” Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Periode 2007-2012 ”

ABSTRAK

” Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan
Perbankan
Konvensional Periode 2007-2012 ”

Oleh
RENNY HERAWATI

Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah terdapat perbedaan
prinsip yang mendasar dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Dengan
adanya perbedaan prinsip tersebut, di duga bahwa terdapat perbedaan kinerja
antara kedua perbankan tersebut karena prinsip yang digunakan juga berbeda.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk membandingkan
perbedaan kinerja keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional yang
dilakukan dengan menggunakan uji beda rata-rata (Independent Sample t-test)
Bank yang diteliti adalah Bank yang terdaftar di BEI dan yang
dijadikan sampel penelitian adalah tiga Bank Konvensional yaitu BRI, BNI, dan
Bank Mandiri, sedangkan Bank Syariah yaitu Bank Muamalat, Bank Mega
Syariah dan Bank Mandiri Syariah.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kedua kelompok Bank yang

diteliti dalam periode penelitian menunjukkanhasil yang baik dimana keduanya
sudah memenuhi standar BI. Namun demikian, setelah diuji dengan (Independent
Sample t-test) hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara kinerja Bank Konvensional dengan Bank Syariah, dimana Kinerja
Keuangan Bank Syariah menunjukkan kinerja yang lebih baik, secara umum
rasio-rasio yang dibandingkan juga menunjukkan bahwa ROA, ROE, BOPO dan
LDR Bank Syariah lebih baik dari Bank Konvensional.

Kata Kunci : CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR, Kinerja Keuangan.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN
PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN PERBANKAN SYARIAH
PERIODE 2007-2012
(Skripsi)

Oleh
RENNY HERAWATI

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS LAMPUNG
2014

MOTO

Hidup adalah Tantangan
Hidup adalah Kebahagiaan
Hidup adalah Kesedihan
Hidup adalah Anugrah

Untuk itu, kita harus hadapi
Harus kita perjuangkan dan harus kita terima
Kita sendiri yang harus mendatangkan hasil-hasil yang kita inginkan

Tidak ada kepuasan yang tidak diketahui oleh perjuangan
Jalan yang sesungguhnya dari apapun itu tidak pernah mulus
Banyak hal menimbulkan kepedihan yang akan menimbulkan kebahagiaan
Seandainya kita merenungkan kembali manfaatnya
Dan sesungguhnya


Dia-lah yang menyebabkan kita tertawa
Dan Dia juga yang menyebabkan kita menangis
(Q.s.An Najm : 33)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Metro, pada tanggal 13 Desember 1987, sebagai anak
ke lima dari lima bersaudara Lenny Herlina,Nandan Sudian, Danny Heriana,
Hanny Hermawati. Anak kandung dari pasangan Bapak Dadang Suryana dan Ibu
Atik Rustika.

Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh penulis adalah dimulai dari Taman
Kanak-kanak Yayasan Aisyiyah Bustanul Athfal Kota Metro yang diselesaikan
pada tahun 1994, Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Kota Metro yang diselesaikan
pada tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 4 Kota Metro yang
diselesaikan pada tahun 2003, Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Kota
Metro yang diselesaikan pada tahun 2006.

Pada tahun 2006, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung program study Diploma 3 Keuangan dan Perbankan yang

diselesaikan pada tahun 2009. Setelah menyelesaika program study Diploma
3,pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Strata 1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis jurusan Manajemen di Universitas Lampung

SANWACANA

Bismillah hirohmanirohim,
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Konvensional Dengan Perbankan
Syariah Periode 2007-201.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, baik secara
mori maupun materil, maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan,S.E.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak Moneyzar Usman,S.E., M.Si. Selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Bapak Habibullah Dzimat,S.E.,M.Si. Selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Muhiddin Sirat,S.E.,M.Si. Selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
5. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Ibu Roslina.S.E.,M.Si. Selaku Pembimbing Akademik, selama penulis
mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
7. Bapak Prof.,Dr. Mahatma Kufepaksi, S.E.,M.S.B.A. Selaku Dosen
Pembimbing Utama yang telah banyak meluangkan waktu dan saran
selama penulis menyelesaikan skripsi.
8. Bapak Ahmad Faisol.S.E.,M.M Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak meluangkan waktu dan saran selama penulis menyelesaikan
skripsi.
9. Bapak M.Syatibi.S.E. Penguji Utama yang telah berkena meluangkan
waktu untuk menguji dan memberikan saran saat Ujian Komprehensif.
10. Kedua Orang Tuaku Mama dan Babeh tercinta yang telah membesarkan
dan mendidikku serta tak henti-hentinya mendoakanku, menyemangatiku
baik moral maupun spiritual dan telah memberikan pelajaran hidup yang

sangat berharga. Terimakasih atas setiap keringat dan air mata yang kalian
teteskan.
11. Aa dan tetehku tersayang Teh Lenny, Aa Nandan, Aa Danny, Teh Hanny
yang selalu membimbing, mendukung dan mendoakanku.
12. Keponakan-keponakanku tersayang Helna, Farel, Kalila, Andika, Andini,
Raihaan, Daniel yang menjadi penyemangat untuk sukses dan menjadi
tauladan yang baik.
13. Zuraimi Moh Syahrife yang selalu memberikan semangat, doa dan
dukungannya selama ini serta tidak pernah bosan mendengarkan keluhankeluhanku selama ini.

14. Keluarga Raden Sinu ngan S.H, Ayah Raden (alm) Ibu Raden, Daeng
Candra, Bung Ibram, Mba Nunik, adik pandaku tersayang Putri yang
selalu memberikan semangat, doa, dukungan dan bantuannya selama ini.
15. Sahabat dan teman-temanku Selvy,Mb Abelina, Mb Desnatari, Mb Dian,
Elvira, Fitrah, ka’Majid yang selalu memberikan saran, bantuan dan
semangat.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah
tulus ikhlas memberikan doa dan dukungan sehingga skripsi ini
terselesaikan.
17. Terahir terimakasih kepada diri sendiri dapat selalu sinkronisasi hati dan

fikiran yang terjaga dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang sifatnya membangun
akan menyempurnakan penulisan skripsi ini serta bermanfaat bagi penulis,
pembaca,dan bagi peneliti selanjutnya.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2014
Penulis

Renny
Herawati
064101117
8

1

1. PENDAHULUAN
2.
2.1. Latar Belakang
Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang tidak kalah
pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah yaitu kebijakan moneter. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan
dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan
deposito. Selain itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang
(kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Jenis bank di Indonesia ada dua
macam yaitu bank konvensional dan bank syariah. Perbedaan antara bank syariah
dengan bank konvensional adalah terletak pada prinsip yang digunakan. Bank
syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk menghindari riba,
sedangkan bank konvensional menggunakan bunga dalamoperasi dan berprinsip
meraih keuntungan yang sebesar–besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat
Dewan Pengawas Syariah (DPS) sedangkan pada bank konvensional tidak ada.

2

Perkembangan bank syariah dimulai tahun 1990 dengan
diselenggarakannya simposium MUI yang menyepakati pendirian Bank Syariah
Indonesia. Simposium MUI ini mendorong lahirnya UU No. 7/1992 tentang
perbankan yang memperkenalkan “Bank bagi hasil”. Dengan aturan pelaksana PP
No. 72/1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil, maka lahirlah bank

syariah pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia di tahun 1992
(PEBS-FEUI, 2011). Undang-undang tersebut juga telah memberikan peluang
untuk dibukanya bank yang dijadikan dengan sistem syariah serta menjadi
landasan hukum supaya dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank
syariah, dengan adanya undang-undang ini membuat industri perbankan syariah
semakin diakui keberadaannya didunia perbankan nasional (Antonio, 2001).

Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara bersamasama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara sinergis
mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk meningkatkan
kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan

3


dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk
serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel
dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.

Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan
harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya penggunaan
produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan
bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan,
yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan
industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang

memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan
progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan
aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan peran

industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional
akan semakin signifikan (BI).

4

Tabel 1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah (Islamic Banking Network).
(dalam unit).

Bank Umum Syariah
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
Unit Usaha Syariah
Jumlah BKS (UUS)
Jumlah Kantor
Total Kantor

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012(Mei)

3
349

3
401

5
581

6
711

11
1.215

11
1.401

11
1.499

20
183
555

26
196
626

27
241
854

25
287
1.029

23
262
1.511

23
336
1.771

24
447
1.981

Sumber : Bank Indonesia,2012 (Data Diolah)

Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya di dalam menghimpun dana dari masyarakat. Tanpa adanya dana
yang cukup, bank tidak dapat berfungsi sama sekali. Dana adalah uang tunai yang
dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat
segera diubah menjadi uang tunai. Bank memiliki peranan sebagai badan usaha
yang kekayaannya terutama berupa aset keuangan (financial assets) serta
bermotifkan profit dan juga sosial, bukan hanya mencari keuntungan saja.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang telah
diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Hasibuan, 2005).

5

Bank konvensional melaksanakan peran tersebut melalui kegiatannya
sebagai peminjam dan pemberi pinjaman. Para pemilik dana tertarik untuk
menyimpan dana di bank berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan. Bank
memberikan pinjaman kepada pihak yang memerlukan dana berdasarkan
kemampuan mereka untuk dapat membayar tingkat bunga yang telah ditentukan
atau disepakati kedua belah piahak, pihak bank dan pihak peminjam dana atau
dapat disebut pihak debitur dan pihak kreditur. Sedangkan hubungan antara bank
syariah dengan nasabahnya adalah hubungan kemitraan antara penyandang dana
(shahibulmaall) dengan pengolah dana (mudharib).

Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan syariah tahun 2012 mengalami
peningkatan yang cukup baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun
masih jauh di bawah pebankan konvensional, hal ini dapat dilihat dari Tabel 2.
Komposisi DPK,deposito mudharabah pada bank syariah dan deposito pada bank
konvensional yang mendominasi struktur pendanaan .

6

Tabel 2. Perbandingan DPK Bank Konvensioanl dengan Bank Syariah pada
tahun 2006-2012 (dalam milyar rupiah)

Bank Umum
Konvensioal
Giro
Deposito
Tabungan
Total DPK
Bank Umum
Syariah
Giro
Wadiah
Deposito
Mudharabah
Tabungan
Mudharabah
Total DPK
Total DPK di
Perbankan

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012(Mei)

50.631
17.475
17.107
85.213

74.692
29.365
25.008
129.065

69.123
31.750
33.205
134.078

70.653
34.877
37.497
143.027

63.553
44.148
43.724
151.425

61.725
67.365
53.595
182.685

87.860
75.939
45.647
209.446

3.416

3.750

4.238

6.202

9.056

12.006

11.939

6.430

9.454

12.471

16.475

22.908

32.602

35.556

10.826

14.807

20.143

29.595

44.072

70.806

67.712

20.672

28.011

36.852

52.272

76.036

115.414

115.207

105.885

157.076

170.930

195.299

227.461

298.099

324.653

Sumber : Bank Indonesia,2012 (Data Diolah)

Pertumbuhan pada DPK juga akan mengakibatkan adanya pertumbuhan
kredit yang pada akhirnya LDR juga akan meningkat. Jika di bandingkan bagi
hasil bank syariah dengan bank konvensional, maka bank syariah masih
memberikan bagi hasil lebih besar dibandingkan bunga bank konvensional.
Sistem bagi hasil pada perbankan syariah menyebebabkan bank tersebut relatif
mempertahannkan kinerjanya dan tidak hanyut oleh nilai suku bunga simpanan
yang melonjak sehingga beban oprasional lebih rendah dari bank konvensional.
(Wulandari,2004). Dilihat dari sisi asset bank syariah juga mengalami
peningkatan dari Rp20,88 triliun pada tahun 2006 berkembang menjadi Rp81,424
triliun pada awal tahun 2012. Hal ini memperlihatkan secara tidak langsung

7

mengenai kinerja yang sangat baik di dalam mewujudkan cita-cita perbankan
syariah yaitu, ikut serta d alam memajukan perekonomian Indonesia di sektor riil
terutama dalam sektor perbankan. Namun, pertumbuhan asset tersebut masih jauh
di bawah pertumbuhan asset bank konvensional. Meskipun asset bank syariah
tumbuh dengan pesat, namun pangsa pasar untuk bank syariah masih relatif
rendah yaitu sebesar 2,46%. Meskipun asset bank syariah jauh berada di bawah
bank konvensional namun bank syariah cenderung lebih likuid di bandingkan
dengan bank konvensional. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi penarikan
rekening tabungan yang dilakukan nasabah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu.

8

Tabel 3. Perbandingan pertumbuhan asset Bank Syariah dengan
Bank Konvensional Tahun 2006-mei 2012 (dalam milyar rupiah)
Tahun

Bank Konvensional

Bank Syariah

2006

1.469.827

26.772

2007

1.693.850

36.538

2008

1.986.501

49.555

2009

2.310.557

66.090

2010

2.534.106

97.519

2011

3.008.853

145.467

2012(Mei)

2.993.135

147.543

Sumber : Bank Indonesia,2012 (Data Diolah)

Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya
semakin tajam agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah
harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang
pesat di Indonesia. Persaingan yang sangat ketat ini harus diimbangi dengan
manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan.

Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus
bertahan adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Menurut Van Horner (2005)
kinerja (performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi
yang dicapai bank dalam operasinya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi dan sumber daya
manusia. Kinerja bank menjadi pertimbangan yang sangat signifikan bagi pihakpihak yang berkepentingan pada bank. Pihak-pihak yang berkepentingan pada
bank antara lain investor, kreditur, pelanggan, karyawan, pemerintah dan

9

masyarakat sekitar. Mengingat banyak pihak-pihak yang berkepentingan sehingga
penilaian terhadap kinerja bank menjadi sangat penting.

Untuk mengetahui kinerja bank dapat dengan melihat kinerja
keuangannya. Kinerja

keuangan

bank

merupakan

gambaran

kondisi

keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan alat
analisis yang disebut rasio seperti rasio solvabilitas, kualitas aktiva produktif,
rentabilitas, efisiensi, dan likuiditas. Rasio-rasio tersebut diperoleh berdasarkan
laporan keuangan bank. Namun menurut Endri (2008) dewasa ini banyak peneliti
yang berpendapat bahwa pengukuran kinerja keuangan perusahaan yang
didasarkan pada rasio-rasio keuangan adalah kurang dapat mewakili kondisi
perusahaan yang sebenarnya, sehingga digunakan metode lain dalam melakukan
penilaian tersebut, salah satunya metode yang banyak digunakan dan popular
dikalangan akademisi maupun praktisi adalah penilaian kinerja perusahaan
dengan menggunakan Economic Value Added (EVA). Metode ini dinilai lebih
objektif dalam menginterpretasikan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Alat analisis tersebut dapat digunakan untuk mengetahui situasi dan
kondisi suatu bank dan menilai prestasi manajemen, operasional, dan efisiensi
bank, serta meramalkan kondisi keuangan bank di masa mendatang. Selain itu,
analisis laporan keuangan juga berguna untuk melihat perbandingan kinerja dari
beberapa bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Bank
Syariah Dengan Perbankan Bank Konvensional“.

10

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
Apakah kinerja keuangan perbankan konvensional lebih baik dibandingkan
perbankan syariah?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk membandingkan kinerja antara perbankan konvensional dan
perbankan syariah, yang diukur dengan:
1. Rasio solvabilitas
2. Rasio rentabilitas/profitabilitas
3. Rasio liquiditas

1.4. Manfaat Penelitian.

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Akademis

Memberikan sumbangan tambahan kepustakaan atau referensi empiris dan
pemikiran beserta wawasan bagi pihak-pihak yang terkait mengenai
hubungan antara Dewan Direksi, Komite Audit, Komisaris Independen, dan

11

frekuensi rapat Dewan Komisaris terhadap cash flow return on asset
(CFROA).

2. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan bagi para investor baik yang sudah menjadi investor
maupun calon investor dapat memberikan tambahan keyakinan jika ingin
melakukan investasi pada perusahaan perbankan.

3. Bagi Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perusahaan perbankan, khususnya tentang hubungan good corporate
governance terhadap peningkatan kinerja perusahaan (CFROA).

Sehingga menjadi feedback informasi bagi perusahaan atas pelaksanaan good
corporate governance yang dilakukan.

12

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori
2.1.1 Sejarah Perbankan
Dikutip dari buku yang ditulis oleh Kasmir (2004) yang berjudul “Bank dan Lembaga
Keuangan Lainnya”, berikut dapat diuraikan sekilas mengenai sejarah perbankan.
Dalam sejarahnya, kegiatan perbankan dikenal mulai zaman Babylonia. Kegiatan perbankan
ini kemudian berkembang ke zaman Yunani kuno serta zaman Romawi. Pada saat itu
kegiatan utama bank hanyalah sebagai tempat tukar menukar uang oleh para pedagang antar
kerajaan.
Seiring dengan perkembangan perdagangan dunia, maka perkembangan perbankan
pun semakin pesat. Hal ini disebabkan perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari
perkembangan perdagangan. Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
telah pula mengubah peta perbankan di Indonesia. Jumlah perbankan di Indonesia bertambah,
baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan. Bank-bank yang ada pada awal
kemerdekaan antara lain:
a. Bank Rakyat Indonesia, berdiri pada tanggal 22 Februari 1946.
b.

Bank Negara Indonesia, berdiri pada tanggal 5 Juli 1946.

c. Bank Indonesia di Palembang, berdiri pada tahun 1946.
d. Bank Dagang Nasional Indonesia di Medan, berdiri pada tahun 1946.

13

2.1.2 Pengertian dan Jenis-jenis Bank
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10
November 1998 tentang perbankan, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk pinjaman atau kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.Menurut Kasmir (2011:11), pengertian bank yaitu lembaga keuangan
yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat serta memberikan jasa
bank lainnya.Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan
keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, jenis perbankan
terdiri dari 2 (Kasmir, 2007) yakni sebagai berikut.
1. Bank Umum
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu li
ntas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti bahwa bank ini dapat
memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
2. Bank Perkreditan Rakyat(BPR)
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya, kegiatan BPR jauh lebih sempit
dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

14

2.1. 3 Pengertian Bank Konvensional
Pengertian bank menurut UU no 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana
telah diubah dengan UU no 10 tahun 1998 adalah:
1.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakatdalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak.

2.

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3.

Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Definisi bank diatas
memberi tekanan bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana dalam bentuk
simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran
dananya, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya itu harus pula diarahkan pada
peningkatan taraf hidup masyarakat.

Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum pada pasal 1
ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau
berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan

15

kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.Bank umum (konvensional) merupakan bank yang paling banyak beredar
di Indonesia.Bank umum memiliki kegiatan pemberian jasa yang paling lengkap dan dapat
beroperasi di seluruh wilayah Indonesia (Kasmir, 2004).
Dalam menentukan harga dan mencari keuntungan, bank yang berdasarkan prinsip
konvensional menggunakan dua metode, yaitu:
1. Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan,
maupun deposito.Demikian pula untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan
berdasarkan tingkat suku bunga tertentu.Penentuan harga ini dikenal dengan istilah
Spread Based.
2. Untuk jasa-jasa bank lainnya, pihak perbankan menerapkan berbagai biaya-biaya
dalam nominal atau prosentase tertentu. System pengenaan biaya ini dikenal dengan
istilah Fee Based.

2.1.4 Pengertian Bank Syariah
Bank syariah adalah bank umum sebagaimana dimaksud dalam UU no 7 tahun 1992
tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU no 10 tahun 1998 yang melakukan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk Unit Usaha Syariah dan kantor cabang
bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.Batasan-batasan bank
syariah yang harus menjalankan kegiatannya berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank
syariah harus menerapkan prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat
Islam. Adapun prinsip-prinsip bank syariahadalah sebagai berikut:

16

1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip
menghendaki. Secara umum terdapat/tidak terdapatdua jenis al-wadiah, yaitu:
a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan
menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan
atau kelalaian penerima titipan. Adapun aplikasinya dalam perbankan syariah
berupa produk safe deposit box.
b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad penitipan
barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik
barang/uang dapatmemanfaatkan barang/uang titipan dan harus bertanggung
jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan. Semua
manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan barang/uang
titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk
giro dan tabungan. Dalam praktiknya, nisbah antara bank dengan deposit
berupa bonus untuk giro wadiah sebesar 30%, nisbah 40 : 60 untuk simpanan
tabungan dan nisbah 45 : 55 untuksimpanan deposito (Kasmir, 2002).

17

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana.Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah:
a. Al-Mudharabah
Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antaradua pihak dimana pihak
pertama(shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola (mudharib).Keuntungan usaha secara mudharabah
dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila
rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian
sipengelola.Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian
sipengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Akad
mudharabah secara umum terbagi menjadi dua jenis:
1. Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis
usaha, waktu, dan daerah bisnis.
2. Mudharabah Muqayyadah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan
mudharib dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal
mengenai tempat, cara dan obyek investasi.
b. Al-Musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi

18

dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan. Dua jenis al-musyarakah:
1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya
yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.
2. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau
lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan
harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin). Implikasinya
berupa:

a. Al-Murabahah
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga
perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan
pembeli.
b. Salam
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan
pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh pembeli
sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-syarat
tertentu.Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual

19

dalam suatu transaksi salam.Jika bank bertindak sebagai penjual
kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan
dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.
c. Istishna’
Istishna’ adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang juga
bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa pembayaran
dimuka, cicilan atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Barang
pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi:
jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya.
4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al - ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa,tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas
barang itu sendiri. Al-ijarah terbagi kepada dua jenis:

a. Ijarah sewa murni.
b. Ijarah al muntahiya bit tamlik merupakanpenggabungan sewa dan
beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada
akhir masa sewa.
5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank.
Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

20

a. Al-Wakalah
Al-Wakalah adalah nasabah memberi kuasa kepada bank, untuk
mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu,seperti
transfer.
b.

Al-Kafalah
Al-Kafalah adalah Jaminan yang diberikan oleh penanggung

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung.
c. Al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya.Kontrak hawalah
dalam perbankan biasanya diterapkan pada Factoring (anjak
piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak sebagai juru
tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
d.

Ar-Rahn
Ar- Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan
tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang
menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali
seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan
bahwa Ar- Rahn adalah semacam jaminan utang atau gadai.
e.

Al-Qardh
Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan

21

tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk
membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari
dana zakat, infaq dan shadaqah.

2.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan yang mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional
adalah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.
1. Akad dan Aspek Legalitas
Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi
karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani
melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan
hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut

memiliki

pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.
2. Lembaga Penyelesai Sengketa
Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah terdapat
perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabahnya, kedua belah

pihak

tidak

menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum
materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip
syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau
BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik Indonesia atau
Majelis UlamaIndonesia.
3. Struktur Organisasi
Bank

syariah

dapat

memiliki

struktur

yang

sama

dengan

bank

konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat

22

membedakan antar bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya
Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produkproduknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan
Komisaris pada setiap bank. hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang
diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan
Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Setelah para anggota
Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang dibiayai
Dalam bank syariah, bisnis dan usaha yang dilaksanakan tidak terlepas dari
saringan syariah. Karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang
terkadang di dalamnya hal-hal yang diharamkan.
5. Lingkungan Kerja
Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan
syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan
sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik. Disamping itu, karyawan bank
syariah harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara
team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh).
Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan
yang sesuai dengan syariah.

23

Secara garis besar perbedaan bank syariah dengan bank konvensional dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut:
Bank Konvensioal
Bank Syariah
1. Melakukan investasi-investasi yang
halal saja.

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual 2. Memakai perangkat bunga.
beli atau sewa.
3. Berorientasi pada
(profit oriented).

keuntungan

4. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan kemitraan.
5. Penghimpunan dan penyaluran
dana harus sesuai dengan fatwa
Dewan Pengawas Syariah

3 Berorientasi pada keuntungan
(profit oriented).
4.Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan kreditur
debitur.
5. Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber: Diolah Sendiri

2.3. Rasio Keuangan
Menurut Munawir (1995), rasio keuangan menggambarkan mathematical
relationship (hubungan atau pertimbangan) antara jumlah tertentu dengan jumlah lainnya
pada laporan keuangan. Penggunaan rasio keuangan akan menjelaskan dan memberikan
gambaran tentang baik buruknya keadaan serta posisi keuangan perusahaan, terutama
bila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka pembanding yang digunakan
sebagai standar industri. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan
dan mengetahui atau mengukur kinerja suatu bank maka kita harus mengetahui dahulu
metode yang digunakan serta apa saja yang digunakan sebagai alat analisis, seperti metode
berdasarkan rasio keuangan. Rasio keuangan ini pada bank digunakan untuk mengukur
kinerja keuangan bank. Rasio-rasio tersebut adalah:

24

2.3.1. Rasio Permodalan (Solvabilitas)
Analisis rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Disamping itu,
rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dana yang
diperoleh dari berbagai utang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber-sumber lain
diluar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis
aktiva yang dimiliki bank.Rasio yang termasuk dalam rasio permodalan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang
memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri
bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank seperti dana
masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR adalah rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva
yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.

2.3.2. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.Selain itu, rasiorasio dalam kategori ini dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank.
Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on

25

Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Asset (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.Semakin besar Return on Asset (ROA)
suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin
baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
2. Return on Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini
banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun
pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham
bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).
Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para pemegang saham
dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank

dalam

memperoleh

laba

bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini
berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.

2.3.3. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat
memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas
ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban
tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio
(LDR).

26

Loan

to

Deposit

Ratio

(LDR)

adalah

rasio

antara

seluruh

jumlah

kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank.Rasio ini digunakan untuk
mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah
yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada
para debiturnya.Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

2.3.4. Kelebihan dan Kekurangan Rasio Keuangan
Menurut Brigham dan Houston (2001) kelebihan rasio keuangan antara lain:
1. Rasio keuangan mudah dalam perhitungannya.
2.

Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu
menganalisis,
mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan.
Rasio keuangan dapat digunakan untuk membantu

3.

menentukan kemampuan perusahaan membayar utang.
4.

Rasio keuangan dapat digunakan untuk melihat
efisiensi, risiko dan prospek pertumbuhan perusahaan. Walaupun rasio keuangan
dapat memberikan informasi yang berguna tentang operasi dan kondisi keuangan
perusahaan, namun didalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang perlu
diperhatikan.

Kekurangan tersebut antara lain (Bringham dan Houston, 2001):
1.

Rasio keuangan lebih berguna bagi perusahaan kecil
dibandingkan perusahaan multidivisi.

2.

Inflasi dapat memberikan nilai yang dicatat seringkali
berbeda dengan nilai yang sebenarnya pada neraca perusahaan.

27

3. Faktor-faktor musiman dapat mendistorsi analisis rasio keuangan.
Perusahaan dapat menggunakan “window dressing” untuk

4.

membuat laporan keuangan nampak lebih baik.
5. Praktik akuntansi yang berbeda dapat mendistorsi perbandingan.
6.

Sangat sulit untuk menyamaratakan apakah suatu
rasio tertentu “baik” atau “buruk”.

7.

Suatu perusahaan mungkin memliki beberapa rasio yang
kelihatan “bagus” dan yang lainnya kelihatan “buruk”, yang membuat sulit untuk
menyatakan apakah perusahaan tersebut kuat atau lemah.

8. Tidak memperhitungkan biaya modal.

2.4. Penelitian Terdahulu
Rosyadi (2004) melakukan penelitian “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah
dengan Bank Konvensional Berdasarkan Rasio Keuangan (Studi Kasus BMI dan 7 Bank
Umum Konvensional)”. Bank konvensional yang dipilih dalam penelitian ini adalah Bank
Dagang Bali, Bank Hagakita, Bank Mayapada Internasional, Bank Mestika Dharma, Bank
Tabungan Pensiunan Nasional,

Bank Pembangunan

Daerah

Sumatera

Utara,

dan

American Express Bank.Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah
rasio keuangan bank yang meliputi CAR, NPL, ROA, ROE, LDR dan rasio BOPO.Dari hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa BMI cenderung lebih unggul pada tiga rasio yaitu NPL,
ROE, dan LDR.Sementara bank umum konvensional cenderung lebih baik dari sisi CAR
dan ROA.Adapun rasio BOPO dari kedua kelompok bank walaupun ada perbedaan
namun perbedaannya tidak signifikan.

28

Rindawati (2007) melakukan penelitian ’Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional“. Dalam penelitian ini bank syariah
yang dipilih adalah BMI dan BSM sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah bank
yang memiliki asset sebanding dengan bank syariah yaitu BPD Aceh, BPD DKI, BPD
Kalimantan Timur, BPD Sumatera Utara, Bank Tabungan Pensiunan Nasional dan Bank
Mizuho Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis rasio meliputi CAR, NPL, ROA,
ROE, BOPO, LDR. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam
penelitian ini adalah independent sample t-test. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa kualitas CAR perbankan syariah berada dibawah perbankan konvensional. Untuk
NPL perbankan syariah lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional, ini
menunjukkan kualitas NPLperbankan syariah lebih baik dari perbankan konvensional.
ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan perbankan konvensional,yang
artinya kemampuan perbankan syariah dalam memperoleh laba berdasarkan asset
dan modal yang dimiliki masih dibawah perbankan konvensional. Dilihat dari rasio
efisiensi, kinerja perbankan syariah lebih buruk dibandingkan kinerja perbankan
konvensional. Dan dilihat dari rasiolikuiditas, perbankan syariah memiliki LDR yang lebih
baik dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Marcella (2009) melakukan penelitian “Analisis Perbandingan Kinerja Bank
Konvensional dan Bank Syariah dengan Menggunakan Metode Rasio Keuangan Periode
2005-2008“. Rasio keuangan yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, LDR, BOPO. Alat
analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah independent
sample t-test. Dan hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pada tahun 2005 kinerja
bank konvensional lebih baik dari bank syariah. Tahun 2006 kinerja bank syariah lebih besar
dari pada kinerja nilai kinerja bank konvensional terutama NPL,

29

ROA, dan LDR. Pada tahun 2007 bobot kinerja bank konvensional dan bank syariah
mempunyai kesamaan nilai pada rasio BOPO, sedangkan pada rasio lain bank syariah
memiiki nilai lebih unggul yang dapat terlihat pada LDR, NPL, dan ROA. Dan pada tahun
2008 bank konvensional memiliki bobot nilai kinerja yang lebih besar dari pada bank
syariah yang terlihat pada CAR dan BO/PO, sedangkan bank syariah memiliki nilai lebih
pada ROA dan LDR.

Maharani (2010) melakukan penelitian “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional Dengan Menggunakan
Rasio Keuangan (Studi Kasus Pada PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk Periode (2003-2008)“. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari
CAR, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan
menggunakan “Analisis Diskriminan” untuk melihat kinerja keuangan perbankan syariah
dengan perbankan konvensional untuk masing - masing rasio keuangan serta uji hipotesis
dengan

menggunakan “Independent Sampel

t-Test”

untuk melihat perbedaan kinerja

keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional secara keseluruhan. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara bank yang sehat
(berkinerja baik) dengan bank yang tidak sehat (berkinerja tidak baik) terutama variabel ROA
yang menghasilkan nilai F

30

terbesar 60,314 dan nilai Wilk’s Lambda terkecil 0,142 serta memiliki tingkat signifikansi <
dari 5% dan LDR yang menghasilkan nilai F terkecil 11,930 dan nilai Wilk’s Lamda terbesar
0,456 serta memiliki nilai tingkat signifikansi < 5%.Tingkat ketepatan yang dihasilkan oleh
persamaan diskriminan dalam melihat bank sehat (berkinerja baik) atau tidak (berkinerja tidak
baik) sebesar 100%, dan kinerja keuangan Perbankan syariah berbeda (tidaksama) dengan
kinerja keuangan perbankan konvensional.

Ni’Mahwati (20011) melakukan penelitian “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Bank Syariah Dengan Bank Konvensional“. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling dengan kriteria bank syariah yang dipilih adalah bank syariah yang tergolong dalam
kelompok bank umum swasta syariah dan termasuk bank syariah terbesar dan tertua di
Indonesia seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan
Bank Mega Syariah. Sedangkan bank konvensional yang dipilih adalah bank konvensional
yang tergolong dalam bank umum persero dan termasuk bank konvensional yang
sudah go public serta termasuk bank konvensional terbesar di Indonesia yaitu Bank
Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), dan Bank Mandiri. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa bank syariah lebih likuid dibandingkan bank
konvensional karena bank syariah memiliki rata-rata LDR lebih besar dari bank
konvensional. Bank syariah mempunyai rata-rata rasio LDR sebesar 90.50% lebih besar
dibandingkan LDR bank konvensional yang sebesar 68.46%.

31

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran
Bank

merupakan

lembaga kepercayaan

yang

berfungsi

sebagai

lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan yang
tidak kalah pentingnya adalah lembaga yang menjadi sarana dalam
pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan moneter. Jenis bank di
Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.
Pertumbuhan setiap

bank

sangat

dipengaruhi

oleh perkembangan

kemampuannya di dalam menghimpun dana masyarakat. Tanpa adanya dana
yang cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa. Bank konvensional
melaksanakan peran tersebut melalui kegiatannya sebagai peminjam dan
pemberi pinjaman. Para pemilik dana tertarik untuk menyimpan dana di bank
berdasarkan tingkat bunga yang dijanjikan. Demikian pula bank memberikan
pinjaman kepada pihak-pihak yang memerlukan dana berdasarkan
kemampuan mereka membayar tingkat bunga tertentu. Hubungan antara bank
dengan nasabahnya adalah hubungan antara kreditur dengan debitur.
Sedangkan hubungan antara bank syariah dengan nasabahnya adalah
hubungan

kemitraan

antara

penyandang

dana (shahibul maal)

dengan

pengelola dana (mudharib). (Arifin, 2005).
Bank syariah dan bank konvensional perlu menjaga kinerjanya agar dapat

32

beroperasi secara optimal. Untuk mengetahui kinerja bank dapat dengan melihat
kinerja keuangannya. Kinerja keuangan bank biasanya diukur dengan alat
analisis yang disebut rasio keuangan seperti rasio kecukupan modal,kualitas
aktiva produktif, likuiditas, dan profitabilitas. Rasio-rasio tersebut diperoleh
berdasarkan laporan keuangan bank. Alat analisis tersebut digunakan untuk
melihat perbandingan kinerja dari bank syariah dengan bank konvensional.
Perbankan Nasional

Bank Syariah

Bank Konvensional

Laporan Keuangan

Laporan Laba Rugi

Neraca

Rasio Keuangan

Rasio Solvabilitas/
Rasio Leverage

Rasio Liquiditas

CAR

QR

CR

DER

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

DR

TIE

Rasio Rentabilitas/ Profitabilitas

GPM

NPM

ROI

ROE

OPM

33

3.2 Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yakni data yang diperoleh
secara tidak langsung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah uji hipotesis.
Obyek (populasi)dalam penelitian ini adalahBank syariah dan Bank konvensional.
Dalam penentuan sampel, peneliti menggunakan Purposive sampling, yaitu
penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. adapun kriteria yang dimaksud
adalah sebagai berikut.
a. Bank Syariah
-Merupakan bank yang telah berdiri selama kurang lebih 5 tahun
-Merupakan bank yang terkenal di masyarakat
-Merupakan bank yang memiliki outlet terbanyak
b. Bank Konvensional
-Merupakan Bank BUMN
-Merupakan bank yang telah berdiri selama kurang lebih 5 tahun
-Merupakan bank yang terkenal di masyarakat
-Merupakan bank yang memiliki jumlah outlet terbanyak
-Merupakan bank yang memiliki jumlah nasabah terbanyak.
Dengan demikian, yang dianggap memenuhi kriteria di atas untuk
dijadikan sampel adalah Bank Muamalat Indonesia Bank Mega Syariah dan Bank
Syariah Mandiri (mewakili bank syariah), Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara
Indonesia dan Bank Mandiri(mewakili bank konvensional).

34

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah Bank
Indonesia dan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2012 –
Oktober 2013.
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Data kuantitatif, data yang berupa angka-angka yang menunjukan jumlah
atau banyaknya ses

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional

1 109 96

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL PERIODE 2008-2011.

0 4 26

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional.

0 2 15

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional.

0 2 13

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 3 19

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PADA PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL.

0 1 15

PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN KONVENSIONAL DENGAN PERBANKAN SYARIAH.

0 2 8

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional.

0 0 12

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional.

0 1 17