secara benar, sehingga akan menjadi penentu dalam upaya memperoleh akses ke perbankan formal.
C. Lembaga Pembiayaan Skala Mikro
Lembaga Pembiayaan memiliki arti yang sangat strategis dalam upaya untuk pengembangan usaha yang akan atau sedang dilakukan, terutama dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir. Lembaga pembiayaan yang ada saat ini secara umum masih belum
menyentuh pada kegiatan usaha masyarakat dengan nilai investasi rendah. Penyaluran kredit kepada UK dianggap sebagai usaha berisiko tinggi, karena
UK tidak memiliki aset yang cukup dapat diandalkan sebagai agunan guna memperoleh pembiayaan usahanya.
Bila aksesibilitas pembiayaan tidak diberikan bagi para pelaku UK yang tidak memiliki aset, kesenjangan akan terus berlangsung dan tujuan
esensial untuk mengentaskan kemiskinan dan mendorong perkembangan ekonomi lokal tidak akan memiliki solusi yang baik. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk memberikan layanan pembiayaan bagi masyarakat dengan skala UK adalah terbentuknya lembaga keuangan mikro yang menggunakan
pendekatan Grameen Bank. 1. Grameen Bank
Pendekatan Grameen Bank yang dilakukan oleh Muhammad Yunus, seorang profesor Ekonomi dari Universitas Chittagong,
Bangladesh adalah dengan melaksanakan program kredit kepada masyarakat miskin akibat dari rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap
orang-orang miskin. Landasan pemikiran Yunus untuk memilih kredit sebagai pilihan aksi adalah membebaskan orang dari kesengsaraan akibat
kemiskinan yang parah. Salah satu masalah besar yang dihadapi kaum miskin adalah modal. Sistem perbankan dan lembaga keuangan formal
yang ada telah menetapkan syarat yang tidak memungkinkan masyarakat bawah untuk memperoleh modal dari lembaga keuangan tersebut DKP,
2004
c
.
Pendekatan kredit bagi masyarakat miskin yang dilakukan oleh Yunus merupakan salah satu upaya dalam pengentasan kemiskinan.
Pemikiran dan kepedulian ini selanjutnya dituangkan dalam program riset aksi di desa Jobra, Bangladesh antara tahun 1976 – 1979. Pada tahun 1979
dilakukan replikasi di desa Tangail dengan dukungan Bank Sentral Bangladesh. Sukses replikasi ini diikuti dengan program perluasan ke
daerah-daerah lain di Bangladesh. Saat ini Grameen Bank telah menjadi lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. Selain pinjaman
umum, program pinjaman yang ditawarkan telah berkembang menjadi beberapa jenis pinjaman seperti pinjaman musiman, pinjaman untuk
perusahaan umum, pinjaman untuk perumahan dasar, pinjaman kesehatan, dan pinjaman pendidikan. Kisah sukses Grameen Bank telah menjadi
lembaga keuangan pedesaan terbesar di Bangladesh. 2. Mikro Mitra Mina
Mikro Mitra Mina merupakan lembaga keuangan mikro yang melayani aktifitas simpan pinjam berskala kecil menggunakan pendekatan
Grameen Bank bagi kelompok miskin di wilayah pesisir, guna membiayai
kegiatan ekonomi pokok maupun tambahan dan mengembangkan budidaya menabung, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
mengembangkan kemandirian usaha. Skim ini mengintegrasikan simpanan atau tabungan wajb dan sukarela sebagai suatu komponen yang tidak
terpisahkan dengan aktifitas pinjam. Komponen tabungan dirasakan semakin penting dalam pengelolaan keuangan dan usaha, serta dalam
rangka pembentukan dan pemupukan modal guna meningkatkan kemandirian usaha. Sebagai sebuah alternatif, skim ini diharapkan dapat
menghilangkan ketergantungan masyarakat pesisir terhadap para pelepas uang informal money lenders yang banyak beroperasi di wilayah pesisir
DKP, 2004
c
.
3. Skim Modal Kerja Skim modal kerja DKP adalah program penyediaan kredit modal
yang terintegrasi dengan peningkatan kapasitas manajemen pembudidaya ikan untuk mengangkat potensi pembudidaya ikan skala rumah tangga dan
UKM berbasis pada kelompok, agar kelompok dapat meningkatkan produksi, baik mutu maupun kuantitas. Selain memberikan pinjaman
permodalan, kegiatan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan pembudidaya ikan dengan pendampingan dan pelatihan
DKP, 2004
a
. D.
Deskripsi Umum UKM Perikanan
UKM disebut sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia dan UKM identik dengan membangun Indonesia karena ada sekitar 80 juta orang
Indonesia yang bekerja di sektor ini. Dengan kata lain, membangun UKM sama dengan membangun sumber penghidupan yang saat ini dinikmati oleh
80 juta lebih orang Indonesia. Untuk UK, selama tahun 2000-2003 sebesar 86 bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan
perikanan. Sementara hanya 9 pengusaha menengah yang bergerak di lapangan usaha ini. Sisanya, pengusaha besar yang kehidupannya tergantung
jatuh bangunnya sektor usaha kecil dan menengah, sehingga UK menjadi sasaran pembangunan nasional Anoraga, 2005.
Kemampuan UKM dalam menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan telah terbukti di berbagai negara. Oleh karena itu, komitmen yang
sungguh-sungguh dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan UKM harus ditindaklanjuti dengan implementasi dari civitas akademika dan dunia
bisnis. Bermacam
kebijakan sedang
dilakukan pemerintah
untuk memberdayakan kembali potensi ekonomi di tingkat petani dan UKM di
segala bidang. Cadangan dana disediakan dengan harapan petani dan UKM kembali bergairah untuk meningkatkan produksi di bidang usahanya masing-
masing. Di bidang perikanan darat, komoditas budidaya ikan nila dan udang
galah merupakan komoditas yang paling menjanjikan untuk tujuan di atas
dengan berbagai alasan, antara lain harganya paling tinggi diantara komoditas ikan konsumsi air tawar, pasar domestik yang masih jauh dari kejenuhan,
lahankolam petani ikan untuk usaha budidaya yang banyak terlantar dan satu hal lagi yang harus digaris bawahi, Indonesia mempunyai kekayaan
keanekaragaman hayati yang bernilai untuk strain udang galah, mulai dari peraian di Sumatera, Jawa, Kalimantan sampai Sulawesi. Persoalannya adalah
petani dan UKM perikanan masih mempunyai kendala di bidang teknis budidaya dan manajemen usaha yang perlu mendapat perhatian lembaga
penelitian dan pengembangan litbang dan dinas terkait. Komunikasi lintas sektoral dirasakan sangat perlu untuk menjembatani permasalahan yang ada di
petani dan UKM dengan menyajikan hasil penelitian yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya, bila kesuksesan di tingkat
produksi tercapai, asosiasi petani udang galah tingkat nasional sangat dibutuhkan untuk menggalang jaringan kerja para petani, sehingga
kelanggengan usaha yang menguntungkan dapat tercapai DKP, 2006
a
. E.
Deskripsi Usaha Budidaya Ikan Nila
Merebaknya kasus pembalakan liar kayu - kayu di hutan menyisakan bencana alam dan pengangguran akibat berkurangnya kesempatan kerja.
Begitu pula dengan industri pertambangan yang telah habis sumbernya maka akan menambah pula angka pengangguran. Dari pembicaraan dengan berbagai
pihak di wilayah yang mempunyai potensi perairan umum cukup besar seperti Kalimantan dan Sumatera, budidaya perikanan diharapkan dapat menjadi
katup penyelamat. Budidaya ikan relatif cepat menghasilkan, teknologinya mudah dikuasai dan pasar dalam negeri masih terbuka luas. Namun demikian
untuk mewujudkan gagasan tersebut perlu dukungan yang simultan dari berbagai pihak, sehingga manfaatnya dapat cepat dirasakan
Dalam laporan terbarunya The State of World Aquaculture 2006, FAO, 2006 menyatakan bahwa 45,5 juta ton 43 ikan yang dikonsumsi
berasal dari budidaya. Angka tersebut telah menunjukkan lompatan yang luar biasa dibandingkan dengan kondisi tahun 1980 yang hanya 9. Produksi
dunia ikan hasil budidaya dan ikan hasil tangkapan di laut serta perairan
umum adalah sekitar 95 juta ton per tahun, dimana 60 dikonsumsi manusia FAO, 2006.
Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan
akan begitu seterusnya. Untuk memenuhi kebutuhan ikan sebagaimana tingkat konsumsi seperti saat ini di tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari
hasil budidaya. Seperti dikatakan di atas, permintaan terhadap ikan akan terus naik
sejalan dengan meningkatnya kesadaran terhadap kesehatan. Meskipun saat ini sumbangan ikan hasil tangkapan masih relatif tinggi, tetapi hasil penangkapan
telah berada pada level yang jenuh dan diperkirakan akan begitu seterusnya. Walaupun dalam faktanya perikanan tangkap masih memberikan kontribusi
yang cukup tinggi pada sektor perikanan, namun di sisi lain FAO pada tahun 2002 menyatakan bahwa produksi perikanan tangkap dunia cenderung
mengalami penurunan akibat eksploitasi dan menurunnya sumber daya ikan di laut. Untuk memenuhi kebutuhan ikan tingkat konsumsi seperti saat ini di
tahun 2030, diperlukan sekitar 40 juta ton dari hasil budidaya. Akuakultur mempunyai kecenderungan peningkatan yang cukup signifikan dan salah satu
pilihan untuk memenuhi kebutuhan ikan di masa mendatang adalah melalui budidaya. Hanya saja bagaimana dapat mewujudkan hal itu dengan baik
Warta Budidaya, 2005. Budidaya ikan dapat mengisi kesenjangan permintaan dengan
pasokan. Tetapi di sisi lain juga terdapat beberapa kekuatan yang mungkin dapat membelokkan produksi ke arah yang sebaliknya sehingga tidak
memungkinkan industri budidaya tumbuh secara besar-besaran untuk memenuhi besarnya permintaan di masa mendatang. Salah satu kendalanya
adalah kurangnya investasi modal di kalangan pembudidaya dan terbatasnya lahan, serta ketersediaan air bersih yang digunakan dalam usaha budidaya.
Meningkatnya biaya energi, dampak lingkungan dan sederet pertanyaan lain yang terkait dengan keamanan produk memerlukan perhatian seksama. Tanpa
dukungan penuh dari pemerintah untuk pengembangan industri budidaya,
maka rasanya akan sulit untuk dapat memenuhi secara kontinu permintaan ikan pada 25 tahun mendatang Deptan, 1999.
Perikanan Budidaya merupakan bagian dari sektor kelautan dan perikanan mempunyai arti penting dalam memberikan kontribusinya.
Akuakultur juga mampu menciptakan peluang usaha dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat bahwa akuakultur dapat dilakukan di setiap lapisan
masyarakat mulai dari pedesaan sampai dengan perkotaan; mempunyai karakteristik usaha yang cepat menghasilkan quick yielding dengan margin
keuntungan yang cukup besar, mempunyai cakupan usaha yang luas, sehingga dapat memacu pembangunan industri hulu maupun hilir seperti pabrik pakan,
hatchery pembenihan, industri jaring, industri pengolahan, cold storage,
pabrik es, dan sebagainya; dapat mengatasi kemiskinan penduduk; tersedianya teknologi terapan dan merupakan sumber protein yang dapat
memacu peningkatan gizi masyarakat guna pemenuhan protein hewani dalam rangka ketahanan pangan nasional DKP, 2006
a
. Untuk pengembangan akuakultur ke depan, dapat dilakukan melalui
program peningkatan produksi ikan untuk ekspor dan kebutuhan domestik, dengan kegiatan pokok intesifikasi, ekstensifikasi, diversifikasi dan
rehabilitasi. Sedangkan pemanfaatan potensi akuakultur bagi pengembangan ekonomi nasional, kebijakan yang akan ditempuh adalah melalui
pengembangan kawasan budidaya dan komoditas unggulan. Dengan tujuan untuk mendorong penerapan manajemen hamparan dalam mencapai skala
ekonomi, mencegah penyebaran penyakit dan memperoleh efisiensi dalam penggunaan air, melalui azas kebersamaan ekonomi antar pembudidaya.
Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, keramba jaring apung, maupun sawah, selain mampu
memenuhi kebutuhan lokal. Nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini
menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah berupaya dengan mengembangkan Program intensifikasi budidaya INBUD
Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan Nila, sertifikasi benih dan pengembangan Balai Benih Ikan SentralLokal DKP, 2006
a
.
III. METODE KAJIAN