Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
TUGAS AKHIR
PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Disusun O L E H
NAMA : SONLY BRUCE GURUSINGA
NIM : 082600038
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(2)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i LEMBAR PERSETUJUN ... ii DAFTARISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... B. Tujuan dan Manfaat ... C. Uraian Teoritis ... D. Ruang Lingkup ... E. Metode PKLM ... F. Metode Pengumpulan Data ... G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM...
BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PKLM
A. Sejarah Berdirinya KPP Medan Timur ... B. Slruktur Organisasi Kantor PPP Medan Timur ... C. Tugas Pokok dan Fungsi KPP Medan Tmur ... D. Tabel Jumlah Pegawai KPP Medan Timur ...
BAB III GAMBARAN DATA
A. Pengertian Pajak ... B. Fungsi Pajak ... C. Jenis Pajak ... D. Pajak Penghasilan ... E. Tarif Pajak ... F. Penghasilan Tidak Kena Pajak ... G. Pajak Penghasilan Orang Pribadi ... H. Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi ...
(3)
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ...
A.Penetapan dan Ketetapan Pajak ...
B.Sanksi dari Bentuk Pelanggaran………
BAB V KESIMPUAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... B. Saran ...
DAFAR PUSTAKA ...
(4)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara sederhana adalah suatu cara kerja yang langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja yang nyata guna memberikan kita arah dan cara yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) secara umum adalah kegiatan intrakurikuler yang dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di lapangan yang berhubungan langsung dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen, khususnya dosen Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU. Karena sifatnya hanya untuk memberikan pengalaman dan belajar keahlian secara praktis, maka bantuan yang diberikan cenderung terbatas, dalam hal ini untuk mengetahui Klasifikasi dan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah mengingat bahwa sudah seharusnya dan sepantasnya tamatan Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU adalah merupakan tenaga yang terampil, siap pakai, dan tenaga ahli dalam bidang perpajakan. Maka dari itu pelaksanaan kegiatan PKLM oleh mahasiswa dipandang perlu untuk memperdalam pengetahuan yang telah diperoleh sama masa perkuliahan dan mempelajarinya langsung pada dunia kerja nyata.
(5)
Pelaksanaan PKLM ini juga untuk persyaratan untuk menamatkan studi pada Program Diploma III Administrasi Perpajakan, karena Pelaksanaan PKLM
merupakan bagian dari mata kuliah yang dikerjakan oleh mahasiswa. Pelaksanaan PKLM merupakan keharusan yang mutlak karena mahasiswa tamatan Program Diploma III Perpajakan dianggap dapat mengerti dan memahami berbagai bidang perpajakan yang telah dipelajarinya, baik secara teori maupun prakteknya. Dan diharapkan ilmu yang telah diperoleh semasa perkuliahan dapat digunakan sebaik-baiknya serta dapat membantu kelancaran sewaktu mahasiswa melakukan PKLM.
Dalam kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisis masalah serta mencari tahu alternatif pemecahan masalah yang dihadapi. Mahasiswa juga diharapkan dapat mengenal dan mengerti lebih mendalam mengenai “ PENETAPAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR .”
B. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
(6)
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :
Untuk mengetahui Penetapan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Manfat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) a. Bagi Mahasiswa
1) Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya tentang Penetapan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi.
2) Agar dapat mempraktikkan teori-teori yang telah diperoleh selama masa
perkuliahan dalam kegiatan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3) Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan
maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
4) Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan
dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
1) Meningkatkan kerjasama yang baik antara pihak Program Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan Instansi Pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2) Memberikan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan.
3) Dapat memperkenalkan serta mempromosikan sumber daya manusia yang ada di
Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
(7)
c. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan
1) Mempererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
dengan pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2) Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di
lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.
C. URAIAN TEORITIS
1. Definisi dan Fungsi Pajak a. Definisi Pajak
Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro yaitu:
Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum, (Mardiasmo, 2009 : 13).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(8)
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang; 2. Sifatnya dapat dipaksakan;
3. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak;
4. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah; 5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
b.Fungsi Pajak
1) Fungsi Budgetair, pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi Regulerend, pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Jenis Pajak
1) Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak (WP)
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan.
b. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek
(9)
b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3) Menurut Lembaga Pemungutnya
a. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas dua yaitu Pajak Provinsi (Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten / Kota (Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan).
3. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk Wajib Pajak Dalam Negeri.
b. Asas Sumber
Negara berhak mengenalan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.
(10)
4. Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima/diperoleh dalam tahun pajak yang berjalan (Pasal 1 UU PPh).
5. Objek, Subjek & Wajib Pajak Penghasilan
1) Objek Pajak Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima /
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan bentuk apapun termasuk :
a) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak Penghasilan;
b) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
c) Laba usaha
d) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
- keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,dan badan
lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
- Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya karena
pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota.
- keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan
atau pengambilalihan usaha.
- Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan,
kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan.
e) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
f) bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang.
g) dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
(11)
i) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j) penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
k) keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l) keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
m) selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
n) premi asuransi.
o) iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari
WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
p) tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
2) Subjek Pajak Penghasilan antara lain :
a) – Orang Pribadi\
- Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang menggantikan yang berhak
b) Badan yang tersiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya, BUMN / BUMD dengan nama dan bentuk apapun, dan lain sebagainya.
c) Bentuk Usaha Tetap.
3) Wajib Pajak Penghasilan adalah orang pribadi / badan.
D. RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Adapun ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri yaitu :
Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
(12)
E. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, penulis melakukan pengajuan judul, pengesahan judul, penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), mencari dan mengumpulkan bahan untuk pembuatan proposal dan konsultasi dengan pihak dosen yang bersangkutan. 2. Studi Literatur
Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan
Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung secara langsung terhadap masalah yang dibahas dan meninjau secara langsung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Data initerdiri dari Data Primer yaitu data yang bersumber dari pihak yang ahli di bidang/pihak yang berkaitan dan Data Sekunder yang bersumber dari referensi lain seperti buku, internet dan lain-lain
(13)
5. Analisa Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut:
1. Daftar Wawancara (Interview Guide)
Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Data Observasi (Observation Guide)
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan Penetapan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau arsip yang dianggap sah sebagai bukti otentik.
G. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
(14)
Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA
LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang berkaitan dengan Penetapan Pajak Penghasilan.
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan menganalisa data yang diperoleh dan mengevaluasi data yang telah diterima selama proses Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini.
(15)
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis akan menarik kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya. Kemudian penulis juga akan memberikan saran yan
(16)
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Dengan adanya peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 123 /PMK.01 / 2006 Jo Nomor 67 / PMK.01 / 2008, tentang organisasi dan tata kerja instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun sebelumnya nama sebutan dari Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak (KIP).
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 27 Mei 2008. Berdasarkan keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Kep.95 / PJ.Ol / 2008 tanggal 19 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur merupakan penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Kantor Pemeriksaan Pajak. Pada 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan terbagi menjadi 6 (enam) KPP yaitu:
1) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 3) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia 4) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 5) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 6) Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah
(17)
Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur meliputi:
1) Kecamatan Medan Tembung 2) Kecamatan Medan Timur 3) Kecamatan Medan Perjuangan
Tabel 1
Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Pada Tahun 2011 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Wajib Pajak Banyak Wajib Pajak Terdaftar
Orang Pribadi 7.139
Badan 73.723
Bendahara 2.536
PKP Orang Pribadi 828
PKP Badan 4.166
Jumlah 88.392
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
B. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Struktur organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksaBakan dengan baik, teratur, dan efisien.
(18)
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi Linier dan Staf. Adapun organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, terdiri dari :
1) Kepala Kantor 2) Sub Bagian Umum
3) Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
5) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 6) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 8) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 9) Seksi Penagihan
10) Seksi Pemeriksaan 11) Seksi Pelayanan
C. Uraian Tugas dan Fungsi
Tugas dan fungsi masing-masing akan diuraikan dalam setiap seksi, untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Penrtjagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :
1. Kepala Kantor
a) Pemberian bimbingan dan evaluasi pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal yang ada didalam daerah wewenangnya.
(19)
c) Pelaksanaan administrasi Kantor 2. Sub Bagian Umum, terdiri dari :
a) Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani urusan Tata Usaha dan Kepegawaiaa.
b) Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan keuangan.
c) Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani m usan dan perlengkapan Rumah Tangga.
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), terdiri dari:
a) Pelaksanaan Tata Cara Pemprosesan dan Penatausahaar Ookumen Masuk di Seksi PDI b) Pelaksanaan Tata Cara Penatausahaan Alat Keterangan
c) Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak Berdasarkan Potensi Pajak, Perkembangan Ekonomi Dan Keuangan
d) Pelaksanaan Tata Cara Pembentukan Bank Data e) Pelaksanaan Tata Cara Pemanfaatan Bank Data
f) Pelaksanaan Tata Cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik
g) Pelaksanaan Tata Cara Pembuatan Laporan Penerimaan PBB h) Pelaksanaan Tata Cara Penyelesaian Hasil Penerimaan PBB
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi, terdiri dari :
a) Pelaksanaan pemprosesan dan penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi
b) Pelaksanaan penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)
(20)
c) Pelaksanaan penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilan usaha, atau pemekaran usaha
d) Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di Kantor Pelayanan Pajak
e) Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan Sanksi Administrasi PBB di Kantor Pelayanan Pajak
f) Pelaksanaan penyelesaian Permohonan PBB, SKB, Bea Materai,, PPh, PPN, SPT, SKPKB, SKPKBT, STP
g) Pelaksanaan pemberian bimbingan kepada Wajib Pajak 5. Seksi Ekstensifikasi, terdiri dari:
a) Pelaksanaan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokuman Masuk di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
b) Pelaksanaan pendaftaran Objek Pajak baru dengan penelitian kantor dan lapangan c) Pelaksanaan penilaian individual Objek PBB
d) Pelaksanaan pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi Fiskal
e) Pelaksanaan pembuatan daftar biaya komponen bangunan
f) Pelaksanaan mutasi seluruhnya dan sebagian Objek dan Subjek Pajak
g) Pelaksanaan penyelesaian permohonan surat keterangan Nilai Jual Objek Pajak h) Pelaksanaan penerbitan Daftar Nominatif untuk Usulan SP3 PSL Ekstensifikasi 6. Seksi Penagihan Pajak, terdiri dari:
(21)
b) Pelaksana penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya
c) Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya
d) Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan /Keberatan /Putusan Banding /Pengurangan atai Pembatalan Ketetapan Pajak dan surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
7. Seksi Pemeriksaan, terdiri dari :
a) Pelaksanaan Tata Cara Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Pemeriksaan
b) Pelaksanaan Tata Cara Penyelesaian Surat Pemberitahiian (SPT) Tahun Pajak c) Pelaksanaan penyelesaian usulan pemeriksaan
d) Pelaksanaan pengamatan oleh Kantor Pelayanan Pajak e) Pelaksanaan Pemeriksaan Kantor
f) Pelaksanaan Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan
g) Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah
8. Seksi Pelayanan, terdiri dari :
a) Pelaksanaan penatausahaan surat, dokumentasi, dan laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu
b) Pelaksanaan pendaftaran dan penghapusan NPWP
(22)
e) Pelaksanaan pemenuhan permintaan Konfirmasi dan KJarifikasi
f) Pelaksanaan penyelesaian permohonan Pencetakan dan Pembetulan SPPT, SKP, STP g) Pelaksanaan penyelesaian permohonan pembukuan dalam bahasa Inggris dan Mata Uang
Dollar Amerika Serikat dad Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk Perwakilan Negara Asing dan Bahasa Intemasional serta Pejabat/Tenaga Ahlinya
h) Pelaksanaan Penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP) i) Pelaksanaan penatausahaan Dokumen Wajib Pajak
D. Gambaran Pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
1. Kepala Kantor : Morland Lumban Tobing, SE 2. Sub Bagian Umum :
a. Asep Hendarsyah b. Nurhayati, SH (III/c) c. Johanna Gultom (III /b)
d. Nensy Herlina Hutabarat (III /a) e. Supomo (II/d)
f. Leonard Simorangkir z(II/c) g. Nina Syafrina (II/c)
h. Victor Marolop L. Tobing (II/c) 3. Pengolahan Data dan Informasi :
a. Parluhutan Silalahi, SH (III/c) b. Sjarifah HanunNst(III/b) c. Martina Napitupulu (II/c)
(23)
d. Edwin Fenets (II/c)
e. Amser Bona Parulian (II/b) f. Achmad Rizal Putra (II/b) g. Wijaya(II/b)
4. Pengawasan dan Konsultasi I: a. Budi Suryadi, SE (III/d)
b. Adolf Lumban Toruan, S.IP (III/c) /AR c. Hendra Amin Syahputra (III /a) /AR d. Dearman Tuah Saragih (II/d)/AR e. Darliana(II/d)/AR
f. Deddy Kumia (II/d) /AR g. Menawastuny Munthe (II/c) 5. Pengawasan dan Konsultasi II:
a. Aloysius Hari Sulistyo,SE,M.M (III /d) b. LelyElviah(III/a)/AR
c. Bangun Hermanto (III /a) /AR d. Netty Siagian, SE (III /a)/AR e. Hery Irwansyah Sinaga (III /a) /AR f. Ariel Satrya (II/c)
6. Pengawasan dan Konsultasi III:
a. Sakti Bonara Daeng Mapoji, SE (III /d) b. Dodik Krido Rahardjo, SE (III /b) /AR
(24)
d. Monica Christina Panjaitan (III /a) /AR e. MYusufAli (III/a)/AR
7. Pengawasan dan Konsultasi IV :
a. M. Rifky Santoso, SE,Ak,M.B.T (IV/a) b. Yurlita, SH (III/c) /AR
c. Sabar Donal, SE.Ak (III/b) /AR d. Raymonds O.O. zebua (III /a) /AR e. Franky Soripada Pardosi (III /a) /AR f. Sukamso(II/d)/AR
8. Ekstensifikasi :
a. Riris B. Mustofa, SE,MT (III/c) b. Melwizar (III/b)
c. Rizonny Pakpahan (III /a) d. Djalanuddin (II/c)
e. M Hadi Cahyadi (II/d) /Fungsional f. Rendy Brian Pratama (II/c)
9. Penagihan :
a. Ita Sofiana (III/b) c. Patar SalomoJHasibuan (II/c)
b. Farida (III/b) d. Anggiat Marajohan (II/b)
10. Pemeriksaan:
a. Van Santoso P, SH,M.M (IV/a)
b. Haulian Siallagan ,SE,M.M (III /d) /Fungsional c. Deni Achmad Nurulaen,SE (III /d) /Fungsional
(25)
d. Estiningsih Khristina, SE.Ak (III/c) /Fungsional e. Dian Wakito, SST.Ak (III/c) /Fungsional
f. Robin Christ Natalious H, SE (III /b) /Fungsional g. Redy Ginting (III /a) /Fungsional
h. Teddy Ferdian, SE (III /a) /Fungsional 11. Pelayanan:
a. Syarifudin, SE.Ak (III/c) b. HalidaHafoiLubis (III/c) c. Edi Susanto (III/c) d. Suratin (III /b)
e. Juli Diana Siregar (III /a) f. Cut Rizki Amalia, SE (III /a) g. Fransiska Angelina ,SE (III a) h. M.ArifHasibuan(II/d)
i. Efi Irani (II/d)
(26)
BAB III GAMBARAN DATA
A. Pengertian Pajak
Menurut Prof. DR. P.J.A. Andriani (Dalam Atep, 1988:4) pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang dapat terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat langsung ditujukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaya (Dalam Eko Laksamana, 1992:5) pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Rochmat Soemitro (Dalam Atep, 1985:5) pajak iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Selanjutnya Rochmat Soemitro mengoreksi definisinya, yaitu dengan menambah suatu pendapat yang intinya adalah : "Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan 'surplusnya' digunakan untuk'public saving' yang merupakan sumber utama untuk membiayai 'public investment'.
(27)
Dari definisi pajak yang telah diutamakan oleh Prof.Dr.Rochmat Soemitro, SH. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur pajak adalah :
a. iuran mayarakat kepada negara, dalam arti bahwa yang berhak melakukan pemungutan pajak hanyalah negara dengan alasan apapun swasta atau partikelir tidak boleh memungut pajak ; b. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan);
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang langsung dapat ditunjuk dalam arti bahwa jasa timbal atau kontra prestasi yang diberikan oleh negara kpada rakyat dihubungkan secara langsung dengan besarnya pajak.
d. Untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bersifat umum dalam arti bahwa pengeluaran pemerintah tersebut mempunyai manfaat bagi mesyarakat scara umum.
B. Fungsi Pajak
Menurut Atep Adya Barata (1995:14) dalam kedudukannya pajak mempunyai dua fungsi: a. Fungsi budgeter
Pajak sebagai alat untuk memasukkan uang ke dalam kas negara untuk digunakan sebagai dana pembiayaan pengeluaran negara.
b. Fungsi Reguler
Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Pengaturan ini biasanya ditujukan untuk mengatur sektor swasta.
(28)
C. Jenis Pajak
Menurut Mardiasmo (1995:2) pajak dikclompokkan menjadi tiga yaitu: a. Menurul Golongannyu
- Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebenkan atau dilimpahkan kepada orang lain, contohnya: Pajak Penghasilan.
- Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain, contohnya: Pajak Pertambahan Nilai. b. Menurut Sifatnya
- Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, contoh: Pajak Penghasilan.
- Pajak Objektif, Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak, contoh Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
c. Menurut Lembaga Pemungutnya
- Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pengahasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
- Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk
(29)
Pajak Daerah terdiri dari:
Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kcndcraan Bcrmotor dan Bea Balik Nama Kenderaan Bermotor.
Pajak Kabupaten atau Kota, contoh: Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hiburan, Pajak Reklame.
D. Pajak Penghasilan
Dasar Hukum Pajak Penghasilan adalah :
- Ord pps 1925 ord ppd 1944,
- UU Pajak PBDR 1970.
- UU No. 7 Tahun 1983, (1-1-1984).
- UU No. 7 Tahun 1991, (1-1-1992).
- UU No. 10 Tahun 1994 (1-1-1995).
- UU No. 17 Tahun 2000 (1-1-2001)
- UU No. 36 Tahun 2008 (1-1-2009).
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 2 Ayat (1) yang menjadi Subjek Pajak adalah:
a. 1) Orang Pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak. b. Badan
(30)
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 3 yang tidak termasuk Subjek Pajak adalah:
a. KantorPerwakilan Negara Asing.
b. Pejabat-Pejabat Perwakilan Diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada merekan yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;
c. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan, dengan syarat:
1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;
2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain peinberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dan mran para anggota;
d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dai Indonesia." Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 menjadi Objek Pajak adalah : Penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:
(31)
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratiilkasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. Laba Usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: keuntungan karena
pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota; keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang dibcnkan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
f. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
g. Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun; termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
(32)
j. Penerimaan atau perolehan berkala;
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. Premi asuransi;
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan
pajak.
q. Penghasilan dan usaha yang berbasis syariah
r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan.
s. Surplus bank Indonesia.
Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat Final :
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi; b. penghasilan berupa hadiah undian;
(33)
lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau
pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan
e. penghasilan tertentu lainnya,
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat (3) yang dikecualikan dari Objek pajak adalah:
a. 1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturuan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
(34)
c. Harta setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa. f. Dividen atau baiagn laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat;
1) Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas; dan
2) Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriarmya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar pemberi kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan. i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi;
j. Bungan obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pcrtama scjak pcndirian perusahaan atau pembcrian izin usaha;
(35)
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat
1) Badan pasangan usaha tersebut: merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan; dan
2) Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
Di dalam Buku Petunjuk Pengisian SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi (1992:2) yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Pajak Penghasilan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri dan warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan menggantikan yang berhak. Wajib Pajak tersebut antara lain:
a. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan atau pekerjaan bebas.
b. Wajib Pajak Orang Priabadi yang menerima atau memeproleh penghasilan dari modal dan lain-lain.
c. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau yang memperbleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan lebih dari satu pemberi kerja.
d. Kuasa warisan yang beknn terbagi.
e. Pejabat Negara, pegawai negeri sipil, anggota ABRI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan Kepulusan Presiden Nomor 33 Tahun 1986
(36)
g. Orang Asing yang berada di Indonesia lebih dan 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua betas) bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertmpat tinggal di Indonesia.
h. Masing-masing suami istri yang dikenakan Pajak Penghasilan secara terpisah dalam hal: - Suami-istri telah hidup berpisah;
- Dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.
E. Tarif Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Pasal 17 besarnya tarif Pajak Penghasilan yang berlaku adalah:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak (dalam setahun) Tarif
a. Sampai dengan Rp 25.000.000 5 %
b. Di atas Rp 25.000.000 s.d Rp 50.000.000 10 %
c. Di atas Rp 50.000.000 s.d Rp 100.000.000 15%
d. Di atas Rp 100.000.000 s.d Rp 200.000.000 25 %
e. Di atas Rp 200.000.000 35%
Setelah pergantian pada Undang-Undang nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 besarnya tariff Pajak Penghasilan yang berlaku .
a . Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
b. Di atas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 15%
c. Di atas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25%
(37)
F. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Kebijaksanaan pemerintah untuk meringankan beban Wajib Pajak di dalam menentukan atau menghiotung besarnya penghasiian kena pajak sehingga besarnya jumlah utang pajak penghasilan tidak merugikan dan memberatkan.
Penghasilan tidak kena pajak adalah 2006 : a. untuk Wajib Pajak pribadi adalah Rp. 13.200.000.
b. untuk Wajib Pajak yang status kawin adalah Rp. 1.200.000.
c. untuk istri kerja yang penghasilannya digabungkan dengan penghasilan suami adalah Rp. 13.200.000.
d. untuk tanggungan maksimal 3 (tiga) orang adalah @ Rp. 1.200.000.
Penghasilan tidak kena pajak adalah 2009 : a. untuk Wajib Pajak pribadi adalah Rp. 15.840.000
b. untuk Wajib Pajak yang status kawin adalah Rp. 1.320.000
c. untuk istri kerja yang penghasilannya digabungkan dengan penghasilan suami adalah Rp. 15.840.000
d. untuk tanggungan maksimal 3 (tiga) orang adalah @ Rp. 1.320.000
G. Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Subjek pajak Orang Pribadi :
a. Subjek PPh OP dalam negri
- Orang Pribadi yg bertempat tinggal di Indonesia
(38)
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu-kesatuan menggantikan yang berhak.
c. Subjek PPh OP Luar negri
- Orang Pribadi yg tidak bertempat tinggal di Indonesia
- berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP
- Bentuk usaha yang dipergunakan oleh Subjek Pajak OP LN (orang pribadi
yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan)
- Untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan (pekerjaan bebas) di
Indonesia
Lingkup Bentuk Usaha Tetap (BUT) OP :
• tempat kedudukan manajemen
• cabang perusahaan
• kantor perwakilan
• gedung kantor
• pabrik
• bengkel
• pertambangan dan penggalian sumber daya alam, wilayah kerja pengeboran
untuk eksplorasi pertambangan
• perikanan/pertanian/kehutanan/perkebunan,
• proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan
• pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain yang
(39)
dalam tax treaty dengan negara yang bersangkutan) dalam jangka waktu 12 bulan
• orang atau badan yang bertindak sebagai agen yang kedudukannya tidak
bebas
• agen atau pegawai perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak
berkedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung risiko di Indonesia
Perbedaan :
OP Dalam Negri OP Luar Negri Badan Usaha Tetap (BUT)
Dikenakan pajak atas penghasilan di RI atau di luar RI (world wide income)
Dikenakan pjk atas penghasilan yang bersumber di RI
Dikenakan pajak atas Penghasilan di RI dan Penghasilan Pusat yg diatribusikan sbg penghasilan BUT
Penghitungan PPh dengan tarif umum (psl 17 OP) basis netto
Penghitungan PPh dengan tarif sepadan (psl 26) basis brutto
Penghitungan PPh dengan tarif umum (psl 17 Badan) basis netto
(40)
1. WP OPPT adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha grosir/eceran barang konsumsi melalui tempat usaha/gerai/outlet yg tersebar di beberapa lokasi (tdk termasuk perdagangan kend bermotor & restoran).
2. WP yang memiliki beberapa tempat usaha dalam satu wilayah kerja KPP, harus
mendaftarkan masing-masing tempat usahanya di KPP yang bersangkutan.
3. WP yang memiliki beberapa tempat usaha di lebih dari 1 wilayah kerja KPP, harus
mendaftarkan setiap tempat usahanya di KPP masing-masing tempat usaha Wajib Pajak berada.
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU KEP-171/PJ/2002
MENDAFTARKAN NPWP DI :
KPP DOMISILI (MELIPUTI TEMPAT TINGGAL WP) DAN, KPP LOKASI (MELIPUTI TEMPAT USAHA/GERAI;
TIAP GERAI WAJIB MENDAFTARKAN NPWP) WP OP USAHA PERDAGANGAN GROSIR DAN ATAU ECERAN
DENGAN BEBERAPA TEMPAT USAHA (GERAI); KECUALI PEDAGANG KENDARAAN BERMOTOR & RESTORAN
WAJIB
ANGSURAN PPh PASAL 25
SEBESAR
2 % DARI JML PEREDARAN BRUTO TIAP BULAN;
DIBAYAR ATAS NAMA DAN NPWP MASING MASING TEMPAT USAHA
dilunasi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dilaporkan ke KPP Lokasi paling lambat tanggal 20
(41)
Angsuran PPh Pasal 25
WP OP Pengusaha Tertentu
JIKA WP TIDAK MENERIMA PENGHASILAN LAINYANG TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL
MERUPAKAN PELUNASAN
JIKA WP MENERIMA PENGHASILAN LAINYANG TIDAK DIKENAKAN PPh FINAL
MERUPAKAN KREDIT
PAJAK KERUGIAN TAHUN-TAHUN
SEBELUMNYA
TIDAK DAPAT DIKOMPENSASIKAN
KERUGIAN TAHUN-TAHUN SEBELUMNYA
DAPAT DIKOMPENSASIKAN
Perlu diketahui SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ada 3 jenis, yaitu :
1. Form 1770, untuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas (bukan karyawan),
Para Profesional seperti Dokter, Pengacara, Pedagang, dll
2. Form 1770S (Wajib Pajak karyawan Penghasilan lebih dari Rp. 60.000.000,- per tahun
atau diatas Rp. 5.000.000,- per bulan)
3. Form 1770 SS (Wajib Pajak karyawan Penghasilan kurang dari atau maksimal Rp.
(42)
WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S
PENGHASILAN PEKERJAAN DARI SATU PEMBERI KERJA DIKENAKAN PPh FINAL DIKENAKAN PAJAK TERSENDIRIWP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi)
• Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto
SBI
• Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek
• Penjualan Saham di Bursa Efek
• Hadiah Undian
• Dll
(akan disampaikan kemudian)
• Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja
• Penghasilan anak dari pekerjaan
BUKAN OBJEK
• Bantuan/sumbangan/hibah
• Warisan
• Bagian laba anggota CV tidak atas
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi
• Klaim asuransi kesehatan, kecelakaan,
jiwa, dwiguna, beasiswa
1
2
3
4
Berdasarkan Penghasilan Bruto
Biaya-biaya Yang boleh dikurangkan dari penghasilan Bruto :
1. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
2. Penyusutan dan amortisasi
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
5. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing;
6. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
7. Biaya bea siswa, magang, dan pelatihan
(43)
9. Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan berdasarkan ketentuan Pasal 9 ayat (8) UU PPN & PPnBM
Penghasilan yang tidak boleh dikurangkan dari Penghasilan Bruto : 1. Pembagian Laba dengan nama dan dalam bentuk apapapu.
2. Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi Pemegang Saham, Sekutu, atau
Anggota.
3. Pembentukan dana cadangan kecuali cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan
Keputusan mentri Keuangan.
4. Premi Asuransi kesehatan, Kecelakaan, Jiwa, Dwi Guna dan Asuransi Bea Siswa yang
dibayar oleh wajib Pajak Orang Pribadi.
5. Penggantian / imbalan Pekerjaan / jasa yang diberikan dalam bentuk Natura dan
Kenikmatan kecuali Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai di Daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan Keputusan Mentri Keuangan.
Contoh perhitungan PPh orang pribadi Tahun :
Bagi Wajib Pajak dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan, Penghasilan Kena
Pajaknya dihitung dengan menggunakan cara penghitungan biasa dengan contoh sebagai berikut.
1. Peredaran bruto Rp 6.000.000.000,00
2. Biaya untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan Rp 5.400.000.000,00(-)
__________________
3. Laba usaha (penghasilan neto usaha) Rp 600.000.000,00
(44)
_________________ (-) 6. Penghasilan neto dari usaha Rp 20.000.000,00 7. Jumlah Penghasilan Lain _________________ (+)
8. Jumlah seluruh penghasilan neto Rp 620.000.000,00
9. Zakat Rp. 0,00 10.Kompensasi kerugian Rp 10.000.000,00 _________________(-) 11. Penghasilan Kena Pajak (bagi Wajib
Pajak badan) Rp 610.000.000,00
12. Pengurangan berupa
Pajak orang pribadi (isteri + 2 anak) Rp 19.800.000,00 _________________(-) 13 Penghasilan Kena Pajak
(bagi Wajib Pajak orang pribadi) Rp 590.200. 000,00 PPh Terutang 5% x 50.000.000 Rp. 2.500.000,00 15%x 200.000.000 Rp. 30.000.000,00 25%x 250.000.000 Rp. 62.500.000,00 30%x 90.200.000 Rp. 27.060.000,00 _________________(+) Jumlah PPh Terutang Rp. 122.060.000,00 Kredit Pajak Rp. 100.000.000,00 _________________(-) PPh Kurang Bayar Rp. 22.060.000,00
Contoh 2 :
Penghasilan Bruto Rp 5.000.000.000,- Pengurang Penghasilan Bruto 4.000.000.000,- Penghasilan Neto Rp 1.000.000.000,- Kompensasi Kerugian 900.000.000,- Penghasilan Neto setelah Rp 100.000.000,- kompensasi kerugian
Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/2) Rp 19.800.000,- Penghasilan Kena Pajak Rp 80.200.000,- PPh terutang Rp 7.030.000,- PPh yang dipotong Pihak Lain Rp 5.000.000,- PPh yang harus dibayar sendiri Rp 2.030.000,- PPh Pasal 25 Rp 1.000.000,- PPh Kurang Bayar Rp 1.030.000,-
(45)
Contoh 3 :
Tahun penjualan 2009
H P P Rp. 52.000.000.000
Penghasilan Bruto Rp. 46.000.000.000
6.000.000.000
Biaya-biaya Boleh Tidak Boleh
Bunga bank 400.000.000 ____
Pengangkutan 600.000.000 ____
Gaji(termasuk natura 25%) 900.000.000 300.000.000
Pajak (PPh 75 %) 75.000.000 225.000.000
Benda dan Bunga Pajak ____ 50.000.000
Biaya makan dan minum 200.000.000 _____
Biaya rekreasi ____ 50.000.000
Listri, Telepon 200.000.000 50.000.000
Alat-alat kantor 160.000.000 400.000.000
Pembagian laba ____ 500.000.000
Penyusutan 100.703.125 299.296.875
Pembelian aktiva _____ 360.000.000
_________________ _____________
2.635.703.125
(46)
Sewa Mobil 65.000.000 _____ _____
Bunga Deposito BNI _____ 60.000.000 _____
Deviden dari PT adil (24%) 100.000.000 _____ _____
Keuntungan selisih kurs _____ _____ 50.000.000
______________ ____________ ___________
165.000.000 125.000.000 50.000.0000
Penghasilan Bruto Rp. 6.000.000.000
Biaya-biaya Rp. 2.635.703.125
Rp. 3.364.296.875
Penghasilan Neto Lain Rp. 165.000.000
Rp. 3.529.296.875
PTKP
WP 15.840.000
Kawin 1.320.000
Anak 3 3.960.000
Rp. 21.120.000___
PPh tahun 2009 Rp. 3.508.176.875
5% x 50.000.000 = 2.500.000
15% x 250.000.000` = 37.500.000
25% x 500.000.000 = 125.000.000
30% x 2.708.176.000 = 812.452.800
(47)
Contoh perhitungan pasal 8 tahun 2009 :
Perhitungan pajak bagi suami istri yang mengadakan perjanjian pemisahan penghasilan secara tertulis atau jika istri menhendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakanya sendiri adalah sebagai berikut.
Apabila istri menjalankan usaha salon kecantikan, pengenaan pajak dihitung berdasarkan jumblah penghasilan sebesar Rp.250.000.000.
misalnya pajak terutang atas jumblah penghasilan tersebut adalah sebesar Rp. 32.500.000 maka untung masing-masing suami dan istri pengenaan pajaknya dihitung sebagai berikut.
- Suami : Rp 100.000.000 x Rp 32.500.000 = Rp 13.000.000
Rp 250.000.000
- Istri : Rp 150.000.000 x Rp 32.500.000 = Rp 19.500.000
(48)
BAB IV
ANAUSIS DAN EVALUASI
A. PENETAPAN PAN KETETAPAN PAJAK
Adapun pengertian dari pada Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang ditertibkan oleh Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan penelitian dan pemeriksaaan terhadap Surat Pemberitahuan Wajib Pajak berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau SKPKB, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).
Mengingat tujuan dan peranan dari pada surat ketetapan pajak maka bentuk dari surat ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dapat bermacam-macam tergantung dari hasil pemeriksaan dan penelitian terhadap surat pemberitahuan adapun bentuk atau macam dari penetapan dan ketetapan pajak adalah sebagai berikut:
a. Surat Tagihan Pajak (STP)
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Yang diinaksud dengan Surat Ketetapao Pajak Kurang Bayar adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jmnlah bayar yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi administasi, dan pajak yang masih harus dibayar.
c. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalali surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(49)
d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Pengertian dari Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlall kredit pajak lebih besar dari pajak terutang atau tidak seharasnya terutang.
e. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan menerbitkan surat ketetapan pajak nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlall pajak yang dibayar- satna dengan jumlah pajak terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.
f. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang adalah surat yang digunakan oieh Direktorat Jenderal Pajak unruk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak.
2. SANKSI DARI BENTUK PELANGGARAN Sanksi Administrasi:
a. Pasal 7 UU 6/1983 (Berupa Denda)
"Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3), dakenakan sanksi Administrasi.berupa denda untuk Masa sebesar Rp.25000,- dan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan sebesar Rp. 50000.
(50)
"Kenaikan sebesar 50% dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak, apabiia surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (3) dan telah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana telah disampaikan dalam surat teguran, dengan suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar."
Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain yang diperoleh direktur jendral pajak diluar data yang disampaikan wajib pajak, ternyata wajib tidak atau kurang membayar pajak yang dihitung sendiri sebagaimana mestinya sesuai dengan ketentuan undang-undang.
c. Pasal 13 ayat 2
Dikeluarkan SKP dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk paling lama 24 bulan (dikenakan dengan SKP) dihitung sejak saat terhutangnya pajak sampai diterbitkan SKP.
(51)
TABEL :
Laporan Penetapan Pajak Di KPP Medan Timur
Tahun 2009 dan 2010
Jenis Penetapan 2009 2010
STP 5658 1325
SKPKB 44 -
SKPKBT 2 -
SKPLB 3 -
SKPN 8 -
JUMLAH 5716 1325
Dari tabel diatas jumlah Penetapan Pajak berdasarkan tahun Pajak di tahun 2009 setelah diperiksa STP yang masuk sebesar 5658, sedangkan SKPKB yang masuk sebesar 44. Hal ini diakibatkan Wajib Pajak dalam menyetorkan Pajaknya masih kurang dibayar dibandingkan Pajak yang sebenamya yang harus dibayar. Wajib Pajak tidak Patuh lebih besar dari Wajib Pajak Patuh hal ini dapat dilihat dari SKPKB dan SKPKBT berjumlall 46. Sedangkan Wajib Pajak Patuh lebih sedikit hal ini dapat dilihat dari kecilnya jumlah SKPLB dan SKPN berjumlah 11.
Dan ditahun 2010 STP masuk sebanyak 1325, sedangkan Wajib Pajak Patuh dan Wajib Pajak tidak Patuh belum dapat diketahui karna belum dalakukannya pemeriksaan oleh Petugas Pajak.
(52)
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil praktek kerja lapangan mandiri (PKLM) yang dilaksanakan penulis pada seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) di Kantor Peiayanan Pajak Medan Timur mengenai klasifikasi dan penetapan pada PPh OP dapat disimpulkan bahwa :
1. Pajak penghasilan Orang Pribadi merupakan salah satu Jem's pajak yang dikenai atas penghasilan yang diperoleh dari wajib pajak orang pribadi yang digunakan untuk kepentingan negara.
2. Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi harus melaporkan jumlah pajak yang terutang dengan benar.
3. Masih kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini terbukti dari masih banyaknya Wajib Pajak yang tidak melaporkan pajaknya.
4. Untuk meringankan beban Pajak yang ditanggung Wajib Pajak, harus dilihat dari total penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari suatu masa atau tahun Pajak.
5. Enggannya masyarakat membayar pajaknya dapat disebabkan dari perkembangan intelektual dan moral masyarakat yang masih sangat rendah, sistem perpajakan yang sulit dipahami.
(53)
B. Saran
Secara ringkas penulis telah menguraikan beberapa sebab - sebab Wajib Pajak tidak memenuhi atau mematuhi kewajiban perpajakan, dari uraian tersebut penulis memberi saran - saran, sebagai berikut :
1. Untuk mempermudah Wajib Pajak harus diberikan penyuluhan dan pendfdikan yang khusus oleh Fiskus tentang pelaksanaan pajak yang terutang.
2. Melakukan pendataan ulang Wajib Pajak yang tidak melaporkan Pajak terutangnya dari peredaran usahanya.
3. Melakukan kegiatan penyuluhan daJam memberikan informasi mengenai kewajiban membayar, melaporkan pajak terulangnya dengan lebih intensif dan maksimal seperti melalui media masa.
4. Wajib Pajak seharusnya dikenakan secara adil dan merata sesuai dengan tarif Progresif tapi memandang jabatan atau pangkat baik itu. pejabat negara, pegawai negeri sipil, anggota Polri, pegawai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah.
5. Wajib Pajak harus menjunjung tinggi dan bertanggung jawab secara pribadi penuh untuk melaksanakan kewajiban Perpajakan sesuai dengan mekanisme yang ada agar terhindar dari sanksi administrasi dan sanksi pidana.
(54)
DAFTAR PUSTAKA
1. SIHALOHO, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2001.
2. WALIJYO DAN W.B. ILYAS, Perpajakan Indonesia. Salemba Emban Patria (Salemba Empat), Jakarta. 2002.
3. NURMANTO, S. Pengantar Perpajakan. Granit, Jakarta. 2002
4. GUNADI, Ketentuan Perhitungan dan Pelunasan PPh. Salemba Empat, Jakarta. 2002 5. BOEDIONO, B. Perpajakan Indonesia. Diadit Media, Jakarta.
DAFTAR UNDANG-UNDANG
UU No. 10 Tahun 1994 sebagaimana yang telah dinbah dengan UU No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum Perpajakan.
(55)
s.d
NORMA PEMBUKUAN
• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •
NPWP : NAMA WAJIB PAJAK :
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT NAMA AKUNTAN PUBLIK :
NPWP AKUNTAN PUBLIK : NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK : NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK : NAMA KONSULTAN PAJAK : NPWP KONSULTAN PAJAK : NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK : NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK :
a. 1a b. 1b c. 1c d. 1d e. 1e 2. a. 2a b. 2b c. 2c d. 2d e. 2e f. 2f g. 2g h. 2h i. 2i
GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN
HARGA POKOK PENJUALAN LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
BIAYA USAHA
PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN
PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
PAJAK PENGHASILAN
SANKSI ADMINISTRASI
SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI FISKAL
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI TH
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG
MENGGUNAKAN PEMBUKUAN
PEREDARAN USAHA
RUPIAH
PERHATIAN: SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
TH
BERI TANDA " X " DALAM BL
2
0
T A H U N P A J A K BL1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
BAGIAN A:
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN) LAMPIRAN - I
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
F O R M U L
IR HALAMAN 1
(56)
• s.d
•PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA NORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN : • • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
JUMLAH BAGIAN B
Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1
BAGIAN C : PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA
(Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dikenakan PPh Bersifat Final)
JUMLAH BAGIAN C
D.1.1.32.43
Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir 1770 Angka 3
SEWA
JBC
5
7 PENGHASILAN LAINNYA PENGHARGAAN DAN HADIAH
KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN / PENGALIHAN HARTA
NO. NORMA (%) 1 BUNGA USAHA LAINNYA (2) (1) (4) DAGANG PEKERJAAN BEBAS TH
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO )
(3)
PEREDARAN USAHA (Rupiah)
PENGHASILAN NETO (Rupiah)
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
JENIS USAHA TH (5) (3) JUMLAH PENGHASILAN (Rupiah) (2) JBB JENIS PENGHASILAN 3 4 5 6 4 (1) 1 2 3 NO. 2 DIVIDEN INDUSTRI ROYALTI JASA HALAMAN 2
MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI YANG
1770 - I
F O R M U L IR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2
BERI TANDA " X " DALAM
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI BL T A H U N P A J A K
0
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BL
(57)
s.d
NORMA PEMBUKUAN
• • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK : BAGIAN A :
(1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 dst
DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH T
A H U N P A J A
K
2
0
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADIJENIS PAJAK : PPh PASAL 21/ 22/23/24/26/DTP *)
1770 - II
LAMPIRAN - II
PERHATIAN :
TH TH
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
BL
BERI TANDA " X " DALAM
NO NAMA PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK NPWP PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK NOMOR
BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH TANGGAL (2) (3) F O R M U L IR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
BL
(7) (6)
(4) (5)
JUMLAH PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
(58)
• s.d
• PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
• PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH NORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN : • • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM •
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK : BAGIAN A :
NO
(1)
I DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 1 BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN DAN DISKONTO SBI 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 PENGHASILAN USAHA : 11a 11b 12 12a 12b 13 14 II
BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK NO
(1)
1.
2.
3. BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN,
FIRMA, KONGSI
PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(3)
JUMLAH (1 s.d. 13)
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
PENGHASILAN ANAK DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU KEGIATAN DARI ORANG YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH
HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS
(2)
HADIAH UNDIAN
BUNGA / DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN GUNA SERAH
PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
USAHA JASA KONSTRUKSI
PENYALUR / DEALER / AGEN PRODUK BBM
PENYALUR / DISTRIBUTOR ROKOK
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL :
SUMBER / JENIS PENGHASILAN
WARISAN
(2)
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI TH
(4) (3)
BERI TANDA " X " DALAM
PPh TERUTANG (Rupiah)
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
BL
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
F O R M U L IR
JENIS PENGHASILAN DASAR PENGENAAN PAJAK / PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
LAMPIRAN - III
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
0
BL TH2
T A H U N P A J A K(59)
• s.d
NORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN • SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN • ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM • BERI TANDA " X " DALAM
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN A :
BAGIAN B : DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
3 (2) (1) 1 2 7 5 6
NO. JENIS HARTA
5 1 F O R M U L IR •
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2 7 10 dst 9 5 3 4
DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN
HARGA PEROLEHAN (Rupiah)
BL TH
DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN BL TH
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN RI
T A H U N P A J A K
1770 - IV
2
0
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN
LAMPIRAN - IV
ALAMAT PEMBERI PINJAMAN JBA
NO.
JUMLAH BAGIAN A
JUMLAH (Rupiah) (1) (5) 8 6 (5) TAHUN PEMINJAMAN TAHUN PEROLEHAN (4) (3) KETERANGAN (3) (2) (4)
(1)
DAFTAR PUSTAKA
1. SIHALOHO, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
2001.
2. WALIJYO DAN W.B. ILYAS, Perpajakan Indonesia. Salemba Emban Patria (Salemba
Empat), Jakarta. 2002.
3. NURMANTO, S. Pengantar Perpajakan. Granit, Jakarta. 2002
4. GUNADI, Ketentuan Perhitungan dan Pelunasan PPh. Salemba Empat, Jakarta. 2002
5. BOEDIONO, B. Perpajakan Indonesia. Diadit Media, Jakarta.
DAFTAR UNDANG-UNDANG
UU No. 10 Tahun 1994 sebagaimana yang telah dinbah dengan UU No. 17 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum
Perpajakan.
(2)
s.d
NORMA PEMBUKUAN
•
•
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
NPWP :NAMA WAJIB PAJAK :
PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
PEMBUKUAN / LAPORAN KEUANGAN : DIAUDIT OPINI AKUNTAN : TIDAK DIAUDIT
NAMA AKUNTAN PUBLIK :
NPWP AKUNTAN PUBLIK :
NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NPWP KANTOR AKUNTAN PUBLIK :
NAMA KONSULTAN PAJAK :
NPWP KONSULTAN PAJAK :
NAMA KANTOR KONSULTAN PAJAK :
NPWP KANTOR KONSULTAN PAJAK :
a. 1a
b. 1b
c. 1c
d.
1d
e. 1e
2. a.
2a
b.
2b
c. 2c
d.
2d
e. 2e
f. 2f
g. 2g
h. 2h
i.
2i
j.
2j
k. 2k
l. 2l
a.
3a
b.
3b GAJI YANG DIBAYARKAN KEPADA PEMILIK / ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
JUMLAH YANG MELEBIHI KEWAJARAN YANG DIBAYARKAN KEPADA PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN YANG DILAKUKAN
HARGA POKOK PENJUALAN LABA/RUGI BRUTO USAHA (1a - 1b)
PENYESUAIAN FISKAL POSITIF
BIAYA YANG DIBEBANKAN/DIKELUARKAN UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI WAJIB PAJAK ATAU ORANG YANG MENJADI TANGGUNGANNYA
BIAYA USAHA
PENGHASILAN NETO (1c - 1d)
3. PENYESUAIAN FISKAL NEGATIF:
HARTA YANG DIHIBAHKAN, BANTUAN ATAU SUMBANGAN
PREMI ASURANSI KESEHATAN, ASURANSI KECELAKAAN, ASURANSI JIWA, ASURANSI DWIGUNA, DAN ASURANSI BEASISWA YANG DIBAYAR OLEH WAJIB PAJAK
PENGGANTIAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN ATAU JASA YANG DIBERIKAN DALAM BENTUK NATURA ATAU KENIKMATAN
PAJAK PENGHASILAN
SANKSI ADMINISTRASI
SELISIH PENYUSUTAN/AMORTISASI KOMERSIAL DIATAS PENYUSUTAN/ AMORTISASI FISKAL
BIAYA UNTUK MENDAPATKAN, MENAGIH DAN MEMELIHARA PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK PENYESUAIAN FISKAL POSITIF LAINNYA
JUMLAH (2a s.d. 2k)
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK TETAPI TERMASUK DALAM PEREDARAN USAHA
SELISIH PENYUSUTAN / AMORTISASI KOMERSIAL DI BAWAH PENYUSUTAN AMORTISASI
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI TH
PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG
MENGGUNAKAN PEMBUKUAN
PEREDARAN USAHA
RUPIAH PERHATIAN: SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
TH
BERI TANDA " X " DALAM
BL
2
0
T
A
H
U
N
P
A
J
A
K
BL
1. PENGHASILAN DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BERDASARKAN LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL :
BAGIAN A:
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN PEMBUKUAN)
LAMPIRAN - I
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
DEPARTEMEN KEUANGAN RIDIREKTORAT JENDERAL PAJAK
F
O
R
M
U
L
IR HALAMAN 1
1770 - I
(3)
•
s.d•
PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA NORMA PEMBUKUANPERHATIAN :
•
•
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
NPWP :NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN B: PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS
JUMLAH BAGIAN B
Pindahkan Jumlah Bagian B Kolom (5) ke Formulir 1770 Angka 1
BAGIAN C : PENGHASILAN DALAM NEGERI LAINNYA
(Tidak Termasuk Penghasilan Yang Dikenakan PPh Bersifat Final)
JUMLAH BAGIAN C
D.1.1.32.43
Pindahkan Jumlah Bagian C ke Formulir 1770 Angka 3
SEWA
JBC 5
7 PENGHASILAN LAINNYA PENGHARGAAN DAN HADIAH
KEUNTUNGAN DARI PENJUALAN / PENGALIHAN HARTA
NO. NORMA
(%)
1 BUNGA USAHA LAINNYA
(2)
(1) (4)
DAGANG
PEKERJAAN BEBAS
TH
(BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO )
(3)
PEREDARAN USAHA (Rupiah)
PENGHASILAN NETO (Rupiah)
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
JENIS USAHA
TH
(5)
(3)
JUMLAH PENGHASILAN (Rupiah)
(2)
JBB
JENIS PENGHASILAN 3
4
5
6 4
(1)
1
2
3 NO.
2 DIVIDEN INDUSTRI
ROYALTI JASA
HALAMAN 2
MENGGUNAKAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DALAM NEGERI YANG
1770 - I
F
O
R
M
U
L
IR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
2
BERI TANDA " X " DALAM
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI BL
T
A
H
U
N
P
A
J
A
K
0
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
BLLAMPIRAN - I
(4)
s.d
NORMA PEMBUKUAN
•
•
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
NPWP :NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN A :
(1)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 dst
*)
-
=-
Kolom (6) diisi dengan pilihan sebagai berikut : 21 / 22 / 23 / 24 /26/ DTP (Contoh : ditulis 21, 22, 23, 24, 26, DTP) DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN,PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh
DITANGGUNG PEMERINTAH T
A
H
U
N
P
A
J
A
K
2
0
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
JENIS PAJAK : PPh PASAL 21/ 22/23/24/26/DTP *)
1770 - II
LAMPIRAN - II
PERHATIAN :
TH TH
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
BL
BERI TANDA " X " DALAM
PPh Ditanggung Pemerintah
NO
NAMA PEMOTONG/PEMUNGUT
PAJAK
NPWP PEMOTONG/PEMUNGUT
PAJAK
NOMOR
BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN
DAFTAR PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PPh OLEH PIHAK LAIN, PPh YANG DIBAYAR / DIPOTONG DI LUAR NEGERI DAN PPh DITANGGUNG PEMERINTAH
TANGGAL
(2) (3)
UK INI
JBA
DTP
JUMLAH BAGIAN A
Pindahkan Jumlah Bagian A Kolom 7 ke Formulir 1770 Angka 15
F
O
R
M
U
L
IR
DEPARTEMEN KEUANGAN RI
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
BL
(7) (6)
(4) (5)
JUMLAH PPh YANG DIPOTONG / DIPUNGUT
(Rupiah)
(5)
•
s.d•
PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK•
PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH NORMA PEMBUKUAN PERHATIAN :•
•
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
NPWP :
NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN A :
NO
(1)
I DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 1 BUNGA DEPOSITO, TABUNGAN DAN DISKONTO SBI 2
3 4 5 6 7 8 9 10
11 PENGHASILAN USAHA : 11a
11b 12
12a 12b 13 14 II
BAGIAN B : PENGHASILAN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
NO (1) 1. 2. 3. 4. 5.
BAGIAN C : PENGHASILAN ISTERI YANG DIKENAKAN PAJAK SECARA TERPISAH
BAGIAN LABA ANGGOTA PERSEROAN KOMANDITER TIDAK ATAS SAHAM, PERSEKUTUAN, PERKUMPULAN, FIRMA, KONGSI
PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
(3) JUMLAH (1 s.d. 13)
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL
PENGHASILAN ANAK DARI PEKERJAAN YANG TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN USAHA ATAU KEGIATAN DARI ORANG YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA
BANTUAN / SUMBANGAN / HIBAH
HONORARIUM ATAS BEBAN APBN / APBD
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN
PESANGON, TUNJANGAN HARI TUA DAN TEBUSAN PENSIUN YANG DIBAYAR SEKALIGUS
(2)
HADIAH UNDIAN
BUNGA / DISKONTO OBLIGASI YANG DILAPORKAN PERDAGANGANNYA DI BURSA EFEK
PENJUALAN SAHAM DI BURSA EFEK
PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN BANGUNAN YANG DITERIMA DALAM RANGKA BANGUNAN GUNA SERAH
PENGHASILAN ISTRI DARI SATU PEMBERI KERJA SEWA ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
USAHA JASA KONSTRUKSI
PENYALUR / DEALER / AGEN PRODUK BBM
PENYALUR / DISTRIBUTOR ROKOK
PENGHASILAN LAIN YANG DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL :
SUMBER / JENIS PENGHASILAN
WARISAN
KLAIM ASURANSI KESEHATAN, KECELAKAAN, JIWA, DWIGUNA, BEASISWA
JBB PENGHASILAN LAIN YANG TIDAK TERMASUK OBJEK PAJAK
(2)
JUMLAH BAGIAN B
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
TH
(4) (3)
BERI TANDA " X " DALAM
PPh TERUTANG (Rupiah)
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
BL DEPARTEMEN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
F
O
R
M
U
L
IR
JENIS PENGHASILAN DASAR PENGENAAN PAJAK / PENGHASILAN BRUTO (Rupiah)
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
LAMPIRAN - III
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PAJAK FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL DAN PENGHASILAN PENGUSAHA TERTENTU
0
BL TH
2
T
A
H
U
N
P
A
J
A
K
1770 - III
(6)
•
s.dNORMA PEMBUKUAN
PERHATIAN
•
SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN•
ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK DENGAN TINTA HITAM•
BERI TANDA " X " DALAM NPWP :NAMA WAJIB PAJAK :
BAGIAN A :
BAGIAN B : DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
JBB JUMLAH BAGIAN B
3
(2) (1)
1
2
10 dst
9 7
UK INI 5
8 6
NO. JENIS HARTA
5 1
F
O
R
M
U
L
IR
•
SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
2
7
10 dst
9 5 3
4
DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN
HARGA PEROLEHAN (Rupiah)
BL TH
DAFTAR KEWAJIBAN/UTANG PADA AKHIR TAHUN
BL THDIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN RI
T
A
H
U
N
P
A
J
A
K
1770 - IV
2
0
(KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI
DAFTAR HARTA PADA AKHIR TAHUN
LAMPIRAN - IV
ALAMAT PEMBERI PINJAMAN JBA
NO.
JUMLAH BAGIAN A
JUMLAH (Rupiah)
(1) (5)
8 6
(5) TAHUN
PEMINJAMAN TAHUN PEROLEHAN
(4) (3)
KETERANGAN (3)
(2) (4)
NAMA PEMBERI PINJAMAN