V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. AnalisisDinamika Perubahan Penggunaan Lahan
Kota Bogor yang direncanakan sebagai “Kota dalam Taman”, dan
mempunyai RTH yang bervariasi dalam bentuk dan fungsi, dengan beragam pepohonan tuanya, dalam perkembangannya sebagai kota jasa, kota wisata dan
kota pendidikan telah mengalami perkembangan pembangunan yang cukup signifikan seiring laju pertumbuhan penduduk yang semakin pesat. Posisi kota
yang sangat strategis dengan berbagai aksesnya meningkatkan daya tarik sebagai kota bermukim
„dormitory town‟, dan berdampakmempertinggi intensitas pembangunan sarana prasarana kota, meningkatkan kebutuhan
lahan, dan memberi peluang terjadinya alih fungsi lahan alami menjadi kawasan terbangun sebagai solusinya.
Di balik potensi bentukan lanskap alami kota yang secara visual menarik ini ternyata diikuti oleh sejumlah kendala yang membatasi pembangunan kota,
karena beberapa bagian wilayah kota cukup rawan terhadap bahaya longsor Kecamatan Bogor Selatan, banjir dan pencemaran udara Kecamatan Bogor
Tengah dan Bogor Utara. Dari segi jumlah penduduknya, Kota penelitian mengalami peningkatan yang signifikans dengan rata-2 laju pertumbuhan
penduduk periode 1995-2000 sebesar 1,99, sedangkan periode 2000-2006 sebesar 3,52. Jumlah penduduk merupakanaspek penting dalam perencanaan
pengelolaan kota karena sebagian besar permasalahan lingkungan berawal dari kependudukan.
Laju pertambahan penduduk yang semakin tinggi dari waktu ke waktu selain akan mempertinggi laju alih fungsi lahan juga akan
membawa dampak ikutan seperti meningkatnya pemilikan kendaraan dan kepadatan lalu lintas jalan. Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa
Kota Bogor sedang menuju pada pembangunan yang tidak berkelanjutan, sehingga jika tidak segera ada intervensi kebijakan, maka degradasi kualitas
lingkungan akan semakin sulit diatasi.Hasil kajian pertumbuhan penduduk dalam penelitian ini menunjukkan fenomena yang memperkuat penemuan Suryadi
2008 dari hasil analisis dinamika penduduk yang menunjukkan kecenderungan kenaikan pada titik optimum yaitu 27.38 untuk periode 1985-2020. Peningkatan
jumlah penduduk ini tidak diikuti dengan perencanaan penggunaan lahan yang terencana dengan baik.Saturation model dinamika penduduk Kota Bogor hasil
analisis regresi berganda mempunyai persamaan :Y = -463.37X
2
+ 2E + 0.6 X –
2E + 0.9 X, dengan R
2
= 0,9567. Berdasarkan model tersebut diprediksikan jumlah penduduk Kota Bogor tahun 1985-2020interval lima tahunan berturut-
turut sebesar: 420.000, 535.000, 630.000, 730.000, 850.000, 970.000, 1.076.000 dan 1.120.000 jiwa Suryadi, 2008. Dengan demikian Kota Bogor jika ditinjau
dari tipe kota menurut jumlah penduduknya sudah termasuk ke dalam tipe Kota Besar PU, 2008 yang diprediksikan akan mencapai jumlah 1.120.000 jiwa pada
tahun 2020. Jumlah penduduk tersebut mempunyai kecenderunganmenyebar pada
setiap kecamatan dengan jumlah terbesar pada Kecamatan Bogor Barat, yang merupakan kecamatan terluas di Kota Bogor, sedangkan terendah di Kecamatan
Bogor Timur.Kepadatan penduduk meningkat dari 5.005 jiwakm
2
1999 menjadi 7,419 jiwakm
2
2006.Kecamatan dengan kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Bogor Tengah, dengan kepadatan 12.840 jiwakm
2
, meningkat hingga 13,047 jiwakm
2
2006, sedangkan terendah pada Kecamatan Bogor Selatan, sebesar 5300 jiwakm
2
.Pertumbuhan penduduk ini berdampak pada meningkatnya kebutuhan lahan pemukiman di Kota Bogor yang semakin memarjinalisasikan
keberadaan RTH kota.Hasil penelitian Suryadi 2008mengemukakan hasil analisis regresi berganda berupa saturation model dinamika luas permukiman
Kota dengan persamaan : Y = 2.0104 X
2
-7875.4X + 8E + 0,6, dengan R
2
= 0,967. Berdasarkan model tersebut luas permukiman Kota Bogor dalam RTRW
2003 1999-2009 sudah terlampaui, denganluas permukiman yang sudah dibangun hingga tahun 2012 mencapai 8300 ha. Berdasarkan fakta ini, maka
intervensi kebijakan penataan lahan harus sudah dilakukan sebelum tahun 2015, untuk mengantisipasi perkembangan luas permukiman tersebut; dan apabila
tidak segera dilakukan, maka akan berdampak pada menurunnya luasan lahan terbuka dan kebun campuran akibat dialih fungsikan menjadi kawasan
permukiman lahan terbangun lainnya.
5.2. Analisis PerubahanPenggunaan Lahan.