IPS SMP KK F
213
Wikana luluh juga. Dengan diantar oleh beberapa pemuda, sore itu Subardjo diantar ke Rengasdengklok. Pada malam hari pukul 20.00 WIB Soekarno dan
Hatta tiba di Jakarta.
b. Perumusan Naskah Teks Proklamasi Kemerdekaan
Malam hari setelah tiba di Jakarta, Soekarno dan Hatta pergi mendatangi rumah Mayor Jenderal Nishimura untuk menyatakan keinginan PPKI bersidang malam itu
juga. Bung Hatta juga mengatakan kepada Mayor Jenderal Nishimura bahwa rakyat Indonesia sudah mengetahui berita kekalahan Jepang. Akan tetapi
Nishimura dengan tegas menolak rencana diadakannya sidang PPKI. Nishimura menjelaskan bahwa sejak siang hari pada tanggal 16 Agustus 1945 berdasarkan
instruksi markas Besar Tentara Jepang Daerah selatan yang berkedudukan di Saigon dilarang adanya perubahan status-quo di Indonesia, hal ini terkait dengan
perjanjian antara pemerintah Jepang dan pihak pemenang perang Pasifik Sekutu. Larangan perubahan status-quo itu berarti, bahwa pemerintah Jepang
tidak membenarkan terjadinya Proklamasi kemerdekaan, karena dengan Proklamasi kemerdekaan akan melahirkan Negara Indonesia Merdeka, dan itu
berarti mengubahstatus-quo. Dengan marah Bung Hatta menjelaskan bahwa apapun yang akan terjadi Indonesia tetap pada pendirian semula untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan. Bertempat di rumah Laksamana Muda Maeda di Myakodori No. 1 sekarang jalan
Imam Bonjol maka dimulaiah sidang PPPKI untuk mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Mengapa dipilih rumah Laksamana Muda Maeda? Laksamana Muda Maeda adalah seseorang yang mempunyai hubungan yang sangat baik dengan para
pemimpin Indonesia terutama Mr. Achmad Subardjo. Beliau adalah Kepala Perwakilan Kaigun Angkatan Laut Jepang. Sebagai Kepala Perwakilan Kaigun
beliau memilki kekebalan hukum di mana Rigukun Angkatan Darat Jepang tidak berani bertindak sewenang-wenang di kediaman Maeda.
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda dirumuskanlah naskah Proklamasi Kemerdekaan oleh tiga orang tokoh kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta dan Mr.
Achmad Subardjo meyumbangkan pikirannya secara lisan. Sedangkan Bung Karno bertindak sebagai penulis rumusan konsep Proklamasi. Turut menyaksikan
Kegiatan Pembelajaran 8
214
peristiwa tersebut adalah Miyosi seorang kepercayaan Nishimura beserta tiga tokoh pemuda yaitu: Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah.
Adapun kalimat pertama yang berbunyi “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia” adalah kalimat yang dikutip Mr. Achmad
Subardjo dari rumusan sidang BPUPKI Dokuritsu Junbi Cosakai. Sedangkan kalimat kedua adalah dirumuskan oleh Soekarno yang berbunyi “Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain akan diselenggarakan dengan cara yang secermat-cermatnya serta dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
Kemudian kedua kalimat tersebut digabung dan disempurnakan oleh Moh. Hatta sehingga berbunyi seperti teks Proklamasi yang kita miliki sekarang.
Setelah naskah Proklamasi berhasil dirumuskan timbul permasalahan baru tentang siapa yang akan menandatangani naskah Proklamasi. Ir. Soekarno
menyarankan agar siapa saja yang hadir dalam perumusan naskah Proklamasi ikut menandatangani selaku wakil-wakil bangsa Indonesia. Saran tersebut
ditentang oleh golongan pemuda yang tidak menyetujui apabila naskah Proklamasi ditandatangani oleh anggota PPKI hasil bentukkan Jepang yang hadir
di sana. Mereka menganggap bahwa kemerdekaan ini dicapai dengan hasil kerja keras bangsa Indonesia sendiri tanpa adanya sangkut paut bangsa Jepang. Salah
seorang tokoh golongan muda yaitu Sukarni mengusulkan agar naskah Proklamasi ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta dengan
mengatasnamakan bangsa Indonesia. Saran tersebut disetujui oleh seluruh anggota yang hadir.
Kemudian Bung Karno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah Proklamasi sesuai dengan perubahan yang telah disepakati.
c. Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 di jalan Imam Bonjol No.1 sekarang, telah berhasil dirumuskan naskah Proklamasi dan ditandatangani oleh Soekarno-Hatta.
Timbul masalah di mana Proklamasi akan dikumandangkan. Sukarni mengusul-kan agar Proklamasi diumumkan di Lapangan Ikada. Namun usul itu ditolak oleh Bung
Karno dengan alasan keamanan. Akhirnya dicapai kata sepakat untuk mengumumkan Proklamasi di rumah kediaman Bung Karno di jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta.
IPS SMP KK F
215
Sejak pagi hari Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah dijejali oleh massa yang ingin menyaksikkan peristiwa paling bersejarah dalam perjuangan
bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Massa yang sangat banyak tidak henti-hentinya mengalir membuat bingung dr. Moerwadi, selaku Kepala
Bagian Keamanan. Suasana menjadi tegang tatkala para pemuda bersikeras agar segera dibacakan Proklamasi Kemerdekaan. Karena desakkan para
pemuda dr. Moerwadi memberanikan diri untuk meminta Bung Karno untuk segera membacakan Proklamasi. Karena pada saat itu Bung Hatta belum
datang, maka dengan tegas usul dr. Moerwadi ditolak. Lima menit sebelum acara dimulai Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih, kemudian
Soekarno segera mempersiapkan diri dengan setelan putih juga. Menjelang pukul 10.00 WIB maka dimulailah Proklamasi kemerdekaan RI dengan
susunan acara sebagai berikut: 1. Pidato Singkat Bung Karno yang disambung pembacaan Teks Proklamasi
Tepat pada pukul 09.56 teks Proklamasi berhasil dibacakan oleh Bung Karno. Adapun peristiwa yang terjadi selama berlangsungnya acara
pertama ini adalah rusaknya alat pengeras yang kemungkinan rusak akibat kabel yang rusak karena terinjak-injak oleh massa yang begitu banyak
Nugroho: 1993. 2. Pengibaran Sang Saka Merah Putih
Sesudah acara pembacaan teks Proklamasi dilanjutkan dengan pengibaran Sang Saka Merah Putih. Untuk menyaksikan peristiwa tersebut Bung
Karno dan Bung Hatta maju beberapa langkah menuruni anak tangga terakhir serambi depan mendekati letak berdirinya tiang bendera yang
terbuat dari bambu yang dibuat oleh suhud sebenarnya dirumah Bung Karno terdapat dua tiang bendera bekas yang terbuat dari besi, karena
situasi yang tegang, dia tidak ingat untuk memindahkan salah satu tiang, malah membuat tiang dari bambu di belakang rumah Bung Karno
kemudian diberi tali Nugroho: 1993. Kemudian Suhud bersama seorang pemudi datang membawa sebuah baki berisi Sang Saka Merah Putih yang
dijahit sendiri oleh Ibu Fatmawati Soekarno dengan kain yang seadanya. Dengan dibantu oleh Cudanco Latief Hendraningrat, Suhud menaik-kan
Sang Saka Merah Putih dengan khitmad dan sangat lambat mengiringi