Analisis Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Kerajinan Tangan)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN DELI SERDANG

(STUDI KASUS: KERAJINAN TANGAN)

OLEH

Deliana Rehulina Barus 110501048

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRACT

The purpose of this research is for analyzing the developing of the creative economy in Deli Serdang Regency with using descriptive qualitatif and quantitatif.. To determine this sample, it will be using purposive sampling method. This research is using primary data with questioner interview for 30 respondents of creative industry in Deli Serdang Regency.

The result of this research is the developing of the creative economy in Deli Serdang which it is capable of taking labors over 1-30 labor for industry of handycrafts, and capable of creating of the average revenue Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 for month . This research is using SWOT Analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) for determine strategy of the developing of craetive economy in Deli Serdang.

There are 5 important strategy in the development of creative economy in Deli Serdang, including: introducing creative products to the local and international community with the use of technology and information of the present, following the training so the labor more creative, creates a unique product so that the price of product is competitive on the market, develop design creative product more and diverse with the use of the tool production complete.

Keywords: Creative Economi, SWOT Analysis, Development, The Development Strategy


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner wawancara terhadap 30 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian ini yaitu pengembangan ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang mampu menyerap 1-30 tenaga kerja pada industri kerajinan dan pendapatan rata-rata sebesar Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 setiap bulannya. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang.

Terdapat 5 strategi penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang, diantaranya: lebih memperkenalkan produk usaha kreatif kepada masyarakat lokal maupun internasional dengan memanfaatkan teknologi dan informasi masa kini, mengikuti pelatihan terkait usaha kreatif sehingga tenaga kerja lebih terampil, menciptakan produk yang unik sehingga harga produk bersaing di pasar, mengembangkan desain produk usaha kreatif menjadi lebih banyak atau beragam dengan memanfaatkan alat produksi yang lengkap.

Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Analisis SWOT, Pengembangan, Strategi Pengembangan


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana di program strata 1 departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang” tentunya masih terdapat banyak kekurangan, maka penulis dengan terbuka mengharapkan masukan dari berbagai pihak.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan berupa dorongan semangat maupun sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tiada terhingga kepada semua pihak terutama kepada:

1. Ibunda tersayang R. Tarigan, yang selalu memberikan doa, perhatian, didikan, nasihat, dan seluruh dukungan baik moril maupun materi kepada penulis. Sehingga penulis selalu tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua, dan kepada Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua, dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan kritikan selama dalam pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku dosen penguji I yang telah memberi saran dan masukan yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

7. Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara khusunya Departemen Ekonomi Pembangunan. 9. Kepada teman-teman Ekonomi Pembangunan 2011 dan kepada seluruh pihak

yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Agustus 2015 Hormat Saya

( Deliana Rehulina Barus ) 110501048


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Kreatif ... 9

2.1.1 Pengertian Ekonomi ... 9

2.1.2 Pengertian Ekonomi Kreatif ... 9

2.1.3 Peranan Ekonomi Kreatif ... 14

2.1.4 Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 17

2.2 Industri Kreatif ... 19

2.3 Ketenagakerjaan ... 20

2.3.1 Teori Ketenagakerjaan ... 20

2.3.2 Konsep Ketenagakerjaan ... 23

2.4 Penelitian Terdahulu ... 25

2.5 Kerangka Konseptual... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.3 Batasan Operasional ... 29

3.4 Defenisi Operasional ... 29

3.5 Populasi dan Sampel ... 30

3.5.1 Populasi... 30

3.5.2 Sampel ... 30

3.6 Jenis Data ... 31

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 32

3.8 Teknik Analisis ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Kabupaten Deli Serdang ... 45

4.1.1 Kondisi Geografis ... 45

4.1.2 Kondisi Demografis ... 45

4.2 Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang ... 47


(7)

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 50

4.4.1 Karakteristik Responden ... 50

4.4.1.1 Karakteristik Responden Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Usia... 51

4.4.1.2 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Jenis Kelamin Responden ... 51

4.4.1.3 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Lama Usaha Responden ... 52

4.4.1.4 Komposisi Usaha Ekonomi Kreatif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden ... 53

4.4.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 54

4.4.2.1 Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Aspek Tenaga Kerja ... 54

4.4.2.2 Pengembangan Ekonomi Kreatif dari Aspek Pendapatan Perbulan ... 58

4.4.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang ... 60

4.4.4 Strategi Pengembangan Ekonomi Kreatif ... 65

4.4.4.1 Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) ... 65

4.4.4.2 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 66

4.4.4.3 Matriks SWOT ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Alasan Pengembangan Ekonomi Kreatif Perlu Dilakukan ... 17 2.2 Kerangka Konseptual ... 28 3.1 Matriks SWOT Kuantitatif ... 42 4.1 PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Berlaku

Tahun 2011-2013 dan Harga Konstan Tahun 2000

(Milyar/Rupiah) ... 39 4.2 Hasil Analisis Matriks SWOT Kuantitatif ... 70


(9)

DAFTAR TABEL

No Gambar Judul Halaman

3.1 Sifat Faktor Eksternal dan Faktor Internal... 33

3.2 Pengertian Nilai (Peringkat) Faktor Internal ... 35

3.3 Nilai Peringkat (Rating) Faktor Internal ... 36

3.4 Matriks Faktor Internal ... 36

3.5 Pengertian Nilai (Peringkat) Faktor Eksternal ... 38

3.6 Nilai Peringkat (Rating) Faktor Eksternal ... 38

3.7 Matriks Faktor Eksternal ... 39

3.8 Model Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) ... 40

3.9 Model Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 41

3.10 Matriks SWOT Kualitatif ... 42

4.1 Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang 2013 ... 46

4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin ... 47

4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera Utara dan Nasional ... 49

4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Responden ... 51

4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Lama Usaha ... 53

4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

4.8 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja Tahun 2012-2014 ... 55

4.9 Banyaknya Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Kerajinan Kreatif Tahun 2012-2014 ... 56

4.10 Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perbulan... 59

4.11 Persepsi Responden Terhadap Kondisi Internal Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang ... 62

4.12 Persepsi Responden Terhadap Kondisi Eksternal Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang ... 64

4.13 Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI) ... 65

4.14 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 66

4.15 Rumusan Matriks SWOT ... 67


(10)

ABSTRACT

The purpose of this research is for analyzing the developing of the creative economy in Deli Serdang Regency with using descriptive qualitatif and quantitatif.. To determine this sample, it will be using purposive sampling method. This research is using primary data with questioner interview for 30 respondents of creative industry in Deli Serdang Regency.

The result of this research is the developing of the creative economy in Deli Serdang which it is capable of taking labors over 1-30 labor for industry of handycrafts, and capable of creating of the average revenue Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 for month . This research is using SWOT Analysis (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) for determine strategy of the developing of craetive economy in Deli Serdang.

There are 5 important strategy in the development of creative economy in Deli Serdang, including: introducing creative products to the local and international community with the use of technology and information of the present, following the training so the labor more creative, creates a unique product so that the price of product is competitive on the market, develop design creative product more and diverse with the use of the tool production complete.

Keywords: Creative Economi, SWOT Analysis, Development, The Development Strategy


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dalam penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini menggunakan data primer dengan kuesioner wawancara terhadap 30 responden usaha ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian ini yaitu pengembangan ekonomi kreatif yang berada di Kabupaten Deli Serdang mampu menyerap 1-30 tenaga kerja pada industri kerajinan dan pendapatan rata-rata sebesar Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 setiap bulannya. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) untuk mengetahui strategi yang tepat dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang.

Terdapat 5 strategi penting dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang, diantaranya: lebih memperkenalkan produk usaha kreatif kepada masyarakat lokal maupun internasional dengan memanfaatkan teknologi dan informasi masa kini, mengikuti pelatihan terkait usaha kreatif sehingga tenaga kerja lebih terampil, menciptakan produk yang unik sehingga harga produk bersaing di pasar, mengembangkan desain produk usaha kreatif menjadi lebih banyak atau beragam dengan memanfaatkan alat produksi yang lengkap.

Kata Kunci: Ekonomi Kreatif, Analisis SWOT, Pengembangan, Strategi Pengembangan


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Indonesia telah mengalami krisis ekonomi yang menyebabkan jatuhnya perekonomian nasional. Banyak usaha-usaha skala besar pada berbagai sektor termasuk industri, perdagangan, dan jasa yang mengalami stagnasi bahkan sampai terhenti aktivitasnya pada tahun 1998. Namun, jenis usaha sektor industri dapat bertahan dan menjadi pemulih perekonomian di tengah keterpurukan akibat krisis moneter pada berbagai sektor ekonomi.

Dalam kurun waktu yang cukup lama, perkembangan ekonomi Indonesia kini dihadapkan pada era ekonomi baru yaitu era informasi yang disertai dengan banyaknya penemuan baru dibidang teknologi informasi dan komunikasi serta globalisasi ekonomi. Di samping pola-pola ekonomi yang terus berubah, inovasi teknologi dan kreativitas ilmu pengetahuan juga telah menggeser orientasi ekonomi, dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri, ekonomi jasa, ekonomi informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

Ekonomi kreatif adalah suatu konsep berbasis aset kreativitas yang secara potensial menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan ekonomi (Suryana, 2013: 37). Ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan penerimaan ekspor. Selain itu, ekonomi kreatif juga dapat mempromosikan aspek-aspek sosial (social inclusion), ragam budaya, dan pengembangan sumber daya manusia.

Inti dari ekonomi kreatif adalah industri kreatif yang melakukan proses penciptaan melalui penelitian dan pengembangan (reseaarch and development). Kekuatan industri kreatif terletak pada riset dan pengembangan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru yang bersifat komersial. Seperti


(13)

dikemukakan oleh Howkins (2001), bahwa awal tahun 2001 mulai memasuki gelombang ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif melalui penciptaan barang dan jasa baru nonrill yang sangat komersial, seperti hak kekayaan intelektual, hak cipta, paten, royalti, merek dagang, dan desain baru.

Ekonomi kreatif berkembang tidak hanya terbatas pada produk barang dan jasa, tetapi juga pada produk-produk seni budaya dan usaha kerajinan (seperti seni pertunjukan, seni lukis, seni patung, seni tari, seni suara, seni desain, dan seni kreasi lainnya). Produk kreatif juga tidak hanya berkembang pada industri kecil dan kerajinan, tetapi juga pada berbagai bidang dan jenis industri, baik kecil, menengah, maupun besar (Suryana, 2013: 5).

Secara umum, alasan kuat mengapa industri kreatif perlu untuk dikembangkan disebabkan pengaruh dari setiap sektor industri kreatif ini memiliki kontribusi yang signifikan bagi perekonomian suatu negara yang dapat menciptakan iklim bisnis yang baik serta memperkuat citra dan identitas suatu bangsa dalam pemanfaatan sumber daya yang terbarukan yang memiliki dampak sosial dan positif.

Menurut data dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif selama 2010-2014 industri kreatif memberikan kontribusi rata-rata 7,13 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Data Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif juga menunjukkan kian menguatnya peranan sektor tersebut. Pada 2010, sumbangan ekonomi kreatif terhadap PDB tercatat sebesar Rp473 triliun, sementara pada 2013 jumlahnya mencapai Rp641 triliun. Penyerapan tenaga kerja pun cukup tinggi oleh sektor industri ini mencapai kisaran angka 11 juta hingga 12 juta jiwa di Indonesia.


(14)

Negara-negara maju mulai menyadari bahwa saat ini mereka tidak bisa hanya mengandalkan bidang industri sebagai sumber ekonomi di negaranya tetapi mereka harus lebih mengandalkan sumber daya manusia yang kreatif karena kreativitas manusia itu berasal dari daya pikirnya yang menjadi modal dasar untuk menciptakan inovasi dalam menghadapi daya saing atau kompetisi pasar yang semakin besar. Sehingga pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan informasi dan kreativitas yang populer dengan sebutan Ekonomi Kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut Industri Kreatif (Wijayanti, 2013).

Di negara maju seperti Australia, pada awal 1990-an timbul persoalan mengenai mekanisme pendanaan yang berkaitan dengan kebijakan sektor seni dan budaya, sehingga muncullah istilah ketika itu “Creative Nation” yang dikeluarkan Australia. Tetapi istilah ini benar-benar terangkat ketika Department of Culture, Media, and Sport (DCMS) United Kingdom (Inggris) mendirikan Cr eative Industries Task Force pada tahun 1997. Kemudian DCMS Creative Industries Task Force (1998) merumuskan defenisi sebagai berikut: “Creative Industries as those industries which have their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploitation of intellectual property and content” (Efendi, 2014).

Di ASEAN seperti Singapura, pada Desember 2001 Pemerintah Singapura membentuk The Economic Review Committee (ERC) yang bertugas untuk menghasilkan suatu formulasi restrukturisasi ekonomi Singapura ke depan. ERC kemudian membentuk beberapa Komite dan Sub Komite, dan dibawahnya lagi ada working group yang salah satunya adalah Creative Industries Working Group (CIWG). Dalam hal ini, Singapura mendefenisikan industri kreatif sebagai


(15)

industri yang menekankan pada originalitas kreatifitas individu, keahlian dan bakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan serta menciptakan lapangan kerja (Wardhana, 2010).

Dari sisi ekonomi, industri kreatif Singapura ini berkontribusi sekitar 3,6 persen terhadap GDP 2008, menyerap sebanyak 114.600 tenaga dan menghasilkan nilai tambah sebesar 9,2 milliar dolar Singapura. Karena itu Singapura meningkatkan kepeduliannya terhadap industri kreatif dengan membuka program-program pendidikan terkait, penyelenggaraan berbagai kompetisi untuk desain-desain baru, pengembangan penelitian dan kajian, serta skema bantuan insentif untuk pengembangan industri kreatif (Ibid).

Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa, Presiden RI telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif Tahun 2009-2015. Untuk itu dalam rangka mengentaskan pengangguran dan kemiskinan diperlukan pengembangan ekonomi kreatif guna mengatasi jumlah kemiskinan agar tidak semakin bertambah. Pengembangan ekonomi kreatif banyak ditentukan oleh perkembangan industri-industri kreatif di tanah air (LEMHANNAS, 2012).

Menurut Bank Dunia tahun 1999, ekonomi kreatif berkontribusi 7,3 persen terhadap ekonomi Global (Howkins, 2001). Industri kreatif telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan, dengan kata lain mampu mengurangi tingkat pengangguran.

Industri kreatif Indonesia tahun 2002-2006 rata-rata mampu menyerap 5,4 juta tenaga kerja dengan tingkat partisipasi tenaga kerja nasional sebesar 5,79 persen dan dengan tingkat produktivitas tenaga kerja per kapita Rp 19.466.000 per tahun (Departemen Perdagangan, 2008: 27).


(16)

Permasalahan ekonomi dan sosial seperti kemiskinan dan pengangguran dapat diatasi dengan pengembangan ekonomi kreatif. Dalam hal ini, dibutuhkan strategi pengembangan ekonomi kreatif pada sektor tradisional yaitu di pedesaan dan sektor informal yaitu di perkotaan.

Pengembangan ekonomi kreatif sektor tradisional di pedesaan dapat dilakukan dengan cara menciptakan industri-industri pengolahan hasil pertanian, perkebunan, kelautan, peternakan, pertambangan arau galian. Masyarakat di pedesaan perlu didorong umtuk menciptakan nilai tambah dari setiap produk yang dihasilkannya dan pemerintah menciptakan infrastruktur dan sarana produksi untuk mengolah hasil-hasil produksi di pedesaan. Masyarakat di pedesaan perlu pelatihan dan prasarana untuk pengembangan bahan baku lokal yang sesuai dengan potensi daerahnya masing-masing (Suryana, 2013: 207).

Pengembangan ekonomi kreatif di perkotaan dimana terdapat sektor-sektor informal dapat dilakukan melalui penguatan dan pengembangan modal intelektual industri kecil dan menengah informal yang dilakukan melalui pembinaan yang mengarah pada kreasi baru dan nilai tambah baru untuk menghasilkan kekayaan intelektual, seperti paten, merek dagang, royalti, desain yang bahan dasarnya dari pedesaan. Misalnya, produk yang dihasilkan di pedesaan diberi merek, dipatenkan, dan dikomersialisasikan di perkotaan. Produk-produk yang berasal dari pedesaan (seperti: rotan, batik, tempe, dan produk pertanian lainnya) bisa dipatenkan di perkotaan, seperti halnya produk dari negara-negara berkembang yang dipatenkan di negara maju.

Ada 14 sektor yang bisa mendorong laju ekonomi kreatif di Indonesia, yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, pakaian, video/film/fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan


(17)

percetakan, layanan komputer dan perangkat lunak, televisi dan radio, riset dan pengembangan (Departemen Perdagangan RI, 2008: 4).

Kabupaten Deli Serdang juga sudah mengembangkan ekonomi kreatif. Dari 14 sektor yang telah disebutkan di atas, Kabupaten Deli Serdang mendominasi dalam pasar barang seni, kerajinan, desain dan pakaian. Jenis industri di Kabupaten Deli Serdang yang dalam tahun terakhir ini tumbuh dengan pesat adalah industri kerajinan tangan. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa industri kerajinan tangan selalu masuk menjadi produk unggulan Kabupaten Deli Serdang, walaupun masing-masing penelitian tersebut menggunakan indikator atau kriteria produk unggulan yang berbeda satu sama lain. Salah satu jenis produk unggulan di wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah komoditi sapu ijuk, yang terfokus di daerah Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa (Sugiatno, 2011).

Di daerah ini puluhan perajin sapu ijuk. Mereka bergerak di rumahnya masing-masing. Dengan kata lain, usaha mereka tersebut dapat digolongkan pada industri rumahan. Industri sapu ijuk ini merupakan salah satu industri kreatif yang mampu menyerap tenaga kerja. Sektor industri sapu ijuk ini cukup potensial, lapangan usaha di sektor ini setiap tahun mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan usaha kerajinan sapu ijuk yang merupakan produk asli daerah tersebut dikembangkan menjadi produk unggulan daerah yang cukup memberi kontribusi terhadap aktivitas ekonomi daerah.

Maka, berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Pengembangan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Deli Serdang”.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dibuat untuk lebih mempermudah dan membuat lebih sistematis penulisan skripsi ini serta diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil keputusan dari akhir penulisan skripsi ini. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peranan ekonomi kreatif pada pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana strategi untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis peranan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. 2. Menganalisis strategi yang baik untuk mengembangkan ekonomi

kreatif di Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dalam mengembangkan usaha kreatif guna meningkatkan nilai ekonomi negara.


(19)

2. Sebagai sumbangan pemikiran bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan.

3. Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus pembanding, hasil-hasil penelitian yang sudah ada menyangkut topik yang sama.

4. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekonomi Kreatif

2.1.1. Pengertian Ekonomi

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti keluarga, rumah tangga dan nomo yang berarti peraturan, aturan, hukum. Secara garis besar, ekonomi adalah aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga (Wikipedia).

Menurut Samuelson ekonomi merupakan cara-cara yang dilakukan manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Menurut Adam Smith, ekonomi adalah ilmu kekayaan atau ilmu yang khusus mempelajari sarana-sarana kekayaan suatu bangsa dengan memusatkan perhatian secara khusus terhadap sebab-sebab material dari kemakmuran, seperti hasil-hasil industri, pertanian, dan sebagainya.

Menurut penulis sendiri, ekonomi adalah cara-cara yang dilakukan manusia, baik individu maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mempergunakan sumber daya alam yang ada dengan tujuan untuk memperoleh kesejahteraan atau kemakmuran.

2.1.2. Pengertian Ekonomi Kreatif

Menurut Wikipedia, kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya dianggap memiliki keaslian dan


(21)

kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru (Syafrizal, 2011: 32).

Menurut Howkins, kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan yang baru (Suryana, 2013: 21). Kreativitas muncul apabila seseorang berkata, mengerjakan, dan membuat sesuatu yang baru, baik dalam pengertian menciptakan sesuatu dari yang tadinya tidak ada maupun dalam pengertian memberikan karakter baru pada sesuatu.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta/berkreasi. Memiliki kreativitas berarti kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Kreativitas bukan hanya sekedar keberuntungan tetapi merupakan kerja keras yang disadari (Syafrizal, 2011: 33).

Defenisi yang hampir sama dikemukakan oleh UNCTAD dan UNDP (2008: 10), bahwa kreativitas sebagai proses dimana ide-ide dihasilkan, terinterelasi, dan ditransformasikan ke dalam sesuatu yang bernilai (creativity can also be defined as the process by which ideas are generated, connected, and transformed into things that are valued). Seperti dikemukakan oleh Howkins (Suryana, 2013: 21), bahwa kreativitas dalam bentuk gagasan, ide-ide, dan mimpi-mimpi saja tidak memiliki nilai ekonomi, dan akan memiliki nilai ekonomi bila diwujudkan dalam bentuk produk-produk yang dapat diperdagangkan atau dikomersialisasikan. Maka dari itu, kreativitas memerlukan pasar, penjual, pembeli yang aktif, perlindungan hukum, aturan, dan kontrak.

Menurut Kelompok Kerja Desain Power Kementerian Perdagangan RI dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2010 – 2014 (Kementerian Perdagangan RI, 2009: 4) ekonomi kreatif adalah era ekonomi yang baru yang


(22)

mengutamakan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi.

Sementara itu, klasifikasi industri kreatif menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008), terdapat 14 subsektor industri yang berbasis kreativitas, meliputi:

Pertama, Periklanan: kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, promosi kampanye, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elekronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar.

Kedua, Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa desain bangunan, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan, pengawasan konstruksi baik secara menyeluruh dari level makro (Town planning, urban design, landscape architecture) sampai dengan level mikro (detail konstruksi, misalnya: arsitektur taman, desain interior).

Ketiga, Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan, dan internet.

Keempat, Kerajinan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai dengan proses penyelesaian produknya, antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, kulit, rotan, bambu, kayu, kaca, porselin, kain, marmer, tanah liat, dan sebagainya. Produk kerajinan pada umumnya hanya produksi dalam jumlah yang relatif kecil.


(23)

Kelima, Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan.

Keenam, Fashion: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultansi lini produk fesyen, serta distribusi produk fesyen.

Ketujuh, Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi film.

Kedelapan, Permainan Interaktif: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Subsektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi.

Kesembilan, Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi/komposisi, pertunjukan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara.

Kesepuluh, Seni Pertunjukan: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukan (misal: pertunjukan balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, musik etnik), desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung, dan tata pencahayaan.

Kesebelas, Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga


(24)

mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko, cek, giro, surat andil, obligasi surat saham, surat berharga lainnya, passport, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, formulir, poster, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film.

Keduabelas, Layanan Komputer dan Piranti Lunak: kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi termasuk jasa layanan komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya.

Ketigabelas, Televisi dan Radio: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti: games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar kembali) siaran radio dan televisi.

Keempatbelas, Riset dan Pengembangan: kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi serta penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar, termasuk yang berkaitan dengan humaniora seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra dan seni; serta jasa konsultasi bisnis dan manajemen.

Inti atau jantungnya ekonomi kreatif adalah industri kreatif (at the heart of the creative economy are the creative industries) (UNCTAD dan UNDP, Summary Creative Economics 2008: 11-12; Creative Economy Report, 2008: 4).


(25)

Inti utama ekonomi kreatif adalah industri kreatif yang melakukan proses penciptaan melalui penelitian dan pengembangan (research and development). Kekuatan industri kreatif terletak pada riset dan pengembangan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa baru yang bersifat komersial. Dengan stock knowledge yang dimiliki para intelektual melahirkan ide-ide atau gagasan-gagasan, inspirasi-inspirasi, dan khayalan-khayalan (dreams) yang diwujudkan dalam bentuk kekayaan intelektual seperti desain, merek dagang, paten, hak cipta, dan royati (Suryana, 2013: 36).

2.1.3. Peranan Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif berperan dalam perekonomian suatu bangsa terutama dalam mengahasilkan pendapatan (income generation), menciptakan lapangan kerja (job creation) dan meningkatkan penerimaan hasil ekspor (export earning), meningkatkan teknologi (technology development), menambah kekayaan intelektual (intelectual property), dan peran sosial lainnya. Oleh sebab itu, ekonomi kreatif dapat dipandang sebagai penggerak pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu bangsa (Suryana, 2013: 36).

Menurut UNCTAD dan UNDP, secara potensial ekonomi kreatif berperan dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan pendapatan, penciptaan lapangan kerja, dan penerimaan ekspor. Selain itu, ekonomi kreatif juga dapat mempromosikan aspek-aspek sosial (social inclusion), ragam budaya, dan pengembangan sumber daya manusia.


(26)

b. Ekonomi kreatif memupuk ekonomi, budaya, dan aspek-aspek sosial yang saling berhubungan dengan teknologi, kekayaan intelektual, dan tujuan-tujuan wisata.

c. Merupakan seperangkat ilmu pengetahuan yang berbasis aktivitas ekonomi dengan suatu dimensi perkembangan dan keterkaitan antara tingkat makro dan mikro untuk ekonomi secara keseluruhan.

d. Ini adalah salah satu pilihan pengembangan yang layak untuk menggugah inovasi yang multidisiplin, respons kebijakan dan tindakan antarkementrian. e. Di dalam jantung ekonomi kreatif terdapat industri-industri kreatif (at the

heart of the creative economy are the creative industries).

Pendekatan lain dari peran kreativitas adalah bahwa keativitas dipandang sebagai alat ukur untuk proses sosial. Kreativitas dapat menigkatkan nilai ekonomi seperti pendapatan, kesempatan kerja, dan kesejahteraan, yang pada gilirannya dapat mengurangi permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, rendahnya pendidikan, kesehatan, ketimpangan, dan persoalan ketidakstabilan sosial lainnya.

Secara teori ekonomi pembangunan, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang didukung oleh pertumbuhan sektor industri akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja yang pada gilirannya akan memperluas kesempatan kerja. Meningkatnya kesempatan kerja baru akan mendorong tingkat pendapatan masyarakat, sehingga daya beli masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, perluasan kesempatan kerja berarti berkurangnya pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan menurunkan tingkat kemiskinan (Prasetyo, 2008).


(27)

Selanjutnya, kesempatan yang sama harus dapat diberikan melalui kebijakan dan regulasi serta iklim usaha yang sehat dalam persaingan antar industri kecil dan usaha besar di Indonesia, karena pemberantasan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja dirasakan akan lebih berhasil daripada penyediaan output. Dengan kata lain, fungsi dan peran industri kecil dapat diakui telah terbukti tahan banting dan lebih kebal terhadap krisis, serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Dengan demikian, peran industri kecil dapat dijadikan sebagai ujung tombak penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.

2.1.4. Pengembangan Ekonomi Kreatif

Pengembangan ekonomi kreatif didasarkan pada fungsi, peran, dan kontribusi ekonomi kreatif terhadap aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut Departemen Perdagangan RI (2008: 24), ada enam alasan mengapa ekonomi kreatif perlu dikembangkan, yaitu sebagai berikut.

Gambar 2.1 Alasan Pengembangan ekonomi kreatif perlu dilakukan Sumber: Departemen Perdagangan, Pengembangan Ekonomi Kreatif 2025


(28)

Dengan pengembangan ekonomi kreatif banyak manfaat yang dapat dihasilkan, seperti penggalian terhadap potensi-potensi lokal dan pemberian manfaat nonekonomi lain, seperti pemeliharaan dan pengembangan nilai budaya serta warisan budaya, peningkatan kualitas hidup, dan toleransi sosial, peningkatan kepariwisataan, sumber daya terbarukan serta peningkatan terhadap citra dan identitas bangsa.

Sejak pemerintahan Orde Baru, kekayaan budaya dan sumber daya alam sudah menjadi modal dasar pembangunan nasional. Sekarang harus menjadi modal dasar pengembangan ekonomi kreatif. Menurut Suryana (2013), ada beberapa bidang yang dapat dikembangkan secara kreatif diantaranya sebagai berikut:

1. Bidang kepariwisataan (wisata air, wisata pantai, wisata pegunungan, wisata sungai, wisata bahari (laut), wisata olahraga, wisata belanja, dan agrowisata. 2. Bidang budaya yang meliputi cagar budaya, warisan budaya, dan seni

budaya.

3. Bidang pengelolaan hasil sumber daya (tambang), meliputi hasil pertambangan logam, tanah liat, nikel, minyak bumi, dan bahan mineral lainnya. Hasil tambang ini bisa dibuat berbagai jenis dan model barang. 4. Bidang pertanian, berbagai macam hasil pertanian bisa diolah menjadi

berbagai jenis makanan dan obat-obatan.

5. Bidang kehutanan, berbagai hasil kehutanan bisa dijadikan barang-barang yang beraneka ragam.

6. Bidang peternakan, perikanan, perkebunan, dan hasil kelautan dapat dikelola menjadi bebagai jenis produk, desain, dan merek produk.


(29)

7. Bidang arsitektur, berbagai jenis dan bentuk bangunan bisa dikemas dalam bentuk wisata cagar budaya (heritage).

8. Bidang jasa, baik jasa keuangan maupun jasa-jasa lainnya yang berbasis budaya dapat dikembangkan dalam bentuk ekonom kreatif.

Semua sektor tersebut dapat dikembangkan secara kreatif dan komersial sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, mendorong ekspor, menciptakan devisa negara, menciptakan PDB, sekaligus menciptakan kesejahteraan masyarakat, dan bahkan meningkatkan citra bangsa dan negara.

2.2. Industri Kreatif

Seperti batasan dan konsep ekonomi kreatif maka defenisi, konsep, dan batasan industri kreatif juga sangat beragam, akan tetapi pada umumnya mengacu pada pengertian “Bagaimana usaha-usaha mentransformasikan kreativitas individu, kecakapan, dan keterampilan ke dalam bentuk nilai tambah.” Industri kreatif menurut Departemen Perdagangan RI (dalam Suryana, 2013: 96) adalah “industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”.

Produk dari industri kreatif disebut produk komersialisasi (commercial product), yaitu berupa barang dan jasa kreatif (creative goods and services). Menurut Hermawan K, yang dikutip oleh kelompok kerja Indonesia Design Power Departemen Perdagangan RI (2008: 73), “Komersialisasi adalah segala aktivitas yang berfungsi memberi pengetahuan kepada pembeli tentang produk barang dan jasa yang disediakan dan juga memengaruhi konsumen untuk


(30)

membelinya. Kegiatan komersialisasi meliputi bidang pemasaran, penjualan, dan promosi.

2.3. Ketenagakerjaan

Masalah ketenagakerjaan menjadi salah satu indikator pembangunan ekonomi yang juga sering disoroti oleh para peneliti dan pengambil kebijakan. Tak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu masalah pembangunan yang kompleks dan besar. Kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi banyak faktor yang saling berinteraksi dengan pola yang tidak selalu mudah untuk dimengerti. Besar, karena menyangkut jutaan jiwa (Nurdiyanto, 2012).

Dilhat dari sisi demografis, masalah ketenagakerjaan yang masih dihadapi Indonesia yaitu tambahan kesempatan kerja yang tidak sebesar tambahan jumlah penduduk dan angkatan kerja. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya tingkat pengangguran. Pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja menjadi salah satu kunci penting dalam penanggulangan masalah pengangguran. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Semakin besar pendapatan yang diterima suatu daerah secara otomatis akan membuat pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut semakin berkembang. Dengan begitu, peluang terbukanya kesempatan kerja di daerah tersebut semakin besar.

2.3.1. Teori Ketenagakerjaan

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat berupa: lebih besarnya penawaran dibanding


(31)

permintaan (adanya excess supply of labor) dan lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (adanya axcess demand for labor ). (Subri, 2003: 54)

Ada beberapa teori ketenagakerjaan yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:

1. Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith (1729-1790) merupakan tokoh utama dari aliran ekonomi yang kemudian dikenal sebagai aliran klasik. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith juga melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik) baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat perlu (necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.

2. Teori Malthus

Thomas Robert Malthus (1766-1834) dianggap sebagai pemikir klasik yang sangat berjasa dalam pengembangan pemikiran-pemikiran ekonomi. Thomas Robert Malthus mengungkapkan bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produk hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Manusia berkembang sesuai dengan deret ukur, sdangkan produksi makanan hanya meningkat sesuai dengan deret hitung.

Malthus juga berpendapat bahwa jumlah penduduk yang tinggi pasti mengakibatkan turunnya produksi perkepala dan satu-satunya cara untuk menghindari hal tersebut adalah melakukan kontrol atau pengawasan pertumbuhan penduduk. Beberapa jalan keluar yang ditawarkan oleh Malthus adalah dengan menunda usia perkawinan dan mengurangi jumlah anak. Jika hal


(32)

ini tidak dilakukan maka pengurangan penduduk akan diselesaikan secara alamiah antara lain akan timbul perang, epidemi, kekurangan pangan, dan sebagainya.

3. Teori Keynes

John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah.

Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai Keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagaian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunnya harga-harga.

4. Teori Harrod-Domar

Teori Harrod-Domar (1946) dikenal sebagai teori pertumbuhan. Menurut teori ini, investasi tidak hanya menciptakan permintaan tetapi juga memperbesar kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang membesar membutuhkan pemintaan yang lebih besar pula agar produksi tidak menurun. Jika kapsitas yang membesar tidak diikuti dengan permintaan yang besar, surplus akan muncul dan disusul penurunan jumlah produksi.

2.3.2. Konsep Ketenagakerjaan

Yang dimaksud dengan tenaga kerja (Man Power) ialah besarnya bagian dan penduduk yang dapat diikutsertakan dalam proses ekonomi. International Labor Organization (ILO) memutuskan bahwa seseorang dapat atau belum dapat


(33)

dilibatkan dalam kegiatan ekonomi didasarkan pada umur. Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman Barat dan negara-negara Eropa yang lain, bagian penduduk yang termasuk usia kerja ialah usia 15-64 tahun. Di Indonesia, Badan Pusat Statistik 1998 menentukan batasan usia kerja 5 tahun keatas, yng sebelumnya dengan batasan usia 10 tahun keatas.

Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun keatas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomi (BPS, 1983). Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja, mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja, dan tidak mempunyai pekerjaan sama sekali tetapi mencari pekerjaan secara aktif. Mereka yang berumur 15 tahun tidak bekerja atau tidak mencari pekerjaan karena sekolah, mengurus rumah tangga, pensiun, atau secara fisik dan mental tidak memungkinkan untuk bekerja, tidak dimasukkan dalam angkatan kerja.

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu:

1) Tenaga kerja (Manpower) adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

2) Angkatan kerja (Labor force) adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.

3) Tingkat partisipasi angkatan kerja (Labor force participation rate) adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum sbagai persentase penduduk dalam kelompok tersebut.


(34)

4) Tingkat Pengangguran (Unemployment rate) adalah angka yang menunjukkan beberapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan.

5) Pengangguran terbuka (Open unemployment) adalah bagian dari angkatan kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan. 6) Pengangguran friksional adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya

seorang dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan lain tersebut.

7) Pengangguran struktural adalah penganggur yang disebabkan karena ketidakcocokan antara struktur para pencari kerja sehubungan dengan keterampilan, bidang keahlian, maupun daerah lokasinya dengan struktur permintaan tenaga kerja yang belum terisi.

8) Setengah menganggur (underemployment) adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul dikerjakan seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerja yang secara normal maupun yang ingin dikerjakannya.

2.4. Penelitian Terdahulu

NoNama

Penulis Judul

Variabel

Hasil Dependen

t Independent

1 Suparwoko (2010) Pengemban gan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata Industri Pariwisat a Pengemban gan Ekonomi Kreatif

Sinergi antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah model

pengembangan ekonomi yang cukup potensial untuk dikembangkan di


(35)

Indonesia, termasuk kabupaten

Purworejo. Untuk mengembangkan ek onomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dibutuhkan

konektivitas, yaitu dengan menciptakan outlet produk-produk kreatif di lokasi yang strategis dan dekat dengan lokasi wisata.

2

Dani

Danuar Tri U (2013)

Pengemban gan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berbasis Ekonomi Kreatif di Kota

Semarang

UMKM mampu

memberikan manfaat sosial yaitu mereduksi

ketimpangan pendapatan,

terutama di negara-negara berkembang. Peranan usaha kecil tidak hanya menyediakan

barang-barang dan jasa bagi konsumen yang berdaya beli rendah, tetapi juga bagi konsumen perkotaan lain yang berdaya beli lebih tinggi. Tujuan sosial dari UMKM ini adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan

minimum, yaitu menjamin kebutuhan dasar rakyat.

3

Puguh Setyo Nugroho & Malik Cahyadin (2014)

Analisis Perkemban gan Industri Kreatif di Indonesia Penyerap an Tenaga Kerja Perkembang an Industri Kreatif

Secara umum, industri kreatif di Indonesia

mempunyai pera yang cukup besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Secara


(36)

rata-rata pertumbuhan

tertinggi dan terendah terjadi pada industri periklanan dan fesyen. Untuk kontribusi ekspor terbesar terjadi pada industri fesyen. Sementara untuk pertumbuhan impor tertinggi dan terendah terjadi pada industri pasar dan barang seni; dan industri kerajinan. Untuk kontribusi impor tertinggi dan terendah terjadi pada industri kerajinan dan desain.

4

Jurnal Kajian LEMHANN

AS RI

(2012) Pengemban gan Ekonomi Kreatif guna Menciptaka n Lapangan Kerja dan Mengentask an Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Sosial Lapanga n Kerja, Kemiskin an, Ketahana n Sosial Pengemban gan Ekonomi Kreatif

Keberhasilan dalam pengembangan ekonomi kreatif dapat mencegah terjadinya urbanisasi

yang tidak

terkendali,

meningkatkan daya saing, mengurangi angka

pengangguran, mengurangi

kesenjangan sosial dan ekonomi. Pengembangan ekonomi kreatif telah memperhatikan dan membutuhkan dukungan kebijakan pemerintah dengan memberikan insentif bagi industri kreatif, revitalitasi balai pelatihan tenaga kerja,

pengembangan kurikulum


(37)

terintegrasi dengan pembangunan

ketenagakerjaan serta pendirian pusat-pusat

pengembangan kewirausahaan.

2.5. Kerangka Konseptual

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual EKONOMI

KREATIF

TENAGA KERJA PENGEMBANGAN


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menganalisis tentang bagaimana pengembangan usaha dan menentukan strategi pengembangan usaha kreatif di Kabupaten Deli Serdang dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang. Waktu penelitian adalah pada Juni 2015 sampai dengan selesai.

3.3. Batasan Operasional

Dalam penelitian ini batasan yang akan diteliti mencakup permasalahan dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. Permasalahan dalam penelitian ini mencakup pengembangan ekonomi kreatif yang dilihat dari nilai pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada usaha kreatif serta strategi dalam pengembangan ekonomi kreatif tersebut.

3.4. Defenisi Operasional

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam pembahasan skripsi ini adalah :

1. Pengembangan ekonomi kreatif adalah cara atau perbuatan yang dilakukan untuk memajukan atau memperluas ekonomi berbasis kreativitas dengan mengandalkan ide dan pngetahuan dari sumber daya manusia di Kabupaten Deli Serdang. Indikator untuk mengukur variabel pengembangan ekonomi kreatif diantaranya:

a. Pendapatan (Rupiah/bulan) yang dilihat dari kondisi penerimaan usaha (omset) dan pendapatan pelaku usaha ekonomi kreatif.


(39)

b. Ketenagakerjaan (orang) yang dilihat dari penyerapan tenaga kerja dari setiap usaha ekonomi kreatif di Deli Serdang.

2. Strategi pengembangan ekonomi kreatif, yaitu berupa cara atau kebijakan yang berasal dari internal dan eksternal kegiatan bisnis. Kebijakan internal berasal dari pemilik usaha kreatif itu sendiri, seperti peningkatan omset dan tenaga kerja. Kebijakan eksternal berasal dari pemerintah dengan meningkatkan pelatihan di berbagai daerah dengan melibatkan perguruan tinggi untuk melatih tenaga kerja serta mengembangkan potensi daerah.

3.5. Populasi dan Sampel 3.5.1. Populasi

Populasi merupakan jumlah obyek penelitian secara keseluruhan yang memiliki karakteristik tertentu (Teguh, 2005: 125). Populasi yang dipilih oleh penulis adalah pemilik usaha kreatif di Deli Serdang menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan data DEKRANASDA Deli Serdang.

3.5.2. Sampel

Sampel merupakan bagian atau sejumlah cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan diteliti secara rinci (Muhamad, 2008: 162). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik nonprobability sampling, dimana sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Marzuki, 2005: 53). Sampel dipilih dari sub populasi yang mempunyai sifat sesuai dengan sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya karena tidak jelasnya usaha kreatif yang terdaftar di Disperindag sehingga data yang diperoleh harus dipilih terlebih dahulu. Penulis mengambil sampel sebanyak 30 pemilik usaha ekonomi kreatif yang bergerak dalam bidang industri kerajinan tangan.


(40)

3.6. Jenis Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Data primer biasanya disebut dengan data asli yang mempunyai sifat up to date. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Dalam penelitian ini, data didapat melalui hasil wawancara langsung dalam bentuk wawancara personal (personal interviewing) dimana pewawancara akan menanyakan langsung kepada narasumber melalui daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008: 102), yaitu data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Deli Serdang, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Deli Serdang (DEKRANASDA), serta bahan bacaan lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.7. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi

melalui literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal, internet dan lain-lain. 2. Observasi, merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan

secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartispatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan penelitian dalam


(41)

kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti (Idrus, 2009:101).

3. Metode Wawancara, adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 1998).

3.8. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis SWOT yaitu singkatan dari strength (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity (peluang), dan threat (tantangan). Analisis ini akan mengidentifikasi faktor internal dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang dan faktor eksternal yang muncul dari luar. Jadi, dengan menggunakan analisis SWOT akan diperoleh suatu strategi yang tepat dan cocok dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang, yaitu dengan memaksimalkan peluang yang ada, serta dengan meminimalisir kelemahan dan ancaman.

1. Mengidentifikasi Faktor Internal dan Eksternal

Sebelum melakukan analisis terhadap lingkungan usaha (faktor-faktor eksternal) dan kondisi sumber daya (faktor-faktor internal) perlu diperhatikan sifat telaah faktor eksternal dan internal.


(42)

Tabel 3.1

Sifat Faktor Eksternal dan Faktor Internal

Faktor Eksternal Faktor Internal

 Mengembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang perlu dihindari.

 Tidak bertujuan mengembangkan daftar panjang dan lengkap semua faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian visi dan misi.

 Mengenali faktor-faktor kunci saja dan menawarkan respons yang mungkin dilakukan.

 Semua organisasi mempunyai kekuatan dan kelemahan, tidak satupun yang kuat atau lemah di segala bidang.

 Tidak mungkin melakukan peninjauan semua bidang

fungsional organisasi (pemasaran, keuangan, akunting, manajemen, sistem akuntansi komputer, produksi dan operasi) dan sub-bidang secara mendalam

 Mengenali faktor-faktor kunci saja dan menawarkan respons yang mungkin dilakukan.

Faktor Internal (Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan)

Kekuatan (strength) adalah segala sesuatu yang bagus yang dapat diperbuat oleh perusahaan atau suatu karakteristik yang memiliki kapabilitas penting. Kekuatan ini dapat berupa keahlian (skill), keunggulan atau kompetensi inti (core competence), sumber daya, kemampuan bersaing, teknologi superior, dan lain-lain. Kelemahan (weakness)adalah segala sesuatu yang merupakan kekurangan perusahaan atau suatu kondisi yang tidak menguntungkan perusahaan. Perusahaan harus dapat menggunakan kekuatannya untuk memenangkan persaingan. Sedangkan keemahan yang ada harus diperbaiki. Strategi dibangun berdasarkan


(43)

kekuatan perusahaan dan apa yang terbaik yang dapat diperbuat oleh perusahaan, serta berusaha menghindari kelemahan dan kekurangmampuan perusahaan.

Faktor Eksternal (Identifikasi Peluang dan Tantangan)

Peluang pasar merupakan faktor terbesar yang membentuk strategi perusahaan. Peluang industri berbeda dengan peluang perusahaan. Tidak semua perusahaan bisa memanfaatkan peluang industri. Hal ini tergantung dengan posisi dan kemampuan perusahaan dalam mengejar peluang yang ada. Peluang dan tantangan tidak hanya mempengaruhi daya tarik dari suatu situasi perusahaan, tetapi intinya diperlukan untuk pelaksanaan suatu strategi. Untuk bisa cocok dan sesuai dengan situasi perusahaan, strategi harus ditujukan untuk mencapai peluang dan sesuai dengan kapabilitas perusahaan. Pentingnya analisis SWOT menyangkut evaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan, serta menggambarkan kesimpulan mengenai daya tarik situasi perusahaan untuk pelaksanaan suatu strategi (strategic action).

2. Pemberian Bobot dan Nilai Faktor Internal dan Eksternal a. Melakukan pembobotan terhadap faktor internal

Evaluasi faktor-faktor internal untuk diidentifikasi, apakah faktor-faktor terebut merupakan kekuatan atau kelemahan dan untuk kemudian diberi bobot dan peringkat, melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi faktor-faktor kunci internal mana saja yang merupakan kekuatan dan beri tanda “v” pada kolom kekuatan apabila faktor tersebut menjadi kekuatan, dan beri tanda “v” pada kolom kelemahan apabila faktor tersebut menjadi kelemahan dalam usaha pengembangan ekonomi kreatif.


(44)

2. Tentukan nilai ratting terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan nilai ratting berdasarkan pada keterangan berikut:

Tabel 3.2

Pengertian Nilai (Peringkat) Faktor Internal Identitas

Kepentingan

Pengertian Nilai

4

3

2

1

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat besar/kekuatan dalam pengembangan ekonomi kreatif

Jika faktor tersebut berpengaruh besar/kekuatan kecil dalam pengembangan ekonomi kreatif

Jika faktor tersebut kurang berpengaruh/kelemahan kecil dalam pengembangan ekonomi kreatif

Jika faktor tersebut tidak berpengaruh/kelemahan dalam pengembangan ekonomi kreatif

Tabel 3.3

Nilai Peringkat (Rating) Faktor Internal

No Faktor Internal Rating

1. …

… 8.

Nilai produk

3. Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antara 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap


(45)

ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal.

2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.

3 = jika indikator horisontal lebih penting indikator vertikal. Tabel 3.4

Matriks Faktor Internal

No Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Nilai produk suatu barang

2 Harga produk …

8

4. Setelah semua faktor-faktor kunci internal diberi nilai rating, nilai tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor kunci internal adalah nilai skala yang diberikan kepada faktor yang dibagi dengan jumlah nilai skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor-faktor kunci internal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor-faktor yang diberi nilai lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar-benar mempunyai pengaruh yang signifikan.

5. Hasil identifikasi faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks evaluasi faktor internal (EFI) untk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan yan


(46)

merupakan kelemahan, masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.

b. Melakukan Pembobotan Terhadap Faktor Eksternal

Evaluasi faktor-faktor eksternal diidentifikasi apakah faktor-faktor tersebut merupakan peluang atau ancaman dan untuk kemudian diberi nilai rating dan nilai bobot, melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Identifikasi faktor-faktor eksternal mana saja yang merupakan peluang dan ancaman dan beri tanda “v” pada kolom peluang apabila faktor tersebut menjadi peluang, dan beri tanda “v” pada kolom ancaman apabila faktor tersebut menjadi ancaman dalam usaha pengembangan usaha.

2. Temukan nilai ratting terhadap faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. Penentuan nilai ratting berdasarkan pada keterangan berikut:

Tabel 3.5

Pengertian Nilai (Peringkat) Faktor Eksternal Identitas

Kepentingan

Pengertian Nilai

4 3 2 1

Jika faktor tersebut berpengaruh sangat baik Jika faktor tersebut berpengaruh baik

Jika faktor tersebut berpengaruh sedang Jika faktor tersebut kurang berpengaruh


(47)

Tabel 3.6

Nilai Peringkat (Rating) Faktor Eksternal

No Faktor Internal Rating

1. …

… 8.

Pelatihan

3. Beri bobot untuk setiap faktor dengan menggunakan skala 1, 2, dan 3. Pemberian nilai skala dilakukan pada perbandingan berpasangan antara 2 faktor secara relatif berdasarkan kepentingan dan pengaruh terhadap perkembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:

1 = jika indikator horisontal kurang penting dari pada indikator vertikal.

2 = jika indikator horisontal sama pentingnya dengan indikator vertikal.

3 = jika indikator horisontal lebih penting indikator vertikal. Tabel 3.7

Matriks Faktor Eksternal

No Faktor Internal 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pelatihan 2 Cabang usaha …


(48)

4. Setelah semua faktor-faktor kunci eksternal diberi nilai rating, nilai tersebut dijumlah, dan bobot untuk suatu faktor eksternal adalah nilai skala yang diberikan kepada faktor dibagi dengan jumlah nilai skala semua faktor. Dan apabila semua bobot faktor-faktor eksternal dijumlahkan, akan diperoleh nilai 1. Faktor-faktor yang diberi nilai lebih besar daripada nol hendaknya faktor yang benar-benar mempunyai pengaruh yang signifikan.

5. Hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel matriks evaluasi faktor eksternal (EFE) untk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dan yan merupakan ancaman, masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan.

3. Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan yang merupakan kelemahan masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan, sedangkan hasil identifikasi faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) untuk diberi skor: bobot x rating. Skor faktor-faktor kunci eksternal yang merupakan peluang dan ancaman masing-masing dijumlah dan kemudian diperbandingkan. Berikut


(49)

ditampilkan model hasil evaluasi faktor internal (EFI) dan evaluasi faktor eksternal (EFE).

Tabel 3.8

Model Hasil Evaluasi Faktor Internal (EFI)

Faktor Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan (Strength)

1. …

Total skor kekuatan

Kelemahan (Weakness) 1.

Total skor kelemahan

Kekuatan – Kelemahan (selisih)


(50)

Tabel 3.9

Model Hasil Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang

(Opportunity) 1.

Total skor peluang

Ancaman (Threat) 1.

Total skor ancaman

Peluang - Ancaman (selisih)


(51)

Tabel 3.10

Matriks SWOT Kualitatif IFAS EFAS Strength (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan internal Weakness (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal Opportunity (O) Tentukan faktor-faktor peluang eksternal Strategi SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mendapatkan peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Threat (T) Tentukan faktor-faktor ancaman eksternal Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi

ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan

menghindari ancaman  IFAS : Internal Strategic Factors Analysis Summary

 EFAS : External Strategic Factors Analysis Summary Opportunity

O

(-,+) (+,+)

Ubah Strategi progresif

Kuadran III Kuadran I

Strength W Kuadran IV Kuadran II S

(-,-) (+,-)

Strategi Bertahan Diversifikasi Strategi

T Threath Gambar 3.1


(52)

a. Kuadran I (positif, positif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal. b. Kuadran II (positif,negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

c. Kuadran III (negatif, positif)

Posisi ini mendakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja karyawan dan organisasi.

d. Kuadran IV (negatif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya


(53)

organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.


(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Umum Kabupaten Deli Serdang 4.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.

Kabupaten Deli Serdang terletak pada garis 2°57’-3°16’ LU 98°33’-99°27’ BT. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 km2. Daerah ini berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Kabupaten Langkat dan Selat Malaka Sebelah Timur : Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Selatan : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun Sebelah Barat : Kabupaten Langkat dan Kabupaten Karo 4.1.2. Kondisi Demografis

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 kecamatan dan 394 desa/kelurahan yang semuanya telah definitif. Berikut 22 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang beserta ibukota dan luas wilayahnya:

Tabel 4.1

Kecamatan, Ibukota Kecamatan dan Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013


(55)

No Kecamatan Ibukota

Luas Wilayah

(Km2)

1 Gunung Meriah G. Meriah 76,65

2 STM. Hulu Tiga Juhar 223,38

3 Sibolangit Bandar Baru 179,96

4 Kutalimbaru Kutalimbaru 174,92

5 Pancur Batu Pancur Batu 122,53

6 Namo Rambe Namo Rambe 62,30

7 Biru-Biru Biru-Biru 89,69

8 STM. Hilir Talun Kenas 190,50

9 Bangun Purba Bangun Purba 129,95

10 Galang Galang 150,29

11 Tjg. Morawa Tjg. Morawa 131,75

12 Patumbak Patumbak 46,79

13 Deli Tua Deli Tua 9,36

14 Sunggal Sunggal 92,52

15 Hamparan Perak H. Perak 230,15

16 Labuhan Deli Helvetia 127,23

17 Percut Sei Tuan Tembung 190,79

18 Batang Kuis Batang Kuis 40,34

19 Pantai Labu Pantai Labu 81,85

20 Beringin Beringin 52,69

21 Lubuk Pakam Lubuk Pakam 31,19

22 Pagar Merbau Pagar Merbau 62,89

Jumlah 2.497,72


(56)

4.2. Tenaga Kerja Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 pada survei angkatan kerja nasional 2013, mengungkapkan bahwa jumlah angkatan kerja yang terdapat di Kabupaten Deli Serdang sebanyak 815.983 ribu orang, sekitar 92,46 persen dari mereka telah bekerja dan sebagian dari mereka tidak bekerja.

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin

2013

No Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian 79.993 47.891 127.884

2 Pertambangan 1.074 - 1.074

3 Industri Pengolahan 57.996 42.873 100.869

4 Listrik, Gas, Air Mnum 3.166 - 3.166

5 Bangunan 185.407 1.032 186.439

6 Perdagangan Besar, Eceran,

Rumah Makan Dan Hotel 63.529 78.913 142.442 7 Pengangkutan dan Komunikasi 40.725 5.419 46.144

8

Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah Dan Jasa Perusahaan

10.949 - 10.949

9 Jasa Kemasyarakatan 67.59 67.897 135.487

Jumlah 510.429 244.025 754.454

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat menggambarkan bagaimana kondisi tenaga kerja yang berada di Kabupaten Deli Serdang pada kurun waktu tahun 2013 yang bekerja menurut lapangan usaha utama. Setidaknya sebanyak 754.454 tenaga


(57)

kerja bekerja pada semua sektor dengan 510.429 diantaranya adalah laki-laki dan 244.025 adalah perempuan. Lapangan usaha yang paling besar dalam memberi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja adalah pada bidang bangunan atau konstruksi yaitu sebanyak 186.439. Hal ini dikarenakan besarnya permintaan atas produk usaha yang bergerak dibidang tersebut sehingga menyebabkan tingginya jumlah usaha yang bergerak pada sektor tersebut. Selanjutnya lapangan usaha sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan hotel mampu menyerap tenaga kerja 142.442 orang, yang kemudian disusul oleh usaha jasa kemasyarakatan sebanyak 135.487 tenaga kerja.

Sedangkan untuk lapangan usaha yang bergerak di bidang pertanian, mampu memberi kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 127.884 orang. Industri pengolahan juga menyumbang penyerapan tenaga kerja sebanyak 100.869 orang, dan untuk sektor pengangkutan dan komunikasi hanya mampu memberi sumbangsi sebanyak 46.144 tenaga kerja. Hal ini tentu lebih baik, jika melihat kondisi penyerapan tenaga kerja yang berasal dari lembaga keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahaan sebanyak 10.949 orang; listrik, gas, dan air minum sebanyak 3.166 orang dan pertambangan yang hanya 1.074 orang dengan perbandingan 100% berasal dari laki-laki.

4.3. Perkembangan Perekonomian Kabupaten Deli Serdang

Seiring adanya berbagai kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat dan berbagai kebijakan pembangunan daerah yang cukup terkendali, membawa dampak yang positif bagi perkembangan perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang. Sampai dengan tahun 2013 kondisi perekonomian daerah Kabupaten Deli Serdang relatif stabil dan semakin


(58)

membaik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 6,1% menjadi sebesar 6,23%.

Tabel 4.3

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumatera dan Nasional Tahun 2011 s/d 2013 (persen)

Tahun Deli Serdang Sumatera Utara Nasional

2011 6,1 6,63 6,49

2012 6,23 6,21 6,26

2013 6,38 6,01 5,78

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang 2014

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Deli Serdang didorong oleh seluruh sektor ekonomi terutama disumbangkan oleh lima sektor terbesar yaitu: sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor jasa kemasyarakatan, sektor pertanian, dan sektor industri pengolahan.

Gambar 4.1

PDRB Kabupaten Deli Serdang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2011-2013 dan Harga Konstan Tahun 2000 (Milyar/Rupiah)

Sumber: BPS Kabupaten Deli Serdang 2014

PDRB Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2011 pada harga berlaku sebesar Rp 45.125,83 Milyar sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 15.389,01 Milyar. Pada tahun 2012 mengalami kenaikan hingga

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

2011 2012 2013

ADHB ADHK 2000


(1)

Ancaman (T) 1. Permintaan ekspor 2. Ketersediaan produk

di pasar

3. Industri usaha sejenis

Strategi ST 1. Lebih memperbanyak

desain produk kreatif dan melakukan inovasi 2. Meningkatkan kreativitas tenaga kerja untuk menciptakan produk inovatif dalam persaingan industri usaha sejenis. 3. Meningkatkan

kualitas produk usaha kreatif sehingga permintaan ekspor produk kreatif lebih banyak.

4. Beragamnya industri kreatif yang sejenis dapat menstimulasi produsen untuk lebih inovatif dalam

menghasilkan produk kreatif yang lebih unik.

Strategi WT 1. Menjalin kerjasama

dengan lembaga keuangan dalam pemenuhan modal usaha agar proses produksi tetap berjalan sehingga produk selalu tersedia di pasar. 2. Mecari alternatif bahan baku yang lebih murah tetapi tidak menurunkan kualitas produk. 3. Bekerjasama dengan

pemerintah (Pemerintah Daerah dan atau Kementerian terkait) sebagai fungsi media promosi produk usaha kreatif dalam upaya

peningkatan kuantitas ekspor.


(2)

Opportunity O

(-,+) Ubah Strategi (+,+) Progresif

(2,17 ; 1,36) (2,17 ; 2,08)

Kuadran III Kuadran I

Strength W Kuadran IV Kuadran II S

(-,-) Strategi Bertahan (+,-)Diversifikasi Strategi (1,36 ; 0,55) (2,08 ; 0,55)

T

Threath Gambar 4.2

Matriks SWOT Kuantitatif

Berdasarkan gambar hasil analisis matriks SWOT Kuantitatif di atas, maka rekomendasi strategi yang paling sesuai dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang berada pada posisi kuadran 1, yaitu rekomendasi strategi progresif, yang artinya sektor industri kreatif di Kabupaten Deli Serdang merupakan sektor yang berpeluang kuat terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan, memperbesar tingkat pertumbuhan ekonomi sehingga meraih kemajuan secara maksimal.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Dari penjabaran tentang pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang yang telah dianalisis secara deskriptif, maka yang menjadi kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peran pengembangan ekonomi kreatif

a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap sebanyak 1-30 tenaga kerja pada 2012-2014. Selama periode ini jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan walaupun tidak drastis meningkat. Dengan total tenaga kerja sebanyak 294 orang pada tiga tahun terakhir.

b. Dilihat dari aspek pendapatan perbulan, rata-rata unit usaha kreatif mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp 500.000,00 – Rp 7.000.000,00 perbulan. Hal ini dilihat selama 3 tahun terakhir dari 2012-2014 sebagian besar pemilik usaha kreatif mengalami peningkatan pendapatan perbulan nya..

2. Berdasarkan hasil analisis SWOT kualitatif terhadap faktor internal dan eksternal dalam usaha pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang, maka strategi yang tepat adalah strategi SO yaitu strategi yang berusaha memanfaatkan peluang dengan kekuatan yang dimiliki. Adapun strategi SO tersebut adalah sebagai berikut:

a. Lebih memperkenalkan produk usaha kreatif kepada masyarakat lokal maupun internasional dengan memanfaatkan teknologi dan informasi masa kini.


(4)

c. Menciptakan produk yang unik sehingga harga produk bersaing di pasar. d. Mengembangkan desain produk usaha kreatif menjadi lebih banyak atau

beragam dengan memanfaatkan alat produksi yang lengkap.

3. Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT kuantitatif, maka rekomendasi startegi yang paling sesuai dengan pengembangan ekonomi kreatif di Kabupaten Deli Serdang berada pada posisi kuadran 1, yaitu rekomendasi strategi progresif, yang artinya sektor industri kreatif di Kabupaten Deli Serdang merupakan sektor yang berpeluang kuat terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan, memperbesar tingkat pertumbuhan ekonomi sehingga meraih kemajuan secara maksimal.

5.2. Saran

1. Bagi pengusaha sangatlah diharapkan untuk mendorong dan mengembangkan kreativitas para karyawannya serta masyarakat sekitar. Dalam segi permodalan, pemasaran, dan ketersediaan bahan baku haruslah beriring secara baik agar industri kreatif memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya.

2. Bagi pemerintah sebaiknya memberi perhatian lebih terhadap pengembangan ekonomi kreatif dengan meningkatkan pelatihan di berbagai daerah karena industri kreatif termasuk industri yang mendukung perekonomian daerah. Pemerintah juga haruslah memperluas perdagangan dalam meningkatkan perekonomian dan mengampanyekan perilaku masyarakat yang mempunyai rasa memiliki dan mencintai produk dalam negeri, sehingga industri kreatif diarahkan pada peningkatan produk-produk lokal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Syahrul. 2014. Ekonomi Kreatif: Permasalahan, Tantangan dan Prospeknya. http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2014/10/24/ ekonomi-kreatif-permasalahan-tantangan-dan-prospeknya-697796.html (24 Oktober 2014).

Idrus, Muhammad, 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

LEMHANNAS. 2012. Pengembangan Ekonomi Kreatif guna Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. http://www.lemhannas.go.id/portal/images/stories/humas/jurnal /Edisi_14_-_Desember_2012_-_1_-_ekonomi.pdf (14 Oktober 2014). Marzuki, 2005, Metodologi Riset: Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial,

Edisi 2, Ekonisia, Yogyakarta.

Muhammad, 2008, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam: Pendekatan Kuantitatif, Rajawali Pers, Jakarta.

Nazir, Muhammad, 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Subri, Mulyadi, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Suryana, 2013, Ekonomi Kreatif, Ekonomi Baru: Mengubah Ide dan Menciptakan Peluang, Salemba Empat, Jakarta.

Sugiatno, 2011. Pengembangan Produk Unggulan Sapu Ijuk Dalam Percepatan Ekonomi Lokal Oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang Studi Kasus di Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. http://www.repository.usu.ac.id/handle/ 123456789/27451 (5 Januari 2015).

Teguh, Muhammad, 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wardhana, 2010. Perkembangan Industri Kreatif di Singapura. http://www.


(6)

Wijayanti, 2013. Pengembangan Ekonomi Kreatif Dalam Arus Pembangunan

Ekonomi Modern.

https://www.academia.edu/7852799/perkembangan_ekonomi_kreatif_dala m_arus_pembangunan_ekonomi_modern_makalah_disusun_oleh_progra m_studi_pendidikan_fakultas_pendidikan_ekonomi_dan_bisnis (24 Oktober 2014).

Wikipedia Bahasa Indonesia, 2014. Ekonomi. http://id.wikipedia.org/wiki /Ekonomi (24 Oktober 2014).