :
Ha : Terdapat hubungan yang tinggi antara tayangan Opera van Java dengan pemenuhan
kebutuhan hiburan mahasiswa FISIP USU angkatan 2007 – 2009.
Ho : Tidak terdapat hubungan yang tinggi tayangan Opera van Java dengan pemenuhan
kebutuhan hiburan mahasiswa FISIP USU angkatan 2007 – 2009.
I.9 Operasionalisasi Variabel
Untuk mempermudah operasionalnya di dalam memecahkan masalah maka dibuatlah
operasionalisasi variabelnya sebagai berikut :
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Anteseden
Karakteristik Responden
Variabel Bebas
Motivasi konsumsi tayangan acara Opera Van
Java
- Kebutuhan Escapism :
1. Mencari hiburan
- Jenis kelamin
- Usia
- Angkatan (stambuk)
(24)
2. Menambah pengetahuan tentang cerita
dari negara lain yang dikemas dalam
budaya jawa kuno namun konyol.
Variabel Terikat
Pemenuhan kebutuhan informasi
escapism :
1. Konsumsi Media
2. Konsumsi Tayangan Acara Dewasa
- Isi / acara televisi
- Frekuensi televisi
- Intensitas menonton televisi
- Pemenuhan kebutuhan hiburan yang
diberikan televisi
- Tayangan acara program komedi yang
diminati responden
I.10 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenal cara – cara untuk
mengukur variabel – variabel. Defenisi operasional juga merupakan suatu informasi alamaiah
yang sanagat membantu peneliti yang lain yang akan menggunakan variabel yang sama.
(25)
1. Karakteristik responden adalah nilai – nilai khusus yang dimiliki responden yang
memdakannya dengan orang lain dimana dapat menjadi identitas dari responden.
Karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain :
1. Jenis kelamin yaitu pria dan wanita
2. Usia yaitu lama hidup yang dihitung sejak lahir , dalam hal ini pada waktu dilakukan
penelitian.
3. Angkatan stambuk yaitu terhitung dari angkatan dan mulai aktif kuliah dari tahun
2007 sampai dengan 2009.
2. Motivasi konsumsi adalah motif atau dorongan yang ada di dalam diri individu untuk
mengkonsumsi tayangan acara Opera Van Java di televisi. Motivasi konsumsi dalam
penelitian ini adalah untuk memenuhi escapism. Adapun yang berkaitan dengan upaya
untuk menghindarkan ketegangan dan hasrat akan keanekargaman. Kebutuhan escapism
dapat terpenuhi oleh adanya dorongan – dorongan seperti keinginan dan penjelajahan
pada diri kita. Untuk melihat bagaimana motivasi konsumsi ini, dapat dilihat dari
beberapa indikator, yaitu:
- Jenis saluran televisi yaitu saluran televisi swasta yaitu TRANS 7.
- Isi/acara di televisi yang paling sering dikonsumsi oleh responden, misalnya film berita,
infotainment, reality show, dll.
- Frekuensi menonton yaitu seberapa sering seseorang biasa menonton televisi dalam
(26)
- Intensitas menonton maksudnya berapa rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk
menonton televisi.
3. Pemenuhan kebutuhan hiburan yaitu terpenuhinya kebutuhan escapism Mahasiswa FISIP
USU pada angkatan 2007 – 2009 akan tayangan acara Opera Van Java.
4. Pemenuhan kebutuhan escapism terdiri dari dua indikator, yaitu :
1. Konsumsi media. Maksudnya, seberapa jauh televisi mampu membantu mahasiswa FISIP
USU sehingga kebutuhan hiburan mereka dapat terpenuhi
2. Konsumsi tayangan acara Opera Van Java. Maksudnya , seberapa jauh program acara
(27)
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa II.1.1 Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari perkataan bahasa Inggris “ communication” yang
menurut Wilbur Schramm bersumber pada istilah Latin “communis” dalam bahasa Indonesia
berarti “sama” dan menurut Sir. Gerald Barry “communicare” yang berarti “bercakap – cakap”
(Effendy, Onong, 1993 Jika kita berkomunikasi, berarti kita mengadakan kesamaan , dalam hal
ini kesamaan dan pengertian makna.
Menurut Hovland (Effendy, Onong, 1993:2), komunikasi didefinisikan sebagai berikut :
”proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang – perangsang (biasanya
lambang – lambang dalam bentuk kata – kata ) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan)”.
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para
peminat komunikasi sering kali mengutip paradigm yang dikemukakan oleh Harold Laswell
dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan
bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut
: Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell diatas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
(28)
Komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang mulai memeberikan
informasi kepad lawan bicaranya.
• Pesan (message)
Pesan merupakan seperangkat lambang yang bermakna yang disampaikan oleh
komunikator.
• Media (channel)
Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada
komunikan
• Komunikan (communicant)
Komunikan (receiver) adalah seseorang atau sekelompok orang yang menerima pesan
atau informasi dari komunikator.
• Efek (effect)
Efek adalah tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.
Berdasarkan paradigm Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulakn efek tertentu. (Effendy,
1992:10)
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan suatu
proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain dengan mempergunakan lambang –
lambang yang berarti, baik verbal maupun non verbal, yang dapat terjadi secara langsung atau
dengan menggunakan media, dengan tujuan agar orang lain dapat mengerti atau memahami
(29)
pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komunikasi massa sebagai
teori pendukung.
II.1.2 Definisi Komunikasi Massa
Komunikasi massa merujuk kepada pendapat Tan dan Wright , dalam Liliweri, 1991,
merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan
komunikator dan komunikan secara missal, berjumlah banyak , bertempal tinggal yang jauh
(terpencar), heterogen, dan menimbulkan efek tertentu. Media komunikasi yang termasuk dalam
media massa adalah radio siaran dan televisi, keduanya dikenal sebagai media elektronik, surat
kabar dan majalah, keduanya disebut sebagai media cetak, serta media film.
Menurut ahli komunikasi lainnya yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito, yaitu
pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak
yang luar biasa banyaknya. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh
pemancara – pemancar yang audio dan audio visual (Ardianto, 2004 : 6).
Komunikasi massa juga dapat didefinisikan dengan memusatkan perhatian pada lima
variabel dalam setiap tindak komunikasi dan memperlihatkan bagaimana variabel – variabel ini
bekerja pada media massa. Variabel tersebut adalah :
1. Sumber
Komunikator massa adalah suatu organisasi kompleks yang mengeluarkan biaya besar
(30)
2. Khayalak (Audience)
Komunikasi massa ditujukan kepada massa dengan jumlah yang sangat besar khalayak.
Karena banyaknya jumlah khalayak dan arena sangat penting bagi media untuk
memberikan apa yang diingin khalayak, pesan dari komunikasi massa harus difokuskan
pada pemirsa atau khalayak rata – rata.
3. Pesan
Komunikasi massa merupakan milik umum. Setiap orang dapat mengetahui pesan –
pesan komunikasi massa di media – media massa. Komunikasi juga berjalan cepat
sehingga pesan sampai pada khalayak penerima hampir tanpa selisih waktu.
4. Proses
Ada dua proses dalam komunikasi massa. Pertama, proses mengalirnya pesan, yang pada
dasaranya satu arah. Kedua proses seleksi, dua arah. Komunikasi massa pada dasarnya
merupakan proses satu arah. Komunikasi ini berjalan dari sumber ke penerima. Dalam
komunikasi massa, pesan mengalir dari media ke penerima tetapi tidak dikembalikan
lagi, kecuali berupa umpan balik dalam bentuk surat pembaca, angket dan semacamnya.
5. Konteks
Komunikasi massa berlangusng dalam suatu konteks sosial. Dimana media
mempengaruhi konteks sosial dan begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain terjadi
(31)
Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di
mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal
melalui alat – alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.
Dibandingkan dengan bentuk – bentuk komunikasi sebelumnya, maka komunikasi massa
memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak variatif, baik dari segi usia,
agama, suku, pekerjaan maupun dari segi kebutuhan.
II.2 Televisi
II.2.1 Pengertian Televisi
Televisi adalah salah satu media dalam komunikasi. Dari semua media komunikasi yang
ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto dkk, 2004 : 125).
Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelihannya
yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas
pesannya yang bisa dilihat serta didengar dlam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005 : 89).
Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan
media dari jaringan komunikasi dengan ciri – ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu
berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya
menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat heterogen. (Effendy,1992:21)
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi
(32)
perubahan nilai – nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian
massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara goegrafis dan sosiologis,
(Kuswandi, 1996 : 21).
Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media elektronik lainnya diantaranya
siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di
masyarakat.
II.2.2 Pengaruh Televisi
Kekhawatiran banyak orang terhadap televise terletak pada pengaruhnya. Seluruh muatan
pesan siaran diduga mampu mengubah, mewarnai ataupun membentuk prilaku khalayak
penontonnya. Pesan dalam bentuk informasi dinilai sebagai suatu energi yang mengalir dari
media ke khalayak pemirsa. Energi yang berbentuk film, sinteron, iklan,berita dan sebagainya
pada keadaan tertentu akan dipanuti oleh pemirsanya.
Pengaruh televisi terhadap sistem komunikasi tidak terlepas dari pengaruh terhadap aspek
– aspek kehidupan pada umumnya. Bahwa televisi menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia,sudah banyak yang mengetahui dan merasakannya. Tetapi sejauh mana
pengaruh yang positif dan negatif, belum banyak diketahui.
Televisi adalah sebuah sarana komunikasi, yang memiliki kekuatan pengaruh tertentu
dalam menaburkan pesan kepada penontonnya. Pengaruh yang terjadi dapat positif atau negatif
tergantung pada acara apa yang disiarkan, siapa yang menonton dan dalam kondisi bagaiman
(33)
“merusak” mental penontonnya, tidaklah seluruhnya benar. Dalam keadaan inilah diperlukan
kearifan dari berbagai pihak untuk memikirkan kebijakan apa yang mesti ditempuh agar televisi
menjadi media yang dapat diterima oleh masyarakatnya.
Hal ini juga harus mampu mengemban peran dan fungsi – fungsi idealnya media
komunikasi massa. Dibutuhkan proporsi yang adil dalam menjalankan fungsi informasi, edukasi
dan menghiburnya. Penonton berhak memperoleh keadilan informasi, memperoleh pendidikan
sekaligus hiburan. Dan itu amat bergantung kepada siapa yang mengemban tugas mengelola
televisi. Sangat arif tentunya jika terdaat curahan tenaga dan pikiran yang sungguh – sungguh
untuk memberi yang terbaik baik masyarakat penonton Indonesia yang sangat pluralistik.
Walaupun belum cukup bukti yang medukung dampak negatif televisi, tapi masyarakat
tampaknya percaya akan kemampuan dan daya pengaruh si “kotak ajaib” ini. Perdebatan dampak
televisi tidak hanya di Indonesia, sejak lahirnya deregulasi di bidang penyiaran televisi, yang
diiringi dengan hadirnya stasiun penyiaran televisi swasta, banyak bermunculan pendapat dan
reaksi. Selain muncul berbagai respon positif yang dikemukakan para tokoh masyarakat,banyak
juga yang mengkhawatirkan dampak atau efek negatif dari siaran televisi.
Dengan demikian dalam memahami televisi sebagai media komunikasi tidak dapat
dipadang sebagai aktifitas yang bersifat segregatif. Memandang pengaruh televisi haruslah
menyeluruh tidak dapat hanya dipandang sebagai bagian dari persoalan dari keseluruhan aktifitas
sosial. (Cahyana, 1996 : 33)
(34)
Sebuah komedi situasi, sering disingkat sitkom, adalah genre dari komedi yang memiliki
karakter berulang dalam lingkungan umum seperti rumah atau tempat kerja. Sebuah komedi
situasi dapat direkam sebelum penonton di studio. Beberapa fitur juga lagu tertawa. Program
tersebut berasal di radio. Hari ini, komedi situasi yang ditemukan hampir secara eksklusif pada
televisi sebagai salah satu yang dominan narasi bentuk.
Berbeda dengan berdiri komedi dan sketsa komedi, komedi situasi memiliki alur cerita
dan karakter yang sedang berlangsung, pada dasarnya, sebuah drama komedi. Situasi ini
biasanya yang dari keluarga, tempat kerja, atau sekelompok teman-teman.
Komedi tradisional disajikan dalam variety show dan dicampur dengan pertunjukan
musik, seperti dalam vaudeville.
Humor Sitkom sering karakter didorong dan karena sifatnya menjalankan gagasan sering
berkembang pada suatu seri. Seringkali status quo situasi dipertahankan dari episode ke episode.
Sebuah episode mungkin fitur gangguan untuk situasi biasa dan interaksi karakter, tetapi ini
biasanya akan diselesaikan pada akhir episode dan situasi kembali ke bagaimana hal itu sebelum
gangguan tersebut. Ada pengecualian untuk ini. Beberapa fitur busur menunjukkan cerita di
episode di mana karakter dan situasi berubah dan berkembang.
Komedi dari peradaban masa lalu, seperti orang-orang Aristophanes di Yunani kuno,
Terence dan Plautus di Roma kuno, Śudraka di India kuno, dan banyak contoh termasuk Shakespeare, Molière, yang dell'arte Commedia dan Punch dan Judy menunjukkan dari pasca-
Renaisans Eropa, adalah nenek moyang komedi situasi modern. Beberapa karakter, pratfalls,
rutinitas dan situasi yang disimpan dalam rekening saksi mata dan dalam teks dari drama itu
(35)
dan pengantin. Yang pertama televisi sitkom dikatakan Kemajuan Pinwright, sepuluh episode
yang disiarkan di BBC antara 1946-1947.
Kebanyakan komedi situasi Amerika Utara umumnya program setengah-jam di mana
cerita ini ditulis untuk menjalankan total panjangnya 22 menit, meninggalkan delapan menit
untuk iklan.
II.4. Motivasi
Apa saja yang diperbuat manusia yang penting maupun yang kurang penting, yang
berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasi. Demikian juga halnya
dengan belajar, motivasi itu penting. Motivasi adalah mutlak.
Motivasi merupakan "pendorongan", segala usaha yang disadari untuk mempengaruhi
tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil/tujuan tertentu. Menurut Vroom, motivasi mengacu pada suatu proses
mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang
dikehendaki. Kemudian John P. Campbell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam
defenisi tersebut dengan mengemukakn bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan
tingkah laku, kekuatan respons dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah itupun
mencakup sejumlah konsep seperti dorongan (drive), kebutuhan (need), rangsangan (incentive),
ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan tujuan (goal tujuan), harapan
(expectacy), dan sebagainya.
Menurut kebanyakan defenisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu
menggerakan, mengarahkan dan mendorong tingkah laku manusia. Menggerakkan, berarti
(36)
tertentu, seperti kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif dan kecenderungan mendapat
kesenangan. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian
motivasi menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan intensitas dan
arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan individu.
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas, Hoy dan Mistel dalam buku Educational
Administration mengemukakan bahwa motivasi dapat didefenisikan sebagai kekuatan-kekuatan
yang kompleks, dorongan-dorongan dan kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan
ketegangan (tention states) atau mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga
kegiatan-kegiatan yang diinginkan ke arah pencapaian tujuan-tujuan personal.
Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga
dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. makin
jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan
memotivasi dilakukan.
II.5 Motif menggunakan Media Massa
Secara umum Katz, Guveritch dan Haas berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu :
(1) Kebutuhan Kognitif
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat
informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang lingkungan kita. Kebutuhan ini didasarkan pada
(37)
oleh adanya dorongan – dorongan seperti keingintahuan (curiosity) dan menjelejahan
(exploratory) pada diri kita.
(2) Kebutuhan Afektif
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk memperkuat
pengalaman – pengalaman yang bersifat keindahan, kesenangan, dan emosional.
(3) Kebutuhan Integratif Personal
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berhubungan dengan usaha – usaha untuk memperkuat
kepercayaan, kesetiaan, status pribadi. Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya
keinginan setiap individu untuk meningkatkan harga diri.
(4) Kebutuhan Integratif Sosial
Yaitu kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan usaha – usaha untuk memperkuat kontak
dengan keluarga, teman – teman dan dengan alam sekelilingnya. Kebutuhan tersebut didasarkan
oleh adanya keinginan setiap individu untuk berafiliasi.
(5) Kebutuhan akan pelarian (eskapisme)
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri dari kenyataan, melepaskan
(38)
II.6. Sikap Eskapisme
Eskapisme adalah sebuah kehendak atau kecenderungan menghindar dari kenyataan
dengan mencari hiburan dan ketenteraman di dalam khayal atau situasi rekaan. Kecenderungan
sikap eskapis semacam ini bisa kita atasi dengan berbagai cara, antara lain dengan relaksasi.
Relaksasi merupakan suatu bentuk eskapisme yang sehat dan banyak kita jalankan. Disini
peneliti menaruh perhatian sikap eskapisme terhadap menonton film. Gagasan tentang eskapisme
ini awalnya dikemukakan oleh Richard S. Lazarus dalam pandangan psikologis. Eskapisme ini
termasuk dalam suatu tindakan penyelesaian terhadap masalah atau disebut sebagai coping.
II.7 Proses Coping
Banyak hal yang dapat membuat seseorang untuk dapat berlari dari masalahnya. Salah
satunya adalah stress. Stres yang muncul pada seseorang akan memotivasi untuk melakukan
suatu coping (Mu’tadin, 2002). Coping adalah suatu tindakan merubah kognitif secara konstan
dan merupakan suatu usaha tingkah laku untuk mengatasi tuntutan internal atau eksternal yang
dinilai membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki individu. Coping yang dilakukan ini
berbeda dengan perilaku adaptif otomatis, karena coping membutuhkan suatu usaha, yang mana
hal tersebut akan menjadi perilaku otomatis lewat proses belajar. Coping dipandang sebagai
suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari tekanan tersebut.
Namun coping bukan merupakan suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi menekan, karena
tidak semua situasi tersebut dapat benar-benar dikuasai. Maka, coping yang efektif untuk
dilakukan adalah coping yang membantu seseorang untuk mentoleransi dan menerima situasi
menekan dan tidak merisaukan tekanan yang tidak dapat dikuasainya (Lazarus & Folkman,
(39)
Menurut Lazarus & Folkman (1984), dalam melakukan coping, ada dua strategi yang
dibedakan menjadi :
1. Problem- focusedcoping
Problem-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur atau mengubah
masalah yang dihadapi dan lingkungan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya tekanan.
2. Emotion- focusedcoping.
Emotion-focused coping, yaitu usaha mengatasi stres dengan cara mengatur respon emosional
dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang dianggap penuh tekanan.
Individu cenderung untuk menggunakan problem-focused coping dalam menghadapi
masalah-masalah yang menurut individu tersebut dapat dikontrolnya. Sebaliknya, individu
cenderung menggunakan emotion focused coping dalam menghadapi masalah-masalah yang
menurutnya sulit untuk dikontrol (Lazarus & Folkman, 1984). Terkadang individu dapat
menggunakan kedua strategi tersebut secara bersamaan, namun tidak semua strategi coping pasti
digunakan oleh individu (Taylor, 1991). Merujuk pada penelitian ini, penulis memfokuskan
pambahasan eskapisme yang termasuk dalam emotion focused coping. Para peneliti menemukan
bahwa penggunaan strategi emotion focused coping oleh anak-anak secara umum meningkat
seiring bertambahnya usia mereka (Band & Weisz, Compas et al., dalam Wolchik & Sandler,
1997).
Suatu studi dilakukan oleh Folkman et al. (dalam Taylor, 1991) mengenai kemungkinan
(40)
Hasil studi tersebut menunjukkan adanya lima strategi coping dalam emotion focused coping
yang muncul, yaitu :
1. Self-control; usaha untuk mengatur perasaan ketika menghadapi situasi yang
menekan.
2. Distancing; usaha untuk tidak terlibat dalam permasalahan, seperti menghindar
dari permasalahan seakan tidak terjadi apa-apa atau menciptakan
pandangan-pandangan yang positif, seperti menganggap masalah sebagai lelucon.
3. Positive reappraisal; usaha mencari makna positif dari permasalahan dengan
terfokus pada pengembangan diri, biasanya juga melibatkan hal-hal yang bersifat
religius.
4. Accepting responsibility; usaha untuk menyadari tanggung jawab diri sendiri
dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk
membuat semuanya menjadi lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah
terjadi karena pikiran dan tindakannya sendiri. Namun strategi ini menjadi tidak
baik bila individu tidak seharusnya bertanggung jawab atas masalah tersebut.
5. Escape/avoidance; usaha untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari situasi
tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti makan, minum,
merokok, menonton televisi atau menggunakan obat-obatan.
II.7. Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications memandang individu sebagai makhluk suprarasional dan
(41)
khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Artinya, anggota
khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.
Menurut Blummer, pendekatan Uses and Gratifications member pengertian bahwa
komunikasi massa bermanfaat (utility), bahwa pengguna media diarahkan oleh motif
(intentionality), dan perilaku media mencerminkan kepentingan dan selektifitas (selectivity), dan
bahwa khalayak sebenarnya keras kepala (stubborn). Oleh karenanya, penggunaan media
hanyalah dianggap sebagai salah satu cara untuk memenuhi keperluan psikologi dan efek media
dianggap sebagai salah situasi pada saat kebutuhan tersebut dipenuhi(Rakhmat, 193:65).
Konsep dasar pendekatan ini seperti yang diringkaskan oleh Katz, Blumler, dan
Gurevitch dapat dismpulkan sebagai berikut: (1) sumber sosial dan psikologis dan (2) kebutuhan,
yang melahirkan (3) harap – harapan dari (4) media massa sumber – sumber yang lain , yang
menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media dan menghasilkan (6) pemenuhan dan (7) akibat
– akibat lain, bahkan seringkali akibat – akibat yang tidak dikehendaki (Hoeta Soehoet,
2002:67).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1 Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Metode korelasional
bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada suaru variabel berkaitan dengan variabel lain
(42)
Eskapisme mahasiswa FISIP USU. Metode ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya
hubungan diantara variabel-variabel tersebut.
III.1.1 Populasi dan Sampel
III.1.1.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda,
hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang
memiliki karakteristik tertentu dalam penelitian (Nawawi, 1995 :141).
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas ISIP USU program S-1 stambuk
2007-2009. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAA USU TA : 2009/2010, jumlah mahasiswa
Fakultas ISIP USU program S-1 angkatan 2007/2009 adalah 1759 jiwa.
Tabel 1
Jumlah Mahasiswa Fisip USU Stambuk 2007/ 2009
Departemen Populasi
(43)
Kesejahteraan Sosial 181 jiwa
Administrasi Negara 256 jiwa
Ilmu Komunikasi 373 jiwa
Administrasi Bisnis 159 Jiwa
Ilmu Politik 253 jiwa
Administrasi Perpajakan 334 jiwa
Antropologi 160 jiwa
Sumber data : BAA FISIP USU TA : 2009/2010, Juni 2010
III.1.1.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari polulasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat
menggambarkan populasinya. David Nachmias dan Vhava Nachmias mendefinisikan sampel
sebagai bagian dari populasi yang dikarakteristiknya tidak berbeda dengan karakteristik populasi
(Bulaeng, 2004 : 156). Berdasarkan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan rumus Taro
Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaaan 90%, yakni sebagai berikut :
N
n =
n(d)2 +1
Keterangan : N : Populasi
(44)
d : Presisi (digunakan 10% atau 0,1)
Berdasarkan data yang ada, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak :
n = 1759
1759 (0.1)2 + 1
= 1759
17,59 +1
= 1759
17,60
= 100 Orang
Jadi, sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah berjumlah 100 orang.
III.2 Teknik Penarikan Sampel
III.2.1 Sampel Alokasi Stratifikasi Proposional
Dalam teknik ini, populasi dikelompokkan kedalam kelompok atau ketegori yang disebut
strata. Strata ini bisa berupa usia, kota, jenis kelamin, dan sebagainya. Sampel ini bertujuan
untuk membuat sifat homogen dari populasi yang heterogen dikelompokkan ke dalam
subpopulasi karakteristik tertentu sehingga setiap kelompok (strata) mempunyai anggota sampel
yang relatif homogen. Dalam sampel strata proposional, dari setiap strata diambil sampel yang
sebanding dengan besar setiap strata. Dalam penelitian ini populasi dikelompokkan berdasarkan
(45)
Alokasi Stratifikasi Proposional sampling memungkinkan untuk memberi peluang kepada
populasi yang lebih kecil untuk tetap dipilih sebagai sampel dengan rumus :
n1xn
N =
N
Keterangan : n1 : jumlah jiwa
n : jumlah sampel
N : populasi
Berdasarkan rumus diatas maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap
Departemen, yaitu :
Tabel 2
Departemen Populasi Penarikan Sampel Sampel
Sosiologi 203 jiwa
1759
203 X 100 11
Kesejahteraan Sosial 181 jiwa
1759
181X100 10
(46)
1759
Ilmu Komunikasi 373 jiwa
1759
373X100 21
Administrasi Bisnis 159 Jiwa
1759
159X100 9
Ilmu Politik 253 jiwa
1759
253X100 14
Administrasi Perpajakan
334 jiwa
1759
334X100 19
Antropologi 160 jiwa
1759
160X100 9
TOTAL 106
III.2.2 Accidental Sampling
Setelah sampel alokasi stratifikasi proporsi peneliti juga melakukan accidental sampling
(47)
orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan
tujuan peneliti. Sedangkan orang-orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut
tidak dijadikan sampel. Accidental ampling dilakukan dengan cara mengambil subjek, bukan
didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu
(Kriyanto, 2006 :154). Kriteria sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa Fakultas ISIP USU program reguler S-1 stambuk 2007-2009
2. Pernah menyaksikan acara komedi “ Opera Van Java” di Trans 7.
III.2.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu;
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang meliputi kegiatan survei di
lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melelui kuesioner.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui
literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini
penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
(48)
Kuesioner disusun oleh peneliti disusun berdasarkan indikator – indikator masing –
masing variabel.
III.2.4 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah di
baca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1995 : 23). Data yang diperoleh dari hasil penelitian
akan dianalisis dalam beberapa tahap analisa yaitu :
a. Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan
variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal
merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom-kolom yang merupakan sejumlah frekuensi
dan persentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 :226).
b. Analisis Tabel Silang
Teknik yang dilakukan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki
hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut positif atau
negatif (Singarimbun, 1995 : 273).
c. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis adalah pengujian dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang
diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan diantara kedua variabel yang
dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus korelasi Spearman.
(49)
6 -
∑
d2 Rho = 1 -N (N2 – 1 )
Keterangan : Rs (Rho) : Koefisien korelasi rank order
Angka 1 : Angka satu; yaitu bilangan konstan
Angka 6 : Angka enam ; yaitu bilangan konstan
d : Perbedaan antara pasangan jenjang
∑
: Sigma atau jumlahN : Jumlah individu atau sampel
(Kriyanto, 2006 : 174 )
Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan, digunakan nilai koefisien korelasi
skala Guilford sebagai berikut (Kriyanto, 2006 : 168 ).
Kurang dari 0,20 : Hubungan rendah sekali; lemah sekali
0,21-0,39 : Hubungan rendah tapi pasti
0,40-0,70 : Hubungan yang cukup berarti
0,71-0,90 : hubungan yang tinggi; kuat
(50)
Kemudian tahap selanjutnya adalah mencari besarnya kekuatan hubungan antara variabel X
dan Y, yaitu dengan rumus : Kp = (rs)2 x 100%
III. 3 Deskripsi Lokasi Penelitian
III.3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kampus USU, yang berada di jalan Dr. T. Mansur 9,
Kampus USU, Medan 20155, Sumatera Utara. Adapun penelitian ini dilakukan bulan April -
Mei 2010.
III.3.1.1 Universitas Sumatera Utara
III.3.1.2 Sejarah dan Perkembangan FISIP USU
Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik (FISIP) didirikan atas prakarsa beberapa dosen
dalam bidang ilmu sosial, administrasi dan manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi dan
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada tahun 1979. Proposal pendiriannya disusun
oleh Drs. M Adhan Nasution, Asma Afan, MPA, Dr.
Dr. A.P Parlindungan, SH, yang pada saat itu menjabat sebagai Rektor USU, kemudian
memperjuangkan proposal tersebut sehingga didirikan FISIP sebagai fakultas kesembilan di
lingkungan USU.
Pada tahun 1980, mulanya FISIP USU merupakan jurusan ilmu pengetahuan masyarakat
di FH USU dengan ketua jurusan Dr. M. Adhan Nasution yang diangkat berdasarkan surat
keputusan Rektor USU No. 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980. jurusan ini pertama kali
menerima mahasiswa pada tahun ajaran 1980/1981 melalui ujian SIPENMARU dengan jumlah
(51)
Fakultas Kedokteran Gigi USU pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU Dr. A.
Parlindungan, SH. Perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut.
Walaupun jurusan ilmu pengetahuan masyarakat adalah salah satu jurusan di FH USU,
namun kegiatan perkuliahan dan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di fakultas tersebut.
Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU (sekarang fakultas sastra
USU). Kemudian pada tanggal 7 April 1983 dipindahkan ke gedung Biro Rakyat (sekarang
gedung peusat komputer).
Jurusan ilmu pengetahuan masyarakat yang merupakan ”embrio” FISIP USU terus
mengalami perkembangan. Dua tahun sejak peresmiannya yakni tanggal 7 september 1982,
keluarlah surat keputusan Presiden RI No. 36 Tahun 1982 yang sebagai fakultas kesembilan di
USU. Dengan demikian jurusan ilmu pengetahuan masyarakat tersebut menjadi mahasiswa
FISIP USU.
Kemudian pada tahun 1983, dengan SK menteri pendidikan dan kebudayaan RI No.
77121/IC/83, diangkat Drs. M Adhan Nasution menjadi dekan pertama FISIP USU periode
1983-1986. pembantu Dekan (Pudek I) adalah Dra. Arnita Zainuddin, Pudek II Drs Haniful
Chair, sementara Pudek III adalah Drs Arifin Siregar.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0535/0/83
tentang jenis dan jumlah pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan
bahwa FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut:
1. Jurusan Ilmu Administrasi
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
(52)
4. Jurusan Sosiologi
5. Jurusan Antropologi
6. Jurusan Administrasi Bisnis
7. Administrasi Perpajakan
Dalam proses pengembangan FISIP, ketujuh jurusan tersebut tidak dibuka sekaligus, tetapi
secara bertahap. Hal ini disesuaikan dengan kebutukan masyarakat dan pemerintah daerah serta
tenaga pengajar yang tersedia sesuai dengan disiplin ilmu yang dikembangkan untuk
menindaklanjuti SK Menteri No. 0535/0/83, maka dibuka dua jurusan, yaitu:
1. Jurusan Ilmu Administrasi
2. Jurusan Ilmu Komunikasi
Pada tanggal 18 Agustus 1984, semua kegiatan perkuliahan dan administrasi FISIP USU
dipusatkan di gedung baru yang berada di jalan Dr. A Sofyan No. 1 pada tahun 1984/1985,
kedua jurusan (ilmu administrasi dan ilmu komunikasi) menghasilkan sarjana S1 sebanyak 10
orang (7 sarjana ilmu administrasi dan 3 sarja ilmu komunikasi). Pelantikannya dilakukan pada
tanggal 8 Maret 1985 di Gedubg Perkuliahan FISIP USU.
Dalam perkembangan selanjutnya dibuka jurusan kesejahteraan masyarakat sosial yakni
pada tahun 1985/1986. pada tahun yang sama jurusan antropologi sastra USU dipindah ke FISIP
USU sehingga semua dosen dan mahasiswa yang terdaftar dijurusan tersebut menjadi bagian dari
FISIP USU. Selanjutnya pada tahun akademik 1986/1987, dibukalah jurusan baru yaitu
sosiologi.
Tahun 1985/1986, tenaga pengajar tetap FISIP USU masih berjumlah 20 orang yang
(53)
merupakan staff pengajar luar biasa yang direkrut dari berbagai instansi pemerintah yang ada di
propinsi Sumut, Kakanwil Departemen Perindustrian, PWI Sumut, IKIP Medam dan staff
pengajar yang berada di lingkungan USU.
Setelah berakhirnya periode dekan yang pertama, Prof. M Adhan Nasution kembali
diangkat menjadi Dekan FISIP USU periode kedua berdasarkan SK MENDIKBUD No.
79511/A2.1.2/1986 tanggal 23 Oktober 1986, dengan susunan Pudek I Dra. Nurhaina Burhan,
Pudek II Drs. Armyn Sipahutar dan Pudek III Dra. Irmawati.
Periode berikutnya (1990-1993), diangkat Prof. Asma Affan, MPA sebagai Dekan FISIP
USU berdasarkan SK Mendikbud No. 20208/A.212/C/1990 tanggal 14 Maret 1990, dengan
susunan Pudek I Rahim Siregar, Pudek II Dra. Arnita Z dan Pudek iii Drs Siswo S.
Selanjutnya, berdasarkan SK Mendikbud No. 520931/AA2.12C/1993 tanggal 20 Agustus
1993 diangkatlah Drs. Amru Nasution sebagai Dekan FISIP USU periode 1993-1996. dengan
susunan Pudek I Dra. Nurwida Nuru, Pudek II Dra. Irmawatu dan Pudek III Drs. Sakhyan
Asmara.
Pada tahun akademik 1995-1996, FISIP USU berkerjasama dengan Direktorat Jendral
Pajak membuka program Diploma 1 (D1) dan program Diploma III (DIII). Namun setelah
melahirkan alumni berjumlah 153 orang, program D1 Administrasi Perpajakan tidak lagi
menerima mahasiswa baru tahun ajaran 2000/2001.
Periode 1996-1999, Drs Amru Nasution diangkat kembali menjadi Dekan FISIP USU
berdasarkan SK Mendikbud No. 51141/A.2.1/KP/96 tanggal 23September 1996 dengan susunan
(54)
Sementara untuk periode 1999-2003, jabatan Dekan Fisip USU dipegang oleh Drs.
Sublihar, MA yang diangkat berdasarkan SK Rektor No.1998/J05/SK/KP/1999 tanggal 9
Desember 1999. adapun susunan Pembantu Dekan ditetapkan dengan SK Rektor No.
69/J05/SK/KP/2001 tanggal 2 Februari 2001 sebagai berikut: Pudek I Suwardi Lubis, Pudek II
Drs Mukti Sitompul, Msi dan Pudek III Drs. R. Hamdani Harahap, Msi. Pada tahun akademik
2001/2002 Fisip USU membuka program studi ilmu politik berdasarkan SK No.
616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima mahasiswa yang berjumlah 60 orang.
Sejak mulai berdirinya hingga tanggak 27 April 2002, FISIP USU telah menghasilkan
2996 orang sarjana dengan rincian: alumni jurusan administrasi 1265 orang. Jurusan ilmu
komunikasi 593 orang. Jurusan Ilmu kesejahteraan social 449 orang. Jurusan sosiologi 317 orang
dan ilmu antropologi 317 orang.
III.3.1.3 Visi, Misi, Tujuan, Fungsi dan Tugas FISIP USU
a.Visi
Visi yang diemban oleh FIFIP USU adalah menjadi pusat pendidikan dan rujukan dalam
bidang ilmu sosial dan politik di Asia Tenggara
b.Misi
Misi yang diemban oleh FIFIP USU adalah menghasilkan alumni-alumni yang mampu
bersaing dalam skala global, menjadi pusat riset dan studi-studi ilmu sosial dan ilmu politik
c. Tujuan
1. Menciptakan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki akademika
(55)
pengetahuan dan keterampilan tinggi, disertasi budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsa dan negara, serta sesama manusia sesuai dengan falsafah
2. Mengembangkan, menyebarkan ilmu pengetahuan dan mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya
khasanah kebudayaan nasional sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
d.Fungsi
1. Melaksanakan pengembangan pendidikan dan pengajaran
2. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan kebudayaan, khususnya bidang
ilmu sosial
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat
4. Melaksanakan kegiatan pelaksanaan administratif
e. Tugas
FISIP USU bertugas menyelenggarakan kegiatan untuk mencapai tujuan sebagaimana
tersebut di atas, dengan berpedoman pada :
1. Tujuan pendidikan nasional
2. Kaedah, moral, dan etika ilmu pengetahuan
3. Kepentingan masyarakat serta memperhatikan minat, kemampuan, dan prakarsa
(56)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I Proses Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, peneliti mengumpulkan data dari berbagai bahn
bacaan buku dan bahan – bahan lainnya yang diperoleh peneliti dari berbagai situs di internet.
Kemudian peneliti mempelajari berbagai bahan bacaan tersebut, sehingga diperoleh data – data
yang relevan dan dapat mendukung penelitian ini.
Untuk memperoleh data jumlah mahasiswa FISIP USU angkatan 2007 dan 2009 peneliti
mengajukan surat izin penelitian (452/H.5.2.1.9/PPM/2010) dari bagian pendidikan FISIP USU
untuk dapat memperoleh data tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, jumlah
mahasiswa FISIP USU stambuk 2007 - 2009 sebanyak 1759 jiwa. Selanjutnya, peneliti
menyebar kuesioner kepada mahasiswa FISIP USU angkatan 2007 – 2009.
(57)
Setelah peneliti mengumpulkan data yang dibutuhkan dari 106 responden, maka tahap
selanjutnya adalah pengolahan data, adapun tahap – tahap pengolahan data adalah sebagai
berikut :
1. Penomoran kuesioner
Kuesioner yang telah dikumpulkan diberi nomor urut sebagai pengenal (001-106).
2. Editing
Merupakan proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban
yang meragukan dan menghindari terjadinya kesalahan pengisian data kedalam kotak
yang disediakan.
3. Coding
Pemindahan jawaban responden kedalam kotak – kotak kode yang tekah disediakan pada
kuesioner dalam bentuk angka (score)
4. Inventarisasi Variabel
Data mentah yang diperoleh dimasukkan kedalam lembar Foltron Cobolt (FC) sehingga
memuat seluruh data dalam satu kemasan.
(58)
Pada tahap ini, data dari lembar Foltron Cobolt (FC) dimasukkan kedalam tabel tunggal
dan tabel silang. Penyebaran data dalam table secara rinci meliputi kategori frekuensi,
persentase, dan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 17,0.
IV.3 Analisa Tabel Tunggal
IV.3.1 Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari 106 responden, diketahui bahwa responden yang berjenis
kelamin Pria 49 orang dan wanita 57 orang. Dengan demikian disimpulkan peneliti lebih banyak
menemui wanita dibandingkan laki – laki. Sebab mahasiswa yang berjenis kelamin wanita lebih
banyak dibandingkan laki – laki di FISIP USU.
Frequency Percent
Valid Pria 49 46.2
Wanita 57 53.8
(59)
Tabel 4.2
Usia responden
Tabel 4.2 diatas diketahui bahwa dari 106 responden, dan yang berusia dibawah 18 tahun sekitar
3 orang (2,8%), yang berusia 18 – 20 tahun terdapat 75 orang (70,8%), sedangkan yang berusia
diatas 20 tahun tedapat 28 orang (26,4%). Dengan demikian dapat disimpulkan mahasiswa FISIP
USU yang berusia 18 – 20 tahun lebih dominan.
Tabel 4.3
Angkatan/stambuk
Tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 106 responden, diketahui bahwa mahasiswa angkatan 2007
terdapat 29 orang (27,4%), Mahasiswa angkatan 2008 terdapat 34 orang (32,1%), Mahasiswa
angkatan 2009 terdapat 43 orang (40.6%). Dengan demikin kesimpulannya adalah Mahasiswa
angkatan 2009 lebih banyak, hal ini disebabkan terdapat jurusan / departemen yang baru berdiri
di FISIP USU.
Frequency Percent
Valid < 18 tahun 3 2.8
18 - 20 tahun 75 70.8
> 20 tahun 28 26.4
Total 106 100.0
Frequency Percent
Valid 2007 29 27.4
2008 34 32.1
2009 43 40.6
(60)
IV.3.2 Tayangan Opera Van java
Tabel 4.4
Frekuensi Penayangan Opera Van Java
Frequency Percent
Valid tidak setuju 2 1.9
kurang
setuju 22 20.8
Setuju 65 61.3
sangat
setuju 17 16.0
Total 106 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden merasa
setuju frekuensi penayangan Opera Van Java ditayangkan setiap hari. Hal ini terbukti dari 2
orang (1,9%) tidak setuju, sebanyak 22 orang (20,8%) kurang setuju, sebanyak 65 orang setuju
dan sebanyak 17 orang (16%) sangat setuju.
Dari hasil penelitian diatas, ternyata tayangan Opera van Java tidak membuat responden bosan
dengan tayangan situasi komedi tersebut, melainkan mereka tidak mau ketinggalan setiap
episodenya. Tetapi masih ada saja sebagian mahasiswa yang merasa tidak dan kurang setuju,
dengan frekuensi penayangan Opera Van Java ini. Mereka ingin situasi komedi ini ditayangkan
setiap hari, itupun mereka rasa kurang, karena tidak sabar dan lucunya dari Opera Van Java.
Tabel 4.5
Mengenai waktu tayang OVJ
Frequency Percent
(61)
kurang
setuju 16 15.1
Setuju 79 74.5
sangat
setuju 10 9.4
Total 106 100.0
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden merasa
setuju Opera van Java ditayangkan pada waktu primer hal ini dibuktikan dilihat 79 orang
(74,5%), sangat setuju 10 orang (9,4%), kurang setuju 16 orang (15,1%), dan yang tidak setuju 1
orang (9%).
Dengan demikian, rata – rata mahasiswa sebagai responden yang ada di FISIP USU. Setuju
terhadap jam tayang Opera Van Java yang ditayangkan setiap hari pada pukul 20:00 WIB.
Menurut mereka sudah tidak ada kegiatan lagi, sehingga dapat meluangkan waktu untuk
menonton Opera van Java. Tetapi masih ada saja sebagian mahasiswa yang merasa tidak dan
kurang setuju, dengan jam tayang Opera Van Java ini. Mereka sangat tidak nyaman dengan
situasi komedi ini.
Tabel 4.6
Mengenai Durasi tayangan OVJ
Berdasarkan tabel diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden merasa
sesuai Opera van Java ditayangkan selama satu jam hal ini dapat dilihat dari 74 orang (69,8%),
Frequency Percent
Valid Tidak sesuai 8 7.5
Kurang
sesuai 17 16.0
Sesuai 74 69.8
sangat sesuai 7 6.6
(62)
sangat sesuai sebanyak 7 orang (6,6%), kurang sesuai 17 orang (16%), tidak sesuai 8 orang
(7,5%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa responden sesuai dengan durasi
penayangan Opera van Java. Tayangan ini cuku singkat berdurasi sekitar 1 jam saja. Walaupun
ditayangkan setiap hari tetapi mereka tetap tidak bosan dengan tayangan tersebut.
Tabel 4.7
Intensitas Menonton OVJ
Frequency Percent
Valid Tidak Pernah 2 1.9
kadang -
kadang 54 50.9
Sering 40 37.7
sangat sering 10 9.4
Total 106 100.0
Berdasarkan data diatas dapat diketahui 2 orang (1,9%) responden tidak pernah menonton
Komedi Opera Van Java di Trans 7, sebanyak 54 orang (50,9%) responden kadang – kadang
menonton, sebanyak 40 orang (37,7%) responden sering menonton, sebanyak 10 orang (9,4%)
responden sangat sering menonton. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa
sebagai responden di FISIP USU kadang – kadang menonton acara ini, hal ini disebabkan
kesibukan mereka dikampus baik mengerjakan tugas atau belajar sebagai mahasiswa.
Tabel 4.8
Menonton OVJ setiap minggu
Frequency Percent
Valid 1-2 kali 31 29.2
3-4 kali 46 43.4
(63)
setiap
hari 16 15.1
Total 106 100.0
Berdasarkan data diatas dapat diketahui 31 orang (29,2%) responden menonton Komedi Opera
Van Java di Trans 7 sekitar 1-2 kali dalam seminggu, sebanyak 46 orang (43,4%) responden
menonton Opera van Java sekitar 3-4 kali dalam seminggu, sebanyak 13 orang (12,3%)
responden menonton Opera van Java 5-6 kali, sebanyak 16 orang (15,1%) responden menonton
Opera van Java setiap hari. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa sebagai
responden di FISIP USU banyak yang menonton acara ini sebanyak 3-4 kali dalam seminggu
lebih dominan ketimbang yang menonton Opera van Java setiap hari, hal ini disebabkan
kesibukan mereka dikampus baik mengerjakan tugas atau belajar sebagai mahasiswa.
Tabel 4.9
Merasa Puas Dengan Tayangan OVJ
Berdasarkan data diatas dapat diketahui 7 orang (29,2%) responden merasa tidak puas dengan
menonton Komedi Opera Van Java di Trans 7, sebanyak 21 orang (19,8%) responden merasa
kurang puas menonton Opera van Java, sebanyak 76 orang (71,7%) responden merasa puas
menonton Opera van Java, sebanyak 2 orang (1,9%) responden merasa sangat puas menonton
Opera van Java. Dengan demikian ternyata para responden merasa puas menonton Opera van
Frequency Percent
Valid tidak puas 7 6.6
kurang
puas 21 19.8
Puas 76 71.7
sangat puas 2 1.9
(1)
Daftar Pustaka
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3S.
Rakhmat, Jalaluddin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Alsa, Asmadi. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam
Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Ardianto, Evinaro dkk. 2004. Komunikasi Massa : Suatu Pengantar. Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Airlangga University Press. Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada Media.
Cangara, Hafiet. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo.
Epstein, Robert dkk. 2004. Panduan Lengkap Motivasi. Yogyakarta : Pustaka Kendi. Ginting, Paham. 2005. Teknik Penelitian Sosial. Medan : USU Press.
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa. Malang : CESPUR.
Peterson, Theodore dkk. 2003. Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta : Kencana. Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori Komunikasi. Yogyakarta : Media Presindo. Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana.
(2)
Wok, Saodah dkk. 2003. Teori Komunikasi. Pahang Darul Makmur : PTS Publications & Distributor SDN. BHD.
Liliweri, Alo. 1991. Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
(3)
LAMPIRAN
KUISONER PENELITIAN
“OPERA VAN JAVA DAN ESCAPISM MAHASISWA”
(Studi Korelasional Tayangan Acara Opera Van Java di Trans 7 dan Escapism Mahasiswa FISIP USU)
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah dengan baik setiap pertanyaan dan seluruh alternatif jawaban
2. Lingkari atau beri tanda silang (X) pada jawaban yang paling sesuai menurut anda 3. Kotak kode yang berada pada sebelah kanan pertanyaan supaya tidak diisi
4. Jika ada pertanyaan yang kurang dipahami, tanyakan langsung kepada peneliti 5. Terima kasih atas kerja samanya
Nama: No Responden:
1 2 I. Karakteristik Responden
1. Jenis Kelamin : 1. Pria
2. Wanita 4
2 Usia : 1. Dibawah 18 Tahun
2. 18 – 20 Tahun 3. Diatas 20 Tahun 5 3. Angkatan/Stambuk: 1. 2007
2. 2008 6
3. 2009
II. Tayangan Acara Opera Van Java
4 Apakah anda menyukai tayangan Opera Van Java? a. Tidak Suka
b. Suka 8
(4)
5 Berapa rata-rata anda menonton Opera Van Java dalam Seminggu? a. Dibawah 1 Jam
b. 2 – 5 Jam
c. Diatas 5 Jam 9
6 Bagaimana pendapat anda mengenai frekuensi penayangan Opera Van Java yang ditayangkan setiap hari?
a. Tidak Setuju 10
b. Setuju c. Sangat Setuju
7 Bagaimana pendapat anda mengenai waktu penayangan Opera Van Java yang ditayangkan pada waktu “prime time” (20.00 – 21.00 Wib)?
a. Tidak Tepat
b. Tepat 11
c. Sangat Tepat
8 Seberapa sering anda menonton acara Opera Van Java dalam seminggu? a. Jarang
b. Sering
c. Sangat Sering 12
9 Apakah anda merasa puas dengan tayangan Opera Van Java yang berdurasi selama satu jam?
a. Tidak Puas
b. Puas 13
c. Sangat Puas
10 Apakah menurut anda durasi penayangan Opera Van Java Perlu ditambah? a. Tidak Perlu
b. Perlu
c. Sangat Perlu 14
11 Hal-hal apa saja yang membuat anda tertarik menonotn acara tayangan Opera Van Java?
No Uraian Tidak Menarik Menarik Sangat Menarik 1. Lelucon dari
(5)
adegan yang ditayangkan
2.
Penampilan dari Aktor/Aktris yang berperan
3. Alur/Jalan cerita
III. Escapism
12 Apakan anda merasa terhibur dengan menonton tayangan Opera Van Java? a. Tidak Terhibur
b. Terhibur
c. Sangat Terhibur 19
13. Menurut anda pemain mana yang paling anda sukai dalam tayangan Opera Van Java?
No. Keterangan Tidak Suka Suka Sangat Suka 1. Sule
2. Aziz “Gagap” 3. Parto
4. Andre Taulani
14. Bagaimana pendapat anda mengenai “tema” yang ditayangkan per episode dalam tayangan Opera Van Java?
a. Tidak Menarik
b. Menarik 24
(6)
15. Sejauhmanakah minat anda untuk menonton tayangan Opera van Java? a. Tidak Berminat
b. Berminat
c. Sangat Berminat 25
16. Hal apakah yang mendorong anda untuk menonton tayangan Opera Van Java? No. Keterangan Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju
1. Mengisi Waktu 2. Mencari Hiburan 3. Menambah Wawasan 4. Mengikuti Isi Cerita
17. Bagaimana pendapat anda tentang tayangan acara “Opera Van Java” yang ditayangkan di Trans 7 ?
………. ………. ………. 18. Bagaimana saran anda terhadap tayangan acara “Opera Van Java” di Trans 7 ?
………. ... ……….