Bentuk Sanksi Yang Dapat dijatuhkan Kepada Anak Yang Melakukan

Pidana pokok yang dapat dijatuhkan ialah : 31 a. Pidana Penjara Pidana penjara yang dapat dijatuhkan adalah paling lama ½ dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa Pasal 26 ayat 1 . Apabila anak melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 sepuluh tahun Pasal 26 ayat2 . Namun dalam hal ini terdapat pengecualian bagi anak yang berumur 12 dua belas tahun, tidak dapat dikenai pidana melainkan tindakan. Pasal 26 b. Pidana Kurungan Pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak pidana adalah paling lama ½ dari ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa Pasal 27 c. Pidana Denda Pada pokoknya ketentuan batas maksimum pidana denda sama dengan ketentuan bebas maksimal pidana penjara dan pidana kurungan, dimana terdakwa anak hanya dapat dijatuhi maksimal ½ dari yang berlaku bagi orang dewasa Pasal 28 ayat 1 . Bagi orang dewasa jika hukuman denda tidak dibayar, maka hukuman itu diganti dengan hukuman penjara atau kurungan. Berbeda dengan terdakwa anak, apabila pidana denda ternyata tidak dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja Pasal 28 ayat 2 . Wajib latihan kerja tersebut dilakukan paling lama 90 sembilan puluh hari kerja dan lama 31 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tenteng Perlindungan Anak latihan kerja tidak lebih dari 4empat jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari Pasal 28 d. Pidana Pengawasan Pidana pengawasan adalah pidana yang khusus dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh Jaksa terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dirumah anak tersebut, dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan. Hakim dapat menjatuhkan hukuman pidana pengawasan paling lama 2 dua tahun dan paling singkat 3 tiga bulan. Pasal 30 ayat 1 e. Pidana bersyarat Voorwaardelijke Veroordeling pidana bersyarat ini dalam istilah sehari- hari dikenal dengan istilah “Pidana Percobaan”. Apabila dalam sustu masa percobaan itu, terpidana melakukan lagi tindak pidana yang sama atau tindakan pidana yang lain, maka atas permitaan jaksa, hakim dapat mempertimbangkan agar terpidana menjalani pidana penjara yang diancamkan. 32 Pidana bersyarat dijatuhkan oleh hakim apabila pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 dua tahun. Selama menjalani pidana bersyarat, jaksa melakukan pengawasan, dan pembimbing kemasyarakatan melakukan bimbingan agar anak nakal menepati persyaratan yang telah ditentukan. Pasal 29 Mengenai tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal diatur dalam Pasal 24 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tenteng Perlindungan Anak, yaitu sebagai baerikut: 32 Tri Andrisman. 2008. Hukum Peradilan Anak. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Halaman 54. 1. Tindakan yang dapat dijatuhksn kepada anak nakal ialah: a. mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuhnya; b. menyarahkan kepada negarqa untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja; atau c. menyerahkan kepada Departemen Sosian atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. 2. Tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. 33 Sedangkan upaya-upaya lain yang dapat diusahakan terhadap anak yang melakukan tindak pidana tertera dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tantang Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu Diversi. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. Ketentuan Pasal 6 dan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tantang Sistem Peradilan Pidana Anak menyatakan bahwa: 34 a. Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban, keluarga pelakukorban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan. b. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana. 33 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tenteng Perlindungan Anak 34 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tantang Sistem Peradilan Pidana Anak III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Dalam melakukan penelitian untuk memperoleh bahan penulisan skripsi ini, maka penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas- asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum dengan menggunakan data sekunder, diantaranya asas, kaidah, norma dan aturan hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya, dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundang undangan dan dokumen lain yang berhubungan erat dengan penelitian yang dibahas dalam skripsi ini. 1 Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lapangan untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau aturan hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawancara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut. 1 Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya. Bandung. Halaman 87. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif kondifikasi, undang-undang atau kontrak secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat. 2

B. Sumber dan Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan data yang diperoleh langsung dari masyarakat atau lapangan, dan data yang diperoleh dari bahan pustaka. 3 Dalam pembahasan skripsi ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu: 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan cara wawancara bebas terpimpin maupu studi empiris atas putusan Hakim dalam perkara yang memberikan putusan pidana bersyarat, yaitu dengan terlebih dahulu mempersiapkan pokok-pokok pertanyaan guide interview sebagai pedoman dan variasi-variasi dengan situasi ketika wawancara maupun pengambilan data. 4 Sumber data yang diperoleh yaitu dengan cara wawancara dan menganalisis isi putusan Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjungkarang. Semua akan diperoleh melalui kegiatan wawancara dengan responden yang dalam hal ini adalah para pihak-pihak yang berhubungan lanhsung dengan masalah penulisan skripsi ini. 2 Abdulkadir, Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra Aditya. Bandung. Halaman 134. 3 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. Halaman 11. 4 Soerjono Soekanto dan Srimamudji. 2001. Penelitian Hukum Normatif, Cet. V, IND- HILL-CO. Jakarta. hal. 13. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan dan dokumentasi, yang meliputi buku-buku literatur yang berhubungan dengan penelitian dan penulisan ini. Data sekunder terdiri dari: 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat secara umum. Bahan hukum primer terdiri dari: a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP, b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP, c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, e. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak f. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman g. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan penjeasan terhadap bahan hukum primer. Adapun bahan hukum sekunder yang berhubungan dengan penelitian ini diantaranya: 1. Surat Keputusan Bersama SKB tanggal 22 Desember 2009 antara Mentri Hukum dan HAM, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Sosial, Jaksa Agung, Kepolisian RI serta Mahkamah Agung Tentang Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum. 2. Peraturan Mahkamah Agung Perma Nomor 2 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda Dalam KUHP. 3. Surat Edaran Mahkamah Agung SEMA Nomor 3 Tahun 1959 tentang Saran Untuk Memeriksa Perkara Pidana Dengan Pintu Tertutup Terhadap Anak-Anak Yang Menjadi Terdakwa 4. Ketentuan Mahkamah Konstitusi Nomor 1PUU-VIII2010 atas perubahan UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak 3. Bahan Hukum Tersier Merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdiri dari: 1. Literatur-literatur dan hasil penelitian 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia 3. Surat kabar, pendapat sarjana dan ahli hukum, media massa, website, buku, dan karya ilmiah sarjana.

C. Penentuan Populasi dan Sample

1. Populasi Populasi adalah sejumlah manusia atau unit yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama. 5 Adapun pendapat Burhan Ashofa yang mengatakan 5 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. Halaman 72.

Dokumen yang terkait

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENADAHAN (Studi kasus No. Reg. 244/pid/B(A)/2011 PN.TK)

0 7 36

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Perkara Nomor 17/Pid.B.(A)/2011/PN.TK)

0 20 70

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN PENGANIAYAAN (Studi Putusan No. 1794/PID.B(A)/2009/PN.TK)

0 14 66

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN.

0 2 15

SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN.

0 3 10

PENDAHULUAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN.

0 4 13

PENUTUP PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN.

0 2 5

SKRIPSI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA (Analisis Terhadap Putusan Mahkamah Agung Dalam Menangani Perkara Anak).

0 4 13

PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pidana Nomor: 01/Pid.Sus.Anak/2015/PN.Krg).

0 3 19

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM ATAS PERKARA-PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM ATAS PERKARA-PERKARA TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN.

0 0 12