Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

nasional. Pada tahun yang sama sumbangan usaha kecil terhadap total PDB mencapai 39,93 BPS,2001. Pentingnya peranan UKM dalam mengembangkan perekonomian nasional ditunjukkan dengan ditetapkannya Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2008 tentang usaha kecil dan selanjutnya diikuti dengan peraturan pemerintah RI nomor 32 tahun 1998 tentang pembinaan dan pengembangan usaha kecil. Inti dari peraturan ini adalah adanya pengakuan dan upaya untuk memperdayakan UKM. Dalam PP tersebut disebutkan bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional yang mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yangpenting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi nasional yang kokoh. Batik telah dikenal sejak abad XVII, dan pada tangga l2 Oktober 2009 telah mendapat pengkuan dari badan PBB yaitu UNESCO sebagai The Intangible cultural heritage. Pengakuan tersebut karena batik dari Indonesia mampu merefleksikan aspek oraltradition, social customs dan traditional handicraft Kemendag, 2011. Saat ini di Indonesia terdapat 19 daerah sentra batik dan 20.667 usaha batik yang tersebar di Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat serta Jawa Timur. Sebanyak 91,6 usaha batik banyak terdapat di Jawa Tengah, khususnya di daerah Kabupaten Pekalongan, Kota Surakarta serta Kabupaten Sragen Kemendag, 2013. Kota Pekalongan merupakan daerah yang memiliki sumber daya yang potensial, bahkan beberapa diantaranya mampu menjadi produk unggulan. Produk unggulan Kota Pekalongan berupa batik, produk hasil pengolahan ikan, tenun ATBM, konveksi, tenun ATM seperti terlihat pada Tabel 1.1 Pemerintah daerah dituntut mampu menggali potensi daerah dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat yang memberikan multiplier effect terhadap pertumbuhan perekonomian daerah serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha dan Jumlah Tenaga Kerja Produk Unggulan di Kota Pekalongan Tahun 2008-2010 No . Komoditi Unggulan Jumlah Unit Usaha Tenaga Kerja 2008 2009 2010 2008 2009 2010 1. Batik 600 601 631 9.453 9.414 9.944 2. Perikanan 98 99 99 1.879 1.891 1.891 3. ATBM 110 112 112 2.160 2.143 2.143 4. ATM 17 16 15 1.865 1.613 1.777 5. Pakaian Jadi 555 548 567 6.862 6.179 7.223 Sumber: Disperindagkop Kota Pekalongan, 2010 Pemerintah kotaPekalonganjuga bekerja dengan komunitas paguyuban di kampung batik untuk membangun industri kerajinan batik di pekalongan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap SDM mengenai pemberdayaan industri kerajinan batik. Sesuai dengan misi Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada point ke 2 yaitu ’’Melaksanakan dan mengembangkan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang bermutu di bidang ilmu pendidikan ekonomi ‟‟, sebagai mahasiswa saya tertarik melakukan penelitian ini karena usaha kecil menengah sangat berhubungan dengan jurusan saya yaitu pendidikan ekonomi koperasi dan ingin memecahkan masalah yang ada sebelumnya pada unit usaha ini, serta mampu menghasilkan penelitian yang bermutu nantinya di bidang pendidikan ekonomi yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masyarakat sesuai tujuan jurusan pendidikan ekonomi pada point 2. Griya Batik MAS merupakan salah satu home industry kerajinan batik terbesar di Kampung Batik Kauman Pekalongan yang selalu ramai dikunjungi. Griya batik MAS masuk dalam kategori usaha kecil kelas menengah yang sama dengan ukm batik lainnya di Pekalongan yaitu menawarkan batik khas dari pekalongan yaitu batik pesisir, batik sutera, batik katun dengan motif khas pekalongan yaitu motif jlamprang, encim dan buketan dan motif baru lainnya. Keunggulan yang dimiliki Griya Batik MAS yaitu masih menggunakan pewarna alam dan masih menggunakan teknik tradisonal yaitu teknik lukis, serta Griya Batik MAS juga menawarkan wisata batik serta pakait pelatihan jasa membatik bagi konsumen dan masyarakat yang ingin mengetahui cara membatik lebih mendalam. Dengan keunggulan ini, Griya Batik MAS ingin membuka toko baru di kota lain dan memasarkan produk ke luar negeri sehingga pasarnya jauh lebih luas dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Namun terdapat beberapa kendala dalam proses produksinya yaitu kesulitan mendapatkan pewarna alam dan bahan baku yang terbatas jumlahnya. Pewarna alam tersebut berasal dari daun, kulit kayu, pokok kayu, akar pohon dan umbi-umbian sehingga cukup sulit untuk mendapatkan bahannya karena setiap pengerajin batik dibatasi dalam membeli bahan baku oleh pemasok. Kenaikan harga pada bahan baku juga sangat mengganggu proses produksi, dimana modal yang sudah disiapkan harus dikeluarkan lebih banyak lagi padahal untuk menarik minat konsumen harus menawarkan harga yang terjangkau. Tak hanya itu saja, terbatasnya tenaga kerja yang terampil dan berkualitas pada saat pelatihan jasa membatik merupakan sebuah kendala, dari 200 tenaga kerja pada tahap produksi mayoritas latar belakang pendidikannya SD dan SMP dan SMA. Di bidang pemasaran dan desain serta pembukuan memperkerjakan lulusan sma dan belum ada dari perguruan tinggi. Banyaknya pengunjung berasal dari luar kota yaitu kalangan pelajar bahkan mahasiswa “bule” yang sangat antusias dalam mempelajari membatik yang baru baru ini diakui UNESCO membuat tenaga kerja kewalahan. Kualitas tenaga kerja Griya Batik MAS memang terbatas, mereka mau tidak mau harus melayani “bule” yang kurang fasih berbahasa indonesia. Griya Batik MAS perlu melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengatasi masalah ini supaya tidak kalah bersaing dengan rumah industri lain di kauman dan sentra industri lain yang daerah pemasarannya sudah sampai keluar negeri. Griya batik MAS memang sudah memasarkan produknya ke luar kota seperti Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, Padang, Balikpapan, dan kota lainnya di Indonesia, akan tetapi belum mampu menembus pasar luar negeri karena sebelumnya pernah menawarkan produknya namun ditolak karena kualitasnya dianggap belum memenuhi standart internasional dan ingin memperbaiki dengan mengembangkan ide usaha agar tetap mampu menembus pasar luar negeri dan mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dan memiliki pasar baru. Dari masalah tersebut peneliti ingin meneliti mengenai bagaimana bentuk pendidikan dan pelatihan terhadap SDM, bagaimana kondisi SDM, bahan baku, dan pemasaran pada Griya Batik MAS serta bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal pada industri kerajinan batik Griya Batik MAS. Berdasarkan uraian diatas dan melihat fakta dan fenomena kondisi yang ada peneliti tertarik untuk meneliti „„ANALISIS SWOT PADA INDUSTRI KERAJINAN BATIK GRIYA BATIK MAS PEKALONGAN ”.

1.2 Rumusan Masalah

Usaha kecil Menengah merupakan salah satu penyangga dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Namun demikian, dalam proses usahanya industri kerajinan banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam proses produksi dimana dipengaruhi oleh faktor- faktor produksi seperti SDA, SDM, Bahan baku, Teknologi dan masalah Pemasaran. Faktor produksi tersebut merupakan instrumen yang penting dalam pertumbuhan dan pengembangan usaha. Pengembangan usaha kerajinan batik menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran mengakibatkan pengusaha tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Demikian juga kondisi yang ditemukan pada Griya Batik MAS Pekalongan. Dari Identifikasi masalah tersebut maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk Pendidikan dan Pelatihan terhadap SDM pada industri kerajinan batik Griya Batik MAS? 2. Bagaimana kondisi SDM, bahan baku, pemasaran, dan teknologi pada Griya Batik MAS? 3. Bagaimana Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal Pada Industri Kerajinan Batik Griya Batik MAS?

1.3 Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui bentuk Pendidikan dan Pelatihan terhadap SDM pada industri kerajinan batik Griya Batik MAS. 2. Mengetahui kondisi SDM, bahan baku, pemasaran dan teknologi pada Griya Batik MAS. 3. Mengetahui Kondisi Lingkungan Internal Dan Eksternal Pada Industri Kerajinan Batik Griya Batik MAS.