metabolik hifa yang tinggi pada bahan organik dapat pula menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada disekitarnya Harman, 2006.
b. Klasifikasi jamur Gliocladium sp.
Menurut Alexopaulus 1982 klasifikasi Gliocladium sp. adalah sebagai berikut :
Divisio : Eumycota
Sub Divisio :Deuteromycota Kelas
: Hyphomycetes Ordo
: Hyphomycetales Famili
: Moniliaceae Genus
: Gliocladium Spesies
: Gliocladium sp. Gliocladium
sp. mempunyai konidiofor tegak, bersepta bening dan tidak berwarna, pada cabang terakhir menghasilkan fialid dan kadang-kadang berbentuk
botol. Fitur yang paling karakteristik dari genus ini adalah konidiofor tegak, hialin bersel satu dan konidia berdinding halus di kepala Schlegel, 1994 Gambar 4.
Gambar 4: konidia Gliocladium sp. a. Konidiofor, b. konidia
a b
Universitas Sumatera Utara
Sumber : Foto Langsung Gliocladium
sp. digambarkan sebagai tiruan Penicellium dengan konidia berlendir. Koloni yang cepat tumbuh, memiliki tekstur berwarna putih pada awalnya,
kadang-kadang merah muda seperti salmon, kemudian menjadi pucat sampai hijau tua dengan sporulasi. Spesies Gliocladium sp. juga dapat menghasilkan konidiofor
percabangan verticillate dan penicillate sehingga sulit dibedakan dengan Verticillium atau Trichoderma Howell, 2003.
Cendawan mengeluarkan gliovirin dan viridian yang merupakan antibiotic yang bersifat fungistatik. Senyawa tersebut mampu menghambat pertumbuhan
cendawan lain. Patogenpenyakit yang dikendalikan adalah penyakit layu tanaman Fusarium spp, Rhizoctiona solani, Phytium spp dan Sclerotina sclerotiorum.
Gliocladium sp. memarasit inangnya dengan cara menutupi atau membungkus
patogen, memproduksi enzim-enzim dan menghancurkan dinding sel patogen hingga patogen mati. Gliocladium sp. dapat hidup sebagai saprofit maupun parasit pada
cendawan lain, dapat berkompetisi dengan makanan, dapat menghasilkan zat penghambat dan bersifat hiperparasit Howell, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan di Rumah Kassa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2012. Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit bawang merah varietas Bima, biakan F. oxysporum, Trichoderma sp, Gliocladium sp, pupuk
kandang, alkohol, spirtus, aquades, PDA. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, spatula, cawan
petri, erlenmeyer, autoclave, bunsen, laminar air flow, meteran dan alat tulis. Metode penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok RAK non faktorial yang terdiri dari :
A = Kontrol tanaman sehat
A
1
= 10
gr F. oxysporum
A
2
= 12
gr Trichoderma
sp. A
3
= 18
gr Trichoderma
sp. A
4
= 24
gr Trichoderma
sp. A
5
= 12
gr Gliocladium
sp. A
6
= 18
gr Gliocladium
sp. A
7
= 24
gr Gliocladium
sp.
Universitas Sumatera Utara
Biakan F. oxysporum
dalam media beras sedangkan biakan Trichoderma sp. dan Gliocladium sp dalam media jagung.
Banyaknya ulangan yang dilakukan adalah : t-1
r-1 ≥ 15
8-1 r-1
≥ 15 7r
≥ 21 r
≥ 3 Model linier dari rancangan yang digunakan adalah:
Yij = µ + πi + βj + ∑ij
Keterangan : Yij = Nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-i dari faktor I dan taraf ke-j pada faktor II µ
= Nilai umum tengah σi =
Pengaruh taraf
ke-I dari faktor I βj
= Pengaruh taraf ke-j dari faktor II εij = Pengaruh galat kedua pada satuan percobaan yang memperoleh perlakuan
taraf ke-I dari faktor I, taraf ke-j dari faktor II. Sudjana, 2005
Jumlah ulangan : 3 ulangan
Jumlah tanamanplot : 5 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 120 tanaman Jumlah sampelplot
: 4 tanaman Jumlah sampel seluruhnya
: 96 tanaman
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan penelitian Pembuatan media PDA
Kentang dikupas dan dicuci bersih lalu ditimbang 250 gr, dipotong dadu berukuran 1-2 cm, kemudian kentang dimasak dengan aquades 500 ml pada panci
selama 30 menit, lalu disaring ekstraknya dengan kain muslin sampai volume 500 ml larutan A. Masukkan dextrose sebanyak 20 gr dan agar-agar sebanyak 20 gr ke
dalam beaker glass, tambahkan aquades sebanyak 500 ml, aduk sampai merata larutan B. Masukkan larutan A dan larutan B, aduk hingga homogen dan didihkan
di atas panci selama 30 menit. Masukkan ke dalam Erlenmeyer masing-masing 200 ml. Selanjutnya erlenmeyer ditutup dengan kapas dan aluminium foil lalu dibalut
dengan cling wrap. Selanjutnya masukkan ke dalam autoclave untuk disterilkan selama 30 menit dengan suhu 120 – 121
C pada tekanan 1,5 atm.
Isolasi dan penyediaan jamur Fusarium oxysporum
Jamur diisolasi dari tanaman bawang merah yang terserang penyakit layu F. oxysporum. Gejala serangan biasanya muncul pada pangkal batang tanaman yang
terserang. Diambil tanaman yang bergejala layu dan dicuci bersih. Setelah itu dipotong bagian yang sakit dengan mengikut sertakan bagian yang sehat, berbentuk
persegi dengan ukuran 1-2 cm. Selanjutnya potongan tanaman tersebut disterilisasi dengan Natrium hipoklorit 1,5, dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali. Setelah itu
potongan tanaman ditanam pada PDA kemudian diinkubasi pada suhu ruang. Miselium yang tumbuh dibuat biakan murni.
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi jamur
Jamur yang tumbuh pada biakan murni diambil kemudian diamati di bawah mikroskop untuk diidentifikasi dengan menggunakan buku Mikologi dasar dan
terapan Indarawati et al., 2006 dan buku Pengenalan Kapang Tropik Indrawati, 1996.
Penyediaan jamur Trichoderma sp dan Gliocladium sp
Isolat jamur Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. berasal dari tanah di sekitar perakaran tanaman bawang merah yang sehat. Diambil tanah bersih dari kotoran dan
akar sebanyak 0,5gr ditaburkan pada PDA, kemudian diinkubasi pada suhu ruang. Miselium yang tumbuh, dibuat biakan murni. Jamur Trichoderma sp dan Gliocladium
sp diperbanyak dalam media jagung. Jagung direndam dengan air panas sekitar 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan ditimbang sesuai dengan perlakuan.
Kantong plastik yang telah berisi jagung disterilkan dalam autoclave dengan tekanan 1,5 atm pada suhu 121
C selama 30 menit. Media yang telah didinginkan diinokulasikan dengan biakan murni Trichoderma sp dan Gliocladium sp, kemudian
dibiarkan dalam kotak inkubasi. Setelah 4-5 hari siap diaplikasikan. Persiapan Rumah Kassa
Rumah kassa dibersihkan dari sisa penelitian sebelumnya. Polibeg yang telah berisi tanah steril disusun berdasarkan perlakuan.
Universitas Sumatera Utara
Penanaman benih
Penanaman bawang merah dilakukan dengan cara memasukkan umbi bibit ke lubang tanam yang telah ditentukan. Sebelum ditanam, umbi atau bibit dipotong
seperempat bagian. Hal ini dilakukan untuk menyeragamkan pertumbuhan bawang merah. Bibit yang telah dipotong kemudian didisinfektan dengan menggunakan
Natrium hipoklorit 1,5 . Bibit direndam selama ±5menit kemudian dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali. Bibit yang telah steril dimasukkan ke dalam kotak tray
untuk di semai. Setelah tunas tumbuh bibit ditanam dengan cara membenamkan setengah bagian umbi ke dalam tanah secara merata.
Aplikasi jamur Fusarium oxysporum ke tanaman Inokulum F. oxysporum diperbanyak secara massal pada media beras. Beras
direndam dengan air sekitar 1 jam, kemudian ditimbang sebanyak 10gr dan dimasukkan ke dalam plastik. Kantong plastik yang telah berisi beras disterilkan
dalam autoclave dengan tekanan 1,5 atm pada suhu 121 C selama 30 menit. Media
yang telah didinginkan diinokulasikan dengan biakan murni F. oxysporum, dan diinkubasi selama 7-10 hari dan siap untuk di aplikasikan. Sebelum aplikasi, terlebih
dahulu dihitung kerapatan konidia per gram beras dengan menggunakan alat haemocytometer
. Setelah kerapatan mencapai 10
6
per gram beras dan miselium tumbuh merata pada seluruh bagian beras, kemudian inokulum diinventarisasikan di
sekitar perakaran. Aplikasi dilakukan seminggu setelah penanaman bibit. Aplikasi jamur
F. oxysporum dilakukan dengan cara membuat lubang dan menabur inokulum secara
Universitas Sumatera Utara
merata di sekitar perakaran, inokulum yang telah ditabur kemudian ditutup dengan tanah.
Aplikasi jamur Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. ke tanaman
Aplikasi jamur Trichoderma sp. dan Gliocladium sp. dilakukan dengan cara menabur inokulum secara merata di sekitar perakaran, inokulum yang telah ditabur
kemudian ditutup dengan tanah. Aplikasi dilakukan seminggu setelah penanaman bibit bawang merah.
Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan meliputi penyiraman, penyiangan, dan penggemburan
tanah. Penyiraman dilakukan sejak penanaman setiap hari, pagi atau sore hari. Penyiangan dapat dilakukan sedini mungkin karena akar bawang merah yang
muda sukar untuk bersaing dengan rumput atau tumbuhan liar. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu 3 minggu setelah tanam mst dan 6 mst. Namun jika pertumbuhan
gulma cukup banyak, penyiangan dapat dilakukan lebih sering. Bersamaan dengan penyiangan juga dilakukan penggemburan tanah, untuk
memperlancar sirkulasi udara dalam tanah. Untuk menyiangi gulma yang berada didekat tanaman dicabut dengan tangan agar tidak mengganggu atau merusak akar
tanaman bawang. Panen
Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 60-80 hari setelah tanam hst. Beberapa tanda tanaman siap dipanen adalah 70-80 leher daun lemas, daun
Universitas Sumatera Utara
menguning, warna kulit mengkilap, pangkal batang mengeras, sebagian umbi telah tersembul di atas permukaan tanah, lapisan umbi telah penuh berisi dan berwarna
merah.
Peubah amatan Periode Inkubasi
Pengamatan periode inkubasi dilakukan setiap hari setelah aplikasi F. oxysporum
dengan cara mengamati gejala serangan F. oxysporum yang muncul pada setiap perlakuan. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui periode awal
munculnya gejala serangan penyakit pada tanaman.
Keparahan Penyakit
Pengamatan keparahan penyakit F. oxysporum dilakukan 4 kali yaitu pada 15, 30, 45, dan 60 hari setelah inokulasi hsi. Tanaman dibongkar dan umbi dicuci bersih
dengan air mengalir. Kemudian umbi dipotong secara melintang untuk menghitung keparahan penyakit layu fusarium dengan menggunakan rumus :
KP = 100
x NxZ
nxv
Dimana : KP= Keparahan Penyakit
n = Jumlah tanaman pada setiap scoring v = Nilai skala serangan penyakit tiap individu tanaman
Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan N = Jumlah tanaman yang diamati
Townsensd Hueberger 1948.
Universitas Sumatera Utara
Skala serangan yang digunakan adalah : Skala 0 = tidak ada gejala
Skala 1 = 10 akar busuk Skala 2 = 10-30 akar busuk, 10 daun bergejala layu
Skala 3 = 30-50 akar busuk, 30 daun layu Skala 4 = 50 akar busuk, 30 daun layu
Rengwalska Simon yang dimodifikasi, 1986. Pengamatan keparahan penyakit dilakukan sesuai dengan besarnya kerusakan
pada setiap tanaman, kemudian disesuaikan dengan rumus di atas. Kejadian Penyakit
Pengamatan terhadap kejadian penyakit dilakukan 15, 30, 45 dan 60 hari setelah inokulasi hsi yaitu dengan melihat gejala serangan secara visual. Kejadian
penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KjP =
x 100 Keterangan:
KjP = Kejadian Penyakit Fusarium oxysporum a = Jumlah tanaman yang terserang Fusarium oxysporum
b = Jumlah tanaman sehat Abbott, 1925.
Jumlah daun
Pengamatan jumlah daun dilakukan seminggu sekali yaitu dengan menghitung banyaknya jumlah daun yang tumbuh.
Universitas Sumatera Utara
Tinggi tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan penggaris. Tinggi tanaman dihitung dari pangkal batang sampai ujung daun yang
terpanjang.
Populasi Konidia Jamur
Populasi F. oxysporum
dihitung setiap kali melakukan pembongkaran tanaman, dengan menabur tanah sebanyak 0,5 gr dari setiap perlakuan pada media
Water Agar WA 2, kemudian dihitung jumlah koloni yang tumbuh.
Produksi
Penghitungan produksi dilakukan setiap kali melakukan pembongkaran tanaman yaitu 15, 30, 45, 60 dan 75 hsi dari masing-masing plot perlakuan. Produksi
dihitung dengan menggunakan rumus: Y
= kg
m x
L X
1000 10000
Y = Produksi dalam Tonha X = Produksi dalam Kgha
L = Luas plot m
2
Sudarsono dan Sujarman, 1981. Pengujian di laboratorium
Pengujian dilakukan
dengan cara
menanam biakan
murni Trichoderma
sp.,Gliocladium sp. dan F. oxysporum pada cawan petri berdiameter 9 cm. Pada kedua sisi cawan petri diberi tanda dengan spidol jarak 1 cm dari pinggir
Universitas Sumatera Utara
petri. Koloni jamur diambil dengan cork borer diameter 5 mm dan ditanam pada petri yang telah diberi tanda. Diamati pertumbuhan jamur pada 24 jam, 48 jam, 72 jam dan
96 jam setelah inokulasi Syahnen, 2006.
1 cm
Gambar : Uji antagonismeTrichoderma sp. Terhadap F. oxysporum Keterangan :
X = Jamur Trichoderma sp. Y= Jamur F. oxysporum
Presentase Zona Hambatan Pertumbuhan Pengamatan presentase zona penghambatan pertumbuhan dilakukan setiap
hari selama 4 hari. Presentase zona penghambatan pertumbuhan ini dapat dihitung dengan menggunakan humus :
P =
100 1
2 1
x r
r r
Fokkema, 1973
r2 r1
X y
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : P = Presentase zona penghambatan pertumbuhan
r1= Jari-jari patogen yang menjauhi antagonis r2= Jari-jari patogen yang mendekati antagonis
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Periode Inkubasi F. oxysporum sp. pada Tanaman Bawang Merah