Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013
ABSTRAK
Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak memadainya asupan atau penyerapan gizi, pengeluaran energi yang berlebihan, infeksi pernafasan berulang, keterbatasan potensi pertumbuhan dan sindrom genetik. Data sebelumnya dari negara berkembang menunjukkan prevalensi pre-operatif kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak dengan penyakit jantung bawaan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak (usia 0-18tahun) yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Sampel penelitian ini merupakan total sampling yaitu sebanyak 122 anak. Pengumpulan data menggunakan data yang ada pada rekam medis.
Status gizi terbanyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013 merupakan gizi kurang. Perlu dilakukan pengontrolan status gizi secara rutin pada anak dengan penyakit jantung bawaan agar dapat mengurangi angka morbiditas anak akibat kekurangan gizi.
(2)
ABSTRACT
Malnutrition is a common cause of morbidity in children with congenital heart disease (CHD). Malnutrition can be caused by inadequate intake or absorption of nutrients, excessive energy expenditure, recurrent respiratory infections, limited growth potential and genetic syndromes. Previous data from developing countries showed that the prevalence of pre-operative malnutrition in children with congenital heart disease is over 45%. Therefore, this study aims to describe the nutritional status of children with congenital heart disease.
This research is descriptive. The population in this study were pediatric patients (age 0-18 years) who suffer from congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in 2012-2013. The sample of this study were selected by using total sampling as many as 122 children. Collecting data using existing data in the medical record.
Most nutritional status in children with congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in the year 2012-2013 is malnutrition. Necessary to control the nutritional status routinely in children with congenital heart disease in order to reduce child morbidity due to malnutrition.
(3)
Oleh :
REYHANA GATHARI 110100103
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(4)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan
Sarjana Kedokteran
Oleh :
REYHANA GATHARI NIM : 110100103
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
(5)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2013
Nama : REYHANA GATHARI
NIM : 110100103
Pembimbing Penguji I
(dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K)) (dr. Taufik Sungkar, M. Ked, Sp.PD) NIP: 19610910 198712 2 001 NIP: 19791017 200912 1 002
Penguji II
(dr. Milahayati Daulay, M. Biomed) NIP: 19800720 200604 2 003
Medan, 12 Januari 2015 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001
(6)
KATA PENGANTAR
Pertama sekali saya ucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya penulisan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. dr. Tina Christina L. Tobing, Sp.A(K) selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini
2. dr. Taufik Sungkar, Sp.PD selaku dosen penguji I dan dr. Milahayati Daulay, M.Biomed selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan berarti demi kesempurnaan penelitian ini.
3. dr. Dhirajaya Dharma Kadar, Sp.U sebagai dosen pembimbing akademik dan seluruh staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing saya.
4. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda H. Muslim Dimin, ST dan ibunda Hj. Laily Wardani atas doa, perhatian dan dukungan yang tidak terhingga sebagai bentuk kasih sayanng kepada saya. Saya ucapkan terima kasih juga kepada kedua saudara laki-laki saya, Farhan Alduna, S.Ked dan Aufa Dumara yang telah memberikan perhatian dan bantuan dalam pembuatan karya ilmiah ini.
5. Bapak/ibu dosen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan panduan, tanggapan, dan saran kepada saya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
6. Kepada sahabat saya Annisa Hazrina, S.Psi dan Tisha Lazuana, SKM yang telah memberikan perhatian serta dukungan kepada saya selama pembuatan karya tulis ilmiah ini. Saya ucapkan terima kasih untuk teman satu bimbingan penulisan karya tulis ilmiah Sri Wulandari yang telah memberikan saran dan bantuan kepada saya selama penelitian dilakukan.
(7)
7. Kepada teman-teman saya selama menuntut ilmu di bangku perkuliahan, diantaranya Olis, Tririn, Rezka, Boris, yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dan kepada teman-teman angkatan 2011 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki kesalahan dan juga menambah ilmu pengetahuan agar karya yang dihasilkan menjadi sesuatu yang berkualitas. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Medan, Desember 2014 Penulis
Reyhana Gathari 110100103
(8)
ABSTRAK
Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak memadainya asupan atau penyerapan gizi, pengeluaran energi yang berlebihan, infeksi pernafasan berulang, keterbatasan potensi pertumbuhan dan sindrom genetik. Data sebelumnya dari negara berkembang menunjukkan prevalensi pre-operatif kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45%. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi anak dengan penyakit jantung bawaan. Penelitian ini bersifat deskriptif. Populasi pada penelitian ini adalah pasien anak (usia 0-18tahun) yang menderita penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013. Sampel penelitian ini merupakan total sampling yaitu sebanyak 122 anak. Pengumpulan data menggunakan data yang ada pada rekam medis.
Status gizi terbanyak pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013 merupakan gizi kurang. Perlu dilakukan pengontrolan status gizi secara rutin pada anak dengan penyakit jantung bawaan agar dapat mengurangi angka morbiditas anak akibat kekurangan gizi.
(9)
ABSTRACT
Malnutrition is a common cause of morbidity in children with congenital heart disease (CHD). Malnutrition can be caused by inadequate intake or absorption of nutrients, excessive energy expenditure, recurrent respiratory infections, limited growth potential and genetic syndromes. Previous data from developing countries showed that the prevalence of pre-operative malnutrition in children with congenital heart disease is over 45%. Therefore, this study aims to describe the nutritional status of children with congenital heart disease.
This research is descriptive. The population in this study were pediatric patients (age 0-18 years) who suffer from congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in 2012-2013. The sample of this study were selected by using total sampling as many as 122 children. Collecting data using existing data in the medical record.
Most nutritional status in children with congenital heart disease in the Adam Malik Medan Hospital in the year 2012-2013 is malnutrition. Necessary to control the nutritional status routinely in children with congenital heart disease in order to reduce child morbidity due to malnutrition.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN….……… i
KATA PENGANTAR……….………. ii
ABSTRAK……….……… iv
DAFTAR ISI…….………..………….. vi
DAFTAR TABEL………... viii
DAFTAR LAMPIRAN………. ix
BAB 1 PENDAHULUAN……….…… 1
1.1. Latar Belakang……….…… 1
1.2. Rumusan Masalah………... 3
1.3. Tujuan penelitian………. 3
1.4. Manfaat penelitian………... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………..………..…. 5
2.1. Penyakit Jantung Bawaan……… 5
2.1.1. Definisi………. 5
2.1.2. Epidemiologi……… 5
2.1.3. Faktor Resiko……… 5
2.1.4. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan………. 7
2.1.5. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan………... 14
2.2. Status Gizi………. 15
2.2.1. Definisi………. 15
2.2.2. Penilaian Status Gizi………. 16
(11)
2.2.4. Pengukuran Antropometri……… 20
2.2.5. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak……….. 22
2.3. Status Gizi Anak dengan PJB……….. 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 26
3.1. Kerangka Konsep Penelitian………..……….. 26
3.2. Definisi Operasional………..……….. 26
3.3. Cara Ukur……….. 26
3.4. Alat Ukur……… 27
3.5. Hasil Ukur……….. 27
3.6. Skala Ukur………. 27
BAB 4 METODE PENELITIAN……….... 28
4.1. Rancangan Penelitian……… 28
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian……… 28
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………. 28
4.4. Metode Pengumpulan Data……… 29
4.5. Metode Analisis Data………. 29
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN………. 30
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 36
DAFTAR PUSTAKA………. 37
(12)
Daftar Tabel
5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin………….. 31 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang usia………. 31
5.3. Distribusi Sampel Penelitian berdasarkan Jenis PJB……….. 32 5.4. Distribusi Sampel Penelitian berdasarkan Status gizi………. 32
(13)
Daftar Lampiran
Kurva Status Gizi WHO……… 43
Kurva Status Gizi CDC……….. 44
Form Data Rekam medis……… 46
Tabel Distribusi SPSS………. 47
Data induk……….. 49
Surat izin Penelitian……… 53
Surat persetujuan Komite Etik……… 54
(14)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan kongenital yang paling umum dan merupakan jenis penyakit jantung terbanyak pada anak. (Sastroamoro,1994). Sebanyak 28% kelainan bawaan terdiri dari cacat jantung. Prevalensi kelahiran dengan PJB dilaporkan bervariasi. Insidensi PJB diperkiraan sebanyak 8 per 1.000 kelahiran hidup (PL et al, 2010).
Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup. Prevalensi kedua tertinggi adalah Eropa, yaitu 8,2 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Amerika Utara memiliki prevalensi kejadian PJB sebesar 6,9 per 1000 kelahiran hidup (Linde et al, 2011). Dalam The 2nd Internasional Pediatric Cardiology Meeting di Cairo, Egypt, 2008 dr.Sukman Tulus Putra mengungkapkan bahwa 45.000 bayi di Indonesia terlahir dengan PJB tiap tahun. Dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai 6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB (Indonesian Heart Association, 2011).
Menurut Sastroasmoro dan Madiyono (1994), dari 3602 pasien baru yang diperiksa selama 10 tahun (1983-1992) di Poliklinik Subbagian Kardiologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, Jakarta, terdapat 2091 penderita PJB. Sebagian besar adalah dari jenis non-sianotik (1602 atau 76.7%) dan sisanya jenis sianotik (489 atau 23.3%). Distribusi umur pasien pada saat diagnosis dibagi atas jenis PJB sianotik dan non sianotik. Kelompok umur 1 – 12 bulan merupakan kelompok penderita dengan jumlah terbanyak (non –sianotik, 43.1%; sianotik, 42.4%), diikuti oleh kelompok umur 13 bulan – 5 tahun (non-sianotik, 29.1%; sianotik, 27.7%), kelompok umur 6 – 10 tahun (non-sianotik, 17.2%; sianotik,
(15)
17.2%), kelompok umur 10 tahun ke atas (non-sianotik, 6..8%; sianotik, 6.9%), dan kelompok umur 0 – 1 bulan (non-sianotik, 3.9%; sianotik, 5.8%).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Pelangi (2011) di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2007-2009 terdapat sebanyak 131 penderita PJB. Anak penderita PJB dengan jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 75 orang (57,3%) dan anak penderita PJB dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%). Rata-rata umur pasien anak dengan PJB adalah 39,2 bulan (2 hari – 14 tahun 3 bulan). Kelompok umur dengan jumlah sampel penderita PJB yang terbanyak adalah kelompok umur 0 – 24 bulan dengan jumlah sampel 73 orang (55,7%).
Kelainan jantung bawaan dikelompokkan atas dua bagian yaitu PJB non sianotik dan PJB sianotik. Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik terbanyak dijumpai yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal defect), duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus), defek septum atrium (atrial septal defect), stenosis pulmonal (pulmonary valve stenosis) dan mitral stenosis (mitral valve stenosis) sedangkan PJB sianotik terbanyak dijumpai yaitu tetrallogi of fallot, transposition great arteries, atresia trikuspid dan atresia pulmonal (Sastroasmoro,1994).
Menurut Direktori Kesehatan (2009) dalam Sjarif et al (2011) Kurang gizi merupakan salah satu masalah gizi buruk pada Indonesia. Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Survei Sosial Ekonomi Nasional / SUSENAS) 2007 menunjukkan prevalensi anak di bawah 5 tahun yang memiliki berat badan kurang adalah sebesar 18,4%. MDG (Millenium Developmental Goal) di Indonesia pada tahun 2015 adalah untuk mengurangi prevalensi gizi buruk menjadi 3,3% dan kurang gizi tipe moderate sampai 18% .
Menurut Vaidyanathan (2006) dalam Sjarif et al (2011) Kekurangan gizi merupakan penyebab umum morbiditas pada anak dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Kekurangan gizi dapat disebabkan oleh tidak memadainya asupan atau penyerapan gizi, pengeluaran energi yang berlebihan, infeksi pernafasan berulang, keterbatasan potensi pertumbuhan dan sindrom genetik. Data sebelumnya dari negara berkembang menunjukkan prevalensi pre-operatif
(16)
kekurangan gizi pada anak-anak dengan penyakit jantung bawaan adalah diatas 45% .
Malnutrisi pada anak PJB berkaitan juga dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas akibat seringnya anak dilakukan perawatan, hasil operasi yang tidak memuaskan, serta kegagalan yang menetap dari pertumbuhan somatik (Okoromah, 2011). Walaupun anak dengan PJB yang tidak begitu parah biasanya memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, tetapi dengan adanya penyakit jantung yang dimiliknya mereka memiliki risiko yang besar untuk jatuh dalam keadaan nutrisi buruk, anak dengan PJB sering menunjukkan pencapaian berat badan yang tidak baik dan keterlambatan pertumbuhan (Rosenthal, 1992). Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).
Berdasarkan uraian tersebut, penyakit jantung bawaan mempunyai pengaruh terhadap gizi pada anak. Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang masalah gizi dengan penyakit jantung bawaan maka penulis memilih untuk melakukan penelitian di RSUP. Haji Adam Malik tentang “Status Gizi Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2013.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan?”
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik tahun 2012-2013.
(17)
1.3.2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui jumlah pasien anak penderita penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2011-2013.
b) Mengetahui jenis-jenis PJB yang terdiagnosa pada pasien anak di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2011-2013.
c) Mengetahui status gizi anak dengan PJB asianotik d) Mengetahui status gizi anak dengan PJB sianotik
1.4. Manfaat Penelitian
a) Sebagai sumber informasi tentang keadaan gizi pasien anak penderita penyakit jantung bawaan.
b) Sebagai bahan masukan untuk bagian konsultasi gizi . c) Sebagai data untuk penelitian selanjutnya.
(18)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Jantung Bawaan 2.1.1. Definisi
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit dengan kelainan pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir. Kelainan ini terjadi karena gangguan atau kegagalan perkembangan stuktur jantung pada fase awal pertumbuhan janin. Sekitar sepertiga atau separuh dari seluruh kasus PJB memerlukan tindakan bedah atau intervensi (Harimurti, 2008).
2.1.2. Epidemiologi
Insidens PJB berkisar 8-10 bayi per 1000 kelahiran hidup dan 30 % diantaranya memberikan gejala pada minggu pertama kehidupan. Lima puluh persen kematiannya akan terjadi pada bulan pertama kehidupan bila tidak terdeteksi secara dini dan tidak ditangani dengan baik (Sastroasmoro, 1994).
Asia dilaporkan memiliki prevalensi kelahiran dengan PJB tertinggi, yaitu 9,3 per 1000 kelahiran hidup (Linde et al, 2011).
2.1.3. Faktor Resiko
Ada 2 kelompok besar dalam pembagian faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung bawaan : lingkungan dan genetik. Meskipun dalam kenyataan kedua faktor ini saling berinteraksi (Indriwanto, 2007).
1. Lingkungan
Paparan dari lingkungan yang tidak baik dapat mempengaruhi perkembangan janin, misalnya, menghisap asap rokok (perokok pasif), menghirup cat atau udara di bengkel mobil yang mengerjakan perbaikan cat.
a) Faktor dari ibu:
Rubella. Infeksi rubella terutama bila mengenai pada kehamilan trimester pertama akan mengakibatkan insiden kelainan jantung
(19)
bawaan dan risiko untuk mendapat kelainan sekitar 35 % dengan jenis Patent Ductus Arteriosus, Pulmonary Valve Stenosis, Septal Deffect. Diabetes. Bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang menderita
penyakit diabetes mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mendapat kelainan jantung bawaan terutama yang kadar gulanya tidak terkontrol dengan angka kejadian 3% - 5 %, kelainan jantung bawaan yang tersering pada ibu yang menderita kencing manis adalah Defek Septum Ventrikel, Koarktasio aorta, Transposisi komplit. Di negara maju pada ibu-ibu dengan penyakit kencing manis direkomendasikan untuk dilakukan fetal echocardiography.
Alkohol. Disebut sebagai alkoholik adalah meminum alkohol sebanyak 45 ml per hari dan dikatakan tidak ada kadar yang aman untuk ibu hamil, ibu yang alkoholik mempunyai insiden 0,1 - 3,3 per 1000 kelahiran mendapatkan bayi yang tidak normal (fetal alcoholic syndrome) dan untuk insiden kelaianan jantung bawaan sekitar 25 - 30 % dengan jenis defek septum.
Ectasy. Insiden kelainan jantung bawaan akan meningkat dan sekitar 15,4 % akan didapatkan bayi dengan kelainan jantung dan muskuloskletal.
Obat-obatan lainnya. Obat-obatan yang lain seperti diazepam, kortikosteroid, fenotiazin, juga kokain dapat meningkatkan insiden terjadinya kelainan jantung bawaan.
2. Genetik
Riwayat dalam keluarga yang menderita kelainan pada jantung atau bukan pada jantung menjadi suatu faktor risiko utama (mayor). Tetapi beberapa peneliti mengatakan bila ada anak yang menderita kelainan jantung bawaan maka saudara kandungnya mempunyai kemungkinan mendapat kelainan jantng bawaan 1 - 3%, juga bila dalam silsilah keluarga ada yang mendapat kelainan jantung bawaan maka kemungkinan mendapat kelainan sekitar 2 - 4%.
(20)
Kelainan kromosom. Sekitar 6 - 10 % penderita kelainan jantung bawaan mempunyai kelainan kromosom, atau dengan kata lain sekitar 30% bayi yang mempunyai penyimpangan kromosom menderita kelainan jantung bawaan. Misalnya pada anak dengan Down syndrom maka sekitar 40 % mempunyai kelainan jantung bawaan (Indriwanto, 2007).
2.1.4. Klasifikasi Penyakit Jantung Bawaan
Defek jantung kongenital dapat dibagi menjadi dua kelompok besar didasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan dengan pemeriksaan fisik, dibantu dengan oksimetri transkutan (Bernstein, 2000).
2.1.4.1. Penyakit jantung bawaan non sianotik
Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis. Terdapat 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu PJB non sianotik dengan lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan dan PJB non sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di jantung (Roebiono, 2003). Kelompok PJB non sianotik yang terdapat aliran pirau dari kiri dan kanan: A. Defek Septum Atrium
Defek septum atrium ditandai dengan adanya cacat di septum intra atrial yang memungkinkan aliran balik vena pulmonalis dari atrium kiri ke atrium kanan (Markham, 2014).
Defek septum atrial pada bayi dan anak merupakan kelainan jantung bawaan dengan angka kejadian 1 dari 1500 kelahiran hidup dan merupakan 5-10% dari semua penyakit jantung bawaan. Ada 4 tipe DSA, yaitu DSA primum, DSA sekundum, DSA sinus venosus serta DSA sinus koronarius (Noormanto, 2010).
Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu: Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum
(21)
Kejadian DSA Ostium primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB.
Ostium Sekundum, defek ini terdapat pada daerah fosa ovalis. Ini adalah bentuk defek sekat atrium yang paling sering dan bersama dengan katup atrioventrikular normal. Defek ini mungkin tunggal atau multiple. Wanita beresiko 3 kali lebih banyak dari pada pria.
Sinus Venosus, defek terletak pada bagian atas sekat atrium berhubungan dekat dengan masuknya vena cava superior. Seringkali, satu atau lebih vena pulmonalis (biasanya dari paru kanan) secara anomali mengalirkan kedalam vena cava superior (Bernstein, 2000). Sinus koronarius, defek ini terletak di bagian septum atrium yang
mencakup lubang sinus koroner dan ditandai oleh tidak adanya setidaknya sebagian dari dinding yang biasa memisahkan sinus koroner dengan atrium kiri (Bezold, 2013).
B. Defek Septum Ventrikel
Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehinggal terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy, 2013). Defek septum ventrikel merupakan bentuk malformasi jantung paling sering, meliputi 25% penyakit jantung kongenital( Bernstein, 2000). Menurut Soto dkk. dalam Djer (2010), DSV dapat diklasifikasikan menjadi 4:
DSV perimembranosa
Pada jenis ini, sebagian besar defek terdapat pada septum ventrikel pars membranosa, akan tetapi hampir selalu mencakup juga septum pars muskularis yang berdekatan. Oleh karena itu, DSV ini lebih sering disebut sebagai DSV perimembranosa atau infrakirista atau subaorta. DSV perimembranosa merupakan DSV yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar 70%.
(22)
Sekitar 5-7% DSV di Negara barat merupakan DSV outlet/infundibular/konal dan di Negara timur jenis ini dilaporkan sekitar 30%. DSV jenis ini terletak di septum outlet/konal dan pinggirnya dibentuk oleh annulus katup aorta dan pulmonalis. Jenis ini dulu disebut juga dengan DSV suprakrista, konal, subpulmonalis atau subarterial. DSV yang terletak tepat di bawah katup aorta dan pulmonalis disebut juga dengan DSV subarterial atau doubly commited subarterial defect atau DSV tipe oriental.
DSV intlet
DSV intlet berkisar antara 5-8%. DSV terletak di posterior dan inferior dari septum ventrikel pars membranosa, di bawah daun katup trikuspid pars septalis katup dan di inferior dari mukulus papilaris konus.
DSV muskularis
DSV jenis ini merupakan 5-20% DSV. Defek sering multiple.
Berdasarkan lokasinya DSV muskularis dibagi lagi menjadi 4 (Djer, 2010) :
a. Apikalis, DSV terletak di bagian apeks jantung
b. Midmuskularis, DSV terletak posterior dari trabekula septomarginalis.
c. Anterior/marginalis, DSV ini biasanya multiple, kecil dan berliku-liku, terletak sepanjang septal junction ventrikel kanan.
d. Sweet cheese, DSV multiple, mencakup semua komponen septum ventrikel.
C. Duktus Arteriosus Paten
Merupakan suatu kelainan dimana vascular yang menghubungkan arteri pulmonal dan aorta pada fase fetal tetap paten sampai lahir. (Ghanie, 2009). Penutupan fungsional duktus normalnya terjadi segera setelah lahir, tetapi jika duktus tetap terbuka ketika tahanan vascular pulmonal turun, darah aorta darah aorta dialirkan ke dalam arteri pulmonalis. PDA merupakan salah satu anomali kardiovaskuler
(23)
kongenital yang paling sering akibat infeksi rubela ibu selama awal kehamilan (Bernstein, 2000).
D. Defek Septum Atrioventrikular
Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan DSA dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular (Bernstein, 2007).
Defek septum atrioventrikular mewakili sekitar 4% dari anomali jantung bawaan dan sering dikaitkan dengan kelainan jantung lainnya. Menurut Spicer, defek septum atrioventrikular mencakup 30-40% dari kelainan jantung pada pasien dengan sindrom Down yang telah diamati (Ohye, 2013).
Kelompok PJB non sianotik yang tidak terdapat pirau antara lain: A. Stenosis Aorta
Stenosis aorta derajat ringan atau sedang umumnya asimptomatik sehingga sering terdiagnosis secara kebetulan karena saat pemeriksaan rutin terdengar bising sistolik ejeksi dengan atau tanpa klik ejeksi di area aorta; parasternal sela iga 2 kiri sampai ke apeks dan leher. Pada stenosis aorta yang ringan dengan gradien tekanan sistolik kurang dari 50 mmHg tidak perlu dilakukan intervensi. Intervensi bedah valvotomi atau non bedah Balloon Aortic Valvuloplasty harus segera dilakukan pada neonatus dan bayi dengan stenosis aorta valvular yang kritis serta pada anak dengan stenosis aorta valvular yang berat atau gradien tekanan sistolik 90 – 100 mmHg (Roebiono, 2003).
Prognosisnya baik pada kebanyakan anak dengan stenosis aorta ringan sampai sedang. Pada sejumlah kecil penderita yang menderita obstruksi berat, kematian mendadak pernah terjadi. Pada keadaan tersebut biasanya ada bukti hipertrofi ventrikel kiri menyeluruh. Bayi yang datang sesudah umur satu atau dua minggu pertama berespons baik terhadap pengurangan stenosis, dan fungsi ventrikel kiri membaik (Bernstein, 2000).
(24)
B. Stenosis Pulmonal
Stenosis pulmonal adalah kelainan jantung bawaan yang umum, ditandai dengan obstruksi aliran dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Stenosis pulmonal dapat terjadi sendiri atau dihubungkan dengan jenis lain kelainan jantung bawaan (Peng and Perry, 2013). Status gizi penderita dengan Stenosis pulmonal umumnya baik dengan pertambahan berat badan yang memuaskan. Bayi dan anak dengan stenosis pulmonal ringan umumnya asimptomatik dan tidak sianosis sedangkan neonatus dengan stenosis pulmonal berat atau kritis akan terlihat takipnoe dan sianosis (Roebiono, 2003).
C. Koarktasio Aorta
Koarktasio aorta adalah penyempitan terlokalisasi pada aorta yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus. Koarktasio aorta dapat pula terjadi praduktal atau pascaduktal. Gejala dapat timbul mendadak. Tanda klasik koarktasio aorta adalah nadi brakialis yang teraba normal atau kuat, sedangkan nadi femoralis serta dorsalis pedis tidak teraba atau teraba kecil (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994).
Kelainan ini memiliki kejadian 1 dari 6000 kelahiran hidup. Koarktasio aorta sering terjadi pada pasien dengan Sindrom Turner (45, XO) (Berg and Brown, 2011).
2.1.4.2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan–kaki dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar dalam darah lebih dari 5 gram %. (Roebiono, 2003)
(25)
1. Tetralogi Fallot
Tetralogi fallot secara klasik terdiri atas kombinasi dari penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan (stenosis pulmonal), defek sekat ventrikel (DSV), dekstroposisi aorta dengan menumpangi sekat, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bernstein, 2000).
Tetralogi Fallot (TF) menggambarkan sekitar 10% dari kasus penyakit jantung bawaan (PJB), terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran dan merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung jantung bawaan sianosis. Kelainan ini mencakup sepertiga dari semua PJB pada pasien yang lebih muda dari 15 tahun (Bhimji, 2014).
Perubahan fisiologis yang terjadi pada pasien TF tergantung dua variable, derajat obstruksi pulmonal dan resistensi vascular sistemik. Sebagian besar pasien dengan TF akan mengalami gangguan pertumbuhan, kadang terjadi sirkulasi kolateral ke paru sehingga dapat mempertahankan pertumbuhan. Hipertrofi ventrikel kanan biasanya tidak terlalu berat, tidak sampai terjadi obliterasi rongga ventrikel kanan, sehingga masih dimungkinkan tindakan reparasi. Bila obstruksi pulmonal tidak terlau berat maka derajat sianosis ringan, dikenal sebagai acyanotic fallot atau pink tetralogy, terkadang dapat ditemui pada dewasa muda (Ghanie, 2009).
2. Transposisi Arteri Besar
Pada transposisi arteri besar ini, setiap pembuluh darah besar keluar secara tidak tepat dari ventrikel yang berlawanan, yaitu aorta berasal dari ventrikel kanan sedangkan arteri pulmonal berasal dari ventrikel kiri (Berg and Brown, 2011).
Kelainan ini mencapai 5-7% dari semua pasien dengan penyakit jantung bawaan di Amerika Serikat. Kejadian pertahun secara keseluruhan adalah 20-30 per 100.000 kelahiran hidup. Transposisi arteri besar terjadi tersendiripada 90% pasien dan jarang berhubungan dengan sindrom atau malformasi ekstrakardiak. Kelainan jantung
(26)
bawaan ini lebih sering terjadi pada bayi dari ibu yang terkena diabetes (Charpie, 2013).
3. Atresia Pulmonal dengan Defek Sekat Ventrikel
Atresia pulmonal dengan defek sekat ventrikel adalah penyakit jantung bawaan sianotik ditandai dengan tidak berkembangnya saluran keluar ventrikel kanan dengan atresia katup pulmonal dan defek septum ventrikel besar (VSD). Perkiraan terbaik dari frekuensi relatif dari atresia paru dengan defek septum ventrikel adalah 2,5-3,4% dari semua cacat jantung bawaan. Atresia paru dengan defek septum ventrikel sedikit lebih umum pada laki-laki daripada perempuan (Cruz, 2012). 4. Atresia Pulmonal dengan Sekat Ventrikel Utuh
Pada kelainan ini daun katup pulmonal berfusi sempurna membentuk membrane, dan saluran aliran keluar ventrikel kanan atresia. Karena tidak ada defek sekat ventrikel, tidak ada jalan keluar darah dari ventrikel kanan. Karena duktus arteriosus menutup pada umur beberapa jam atau beberapa hari pertama, bayi dengan atresia pulmonal dan sekat ventrikel utuh menjadi sangat sianotik (Bernstein, 2000).
Di Amerika Serikat atresia pulmonal dengan sekat ventrikel utuh terjadi pada 7 -8 per 100.000 kelahiran hidup dan 0,7-3,1% pada pasien dengan penyakit jantung bawaan (Charpie, 2014).
5. Atresia Trikuspidal
Pada atresia trikuspidal tidak ada jalan keluar dari atrium kanan ke ventrikel kanan dam seluruh vena sistemik kembali masuk ke jantung kiri dengan melalui foramen ovale atau defek sekat atrium (DSA) yang menyertai. (Bernstein, 2000)
Bergantung pada derajat obstruksi dan kelainan yang terjadi, atresia trikuspid mungkin dapat menyebabkan kematian saat lahir. Tanpa operasi, pasien jarang bertahan sampai dewasa. (Mancini, 2013)
(27)
2.1.5. Diagnosis Penyakit Jantung Bawaan
Menurut Roebiono (2007) keberhasilan tatalaksana pada penyakit jantung bawaan bergantung pada ketepatan diagnosisnya. Diantaranya:
a. Anamnesis Pasien
Anamnesis mengenai riwayat penyakit yang diajukan kepada orang tua pasien harus dilakukan secara sistematis dan terarah untuk mendapatkan informasi yang lengkap. Dimulai dari riwayat keluarga dan riwayat selama masa kehamilan yang berkaitan dengan kejadian yang diduga sebagai faktor penyebab. Gejala yang dapat ditemukan diantaranya bayi cepat lelah saat diberikan ASI, pernafasan yang cepat dan memburu serta banyak berkeringat.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik kardivaskular yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan nadi dan tekanan darah yang dilakukan pada keempat anggota gerak, dilakukannya auskultasi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada dinding dada, dan pemeriksaan organ tubuh lainnya seperti hati, paru-paru, dan limpa.
c. Pemeriksaan elekrokardiografi
Dari pemeriksaan EKG ini dapat diketahui irama jantung yang normal, adanya aritmia, frekwensi denyut jantung, adanya gangguan atau hambatan hantaran listrik, hipertrofi otot atrium dan ventrikel dan tanda-tanda adanya hipoksia. Kelainan anatomi atau adanya beban tekanan atau volume yang berlebihan di dalam ventrikel atau atrium akan menyebabkan kelainan aktivitas listrik, sehingga beberapa jenis PJB mempunyai gambaran EKG yang spesifik.
d. Pemeriksaan Foto Toraks
Dari pemeriksaan foto toraks dapat diketahui kondisi paru-paru, ukuran dan bentuk jantung, adanya hipertrofi atrium dan ventrikel, pembuluh darah utama yang keluar dari jantung ataupun pembuluh darah di paru-paru akibat PJB dapat terdeteksi.
(28)
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan alat transduser di dinding dada yang akan mengirimkan gelombang suara frekuensi tinggi (ultra sound) dan menerima kembali suara tersebut yang dipantulkan oleh segmen-segmen jantung dengan kepadatan yang berbeda. Dengan mengubah posisi dan arah transduser sesuai dengan lokasi segmen potongan jantung akan tampak spektrum eko dari objek yang diamati seperti ruang-ruang, katup, sekat dan dinding jantung serta pembuluh darah utama secara lebih jelas dan spesifik. Dengan alat Doppler dapat diukur aliran darah di dalam jantung dan pembuluh darah. Perubahan arah, kecepatan dan turbulensi aliran darah akibat beratnya kelainan anatomi jantung akan terdeteksi. Kombinasi pemeriksaan ekokardiografi 2-dimensi dengan Doppler berwarna akan memperlihatkan anatomi dan profil aliran didalam jantung yang akan meningkatkan akurasi diagnosis.
Diagnosis PJB dapat ditegakkan secara lengkap dengan melakukan pemeriksaan ekokardiografi secara sistimatis analisis segmental anatomi jantung mulai dari penentuan letak (situs), pembuluh darah balik yang masuk ke jantung, hubungan antara ventrikel dan atrium jantung, serta struktur anatomi setiap ruang-ruang, dinding, sekat serta katup-katup jantung. Dengan pemeriksaan Doppler dapat diketahui ada tidaknya dan arah aliran pirau melalui lubang sekat, menilai beratnya penyempitan katup jantung, kebocoran katup serta mengukur tekanan dalam ruang-ruang jantung dan curah jantung.
2.2. Status Gizi 2.2.1. Definisi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2005).
(29)
2.2.2. Penilaian Status Gizi
Pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi dua yaitu secara langsung dan tidak langsung (Supariasa, 2001).
1. Penilaian Gizi Secara Langsung
Penilaian gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian a) Antropometri
Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Penggunaan antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energy.. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit. Indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (Supariasa, 2001).
Dalam beberapa kasus, antropometri dapat mendeteksi derajat sedang dan berat dari malnutrisi, tetapi metode ini tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi defisiensi nutrisi secara spesifik (Gibson, 2005).
b) Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya digunakan untuk survey
(30)
klinis secara cepat (rapid clinical surveys (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c) Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot (Supariasa, 2001).
d) Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian tubuh lainnya (Supariasa, 2001).
2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung terbagi 3 yaitu, survey konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Supariasa, 2001).
a) Survey konsumsi Makanan
Merupakan metode yang digunakan dengan melihat jenis dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi. Survey ini dapat mengidentifikasi kekurangan atau kelebihan gizi.
b) Statistik vital
Pengukuran ini dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.
c) Faktor Ekologi
Metode penilaian gizi sering termasuk pengumpulan informasi pada berbagai faktor lain yang diketahui mempengaruhi status gizi individu atau populasi, termasuk data sosial ekonomi dan demografi yang
(31)
relevan. Variabel yang termasuk diantaranya adalah komposisi rumah tangga, pendidikan, keadaan buta huruf, suku, agama, pendapatan, pekerjaan, sumber daya material, penyediaan air dan sanitasi rumah tangga, akses ke layanan kesehatan dan pertanian, serta kepemilikan tanah dan informasi lainnya (Gibson, 2005).
2.2.3. Istilah dan Pengertian 1. Umur
Dihitung dalam bulan penuh. Contoh: 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.
2. Panjang Badan (PB)
Digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm.
3. Tinggi Badan (TB)
Digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm.
4. Gizi Kurang dan Gizi Buruk
Status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).
5. Pendek dan Sangat Pendek
Status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) 6. Kurus dan Sangat Kurus
Status gizi yang didasarkan pada indeks Berat badan menurut Panjang badan(BB/PB) atau Berat badan menurut Tinggi badan (BB/TB) yang merupakan padanan istilah wasted (kurus) dan severely wasted (sangat kurus).
(32)
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
Indeks Kategori Status Gizi
Ambang Batas (Z-Score)
Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak umur 0-60 bulan
Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) Anak Umur 0-60
bulan
Panjang badan menurut umur
Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB)
atau Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak umur
0-60 bulan
Indeks Massa Tubuh menurt Umur (IMT/U)
Gizi Buruk Gizi kurang Gizi Baik Gizi Lebih Sangat Pendek Pendek Normal Tinggi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sangat kurus Kurus <-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
<-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
<-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
<-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2 SD
-2 SD sampai dengan 2 SD >2 SD
<-3 SD
(33)
Anak Umur 0-60 bulan
Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak umur 5 – 18 tahun
Normal gemuk Obesitas Sangat kurus Kurus Normal gemuk Obesitas SD
-2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD
<-3 SD
-3 SD sampai dengan <-2 SD
-2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD
>2 SD Sumber: Depkes 2010
2.2.4. Pengukuran Antropometri
Pengertian istilah Nutritional Anthropometry mula-mula muncul dalam Body Measurements and Human Nutrition yang ditulis oleh Brozek pada tahun 1966 yang telah didefinisikan oleh Jelliffe (1966) sebagai pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda. Pengukuran antropometri terdiri dari dua jenis, yaitu penilaian ukuran tubuh, dan menentukan komposisi tubuh. Pengukuran penentuan komposisi tubuh dapat dibagi lagi menjadi pengukuran lemak tubuh dan massa tubuh bebas lemak (Gibson, 2005).
Pengukuran dengan cara-cara yang baku dilakukan beberapa kali secara berkala pada berat dan tinggi badan, lingkaran lengan atas, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit (skinfold) diperlukan untuk penilaian pertumbuhan dan status gizi pada bayi dan anak (Narendra, 2006).
1. Berat dan Tinggi Badan terhadap umur :
• Pengukuran antropometri sesuai dengan cara-cara yang baku, beberapa kali secara berkala misalnya berat badan anak diukur tanpa baju, mengukur panjang bayi dilakukan oleh 2 orang
(34)
pemeriksa pada papan pengukur (infantometer), tinggi badan anak diatas 2 tahun dengan berdiri diukur dengan stadiometer.
• Baku yang dianjurkan adalah buku NCHS secara Internasional untuk
anak usia 0-18 tahun yang dibedakan menurut jender laki-laki dan wanita.
• Cara canggih yang lebih tepat untuk menetapkan obesitas pada anak
dengan kalkulasi skor Z (atau standard deviasi) dengan mengurangi nilai berat badan yang dibagi dengan standard deviasi populasi referens. Skor Z =atau > +2 (misalnya 2SD diatas median) dipakai sebagai indikator obesitas.
2. Lingkar kepala, lingkar lengan, lingkaran dada diukur dengan pita pengukur yang tidak molor. Baku Nellhaus dipakai dalam menentukan lingkaran kepala (dikutip oleh Behrman, 1968). Sedangkan lingkaran lengan menggunakan baku dari Wolanski, 1961 yang berturut-turut diperbaiki pada tahun 1969.
3. Tebal kulit di ukur dengan alat Skinfold caliper pada kulit lengan, subskapula dan daerah pinggul., penting untuk menilai kegemukan. Memerlukan latihan karena sukar melakukannya dan alatnyapun mahal (Harpenden Caliper).
Penggunaan dan interpretasinya yang terlebih penting.
4. Body Mass Index (BMI) adalah Quetelet’s index, yang telah dipakai secara luas,
yaitu berat badan(kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2). Tabel 2.2. Kategori IMT berdasarkan WHO (2000)
Kategori IMT (kg/m2)
Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 24,99
Overweight ≥ 25,00
Preobese 25,00 – 29,99
Obesitas tingkat 1 30,00 – 34,99 Obesitas tingkat 2 35,00 – 39,9
(35)
Obesitas tingkat 3 ≥ 40,0 Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)
2.2.5. Penilaian Indeks Massa Tubuh Anak
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah jumlah yang dihitung dari berat dan tinggi badan anak. IMT dapat merupakan suatu indikator yang dapat menilai kegemukan tubuh bagi sebagian besar anak-anak dan remaja (CDC, 2011).
Setelah IMT dihitung, hasil IMT diplot pada grafik CDC-IMT ataupun kurva WHO sesuai usia (baik anak perempuan atau anak laki-laki) untuk mendapatkan peringkat persentil. Persentil adalah indikator yang paling umum digunakan untuk menilai ukuran dan pertumbuhan pola masing-masing anak di Amerika Serikat. Persentil menunjukkan posisi relatif dari hasil IMT anak antara anak-anak dari jenis kelamin dan usia yang sama. Grafik pertumbuhan menunjukkan kategori status berat badan digunakan dengan anak-anak dan remaja (underweight, berat badan yang sehat, kelebihan berat badan, dan obesitas). Kurva CDC dan WHO terdapat pada lampiran.
Berikut ini merupakan kategori IMT berdasarkan usia: a. Kurva CDC
< 5th persentil : Underweight 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil : Overweight
>= 95th persentil : Obesitas b. Kurva WHO
< 5th persentil : Underweight 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik) 85th persentil - < 95th persentil : Overweight
(36)
Nilai z-score untuk kurva WHO:
< -3SD : Gizi buruk / Kurus sekali < -2SD s/d -3SD : Gizi kurang / Kurus -2SD s/d +2SD : Gizi baik / Normal > +2SD : Gizi lebih / Gemuk
2.2.6. Status Gizi Pada Anak PJB
Dukungan nutrisi untuk bayi dan anak-anak dengan PJB mencakup berbagai topik dari perawatan akut pada masa bayi hingga perawatan kronis di masa kanak-kanak. Besarnya pengaruh cacat jantung pada pertumbuhan, perkembangan, dan status gizi tergantung pada lesi tertentu dan beratnya. malnutrisi dan hambatan pertumbuhan yang umum di seluruh dunia pada bayi dan anak-anak dengan PJB (Wessel and Samour, 2005).
Sudah menjadi pandangan umum bahwa anak-anak dengan penyakit jantung bawaan seringkali kecil dan kekurangan gizi. Kegagalan untuk berkembang tampaknya menjadi tampilan umum dari anak-anak dengan penyakit jantung bawaan. Ada tiga kemungkinan penjelasan untuk temuan ini (Mitchell, 1994) :
1. Tidak cukupnya pasokan makanan. Ini mungkin ini tidak akan memberikan pengaruh terhadap kegagalan pertumbuhan dalam masyarakat modern dengan ketersediannya pelayanan sosial. Kebanyakan orang tua yang menyadari perkembangan buruk dari anak mereka sangat termotivasi untuk membantu.
2. Malabsorbsi atau kesulitan makan, contohnya berasal dari rasa kelelahan dan sesak napas, dapat membatasi asupan makanannya. 3. Hipermetabolisme. Meskipun kemungkinan adanya hipoksia
jaringan, anak dengan PJB relatif terjadi hipermetabolisme dan menunjukkan kegagalan pertumbuhan apabila asupan nutrisi tidak meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan (Mitchell, 1994).
(37)
Alasan lainnya, peningkatan metabolisme dapat disebabkan oleh kebutuhan jaringan spesifik seperti jaringan hematopoietik, otot jantung dan otot respirasi. Polisitemia dapat terjadi oleh karena mekanisme adaptasi pada hipoksia kronis dan asidosis. Peningkatan Respiratory Rate membutuhan pengeluaran energi yang ekstra untuk menyediakan kebutuhan energi. Hipertrofi otot jantung menggunakan 20-30% total konsumsi oksigen tubuh, yang biasanya hanya meggunakan sebesar 10% pada jantung yang normal (Forchielli et al, 1994 dikutip oleh Edwina 2012).
Faktor yang dapat menyebabkan gagal tumbuh pada bayi dan anak dengan PJB (Wessel and Samour, 2005) :
1. Lesi di kardiak
Sianotik : Dapat mengurangi berat badan dan tinggi badan Asianotik
Obstruktif: pertumbuhan linier mempengaruhi lebih dari berat badan
Left to right shunt : mengurangi berat badan lebih dari tinggi badan dalam tahap awal, berat badan kurang dari anak-anak sianotik, pirau yang besar mempengaruhi kompartemen cairan tubuh
2. Asupan energi yang tidak cukup: asupan energi mungkin rata-rata hanya 80-90% dari anak-anak tanpa PJB.
Penurunan energi untuk makan : bersemangat pada saat akan makan tetapi cepat lelah dan tidak dapat menyelesaikan makan. Anoreksia, cepat kenyang terlihat pada anak : asupan makan
sangat sedikit
3. Peningkatan metabolisme : meningkatkan pengeluaran energi untuk bayi dan peningkatan 36% pada tingkat metabolisme yang diamati pada anak dengan PJB.
(38)
Perlambatan pengosongan lambung : Rasa cepat kenyang, peningkatan potensial refluks gastroesophageal.
5. Faktor prenatal
Trisomy 21 (Sindrom Down) : keterlambatan pertumbuhan postnatal dapat merupakan karakteristik dari sindrom tersebut.
(39)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran status gizi pasien anak yang menderita penyakit jantung bawaan.
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian 3.2. Definisi Operasional
Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 tahun.
Penyakit jantung bawaan adalah suatu kelainan pada stuktur atau fungsi sirkulasi jantung yang telah ada saat lahir yang telah didiagnosa oleh dokter spesialis dan telah terbukti dengan pemeriksaan penunjang diantaranya foto toraks, elektrokardiogram, dan echokardiografi.
Status gizi adalah ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat diukur dengan metode antropometri yaitu dengan perhitungan indeks massa tubuh.
3.3. Cara Ukur
Cara ukur pada penelitian ini adalah dengan menghitung indeks massa tubuh pasien berdasarkan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) kemudian di plot kan ke kurva WHO dan CDC.
Anak penderita penyakit
jantung bawaan Status Gizi
(40)
3.4. Alat Ukur
Alat ukur pada penelitian ini adalah data rekam medis pasien anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
3.5. Hasil Ukur
Hasil ukur pada penelitian ini adalah:
< 5th persentil : Underweight (Gizi Kurang) 5th persentil - < 85th persentil : Normal (Gizi Baik)
85th persentil - < 95th persentil : Overweight >= 95th persentil : Obesitas 3.6. Skala Ukur
Skala ukur yang dipakai pada penelitian ini adalah skala numerik yang kemudian dikonversikan menjadi skala ordinal.
(41)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan melihat gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian direncanakan akan dilakukan pada bulan Juli 2014 – Oktober 2014. Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat pelayanan kesehatan pemerintah yang menjadi tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah Sumatera Utara.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh anak dengan penyakit jantung bawaan berusia kurang dari 18 tahun di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2012 – Desember 2013.
4.3.2. Sampel
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling dimana semua pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menjadi sampel penelitian.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi
Pasien penderita penyakit jantung bawaan yang berumur 0-18 tahun yang berobat di RSUP. Haji Adam Malik periode januari 2012 – Desember 2013.
(42)
Pasien tidak memiliki data tentang berat badan dan tinggi badan di rekam medis.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan melihat berat badan dan tinggi badan pasien yang berumur 0 – 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang tercatat di rekam medis dari Januari 2012 hingga Desember 2013 di RSUP. Haji Adam Malik Medan.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik Medan akan diolah menggunakan sistem komputerisasi. Analisis data dilakukan secara dekriptif dengan menggunakan program komputer statistik yang sesuai. Data yang akan diolah adalah mean dan standar deviasi
(43)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan dengan pecatatan data pada rekam medis anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan yang dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu bulan Oktober 2014.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik sebagai rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Rumah sakit ini berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Mallik telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standard an tenaga kesehatan yang kompeten. RSUP Haji Adam Malik juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang bervariasi. RSUP Haji Adam Malik memiliki bagian instalasi rekam medis yang merupakan tempat pengambilan data pada penelitian ini.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Sampel dalam penelitian ini merupakan seluruh anak berusia kurang dari 18 tahun dengan penyakit jantung bawaan di RSUP. Haji Adam Malik periode 2012-2013. Jumlah keseluruhan pasien anak PJB berusia kurang dari 18 tahun pada periode Januari 2012 - Desember 2013 yang terdapat dalam rekam medis adalah sebanyak 122 sampel, dengan karakteristik sebagai berikut:
(44)
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Laki-Laki 61 50
Perempuan 61 50
Total 122 100
Dari tabel 5.1. dapat dilihat terdapat jumlah yang seimbang antara sampel laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel laki-laki sebanyak 61 orang (50%) dan jumlah sampel perempuan sebanyak 61 orang (50%).
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel berdasarkan Rentang usia
Rentang Usia Frekuensi %
0 - 24 bulan (0-2 tahun) 60 49.2
25 - 48 bulan (>2-4 tahun) 8 6.6
49 - 72 bulan (>4-6 tahun) 16 13.1
73 - 96 bulan (>6-8 tahun) 8 6.6
97 - 120 bulan (>8-10 tahun) 15 12.3
121 - 144 bulan (>10-12 tahun) 10 8.2
> 144 bulan (>12 tahun) 5 4.1
Total 122 100.0
Dari Tabel 5.2. jumlah sampel terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan sebanyak 60 orang (49,2%), diikuti oleh kelompok umur 49-72 bulan sebanyak 16 orang (13,1%), kemudian kelompok umur 97-120 bulan sebanyak 15 orang (12,3%), selanjutnya kelompok umur 121-144 bulan sebanyak 10 orang (8,2%), lalu kelompok umur 25-48 bulan dan 73-96 bulan didapati jumlah sampel yang sama yaitu masing-masing sebanyak 8 orang (6,6%), dan kelompok umur >144 bulan didapati sebanyak 5 orang (4,1%).
(45)
5.1.3. Hasil Analisa Data
Tabel 5.3. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis PJB
(AP)Atresia Pulmonal, (DSA)Defek septal atrial, (AT)Atresia Trikuspid, (PDA)Paten duktus arteriosus, (TAB)Transformasi arteri besar, (TOF)Tetralogy of fallot, (DSV)Defek septal ventrikel
Dari tabel 5.3. dapat dilihat dari 122 sampel jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD yaitu sebanyak 36 orang (29,5%), diikuti jenis PDA sebanyak 32 orang (26,2%), kemudian ASD sebanyak 24 orang (19,7%), selanjutnya TOF sebanyak 20 orang (16,4%), lalu TGA sebanyak 7 orang (5,7%), jenis AP sebanyak 2 orang (1,6%), dan AT sebanyak 1 orang (0,8%).
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Status Gizi Sampel Berdasarkan Indeks Massa Tubuh dan jenis PJB
Kategori Status Gizi Asianotik Sianotik Total
Underweight (gizi kurang) 63 17 80
Normal (gizi baik) 27 11 38
Overweight 0 1 1
Obesitas 2 1 3
Total 92 30 122
Jenis PJB Frekuensi %
PJB Asianotik
DSV 36 29,5
DSA 24 19,7
PDA 32 26,2
PJB sianotik
TOF 20 16,4
TAB 7 5,7
AP 2 1,6
AT 1 0,8
(46)
Berdasarkan Tabel 5.4. untuk jenis PJB Asianotik status gizi yang paling banyak adalah underweight (gizi kurang) yaitu sebanyak 63 orang (68,5%), status gizi normal (gizi baik) yaitu sebanyak 27 orang (29,3%), status gizi obesitas sebanyak 2 orang (2,2%). Tidak ditemukan sampel dengan status gizi overweight untuk jenis PJB Asianotik.
Untuk jenis PJB Sianotik status gizi mayoritas juga adalah underweight (gizi kurang) sebanyak 17 orang (56,7%), status gizi baik sebanyak 11 orang (36,7%), serta status gizi overweight dan obesitas masing masing sebanyak 1 orang (3,3%).
5.2. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak dengan penyakit jantung bawaan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data sebanyak 122 sampel dari Januari 2012 sampai Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. Data tersebut digunakan sebagai panduan untuk menyusun pembahasan serta hasil akhir.
Dari tabel 5.1. dapat dilihat terdapat jumlah yang seimbang antara sampel laki-laki dan perempuan. Jumlah sampel laki-laki sebanyak 61 orang (50%) dan jumlah sampel perempuan sebanyak 61 orang (50%). Hasil yang didapatkan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pelangi (2010) yang mendapatkan mayoritas pasien PJB adalah perempuan yaitu sebanyak 75 orang (57,3%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%). Penelitian sebelumnya oleh Mitchell (1995) didapati hasil yang tidak jauh berbeda yaitu laki-laki sebanyak 23 orang dan perempuan sebanyak 25 orang. Perbedaan hasil penelitian dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan lokasi penelitian, waktu penelitian dan jumlah sampel.
Pada penggolonngan sampel berdasarkan rentang usia, sampel terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan sebanyak 60 orang (49,2%). Menurut teori, sekitar 2-3 dari 1000 neonatus akan bergejala penyakit jantung pada usia 1 tahun pertama. Diagnosis ditegakkan pada umur 1 minggu pada 40-50% penderita dengan penyakit jantung kongenital dan pada umur 1 bulan pada 50-60%
(47)
penderita. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Okoromah Christy A N et.al. (2011) yang menunjukkan kelompok usia terbanyak pada kelompok umur 0-59 bulan, yaitu sebanyak 64,3%, diikuti anak usia 60-120 bulan sebanyak 23,1%, dan anak berusia >120 bulan sebanyak 12,6%.
Pada penggolongan sampel berdasarkan jenis PJB didapatkan dari 122 sampel jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD yaitu sebanyak 36 orang (29,5%), dan yang paling sedikit ditemui adalah jenis AT sebanyak 1 orang (0,8%).Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang di lakukan oleh Sjarif et.al (2011) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang menunjukkan jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah jenis VSD yaitu sebanyak 23,2%, selanjutnya PDA sebanyak 13,7%, TOF 12,6%, dan ASD 7,4%. Ventrikel septal defek (VSD) merupakan malformasi jantung yang paling sering ditemui, meliputi 25% dari penyakit jantung kongenital (Bersntein, 2000). Salah satu komplikasi pada VSD adalah gangguan status gizi. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Rahayuningsih (2011) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menunjukkan malnutrisi terjadi pada 83% kasus VSD dan malnutrisi ringan paling sering ditemukan.
Berdasarkan data yang telah disajikan untuk jenis PJB Asianotik status gizi yang paling banyak adalah underweight (gizi kurang) yaitu sebanyak 63 orang (68,5%). Untuk jenis PJB Sianotik status gizi mayoritas juga adalah underweight (gizi kurang) sebanyak 17 orang (56,7%). Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kumala (2012) di RSUP dr. Kariadi Semarang menunjukkan hasil untuk jenis PJB Asianotik didapati 18 anak memiliki status gizi kurang (45%) dan 22 anak memiliki status gizi baik (55%). Untuk jenis PJB sianotik didapatkan hasil 11 anak memiliki status gizi kurang (84,6%) dan 2 anak memiliki status gizi baik (15,4%). Hasil penelitian Hariyanto (2012) di RSUP Dr. M. Jamil Padang menunjukkan status gizi terbanyak adalah gizi kurang yaitu sebanyak 51 orang (52%), selanjutnya gizi baik sebanyak 35 orang (35,7%), lalu gizi buruk sebanyak 7 orang (7,1) dan gizi lebih sebanyak 5 orang (5,1%). Hasil penelitian yang bervariasi dapat disebabkan oleh lokasi pengambilan data dan waktu pengambilan data.
(48)
Penyebab dari kekurangan gizi pada pasien penyakit jantung bawaan merupakan multifaktorial, diantaranya tidak adekuatnya asupan nutrisi, malabsorbsi, meningkatnya energi yang dibutuhkan oleh karena meningkatnya basal metabolisme tubuh. Tidak adekuatnya asupan nutrisi dapat dikatakan sebagai penyebab paling penting pasien dengan penyakit jantung bawaan memiliki status gizi kurang (Varan, 1999). Undernutrition pada jenis asianotik lebih tinggi dibandingkan lesi sianotik. Itu dapat disebabkan oleh adanya lesi shunt dari kiri ke kanan yang dapat menyebabkan menurunnya kardiak output ke sistemik. Pasien dengan kegagalan kongestif oleh karena lesi shunt intrakardiak kiri ke kanan, terutama dengan gagal jantung kanan dan elevasi tekanan vena sistemik dapat menimbulkan edema di dinding intestinal dan permukaan mukosa. Hal itu kemudian dapat menghalangi proses penyerapan nutrisi. Faktor lainnya yang dapat menjadi penyebab gizi kurang pada pasien PJB adalah kesulitan makan yang diantaranya disebabkan oleh rasa sesak nafas dan kelelahan saat makan (sjarif et.al, 2011). Itu membuat anak menjadi malas makan sehingga asupan nutrisi menjadi berkurang. Pada penelitian ini ditemukan anak dengan obesitas. Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor, diantaranya berat badan saat lahir, usia kehamilan, serta juga peranan orang tua. Kebanyakan orang tua yang telah mengetahui kondisi dari anaknya akan sangat termotivasi untuk membantu (Mitchell, 1995). Diantaranya dengan memberi perhatian yang lebih kepada sang anak.
(49)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis kelamin anak penderita PJB memiliki jumlah yang sama antara laki-laki dan perempuan.
2. Distribusi anak penderita PJB berdasarkan rentang usia terbanyak berasal dari kelompok umur 0-24 bulan.
3. Jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah VSD.
4. Status gizi terbanyak anak dengan PJB tipe asianotik adalah underweight (gizi kurang).
5. Status gizi terbanyak anak dengan PJB tipe sianotik adalah underweight (gizi kurang).
6.2. Saran
Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian ini, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit untuk lebih meningkatkan kelengkapan data dalam rekam medis sehingga lebih banyak lagi informasi yang dapat digunakan.
2. Diharapkan kepada bagian konsultasi gizi untuk memberi perhatian lebih pada pasien anak penderita PJB untuk dapat mengurangi kejadian status gizi
kurang.
3. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat menjadi sumber informasi yang lebih baik.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2005) Prinsip Dasar Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Bhimji, Shabir. (2014) Tetralogy of Fallot. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overview#a0156 [Accesed 15 May 2014]
Berg, David G., David W. Brown. (2011) Congenital Heart Disease. Dalam : Lily, L.S., 2011. Pathophysiology of Heart Disease. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Bernstein, Daniel. (2000) The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. (2000) Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed 15; Ed Bahasa
Indonesia, A. Samik Wahab. Jakarta : EGC
Bernstein, Daniel. (2007) The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. (2007) Nelson Textbook of Pediatrics 18th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier
Bezold, Louis I. (2013) Sinus Coronarius Atrial Septal Defect. Available from : http://emedicine.medscape.com/article/894363-overview [Accesed 15 May 2014]
Charpie, John R. (2013) Transposition of the Great Arteries. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/900574-overview#a0199 [Accesed 15 May 2014]
Charpie, John R. (2014) Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/898167-overview#a0199 [Accesed 16 May 2014]
(51)
Cruz, Edwin Rodriguez. (2012) Pulmonary Atresia with Ventricular Septal defect. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/905119-overview [accesed 16 May 2014]
Djer, Mulyadi M. (2010) Early Diagnosis and Management of Ventricular Septal Defect. Dalam : Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan : USU Press
Edwina, Elisabeth. (2012) Perbedaan Status Gizi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik. Semarang.
Ghanie, Ali. (2009) Penyakit Jantung Bawaan Pada Dewasa. Dalam : Sudoyo, Aru W et al. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed V. Jakarta : Interna Publishing
Gibson, Rosalind S. (2005) Principles of Nutritional Assessment. Ed 2nd. New York : Oxford University Press.
Hariyanto, Didik. (2012). Profil Penyakit Jantung Bawaan di Instalasi Rawat Inap Anak RSUP Dr.M.Djamil Padang Januari 2008 – Februari 2011. Sari Pediatri (14):3.
Harimurti, Ganesja M. (2008) Penyakit Jantung Bawaan: dari Pisau ke Jarum. Available from : http://www.kardiologi-ui.com/newsread.php?id=282 [Accesed 3 May 2014]
Hartriyanti, Y. & Triyanti. (2007) Penilaian Status Gizi. In : Syafiq, A. et all, eds. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rajagrafindo Persada.
Indonesian Heart Assosciation.(2011).Penyakit Jantung Bawaan, angka tinggi dengan tenaga terbatas. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Available from :
http://www.inaheart.org/index.php/public/information/news-detail/12 accesed 20 April 2014
(52)
Jantung BawaanAvailable from :
http://www.pjnhk.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=551
[Accesed 3May 2014]
Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. (2010) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta : Direktorat Bina Gizi.
Kumala, Elisabeth Edwina Indras. (2012) Perbedaan Status Gizi pada Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dan Asianotik. Semarang.
Linde, van der et al. (2011) Birth prevalence of congenital heart disease
worldwide: a systematic review and meta-analysis. Journal of the American College of Cardiology 58(21):2241-7.
Mancini, Mary C. (2013) Tricuspid Atresia. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/158359-overview [Accesed 16 May 2014]
Markham, Larry W. (2014) Atrial Septal Defect. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/162914-overview [Accesed 15 May 2014]
Mitchell, I.M., et al. (1995) Nutritional Status of Children with Congenital Heart Disease. British Heart Journal 73(3): 277–283.
Narendra, Moersintowarti B. (2006) Pengukuran Antropometri Pada Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak. Available from : http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-873im2-pkb.pdf [Accesed 17 May 2014]
Noormanto. (2010) Diagnosis dan Tatalaksana Dini Atrium Septal Defek. Dalam : Lubis, Bidasari et al. (2010) Kumpulan Naskah Lengkap PIT IV IKA Medan. Medan : USU Press
(53)
http://emedicine.medscape.com/article/903127-overview [Accesed 15 May 2014]
Okoromah CAN, Ekure EN, Lesi FEA, Okunowo WO, Tijani BO, Okeiyi JC. (2011) Prevalence, Profile and Predirectors of Malnutrition in Children with Congenital Heart Defects: a Case-Control Observational Study. Arch Dis Child. 96 (4) : 354-60.
Pelangi, Windarini. (2010) Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan.
PL, Bernier. Stefanescu A, Samoukovic G, Tchervenkov CI. (2010) The challenge
of congenital heart disease worldwide: epidemiologic and demographic facts.Seminars in thoracic and cardiovascular surgery 13(1):26-34
Peng, Lynn F., Stanton Perry. (2013) Pulmonic Stenosis (PS) in Neonates, Infant, and Children.Available from: http://www.uptodate.com/contents/pulmonic-stenosis-ps-in-neonates-infants-and-children [Accesed 18 May 2014] Rahayuningsih, Sri Endah. (2011). Hubungan Antara Defek septum ventrikel
dengan status gizi. Sari Pediatri (13):2.
Ramaswamy, P. (2013). Ventricular Septal Defect. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/892980-overview [Accesed 16 May 2014]
Roebiono, P.S. (2003) Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan. Available from:
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/poppy.roebiono/material/diagnosisdantat alaksanapjb-2.pdf [Accesed 15 May 2014]
Roebiono, P.S. (2007) Bagaimana dokter spesialis jantung melakukan
pemeriksaan pada anak dengan penyakit jantung bawaan? Available from
(54)
Rosenthal A. (1992) Nutritional Considerations in the Prognosis and Treatment of Children with Congenital Heart Disease. In : Suskind RM, Suskind MM, editors. Textbook of Pediatric Nutrition. 2nd ed. New York : Raven Press. Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang. (1994) Epidemiologi dan Etiologi
Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo., Madiyono, Bambang., Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara Sjarif, D. R., Anggriawan, S. L., Putra, S. T., & Djer, M. M. (2011).
Anthropometric profiles of children with congenital heart disease. Medical Journal of Indonesia 20:40-5.
Soeroso , S. & Sastrosoebroto, H. (1994) Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta: Binarupa Aksara.
Soetjiningsih. (1995) Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Supariasa, dkk. (2001) Penilaian Status Gizi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Varan, Birgül, Kürs¸ad Tokel, Gonca Yilmaz. (1999). Malnutrition and growth
failure in cyanotic and acyanotic congenital heart disease with and without pulmonary hypertension. Arch Dis Child;81:49–52
Wessel, Jacqueline Jones., Patricia Queen Samour. (2005) Cardiology. Dalam : Samour, P.Q. (2005) Pediatric Nutrition Third Ed. Canada : Jones and Bartlett Publishers.
(55)
LAMPIRAN
(56)
(57)
(1)
3.
Distribusi berdasarkan jenis jenis PJB
jenisPJB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid ap 2 1.6 1.6 1.6
asd 24 19.7 19.7 21.3
at 1 .8 .8 22.1
pda 32 26.2 26.2 48.4
tga 7 5.7 5.7 54.1
tof 20 16.4 16.4 70.5
vsd 36 29.5 29.5 100.0
Total 122 100.0 100.0
4.
Status gizi asianotik dan sianotik
Kpjb * kategori Crosstabulation Count
kategori
Total underweight
(gizi kurang)
normal (gizi
baik) overweight obesitas
Kpjb Asianotik 63 27 0 2 92
Sianotik 17 11 1 1 30
(2)
Data Induk
No.
RM nama
Jenis
pjb rentang usia bb tb usia Jenis
K. imt kategori pjb
112 anggun tga 49 - 72 bulan 16 109 6t pr 13.47 gizi baik Sianotik 2923 sri vsd 0 - 24 bulan 7.7 74 2t pr 14.06 gizi baik Asianotik 4232 ester vsd 0 - 24 bulan 2.85 49 1b pr 11.87 gizi kurang Asianotik 24 fadla tof 49 - 72 bulan 13 110 5t pr 10.74 gizi kurang Sianotik 6921 meira vsd 0 - 24 bulan 4.7 56 4b pr 14.99 gizi baik Asianotik 5927 elisa vsd 97 - 120 bulan 31 136 10t pr 16.76 gizi baik Asianotik 3526 bahman vsd 73 - 96 bulan 19 118 7t lk 13.65 gizi kurang Asianotik 9228 farex vsd 49 - 72 bulan 12 100 5t lk 12 gizi kurang Asianotik 5529 rezeki asd 0 - 24 bulan 2.7 53 8b pr 9.61 gizi kurang Asianotik 950 wisnu vsd 0 - 24 bulan 4.6 63 6b lk 11.59 gizi kurang Asianotik 9949 rohani tga 0 - 24 bulan 3.3 50 2m pr 13.2 gizi baik Sianotik 3951 haical vsd 0 - 24 bulan 4.9 56 8b lk 15.63 gizi baik Asianotik 6152 michael vsd 73 - 96 bulan 15 101 7t lk 14.7 gizi baik Asianotik 1818 agustina asd 121 - 144 bulan 21.5 140 12t lk 10.97 gizi kurang Asianotik 5510 luri vsd 49 - 72 bulan 14 103 5t lk 13.2 gizi baik Asianotik 4610 alifsyah vsd 97 - 120 bulan 20 112 9t lk 15.94 gizi baik Asianotik 1508 eko asd > 144 bulan 17 121 14t lk 11.61 gizi kurang Asianotik 2106 wildani vsd 0 - 24 bulan 3.2 52 4b lk 11.83 gizi kurang Asianotik 1105 lidia tof 97 - 120 bulan 18 113 10t pr 14.1 gizi baik Sianotik 3206 dea tof 0 - 24 bulan 10 95 2t pr 11.08 gizi kurang Sianotik 6100 haikal vsd 0 - 24 bulan 5.6 66 7b lk 12.86 gizi kurang Asianotik 2706 deseyan vsd 0 - 24 bulan 8 75 2t lk 14.22 gizi baik Asianotik 8807 cristofe asd 49 - 72 bulan 12 101 5t lk 11.76 gizi kurang Asianotik 3908 dafa vsd 97 - 120 bulan 25 132 9t lk 14.35 gizi baik Asianotik 5510 fani asd > 144 bulan 31 147 14t pr 14.35 gizi kurang Asianotik 3015 sidiq asd 25 - 48 bulan 16.5 105 4t lk 14.97 gizi baik Asianotik 7913 cici tga 0 - 24 bulan 3.2 58 3b pr 9.51 gizi kurang Sianotik 6414 siti asd 0 - 24 bulan 1.9 42 2b pr 10.77 gizi kurang Asianotik 7409 vindy tof 49 - 72 bulan 18 112 5t pr 14.35 gizi baik Sianotik 1451 fitriana vsd 0 - 24 bulan 4.2 60 3b pr 11.67 gizi kurang Asianotik
733 rotua vsd 49 - 72 bulan 16 111 6t pr 12.99 gizi kurang Asianotik 9354 revani vsd 49 - 72 bulan 15 107 6t pr 13.1 gizi kurang Asianotik 8253 lutfi vsd 121 - 144 bulan 22 133 11t lk 12.44 gizi kurang Asianotik 1109 panjaita vsd 0 - 24 bulan 9 70 1t lk 18.37 gizi baik Asianotik 4601 sarah asd 0 - 24 bulan 9.4 66 1t pr 21.58 obesitas Asianotik
(3)
303 santika asd > 144 bulan 42 144 14t pr 20.25 gizi baik Asianotik 7612 khairul asd 0 - 24 bulan 2.8 56 1b lk 8.93 gizi kurang Asianotik 3117 murni asd 0 - 24 bulan 2.3 63 7b pr 5.79 gizi kurang Asianotik 1304 irma vsd 49 - 72 bulan 10 95 5t pr 11.08 gizi kurang Asianotik 5014 anggrein asd > 144 bulan 28 145 13t pr 13.32 gizi kurang Asianotik 5004 fadma vsd 0 - 24 bulan 3 55 2b lk 9.92 gizi kurang Asianotik 5222 willi tga 73 - 96 bulan 15 116 7t lk 11.15 gizi kurang Sianotik 2327 arka tga 0 - 24 bulan 5.9 63 5b lk 14.87 gizi baik Sianotik 143 taolirma asd 0 - 24 bulan 4 52 2b lk 14.79 gizi baik Asianotik 1844 jona vsd 73 - 96 bulan 15 114 7t lk 11.54 gizi kurang Asianotik 7546 jumaris asd 25 - 48 bulan 13 97 4t pr 13.82 gizi baik Asianotik 3347 windy asd 0 - 24 bulan 6.5 72 1t pr 12.54 gizi kurang Asianotik 3151 ilham tof 121 - 144 bulan 34 113 11t lk 26.6 obesitas Sianotik 7343 johanes asd 0 - 24 bulan 2.6 49 2b lk 10.83 gizi kurang Asianotik 3540 sriani asd 0 - 24 bulan 7.3 62 7b lk 18.99 gizi baik Asianotik 8828 duma vsd 49 - 72 bulan 14 99 5t pr 14.28 gizi baik Asianotik 4638 andini asd 121 - 144 bulan 21 132 12t pr 12.05 gizi kurang Asianotik 3339 rafif asd 49 - 72 bulan 15 103 5t lk 14.14 gizi baik Asianotik 1505 aliwan vsd 121 - 144 bulan 16 116 11t lk 11.89 gizi kurang Asianotik 6737 eca vsd 0 - 24 bulan 5 63 5b pr 12.6 gizi kurang Asianotik 6837 bahagia tof 25 - 48 bulan 9 82 4t lk 13.38 gizi baik Sianotik 1435 zaki pda 0 - 24 bulan 6 63 7b lk 15.12 gizi baik Asianotik 4435 gracia pda 0 - 24 bulan 5.1 63 6b pr 12.85 gizi kurang Asianotik 1933 semiwati vsd 0 - 24 bulan 6.6 77 1t pr 11.13 gizi kurang Asianotik 7434 natasa asd 0 - 24 bulan 3.5 54 5b pr 12 gizi kurang Asianotik 6634 raihan pda 0 - 24 bulan 5.7 67 1t lk 12.7 gizi kurang Asianotik 3432 fikri pda 0 - 24 bulan 5 67 6b lk 11.14 gizi kurang Asianotik 4532 rafi asd 97 - 120 bulan 29 137 9t lk 15.45 gizi baik Asianotik 5832 lolanri vsd 97 - 120 bulan 19 121 10t pr 12.98 gizi kurang Asianotik 947 assyfa pda 0 - 24 bulan 3.4 54 6b pr 11.66 gizi kurang Asianotik 3610 andrian vsd 49 - 72 bulan 15 100 5t lk 15 gizi baik Asianotik 1650 bagus pda 0 - 24 bulan 4.1 62 3b lk 10.67 gizi kurang Asianotik 6835 dicky asd 97 - 120 bulan 41 131 9t lk 23.89 obesitas Asianotik 943 agus asd 97 - 120 bulan 20 140 9t lk 10.2 gizi kurang Asianotik 1950 ica pda 121 - 144 bulan 24 125 11t pr 15.36 gizi baik Asianotik 9549 rohani tga 0 - 24 bulan 3.3 50 1b lk 13.2 gizi baik Sianotik 1249 doani pda 0 - 24 bulan 5.5 68 8b pr 11.89 gizi kurang Asianotik 8449 sulastri pda 0 - 24 bulan 2.2 48 3h pr 9.55 gizi kurang Asianotik 2052 marchel pda 0 - 24 bulan 9.4 74 9b lk 17.17 gizi baik Asianotik 2952 rizki pda 97 - 120 bulan 22 107 10t lk 19.22 gizi baik Asianotik 551 sila pda 0 - 24 bulan 5.4 70 1t pr 11.02 gizi kurang Asianotik
(4)
9213 rafizly tga 0 - 24 bulan 4.1 61 3b lk 11.02 gizi kurang Sianotik 3547 febry pda 0 - 24 bulan 5.3 68 1t pr 11.46 gizi kurang Asianotik 9846 neyla asd 0 - 24 bulan 4.7 61 11b pr 12.63 gizi kurang Asianotik 9345 fahmi pda 49 - 72 bulan 14 104 6t lk 12.94 gizi kurang Asianotik 1012 sri ning pda 0 - 24 bulan 5 67 1t pr 11.14 gizi kurang Asianotik 6344 claudya pda 0 - 24 bulan 7.2 74 1t pr 13.15 gizi kurang Asianotik 3644 gabriel pda 97 - 120 bulan 21 125 9t pr 13.44 gizi baik Asianotik 6341 dafa at 0 - 24 bulan 6.4 67 8b lk 14.26 gizi kurang Sianotik 3541 janeeta tof 0 - 24 bulan 9 98 1t pr 9.37 gizi kurang Sianotik 4039 tiara pda 97 - 120 bulan 15 115 9t pr 11.34 gizi kurang Asianotik 9940 rafael pda 0 - 24 bulan 6.9 70 8b lk 14.08 gizi kurang Asianotik 7835 yopa pda 97 - 120 bulan 18 125 9t pr 11.52 gizi kurang Asianotik 1530 delisa vsd 0 - 24 bulan 4.9 73 10b pr 9.19 gizi kurang Asianotik 8630 habib tof 25 - 48 bulan 9 81 3t lk 13.72 gizi baik Sianotik 1828 josi pda 0 - 24 bulan 8.2 79 1t lk 13.14 gizi kurang Asianotik 4229 lia pda 49 - 72 bulan 14 102 5t pr 13.46 gizi baik Asianotik 7727 naomi pda 73 - 96 bulan 18 123 7t pr 11.9 gizi kurang Asianotik 4226 murnia pda 0 - 24 bulan 6.8 76 1t pr 11.77 gizi kurang Asianotik 5625 lady pda 0 - 24 bulan 5.5 68 8b pr 11.89 gizi kurang Asianotik 525 emily pda 73 - 96 bulan 15 119 7t pr 10.59 gizi kurang Asianotik 6414 lidya pda 121 - 144 bulan 22 134 11t pr 12.25 gizi kurang Asianotik 5314 riris pda 0 - 24 bulan 4.8 60 8b pr 13.33 gizi baik Asianotik 9821 dessy pda 0 - 24 bulan 1.95 42 1h pr 11.05 gizi kurang Asianotik 3815 ikram vsd 121 - 144 bulan 21 128 11t lk 12.82 gizi kurang Asianotik 2019 putri pda 97 - 120 bulan 17 115 10t pr 12.85 gizi kurang Asianotik 9520 rafi vsd 25 - 48 bulan 12 97 4t lk 12.75 gizi kurang Asianotik 4819 betaria pda 0 - 24 bulan 4.2 54 2b pr 14.4 gizi baik Asianotik 2621 juliana pda 0 - 24 bulan 5 59 4b pr 14.36 gizi kurang Asianotik 3439 iskhia vsd 97 - 120 bulan 18 117 9t lk 13.15 gizi kurang Asianotik 4751 afis ap 0 - 24 bulan 3.6 61 3b lk 9.67 gizi kurang Sianotik 9711 christia tof 0 - 24 bulan 4.5 67 3b pr 10.02 gizi kurang Sianotik 716 abizar ap 0 - 24 bulan 4.5 70 4b lk 9.18 gizi kurang Sianotik 1815 mei tof > 144 bulan 25 138 13t pr 13.13 gizi kurang Sianotik 125 oki tof 121 - 144 bulan 25 140 12t lk 12.76 gizi kurang Sianotik 2104 pide tof 73 - 96 bulan 21 119 8t lk 14.83 gizi baik Sianotik 2355 tangguh tof 49 - 72 bulan 14 111 6t lk 11.36 gizi kurang Sianotik 5614 sahibul tof 73 - 96 bulan 22 115 8t lk 16.64 gizi baik Sianotik 5415 ari tof 121 - 144 bulan 21 126 12t lk 13.23 gizi kurang Sianotik 5921 priska tof 0 - 24 bulan 7 84 2t pr 9.92 gizi kurang Sianotik 7752 satrio tof 0 - 24 bulan 4.5 65 8b lk 10.65 gizi kurang Sianotik 9333 rahma tof 97 - 120 bulan 20 136 11t pr 10.81 gizi kurang Sianotik
(5)
2233 desi vsd 25 - 48 bulan 7 78 3t pr 11.51 gizi kurang Asianotik 6634 bernad vsd 0 - 24 bulan 2.9 48 3b lk 12.59 gizi kurang Asianotik 6829 alif tof 25 - 48 bulan 11 91 4t lk 13.28 gizi baik Sianotik 3929 farhan tof 25 - 48 bulan 12.5 85 3t lk 17.3 overweight Sianotik 6431 rizky vsd 49 - 72 bulan 13 104 6t lk 12.02 gizi kurang Asianotik
(6)