Sikap Informan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes 3. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

5.3. Sikap Informan

5.3.1. Sikap Informan terhadap Kasus Pelecehan Seksual

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya sikap dari keseluruhan informan menjawab tidak setuju terhadap kasus pelecehan seksual, dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Nggak lah, gak tau,,,” ”,,,Gak pantas ajalah kak,,,” ”,,,Gak setuju lah kak, masak di gituin kak,,,” ”,,,Gak setuju, karena awak pun merasa perempuan,,,” ”,,,Gak lah, janganlah sampe kek gitu,,,” ”,,,Gak setujulah, kalo keluargaku digituin, kan gak senang juga aku,,,” ”,,,Gak setuju, ibaratnya kalo seperti di ganggu kena kek awak,,,” Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari keseluruhan informan hanya sebatas tingkatan menerima receiving, merespon responding sesuai teori Bloom 1980. Sikap terbentuk karena ada interaksi seseorang terhadap lingkungan fisik maupun sosial di sekitarnya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, dan media massa Azwar Saifuddin 1998. Gambar-gambar iklan film, gambar-gambar buku porno, pengalaman hubungan seksual atas dasar suka sama suka atau pemaksaanperkosaan, teman-teman sesama anak jalanan yang melakukan hubungan seksual, anak-anak jalanan yang lebih berkuasa, atau preman-preman yang berada di sekitar mereka yang bebas melakukan hubungan seksual atau tindak kekerasan seksual, dapat merangsang anak untuk membentuk sikap tertentu mengenai hal yang berkaitan dengan hubungan laki-laki dan perempuan. Universitas Sumatera Utara Suatu studi menunjukkan bahwa sebanyak 20 anak jalanan setuju hubungan seksual dilakukan karena saling cinta, sebanyak 28 setuju hubungan seks dilakukan karena sudah merencanakan pernikahan, dan 44 setuju hubungan seks dilakukan karena sudah dilamar Lutfi Agus Salim, 2000. Di samping itu, studi ini juga menunjukkan bahwa perasaan anak jalanan setelah mengalami pelecehan seksual menjadi lebih permisif terhadap perilaku seksual daripada sebelum mengalami pelecehan seksual Ajik, S, dan Sarwanto.

5.3.2. Sikap Informan terhadap Kasus Penyimpangan Seksual

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya sikap dari keseluruhan informan menjawab tidak setuju terhadap kasus kekerasan seksual, dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Gak lah, gak tau,,,” ”,,,Gak lah kak,,,,gak ada otaklah yang dewasanya itu,,,” ”,,,Gak setuju lah kak, kan bisa merugikan dirinya,,,” ”,,,Gak setuju, jenis sesama sejenis, dan tidak diperbolehkan,,,” ”,,,Gak lah, namanya generasi gak mungkin lha awak rusakin, gak pantaslah di rusakin generasi penerus kita,,,” ”,,,Gak lah,,,,,gak setuju, ngapain orang itu, kalo gak pada tempatnya,,,” ”,,,Gak lah, ya gak mau aja gitu,,,” Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari 5 informan hanya sebatas tingkatan menerima receiving, merespon responding, menghargai valuing, sedangkan 2 informan sebatas tingkatan menerima receiving, merespon responding sesuai teori Bloom 1980. Resiko dari perilaku menyimpang ini tidak hanya berakibat jangka pendek, tetapi juga jangka panjang, bahkan mempengaruhi kelanjutan hidup seterusnya. Sayangnya kesadaran seringkali Universitas Sumatera Utara datang terlambat setelah resiko tak terhindarkan yang seharusnya dapat dicegah. Tidak hanya itu, penyimpangan perilaku seksual juga bisa disebabkan karena ada salah satu faktor yang tidak normal, antara lain : penyimpangan seks bisa disebabkan oleh dorongan seksual yang abnormal, partner seks yang abnormal dan bisa juga disebabkan dengan menggunakan cara-cara yang abnormal pula dalam pemuasan dorongan seksualnya Huda, 2005.

5.3.3. Sikap Informan terhadap Kasus Kekerasan Seksual

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ketujuh informan, dapat diketahui bahwasanya sikap dari keseluruhan informan menjawab tidak setuju terhadap kasus kekerasan seksual, dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Gak lah, nanti kalo misalnya hamil dicampain juga sama orang,,,” ”,,,Tidak setuju, giman yah,,,,gk pantas ajalah,,,” ”,,,Gak lah kak, masak di paksa orang,,,” ”,,,Gak, karena belum saatnya, diraba-raba, baru diperkosa, dipegang-pegang, dicium-cium,,,” ”,,,Gak lah, kek gitu pencabulan kek gitu,,,” ”,,,Kalo setau aku kak di jalanan ini ,,,,,tidak ada pemerkosaan kak, pande-pande kita melobi mulut kita,,,,,istilahnya merayu-merayu dia,,,” ”,,,Gak lah, ya nggak mau aja, gini yah ibaratnya sama kek mana di bilang kalo awak dengar gitu atau tengok , rasanya sial gitu,,,” Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari 5 informan hanya dengan tingkatan menerima receiving, merespon responding dan 2 informan dengan tingkatan menerima receiving, merespon responding, menghargai valuing sesuai teori Bloom 1980. Anak jalanan termasuk satu kelompok anak yang memerlukan perlindungan khusus. Mereka perlu mendapat perlindungan khusus akibat berada pada lingkungan yang penuh dengan kekerasan atau cenderung Universitas Sumatera Utara tidak peduli atau menelantarkan. Fisik dan psikis mereka juga berada pada situasi yang sangat rawan, hak untuk hidup tumbuh-kembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi kurang terpenuhi atau bahkan tidak terpenuhi Depsos, 2010.

5.3.4. Sikap Informan tentang Minuman Beralkohol

Berdasarkan hasil penelitian terhadap ketujuh informan, dapat diketahui bahwasanya 4 informan menjawab tidak setuju mengenai minuman beralkohol, sedangkan 3 informan menjawab setuju mengenai minuman beralkohol, dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Tidak setuju, takut dipukuli, itu ajalah,,,” ”,,,Gak lah,, karna alkohol itu panas alkohol kak, kalo awak minum kan gimana gitu dada awak ini sakit gitu,,,” ”,,,Gak, karena nanti bisa jadi masalah bagi dirinya sendiri atau pun orang lain,,,” ”,,,Gak setujulah aku, nyiksa badannya lah itu,,,” ”,,,Minum sih setuju, jangan banyak-banyak kali, kebanyakan nanti mabuk,,,” ”,,,Setuju, karena obat pinggang juga,,,” ”,,,Setujulah, iyalah kalo misalnya orang itu minum pun , awak ikut juga,,,” ”,,,Biar gak suntuk, iya lah kalo minum tuak ini kan enak,,,” Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari 4 informan hanya sebatas tingkatan menerima receiving dan merespon responding, menghargai valuing sesuai teori Bloom 1980. Kehidupan dengan norma yang longgar di jalanan dan kemampuan untuk mencari nafkah sendiri membuat anak jalan lebih berpotensi untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, merokok, dan mengggunakan narkoba. Anak jalanan juga menganggap minuman beralkohol baik untuk Universitas Sumatera Utara dikonsumsi karena dapat menyegarkan tubuh dan membuat tidur menjadi nyenyak. Hasil penelitian dengan judul Perilaku Anak Jalanan terhadap Minuman Beralkohol di Kota Makasar Tahun 2009, dengan sembilan informan menunjukkan bahwa kebiasaan meminum alkohol untuk mendapatkan pengaruh jangka pendek atau efek intoksifikasi mabuk yang ditimbulkan oleh minuman beralkohol. Menurut mereka, definisi mabuk adalah keadaan tidak mengingat apapun dan merasakan perasaan senang sesaat. Pemahaman ini tak lepas dari berbagai sumber informasi, seperti dari orang-orang di sekitar rumah dan tempat kerja mereka, mulai dari teman sebaya, hingga para preman dan bos yang memberi mereka pekerjaan atau yang memasok dagangan bagi mereka Nasrun, M, dkk, 2009.

5.3.5. Sikap Informan tentang Penyalahgunaan Napza

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 4 informan, dapat diketahui bahwasanya sikap dari keseluruhan informan menjawab tidak setuju terhadap kasus penyalahgunaan Napza, sedangkan 3 informan mengatakan setuju terhadap kasus penyalahgunaan Napza dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Setuju lah, sama-sama make, janganlah terus-terus, gak tidur,,,” ”,,,Gak lah kak, gak pantas aja di pake, gak berpikir panjang dia,,,” ”,,,Setujulah, tapi sikit-sikit ja, itu pun kalo ada duit nya,,,” ”,,,Gak setuju aku, dia kan gak ada capeknya kalo uda mabuk kak,,,” ”,,,Pokoknya gak setujulah pake-pake kek gitu, rugi diri sendiri,,,” ”,,,Gak setuju lagi, karena aku gak konsumsi itu lagi,,,” ”,,,Setujulah, orang make awak kok,,,” Universitas Sumatera Utara Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari keseluruhan informan hanya sebatas tingkatan menerima receiving dan merespon responding, menghargai valuing sesuai teori Benyamin Bloom 1980. Narkoba atau NAPZA merupakan bahanzat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan syaraf pusatotak sehingga jika disalahgunakan akan menyebabkan gangguan fisik, psikisjiwa dan fungsi sosial. Karena itu Pemerintah memberlakukan Undang-undang UU untuk penyalahgunaan narkoba yaitu UU No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika dan UU No.22 tahun 1997 tentang Narkotika Depsos, 2012.

5.3.6. Sikap Informan tentang HIVAIDS dan PMS lainnya

Berdasarkan hasil penelitian terhadap keseluruhan informan, dapat diketahui bahwasanya sikap dari keseluruhan informan menjawab tidak setuju terhadap kasus HIVAIDS dan PMS lainnya dengan hasil wawancara sebagai berikut : ”,,,Gak setuju, jadi menular ke orang lain ”,,,Gak lah kak,,,,, Gak lah kak,,,,, ”,,,Gak lah kak, dan nular ke orang lain ”,,,Gak setuju kak, kasian menular satu kena semua,,,” ”,,,Iyalah, jarum-jarum persing itukan, bisa juga kok aku rasa bisa juga dari jarum persing itu,,,” ”,,,Gak mau kena, gak maulah kak, udah aku ekonominya susah kak apalagi mau dibuat penyakit,,,” ”,,,Gak lah, itulah dia paian ceweknya kan, si raja, kena, sampek masuk rumah sakit sama dia aja, keluar nanah,,,” Berdasarkan jawaban tersebut sikap dari keseluruhan informan hanya sebatas tingkatan menerima receiving dan merespon responding, sesuai teori Universitas Sumatera Utara Bloom 1980. Kasus anak jalanan yang terinfeksi HIVAIDS diperkirakan masih akan terus bertambah. Kehidupan seks bebas di kalangan anak jalanan menjadi penyebab cepatnya penyebaran virus HIVAIDS. Anak-anak jalanan terkadang memiliki anggapan hubungan seksual di luar nikah sebagai hal yang wajar, karena itu merupakan urusan dari anak jalanan itu sendiri dan tidak mengganggu kepentingan orang lain. Mujiran, P, 2009.

5.4. Tindakan Informan