KENDALA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENIPUAN TRANSAKSI ELEKTRONIK DI INDONESIA

5. Kendala Dalam Menanggulangi Kejahatan Penipuan Transaksi Elektronik

Penanggulangan kejahatan di dunia maya tidak terlepas dari kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah politik kriminal, menurut Sudarto politik

kriminal merupakan suatu usaha yang rasional dari masyarakat dalam

menanggulangi kejahatan. 49 Oleh karena itu tujuan pembuatan UU ITE tidak terlepas dari tujuan politik kriminal yaitu sebagai upaya untuk kesejahteraan sosial (social welfare) dan untuk perlindungan masyarakat (social defence). Evaluasi terhadap kebijakan di dunia mayantara tetap diperlukan sekiranya ada kelemahan kebijakan formulasi dalam perundang-undangan tersebut. Menurut Barda Nawawi Arief, evaluasi atau kajian ulang ini perlu dilakukan, karena ada keterkaitan erat antara kebijakan formulasi perundang-undangan (legaslative policy) dengan kebijakan penegakan hukum (law enforcement policy) dan kebijakan pemberantasan/ penanggulangan kejahatan (criminal policy). Kelemahan kebijakan formulasi hukum pidana, akan berpengaruh pada kebijakan penegakan hukum pidana dan kebijakan penanggulangan kejahatan. 50

Penegak hukum di Indonesia saat ini, mengalami kesulitan dalam menghadapi merebaknya cybercrime. Hal ini dilatarbelakangi masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi informasi (internet), terbatasnya sarana dan prasarana, serta kurangnya kesadaran hukum masyarakat dalam dalam upaya penanggulangan tindak pidana teknologi informasi. Disamping itu aparat penegak hukum di daerah pun belum siap dalam mengantisipasi

48 Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm. 5.

49 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana…, Op.Cit., hlm. 38. 50 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan

Kejahatan, Jakarta, 2007, hlm. 214-215.

maraknya kejahatan ini karena masih

b. Kekhawatiran masyarakat jika banyak aparat penegak hukum yang gagap

berurusan dengan aparat penegak teknologi (gaptek) hal ini disebabkan

hukum masyarakat akan semakin oleh masih banyaknya institusi-institusi

merugi. Ibarat kehilangan ayam, maka penegak hukum di daerah yang belum

masyarakat harus siap kehilangan didukung dengan jaringan internet.

kambing, artinya sudah kehilangan Keterbatasan alat-alat khusus cyber

harta bendanya masyarakat khawatir crime yang dimiliki oleh Polisi di daerah-

dipungut biaya oleh aparat penegak daerah kabupaten sampai dengan tingkat

hukum.

kecamatan untuk menunjang sarana

c. Masyarakat khawatir keselamatan prasarana penyidik dalam mengungkap

jiwanya terancam jika melaporkan tindak pidana penipuan transaksi

tindak kejahatan yang dialaminya. elektronik. Keterbatasan alat-alat modern

Pada umumnya suatu masyarakat di daerah menyebabkan waktu cukup yang mengalami perubahan sosial akibat lama dalam mengungkap tindak kejahatan

kemajuan teknologi, banyak melahirkan penipuan transaksi elektronik dan alat-

masalah-masalah sosial. Hal itu terjadi alat yang dibutuhkan juga memerlukan

karena kondisi masyarakat itu sendiri yang biaya yang besar.

belum siap menerima perubahan atau

Upaya untuk mengungkap dan dapat pula karena nilai-nilai masyarakat menanggulangi kejahatan penipuan yang telah berubah dalam menilai kondisi dengan menggunakan transaksi 52 yang tidak lagi dapat diterima. Memang elektronik ini tidaklah mudah, selain tidak bisa diingkari oleh siapapun, karena kurangnya pemahaman atau bahwa teknologi itu dapat menjadi kewaspadaan masyarakat terhadap alat perubahan di tengah masyarakat. tindak pidana penipuan melalui teknologi

Demikian pentingnya fungsi teknologi, informasi, masyarakat lebih melihat hingga sepertinya masyarakat dewasa ini nominal atau besaran jumlah keuntungan

sangat tergantung dengan teknologi, baik dari suatu barang yang ditawarkan. untuk hal-hal positif maupun negatif. Pada Ketika terjadi kerugian yang diakibatkan

perkembangannya internet juga membawa adanya penipuan transaksi elektronik, sisi negatif, dengan membuka peluang masyarakatpun dihadapkan dengan tidak

munculnya tindakan-tindakan anti sosial mau melaporkan tindak kejahatan yang

yang selama ini dianggap tidak mungkin dialaminya ke aparat penegak hukum, terjadi atau tidak akan terpikirkan terjadi. karena: 51

Sebuah teori menyatakan bahwa crime

a. Masyarakat tidak percaya dengan is product of society it self, yang secara

kinerja aparat penegak hukumnya. sederhana dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat intelektualitas suatu

51 J.E.Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi, Citra Adtya Bakti, Bandung, 1979, hlm. 49. 52 Horton, Paul B dan Chester L. Hunt, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 1984, hlm. 237.

198 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

masyarakat, maka akan semakin canggih dan beraneka-ragam pulalah tingkat kejahatan yang dapat terjadi. 53

Untuk menangani kasus-kasus cybercrime khususnya tindak pidana penipuan transaksi elektronik, Indonesia sangat membutuhkan aparat penegak hukum yang mumpuni, yang terorganisasi dan terstruktur untuk menyatukan komunitas-komunitas spesialisasi dalam penanganan segala jenis tindak pidana cyber. Tanpa adanya penegakan hukum yang terorganisasi dan terstruktur di bidang teknologi informasi, maka akan sulit menjerat penjahat-penjahat cyber oleh karena kejahatan cyber ini locos delicti-nya bisa lintas negara. Dalam hal menangani kasus cybercrime khususnya tindak pidana penipuan transaksi elektronik diperlukan spesialisasi aparat penyidik yang dapat dipertimbangkan sebagai salah satu cara untuk melaksanakan upaya penegakan hukum terhadap cybercrime. Spesialisasi tersebut dimulai dari adanya pendidikan yang diarahkan untuk menguasai teknis serta dasar-dasar pengetahuan di bidang teknologi komputer. Pasal 43 UU ITE, menerangkan selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang tentang Hukum Acara Pidana

untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bagaimana bisa melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai penyidik di bidang teknologi informasi dan transaksi elektronik, apabila tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan trampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Menurut Strecher (1971:59-

66) penegakan hukum bukanlah suatu yang bisa dilihat sebagai berdiri sendiri,

melainkan senantiasa bertukar kegiatan dengan masyarakat yang melayaninya, atau yang dengan mengutip Parsons kita sebut sebagai relational. Dengan demikian kiranya bila diterima, bahwa perubahan- perubahan dalam masyarakat yang disebabkan oleh penggunaan teknologi modern, terutama yang berupa peliputan dalam kecepatan dan daya merusak, akan memberikan pengaruhnya sendiri terhadap penegakan hukum dalam masyarakat. Khususnya dalam hubungan dengan pekerjaan penegakan hukum yang dalam hal ini banyak dipusatkan

pada pekerjaan kepolisian. 54 Penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang kepastian hukum, kemanfaatan sosial dan keadilan menjadi kenyataan. Proses perwujudan

53 Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Abdul Wahib dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Kejahatan Mayantara (Cybercrime), Refika Aditama,

Bandung, 2005, hlm. 39. 54 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru, Bandung, 2005,

hlm. 125-126.

ide-ide itulah yang merupakan hakikat dan non-materi, juga sebagai upaya dari penegakan hukum. 55

terpenuhinya rasa aman di masyarakat yang dengan sendirinya akan membangun

C. PENUTUP

suasana kondusif, menciptakan kondisi

Terhadap kendala dalam stabilitas pembangunan masyarakat yang menanggulangi tindak pidana penipuan

berkelanjutan, adil, makmur dan sejahtera, transaksi elektronik di Indonesia karena

berdasarkan keimanan dan ketaqwaan terbatasnya sarana dan prasarana, serta

kepada Ilahi Robby, Tuhan yang Maha Esa, kurangnya kesadaran hukum masyarakat,

baldatun thoyyibatun warabbun ghofur. seyogyanya aparat penegakan hukum membutuhkan sinergi antara masyarakat

DAFTAR PUSTAKA

yang partisipatif dengan aparat penegak

hukum yang demokratis, transparan, Buku

bertanggung jawab dan berorientasi pada pengayoman sebenarnya. Kepolisian

A Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, sebagai aparat penegak hukum, juga

Banyumedia, Malang, 2005. memerlukan kerja sama yang melibatkan sivitas akademika diperguruan tinggi Az Nasution, Hukum Perlindungan ilmu hukum, untuk dapat memberikan

Konsumen (Suatu Pengantar), Diadit penyuluhan-penyuluhan berkelanjutan

Media, Jakarta, 2002.

kepada masyarakat tentang dampak bertransaksi elektronik, bagaimana Abdul Wahib dan Mohammad Labib, mencegah atau menanggulangi tindak

Kejahatan Mayantara (Cybercrime), pidana penipuan transaksi elektronik

Abdul Wahib dan Mohammad Labib, dan sosialisasi bijak dalam menggunakan

Kejahatan Mayantara (Cybercrime), teknologi informasi dan komunikasi,

Kejahatan Mayantara (Cybercrime), dengan tidak melanggar undang-undang,

Refika Aditama, Bandung, 2005. tidak bertentangan dengan kesusilaan dan

kepatutan. Agus Raharjo, Cybercrime Pemahaman Pada akhirnya perangkat hukum yang

dan Upaya Pencegahan Kejahatan sudah ada, diharapkan tidak berorientasi

Berteknologi, Citra Aditya Bakti, pada apa yang seharusnya (das sollen),

Bandung, 2002.

tetapi harus memperhatikan apa yang senyatanya (das sein), akomodatif terhadap

Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, perkembangan serta antisipatif terhadap

Rineka Cipta, 2007.

permasalahan, termasuk dampak negatif penyalahgunaan internet dengan berbagai

Ahmad M Ramli, Cyber Law dan HAKI motivasi yang dapat menimbulkan

dalam Sistem Hukum Indonesia , Refika korban-korban seperti kerugian materi

Aditama, Bandung, 2004.

55 Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum, Alumni, Bandung, 1987, hlm. 15.

200 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

Badan Pembinaan Hukum Nasional, J.E.Sahetapy, Kapita Selekta Kriminologi, Perkembangan Pembangunan Hukum

Citra Adtya Bakti, Bandung, 1979. Nasional tentang Hukum Teknologi dan Informasi, BPHN Departemen Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam,

Kehakiman RI, 1995/1996. Lathifah Press bekerjasama dengan Fakultas Syari’ah IAILM Suryalaya,

Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan

Tasikmalaya, 2004.

Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam Penanggulangan Kejahatan,

M. Arief Amarullah, Politik Hukum Pidana Jakarta, 2007.

dalam Perlindungan Korban Kejahatan Ekonomi di Bidang Perbankan,

_______, Pembaharuan Hukum Pidana Banyumedia, Malang, 2007. Dalam Perspektif Kajian Perbandingan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.

M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP _______,

Tindak Pidana Mayantara, Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Perkembangan Kajian Cybercrime

Grafika, Jakarta, 2006.

di Indonesia , RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.

Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, _______,

Tindak Pidana Mayantara, Magister Ilmu Hukum Program Perkembangan Kajian Cybercrime

Pascasarjana, Surakarta, 2003. di Indonesia , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum dalam Didik J Rachbini, Mitos dan Implikasi

Pembangunan Nasional, Binacipta, Globalisasi: Catatan Untuk Bidang

Bandung, Tanpa Tahun. Ekonomi dan Keuangan, Pengantar edisi Indonesia dalam Hirst, Paul dan

______, Hukum, Masyarakat dan Pembinaan Grahame Thompson, Globalisasi adalah

Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, Mitos, Yayasan Obor, Jakarta, 2001.

Edi Suharto, Kebijakan Sosial sebagai _______, Konsep-konsep Hukum dalam

Kebijakan Publik: Peranan Pembangunan, Alumni, Bandung, Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan

Pekerjaan Sosial dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Welfare State)

Ni’matul Huda, Negara Hukum, Demokrasi di Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2008.

& Judicial Review, UII Press, Yogyakarta, 2005.

Horton, Paul B dan Chester L.Hunt, Sosiologi, Erlangga, Jakarta, 1984.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015 201

Padmo Wahjono, Indonesia Negara Sutan Remy Syahdeni, Kejahatan dan Berdasarkan atas Hukum, Ghalia

Tindak Pidana Komputer, Pustaka Indonesia, Jakarta, 1986.

Utama Grafiti, Jakarta, 2006. Petrus Reinhard Golose, Perkembangan Sutarman, Cybercrime: Modus Operandi

Cybercrime dan Upaya dan Penanggulangannya, Laksbang Penanggulangannya di Indonesia Oleh

Pressindo, Jogjakarta, 2007. Polri, Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan Volume 4 Nomor 2,

Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Jakarta, Agustus 2006.

Masyarakat, Rajawali Pers, Jakarta, 1987.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum

Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, _____, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Surabaya, 1987.

Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

R. Soesilo, KUHP serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana Pasal, Politeia, Bogor, 1993.

Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, UMM Pres, Malang,

Satjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum di

Indonesia, Alumni, Bandung, 1983. Ujang Charda S., “Reaktualisasi Supremasi _______, Masalah Penegakan Hukum,

Hukum dalam Merekonstruksi Alumni, Bandung, 1987.

Lembaga Peradilan Menuju Indonesia Baru”, Jurnal Jurista Insentif’06, Vol.

_______, Masalah Penegakan Hukum Suatu

1 No. 1, Kopertis Wilayah IV Jabar- Tinjauan Sosiologis, Sinar Baru,

Banten, Bandung, 2006.

Bandung, 2005. Wagiati Soetedjo, Hukum Pidana Anak, Satjipto Rahardjo, Membedah Hukum

Refika Aditama, Bandung, 2008. Progresif, Kompas, Jakarta, 2007.

Wigantoro Roes Setiyadi, Naskah Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana,

akademik RUU tindak pidana di bidang Alumni, Bandung, 1977.

Teknologi Informasi, CyberPolicy Club dan Indonesia Media Law and Policy

______, Hukum Pidana I, Cetakan ke II,

Center, 2003.

Yayasan Sudarto, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang, 1990.

202 Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

Sumber Internet

Agung Setya, Indonesia Urutan Kedua Terbesar Negara Asal Cyber Crime di Dunia, http://nasional.kompas.

com/read/2015/05/12/06551741/ Indonesia.urutan.kedua.terbesar.

negara.asal.cyber.crime.di.dunia, diakses tanggal 15 Mei 2015, pukul

16.10 WIB. Agung Setya, Awas!! Cyber Crime

Modus Ini Paling Marak di Indonesia, http://www.jpnn.com/ read/2015/12/20/345801/awas!!- cyber-crime-modus-ini-paling-marak- di-Indonesia, diakses tanggal 15 Mei

2015, pukul 16.20 WIB. Hermawan, Subdit IV Cyber Crime Ungkap

Penipuan Melalui Jejaring Sosial Facebook, http://www.reskrimsus. metro.polri.go.id/info/berita/ SUBDIT-IV-cyber-crime-ungkap- penipuan-melalui-jejaring-sosial- facebook, diakses tanggal 30 Januari 2015, pukul 12:15 WIB.

Raypratama, Perlindungan Hukum, blogspot.com/2015/04/teori- perlindungan-hukum.html, diakses tanggal 19 Juni 2015, pukul 15.00.WIB.

Ririn NF, Kejahatan Sering Manfaatkan Transaksi Elektronik, http://www. pikiran-rakyat.com/bandung- raya/2015/01/28/313911/ kejahatan-sering-manfaatkan- transaksi-elektronik, diakses tanggal

30 Januari 2015, pukul 11:15 WIB.

Jurnal Wawasan Hukum, Vol. 33, No. 2, September 2015

203