Pembalakan Liar di Kawasan Blitar

gua mbul tuk di kawasan pantai selatan yang juga mmeiliki nilai sejarah. Selain wisata alam juga terdapat wisata sejarah seperti monument trisula, makam dan perpustakaan bung Karno. Dan masih bayak lagi wisata lainnya yang menarik. Dengn kondisi alam yang sangat indah dan potensi wisata yang indah, Blitar kerap kali di kunjungi oleh wisatawan dari luar daerah, luar pulau bahkan luar negeri. Namun saying, wilayah hutan di kabupaten blitar beberapa tahun terakhir dikabarkan semakin berkurang akibat pembalakan liar. Hal inilah yang akan ai bahas lebih lanjut dalam makalah ini.

3. Pembalakan Liar di Kawasan Blitar

Penebangan liar disepanjang jalan sekitar Kab. Blitar, belakangan ini mulai sering terjadi. Bahkan, penebangan yang diduga hanya demi kepentingan pribadi ini terkesan dilindungi oknum dari Dinas PU Kab. Blitar. Penebangan dengan dalih mengganggu para pengguna jalan dan demi kepentingan umum ini, dilakukan oleh Suparji petugas PPL Penyuluh Pertanian Lapangan yang mengaku sudah mendapat restu dari Dinas PU Kab. Blitar. ”Saya sudah ajukan proposal permintaan bantuan ke PU sudah di setujui dan sudah disurvey oleh petugas dari Dinas PU, namun persetujuan itu hanya melalui telepon” terang Suparji. Penebangan pohon jenis Sono, Mahoni, Asam Jawa yang tumbuh di sepanjang jalan hingga kebeberapa Kecamatan di Kab. Blitar ini, bisa mengakibatkan tanah longsor. Namun, sayangnya Pemda Kab. Blitar seperti tutup mata, walaupun penebangan pohon disepanjang jalan tersebut sudah menjadi rahasia umum. Seperti halnya yang terjadi di beberapa tempat, telah terjadi aksi penebangan pohon tanpa didahului dengan reboisasi terlebih dahulu. Salah satunya di Kecamatan Doko Desa Saru, tepatnya di titik rawan longsor. Dinas PU Kab. Blitar ketika dikonfirmasi Kriminal Plus, melalui Sekretarisnya Bayu mengatakan, ”Memang benar kami telah memberikan ijin penebangan pohon mahoni kepada Suparji melalui telepon, juga ijin tertulisnya sudah ada” terangnya. Tetapi ketika diminta menunjukan surat resminya, Bayu mengelak ”Siang- siang aja mas nanti dilihat soale saya masih akan ada kegiatan” lanjutnya. Bayu juga menambahkan bahwa “Hal semacam itu ijin disetujui by phone kadang kala dilakukan bilamana hari libur atau keadaan mendesak, itu bisa dilakukan, hal itu sudah biasa ”. Dan itu tidak mengganggu kelestarian mas. Kami akan menggantinya dengan tanaman baru”. Sementara menanggapi hal si penebang kayu belum bisa menunjukan surat ijin penebangan dari Dinas, ”Mungkin ada keterlambatan Mas” jawab Bayu. Aksi penebangan pohon mahoni ini mendapat perhatian yang serius dari LSM KPH KOMUNITAS PEDULI HIJAU.”Kami akan meluruskan masalah ini sampai tuntas, bilamana di temukan unsur pidana, kami akan laporkan ke pihak berwajib”, jelas Heru Setiyawan Investigator KPH. Selain berita tersebut, berita yang tak kalah mengejutkannya adalah adanya berita yang menyebutkan bahwa oknum perhutami ikut pula mendalangi kasus pembalakan liar tersebut. Ratusan hektar hutan jati di kawasan KPH Perhutani Ngrejo Kecamatan Bakung, Kabupaten Blitar menjadi ajang pembalakan liar. Sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Blitar Selatan GRBS menyampaikan bahwa aksi liar yang berlangsung sejak tahun 2012 tersebut didalangi oknum mantri hutan perhutani. “Otaknya oknum perhutani sendiri. Dia yang membabat dan mengambil keuntungan pribadi, “ujar juru bicara GRBS Wasis Kunto Atmojo kepada wartawan.Dengan mengendarai sekitar sepuluh truk, massa mendatangi gedung DPRD Kabupaten Blitar. Setelah berorasi, massa diterima perwakilan dewan. Dihadapan legislatif, Wasis menjelaskan bahwa pembalakan terjadi di banyak lokasi. Sejak tahun 2012 praktik ilegal logging tersebut berlangsung hingga kini. Pohon jati ditebang secara serampangan. Untuk membuat kesan adanya aksi pencurian, kayu jenis jati sengaja dibiarkan berserakan. “Padahal yang melakukan adalah orang orang suruhan si oknum sendiri, “jelas Wasis. Dalam keadaan sepi, kayu tersebut kemudian diangkut untuk dibawa ke penadah. “Ada sejumlah perusahaan mebelair yang selama ini menjadi penadahnya, “papar Wasis. Yang meresahkan masyarakat sekitar hutan, lanjut Wasis, warga kerap dituduh sebagai pelaku ilegal logging. Bahkan, hanya mengambil ranting untuk kayu bakar, warga dilaporkan ke kepolisian. “Ini tidak adil. Hanya mengambil kayu bakar, masyarakat ditangkap, sementara yang mencuri besar besaran justru dibiarkan begitu saja. Kami meminta keadilan, “tegas Wasis. Menanggapi hal itu Komisi I dan II DPRD berjanji segera turun ke lapangan. Legislatif. Komisi terkait juga akan mengeluarkan rekomendasi ke pimpinan untuk membentuk tim investigasi. “Sebelumnya kita juga akan meminta konfirmasi ke aparat kepolisian. Apakah memang ada warga yang ditangkap karena mengambil ranting hutan, “ujar Ketua Komisi II M Ansori.

B. Masalah lingkungan yang terjadi di Surabaya