2
Huberman.The results showed that stroke patients are motivated to recover for their effective communication of the physiotherapist. The process of communication is built using dialogic
communication process. There are also factors that support the patients to recover, such as environmental, empathy, physiotherapist support, family and incentive or token of appreciation.
In addition physiotherapist dominate here as a communicator.
Keywords: communication, interpersonal communication, motivation, physiotherapist, stroke
1. PENDAHULUAN
Setiap manusia menginginkan kehidupan bersosial yang harmonis. Komunikasi yang lancar dan tanpa
noise
gangguan menjadi harapan semua orang agar kehidupan terasa nyaman, menyenangkan dan bahagia. Namun tidak selamanya hal ini dapat berlangsung dengan lancar,
terkadang beberapa masalah datang, terutama kesehatan. Jika kesehatan seseorang terganggu, maka akan menyebabkan terhambatnya proses berkomunikasi. Salah satu penyakit yang dapat
menghambat proses berkomunikasi adalah stroke. Tidak hanya berkomunikasi, penyakit ini juga dapat mengganggu aktivitas individu itu sendiri karena juga menyerang anggota tubuh lainnya.
Sehingga individu menjadi terbatas ruang geraknya dan memaksa individu untuk menggunakan anggota tubuhnya yang masih berfungsi dengan baik untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di
Indonesia terdapat beberapa rumah sakit rujukan untuk menangani penyakit stroke. Di kota Solo Surakarta RSO Prof.Dr.R. Soeharso atau biasa disebut Rumah Sakit Ortopedi adalah salah satu
rumah sakit rujukan untuk menangani penyakit stroke. Salah satu yang mendukung proses terapi dan penyembuhan adalah fisioterapis. Fisioterapis dapat membantu pasien stroke dalam rangka
penyembuhan, seperti meningkatkan keseimbangan berjalan, mengurangi spasme ketegangan otot, mengurangi resiko jatuh hingga meningkatkan kemandirian dan kualitas hidup. Selama
proses penyembuhan, fisioterapis juga harus bisa memberikan motivasi kepada pasien. Interaksi antara fisioterapi dengan pasien akan mempercepat proses penyembuhan, karena hal tersebut
akan memberikan dukungan emosional dan motivasi lebih bagi sang pasien. Motivasi disini dimaksudkan agar sang pasien dapat hidup mandiri dan produktif kembali. Karena biasanya
setelah stroke, pasien mungkin akan mengalami kesulitan melakukan hal-hal yang sebelumnya sederhana. Jika seorang pasien dapat sembuh pasti ada rasa kepuasan dan bahagia dalam dirinya
bahwa dirinya bisa bangkit.Tentunya juga ada dukungan dari keluarga dan lingkungan, serta konsistensi dalam menjalankan program terapi. Komunikasi yang baik dan membangun sangat
diperlukan agar pasien bersedia menceritakan sakit atau keluhan yang dialaminya kepada fisioterapis. Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dan membuat
fisioterapis tahu langkah apa yang akan diambil selanjutnya. Sehingga dapat mempercepat proses kesembuhan pasien. Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari uraian diatas adalah
“Bagaimana komunikasi antarpribadi yang terjalin antara fisioterapis dan pasien stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta? Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
3
komunikasi antarpribadi yang terjalin antara fisioterapis dan pasien stroke di Rumah Sakit Ortopedi Surakarta.
2. TINJAUAN PUSTAKA