Selain melakukan bullying fisik secara langsung, “AM” juga kerap kali
memerintahkan junior kelas satu untuk berkumpul di basement sepulang sekolah atau menyuruh mereka Push up bahkan sampai memukul juniornya apabila mereka tidak
mau memberikan uang setoran yang diminta “AM” dan teman-temannya. “kalau ngga ngasih kita kumpulin pulang sekolah di basement atau di depan
sekolah yang tempat parkir, kita maki-maki semua, suruh push up, trus kalau ada yang ngelawan ya kena tabok”
89
Sama dengan pernyataan informan diatas bahwa “NE” juga pernah melakukan bullying secara fisik. Namun, menurutnya yang ia lakukan tidak terlalu berat, seperti
yang ia sampaikan pada wawancara dengan peneliti. “gue pernah minta beliin barang di mall, sebelumnya gue tanya dulu dia
besok nya ke mall atau ngga, mau ngga mau dia bilang iya dong karena tau kalau gue mau nitip, trus gue bilang aja gue nitip kertas file lah, ntar gue
minta beliin jepitan rambut atau cuma sekedar makanan cemilan gitu.. dia harus beliin lah.. kalau ngga dibawain, besok nya ya paling gue injek gitu
kakinya…”
90
Saat informan “NE” menceritakan hal tersebut ia terdengar seperti tidak canggung dan terlihat puas pernah melakukan tindakan seperti ini.
91
Namun, bullying secara fisik merupakan bullying yang paling jarang ia lakukan. Perilaku bullying
secara fisik yang pernah ia lakukan diantaranya seperti merusak barang dan menyenggol dengan bahu.
“pas SMA juga gue sempet ngga suka sama ade kelas gue tuh kelas satu, gue suruh dia beliin jajanan di kantin, dia banyak alesan pas beli salah gue
kesel banget, pas gue ketemu lagi gue tabrak aja badan nya, trus gue sempet
89
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, 11 Agustus 2016
90
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
91
Hasil observasi langsung de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
umpetin sepatu nya waktu sholat dzuhur di masjid, ngga jauh sih tapi gue pengin ngerjain aja...”
92
Saat wawancara, informan “NE” terlihat tidak malu-malu menceritakan tentang pengalaman perilaku bullying
yang dilakukannya saat SMA. Informan “NE” terlihat begitu terbuka saat menceritakan bagaimana ia menindas juniornya. Terlihat “NE”
memperagakan bagaimana ia menabrakan bahu kepada juniornya saat permintaan nya tidak dapat dipenuhi.
93
2. Bullying Non-Fisik
Selain bullying fisik secara langsung, bentuk bully non-fisik juga pernah dilakukan oleh informan, tipe bullying non fisik terbagi menjadi verbal dan non-
verbal, tidakan bullying secara verbal bertujuan untuk merendahkan harga diri korbannya, misalnya dengan mengatakan dia jelek, atau atribut fisik lainnya yang
mungkin saja dimiliki oleh korban tersebut dan membuat dia menjadi “aneh” di lingkungannya. Ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap
indra pendengaran kita.
94
Bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu jenis yang paling mudah dilakukan dan bullying bentuk verbal akan menjadi awal dari perilaku bullying yang
lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih lanjut.
92
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
93
Hasil observasi langsung d e ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
94
SEJIWA, Mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak, PT. Grasindo Jakarta, 2008 h.3
Sikap menindas secara verbal seperti ini juga pernah dilakukan oleh informan “NE”, khususnya dengan cara mengejek atau memberi julukan seseorang dengan
sebutan yang tidak pantas. Seperti yang dituturkan oleh i nforman “NE”.
“yang paling gue inget itu ada anak yang muka nya aneh gitu kalau di liat.. hahaha bukan gitu, aduh gimana ya.. muka nya mirip kartun menurut
gue, gue jadi pengin ngejek kalau liat mukanya”
95
Perlakuan “NE” seperti itu ternyata sampai berdampak buruk bagi juniornya tersebut, hingga membuat ia pindah sekolah karena tidak kuat menahan ejekan dari
“NE” dan teman-teman setiap kali “NE” bertemu dengan juniornya tersebut. “Pas gue ketemu lagi di depan ruang guru dia lagi sama orangtua nya,
gue pikir dia mau ngaduin gue gitu, ngga taunya dia mau pindah sekolah. Pas gue cari tau ternyata dia pindah sekolah gara-
gara gue…”
96
Berbeda dengan informan “NE”, Sikap bullying non-fisik yang “AM” lakukan biasanya seperti memeras atau memalak, ia mengaku pernah memeras junior kelas
satu baik saat sendiri maupun bersama teman-teman. Pemerasan dalam hal ini, “AM”
mengajak junior yang ia pikir pantas untuk dikerjai ke suatu tempat makan dan meminta dibayarkan semua makanannya. Tidak hanya memalak, “AM” bersama
teman-teman juga mengancam junior tersebut agar tidak mengadu kepada siapapun termasuk orang tua dan pihak sekolah.
“kalau gue bilang bayarin, ya harus bayarin. Itupun juga diancem lah ngga boleh ngadu ke siapapun. Kita ngasih tau dia kalau dia nurut aja kita
pasti temenin, tapi ngga gitu kenyataan nya, pasti berapa kali kita kerjain
gitu…”
97
95
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
96
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE
97
Wawancara Pribadi dengan Informan AM , Jakarta, Agustus
6
Pemalakan atau pemerasan yang dilakukan “AM” bersama teman-temannya bukan hanya membelikan suatu barang tapi juga diminta untuk mengumpulkan uang
sebagai tambahan „jajan‟ untuk senior. Seperti yang informan “AM” sampaikan: “di angkatan itu ada setoran yang di maintain senior gitu buat tambahan
jajan atau buat beli apalah yang ngga penting yang penting ngumpulin uang aja..”
98
Menurut pengakuan “AM”, ia juga kerap kali menyembunyikan barang-barang milik junior yang ia tidak sukai. Bukan hanya itu, “AM” juga sering menghina atau
mengejek junior bila ia merasa junior tersebut bertingkah menyebalkan sedangkan tidak ada yang menonjol dari diri junior tersebut.
“ngehina… pernah sih, kalo ada yang keliatan nya nyolot, ngelawan tapi kemampuan nya sebenernya ngga ada nih waahhh enak banget itu buat
dikerjain. Tapi paling gue sih gue ledek-ledek gitu, kayak nyindir gitu loh.. hahahah gue tau gue cowo sih tapi gue kesel aja bawaan nya sama yang
kaya begitu orang nya.”
99
Selain bullying secara verbal, adapula tindakan bullying secara non-verbal yang terbagi menjadi dua, secara langsung dan tidak langsung, pada kasus bullying non-
verbal seca ra langsung biasanya dilakukan informan “AM” saat ia merasa ada junior
yang terlihat „sengak‟ ia akan mencoba menghasut teman-teman junior tersebut agar tidak diajak bermain.
“Kalau sengak, gue bisa aja bikin dia jadi ngga di temenin sama temen- temen nya, temen-temen nya mau ngga mau harus nurutin gue lah
daripada mereka juga jadi inceran gue kan”
100
Informan “AM” menceritakan pengalaman nya secara terbuka tanpa terlihat malu. “AM” tidak banyak menceritakan teman-teman nya, ia hanya menceritakan
98
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM
99
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM
100
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, Agustus 6
pengalaman pribadi nya saat ia melakukan bullying. Sesekali senyum tipis terlihat saat ia bercerita
101
Dalam kasus bullying biasanya “AM” hanya menindas siswa yang mayoritas
laki- laki, ia tidak terlalu mengurusi junior yang perempuan karena bagi “AM”
perempuan terlalu peka dan terlalu lemah untuk dikerjai. “kalau cewe itu urusan anak-anak yang cewe aja, soalnya ribet berurusan
sama mereka tuh cengeng banget. Gampang banget nangis nya.”
102
Menurut pengakuan “AM” ia juga sempat di minta oleh teman perempuan nya untuk menge
rjai junior perempuan yang terlibat masalah dengan senior, namun “AM” merasa bahwa mem-bully junior perempuan bukan menjadi urusannya selama junior
tersebut tidak mencari masalah dengan dirinya. “Pernah sih gue disuruh sama temen gue yang cewe buat ngerjain ade
kelas inceran dia, disuruh deketin gitu.. Cuma gue jadi ngga tega hahahah mending ngga dari pada gimana-gimana kan.. gue urusin yang cowo-cowo
ajalah selama yang cewe ngga ada yang berurusan sama gue.”
103
Menurut “AM” ia lebih senang mengerjai junior yang laki-laki seperti melihat dengan sinis atau memelototi junior saat ia sedang „iseng‟.
“Paling kalau lagi iseng ya gue nyari-nyari kesalahan ade kelas aja, kayak melototin atau ngeliat sinis gitu ke mereka, ngga salah juga ngga apa-apa
pokoknya mau gue isengin aja..”
104
Tindakan mem-bully non-verbal secara tidak langsung seperti ini tidak hanya dilakukan oleh “AM” sebagai siswa laki-laki, mem-bully dengan cara mengasingkan
junior juga pernah dilakukan oleh “NE” sebagai siswa perempuan. “NE” mengaku
101
Hasil Observasi Langsung de ga I for a AM , Jakarta, 11 Agustus 2016
102
Wawancar a Pri adi de ga I for a AM
103
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, Agustus 6
104
Wawancar a Pri adi de ga I for a AM
pernah mengasingkan salah satu junior nya pada saat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, menurut “NE” junior yang terlihat lugu memang perlu dikerjai.
“.. gue malah lebih ngga suka sama yang keliatan nya culun lugu.. kenapa gitu harus culun? Nge-bully nya ya paling kayak gue asingkan gitu
pas lagi ekskul, kalau harus ngumpul atau apa ya dia gue diemin sih..”
105
Menurut informan “NE”, tindakan mem-bully junior seperti itu hanya ingin memberikan pelajaran untuk junior yang terlihat lugu agar bisa lebih percaya diri dan
memiliki mental yang kuat, “NE” berperilaku seperti itu tanpa memikirkan dampak yang didapatkan oleh juniornya tersebut.
“…biar jadi pelajaran aja buat dia, harus bisa interaksi lah sama lingkungan, jangan sok menyendiri gitu, kasian sih tapi tetep
aja kesel…”
106
3. Bullying Psikis
Bentuk bullying selanjutnya yang pernah dilakukan informan adalah bullying secara psikis, tindakan bullying secara psikis merupakan bullying yang paling
berbahaya karena tidak terungkap oleh mata atau telinga jika kita tidak awas dalam mendeteksinya. Praktik bullying psikis ini biasanya terjadi diam-diam dan diluar
radar pemantauan kita.
107
Selain bentuk-bentuk bullying seperti fisik, verbal dan non verbal yang dapat terdeteksi bentuknya, bullying psikis juga salah satu bentuk penindasan yang pernah
dilakukan oleh informan “AM”. Bullying psikis dapat berupa pelecehan seksual, memfitnah, menyingkirkan, mengucilkan, mendiamkan, mencibir, penghinaan,
105
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
106
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE
107
SEJIWA, Handout Workshop Nasional Anti Bullying ke-3 Jakarta, 2008, h. 2-5
ataupun menyebarkan gossip. Dalam kasus seperti ini, “AM” tidak melakukan
tindakan bullying yang begitu serius seperti pelecehan seksual, dalam pengakuan “AM” ia pernah melakukan penghinaan dan merendahkan junior nya yang terkesan
melawan senior. “…kalo ada yang keliatan nya nyolot, ngelawan…. Tapi paling gue sih gue
ledek- ledek gitu, kayak nyindir gitu loh..”
108
Informan “AM” menyadari bahwa perilaku seperti itu biasanya dilakukan oleh perempuan, namun “AM” tetap melakukannya hanya karena dirinya merasa tidak
senang dengan perilaku junior nya tersebut. “gue tau gue cowo sih tapi gue kesel aja bawaan nya sama yang kaya
begitu orang nya.”
109
Tidak jauh berbeda dengan informan “AM”, perilaku bullying secara psikis juga pernah dilakukan oleh informan “NE”. dalam kasus yang dilakukan “NE”,
biasanya ia senang mengerjai juniornya karena terkesan seperti anak yang lugu dan tidak dapat melawan. Menurut pengakuannya, ia pernah melakukan bullying psikis
dengan cara membuat gossip tentang junior nya tersebut. “ya gue bully lah kalau ada anak cupu.. gue itu punya temen ya sebut aja
namanya Bunga, dia tuh cupu banget, pake kacamata, gendut, sendirian mulu. Pas banget gue lagi suka sama kakak kelas gue, namain aja dia
Lebah. Karena gue ngga suka sama si Bunga, gue tulis disetiap tembok di
sekolah BUNGA LOVE LEBAH”
110
Saat berce rita tentang hal ini, informan “NE” terlihat tertawa lepas tanpa
beban,
111
menurut pengakuan “NE” setelah ia mengerjai junior nya, ia melihat junior
108
Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, Agustus 6
109
Wawancar a Pri adi de ga I for a AM
110
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
111
Hasil observasi langsung de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016
tersebut dipanggil oleh BK dan terlihat menangis setelah keluar dari ruangan. Ia tidak terlalu memperdulikan apakah ada yang mengetahui perilaku nya seperti itu atau
tidak, yang informan “NE” tahu hanyalah ia merasa dirinya puas setelah melakukan itu.
“…keluar ruang BK dia nangis-nangis hahahahah sampe sekarang kayak nya ngga ada yang tau gue yang buat itu deh. Bodo amat juga sih gue
hahahaha yang penting gue seneng…”
112
C. DAMPAK BULLYING BAGI KORBAN
Bullying memiliki berbagai dampak negatif yang dapat dirasakan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya, baik pelaku, korban, ataupun orang-orang yang
menyaksikan tindakan bullying. Dalam jangka pendek, bullying dapat menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan harga diri yang rendah, hingga perasaan
depresi atau stress yang dapat berakhir bunuh diri. Sedangkan dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita masalah emosional dan perilaku.
Hal tersebut serupa dengan pengakuan “ATC” selaku alumni SMA Al Azhar 2 yang pernah menjadi korban bullying saat menjadi murid SMA Al Azhar. Ia mengaku
pernah merasakan tekanan yang luar biasa saat dirinya menjadi junior kelas satu, ia merasa sekolah bukanlah tempat yang aman dan nyaman.
“awalnya takut, sedih, panik, campur aduk lah rasanya…. rasanya ngga enak. Orang mau nyaman disekolah eh malah di bully
…”
113
112
Wawa ara Pri adi de ga I for a NE
113
Wawa ara Pri adi de ga I for a ATC , Jakarta, 26 Agustus 2016
Rasa tertekan yang informan “ATC” rasakan begitu mendalam dan berlangsung sampai ia kelas dua, ia selalu menjadi incaran kakak kelas. Menurutnya segala gerak-
gerik dirinya selalu di awasi oleh senior. “kayaknya gerak-gerik di perhatiin banget, salah mulu.. ngga enak lah
punya perasaan takut setiap hari..”
114
Dampak jangka pendek yang “ATC” rasakan bukan hanya tidak mau pergi ke sekolah, tapi juga sampai kesulitan tidur saat malam karena mengingat esok harinya
akan ada kejadian apa lagi yang ia dapatkan dari senior, “ATC” mengaku dirinya kerap kali mencari alasan agar tidak masuk sekolah, berbagai alasan ia agar ia tidak
datang ke sekolah. “Gue ngga mau ke sekolah, gue takut setiap dateng ke sekolah. gue sering
pura-pura sakit biar gue ngga ke sekolah.. jadi panik pas malem pengin tidur inget besok nya sekolah, gue bakal diapain lagi ya.. gitu hhh takut
aja bawaannya.”
115
Saat informan “ATC” bercerita terlihat raut wajah yang menunjukkan perasaan yang ia rasakan saat menjadi korban bullying, sesekali ia menyeruput minuman yang
ia pesan, dan kembali bercerita.
116
Efek jangka panjang bullying bisa jadi tidak disadari baik oleh pelaku, korban, maupun guru dan orangtua. Dalam jangka panjang, korban bullying dapat menderita
masalah emosional dan perilaku. Karena dampaknya lebih bersifat psikis dan emosi
114
Wawa ara Pri adi de ga I for a ATC
115
Wawancara Pr i adi de ga I for a ATC
116
Hasil observasi langsung de ga I for a ATC , Jakarta, 26 Agustus 2016