Sistem Kesatuan Hidup Simaninggir

60

3.2.2. Sistem Kesatuan Hidup Simaninggir

Telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa Desa Simaninggir didirikan oleh marga Nainggolan yang merupakan salah satu panglima dari Sisingamangaraja. Marga boru 52 Rumah-rumah mereka dirikan selalu dengan marhara atau gotong-royong. Rumah berdiri secara berbanjar berhadap-hadapan, di tengahnya terdapat halaman yang menjadi milik desa. Halaman berfungsi sebagai tempat upacara adat, tempat bermain anak-anak, hewan peliharaan juga berkeliaran secara bebas, tempat menjemur dan menumbuk padi dan dapat membantu marga pendiri huta. Marga pendiri desa dinamakan marga tano. Mereka adalah pemilik tanah desa dan tanah disekelilingnya. Orang yang menjadi pemimpin pendirian desa dinamakan sipukka huta yang biasanya orang inilah menjadi raja huta atau pemimpin desa tersebut. Dengan alasan peperangan yang terjadi antara bangso Batak terhadap Belanda, yang kemudian dimenangkan oleh Belanda membuat rakyat harus mengungsi karena rumah mereka ada yang dibakar, mereka disiksa. Akhirnya mereka berbondong-bondong mencari tempat yang aman dan dapat melindungi mereka dari pihak penjajah, akhirnya mereka menemukan Desa Simaninggir sebagai tempat pengungsian dan persembunyian dari pihak musuh. Mereka berasal dari marga yang berbeda-beda, dan dapat tinggal menetap di Desa Simaninggir ada yang melalui perkawinan dengan putri raja huta. Mereka disebut dengan sonduk hela atau menantu yang diberi makan. Mereka tidak punya hak memiliki tanah, tetapi diberi hak pakai dan hak guna tanah selama mereka bermukim di Simaninggir. Tidak ada hak untuk menjual dan memindahtangankan tanah yang dikerjakannya kepada orang lain kecuali keturunannya, termasuk kelak jika mereka pindah. 52 Marga boru adalah marga yang menikahi putri dari pendiri huta. Universitas Sumatera Utara 61 kebutuhan lainnya. Biasanya ada sampai 90 rumah. Tiap-tiap rumah memiliki lumbung padi dan perlengkapan rumah tangga. Mereka juga memiliki tempat menumbuk padi bersama atau lesung yang bentuknya panjang dan memiliki lubang penumbukan sekitar lima sampai tujuh sehingga dapat dipakai oleh beberapa orang secara serentak. Lesung terbuat dari batang kayu besar dan kuat, misalnya dari batang kayu nangka. Lesung didirikan di pinggir perumahan. Mereka juga memiliki suatu tempat untuk bermusyawarah yang dinamakan dengan partungkoan. Tempat musyawarah ini biasanya menjadi tempat beristirahat juga menjadi tempat menerima dan menyampaikan kabar berita. Di partungkoan tersebut juga terdapat alat pukul seperti gong, yang berfungsi untuk mengumpulkan dan memanggil penduduk saat terjadi kematian. Perlengkapan desa lainnya yaitu tapian mual yang memiliki tujuh mata air yang langsung dibuat pancurannya yang merupakan tempat untuk mandi, mencuci dan mengambil air minum. Tapian ini terletak di luar pemukiman yang jaraknya kira-kira 1 kilometer dari desa. 53 Mata pencaharian yang sudah sejak dahulu kala terkenal ialah berdagang. Perdagangan internasional waktu itu menurut penelitian para ahli, sudah terjadi antara Barus dengan negeri dan bangsa asing. Barang-barang yang diekspor ialah kemenyan benzoe, kapur barus kampfer, kopi dan karet. Barang-barang industri Eropa yang masuk antara lain garam, candu, ikan, besi.

3.3 Kondisi Ekonomi