B. Bentuk Persekongkolan Dalam pelaksanaan tender
Salah satu bentuk pelanggaran terhadap Undang-Undang Anti Monopoli berupa
persekongkolan dalam tender yaitu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh para peserta tender dengan pihak lain dan yang terbukti melanggar ketentuan
Pasal 22 Undang-Undang tersebut. Untuk menentukan bahwa tender tersebut melanggar Pasal 22 Undang-Undang
Anti Monopoli, maka dibuktikan dengan data hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh KPPU apakah memenuhi unsur dalam Pasal 22 Undang-Undang Anti
Monopoli sebagaimana telah dijelaskan dalam Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli.
Berdasarkan Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Anti Monopoli persekongkolan
dalam tender dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:
1. Persekongkolan horizontal
Persekongkolan horizontal adalah persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha atau penyedia barang dan atau jasa dengan sesama pelaku usaha atau
penyedia barang dan atau jasa pesaingnya. Persekongkolan ini dapat dikategorikan sebagai persekongkolan dengan menciptakan persaingan semu di
antara peserta tender. 2.
Persekongkolan vertikal
Persekongkolan vertikal adalah persekongkolan yang terjadi di antara salah satu atau beberapa pelaku usaha atau penyedia barang dan atau jasa dengan panitia
tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan atau jasa atau pemilik atau
pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana panitia tender atau atau panitia lelang atau pengguna barang dan atau jasa atau pemilik
atau pemberi pekerjaan bekerja sama dengan salah satu atau beberapa peserta tender.
3. Gabungan dari persekongkolan horizontal dan vertikal
Gabungan dari persekongkolan horizontal dan persekongkolan vertikal adalah persekongkolan antara panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan
jasa atau pemilik atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga
pihak yang terkait dalam proses tender. Salah satu bentuk tender ini adalah tender fiktif, dimana baik panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun sesama para pelaku
usaha melakukan suatu proses tender hanya secara administratif dan tertutup. 1.
Studi Pada Putusan KPPU No. 15KPPU-L2008
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan ditemukan fakta-fakta dan bukti- bukti yang menerang telah terjadi persekongkolan horizontal dan persekongkolan
vertikal pada tender pengadaan barangjasa SPBN RSUD Kabupaten buleleng Tahun Anggaran 2007, yaitu :
a. PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata
yang memiliki kesamaan dokumen penawaran berupa Rencana Pekerjaan time Schedule
b. PT PD Sadha Agung yang mengakui meminta format Rencana Pekerjaan
time Schedule kepada Direktur UD Azka Graha Mandiri
c. UD Azka Graha Mandiri yang mengakui memberikan format Rencana
Pekerjaan time Schedule kepada PT PD Sadha Agung d.
PT PD Sadha Agung yang meminta format mengenai mekanisme Jadwal Pelaksanaan lelang, yang dilakukan sebelum terjadinya proses lelang, dan
Jadwal Pelaksanaan time schedule tidak termasuk dalam penilaian merit point
e. Disatukannya usulan pengadaan Transducer for G50 ke dalam 11 alat
kesehatan lainnya, merupakan tindakan untuk mengatur lelang, karena hanya PT PD Sadha Agung, UD Azka Graha Mandiri, dan CV Surya Chandra Nata
yang memiliki surat dukungan yang diusulkan oleh Panitia Lelang sebagai calon pemenang, calon pemenang cadangan I dan calon pemenang II yang
dapat memenuhi persyaratan lelang sesuai permintaan Panitia Lelang f.
PT PD Sadha Agung pernah memenangkan paket lelang di RSUD Buleleng pada tahun 2004 dengan demikian antara PT PD Sadha Agung dan Direktur
RSUD Buleleng sudah saling mengenal. Berdasarkan hal tersebut diatas telah menunjukan bahwa persekongkolan yang
terbukti terjadi
dalam Putusan
KPPU No. 15KPPU-L2008
adalah persekongkolan gabungan antara persekongkolan horizontal dan persekongkolan
vertikal yaitu persekongkolan yang terjadi antara para pelaku usaha sebangai peserta tender dengan pelaku usaha lain dalam tender yang sama dan
persekongkolang antara panitia tender dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait
dalam proses tender. Salah satu bentuk tender ini adalah tender fiktif, dimana baik
panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun sesama para pelaku usaha melakukan suatu proses tender hanya secara administratif dan tertutup.
2. Studi Pada Putusan KPPU No. 01KPPU-L2008