Deiksis Anafora Deiksis Endofora
pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara
aktif. Kata ganti ia merupakan bentuk persona ketiga tunggal. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona.
42W Tentu saja secara manusiawi, Soedirman memiliki kelemahan,
seperti kecanduan merokok yang menyebabkan ia menderita TBC dan akhirnya paru-parunya tinggal sebelah.
Koran Tempo, 2 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Asvi warman
Adam seorang sejarawan LIPI yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 September 2015 kepada pembaca.
Tuturan ini berkaitan dengan peluncuran film berjudul Jenderal Soedirman pada tanggal 27 Agustus 2015di salah satu bioskop di
Jakarta, Indonesia. Film berjudul Jenderal Soedirman menceritakan perjuangan Jenderal Soedriman dalam memperjuangkan Indonesia
ditangan penjajah Belanda walaupun di saat Soedirman sedang sakit parah.
43W Namun, ia menyinggung isu-isu yang lebih luas, dari bantuan
militer Tiongkok dalam pembentukan Angkatan Kelima hingga kemungkinan transfer teknologi nuklir Tiongkok kepada Indonesia.
Koran Tempo, 29 September 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh A. Dahana seorang Guru Besar Studi Cina, Universitas Indonesia yang merupakan
penulis opini di harian Koran Tempo edisi 29 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Peringatan G30
SPKI atau GestapuPKI Partai Komunis Indonesia yang akan diperingati pada 30 September 2015. Penulis teringat akan makalah
Zhou Taomo yang menceritakan dugaan bantuan RCCmiliter Tiongkok dalam pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 di
Indonesia.
Kalimat pada data 42W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan
wujud ia. Kata ia pada data 42W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 42W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau
dapat dijadikan rujukan pada data 42W dan kata ia pada data 42W rujukannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata ia pada data 42W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis
Asvi warman Adam melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 2 September 2015 yaitu Jenderal Soedirman. Rujukan data 42W dapat
diketahui karena data 42W disampaikan oleh Asvi warman Adam seorang sejarawan LIPI melalui opini harian Koran Tempo edisi 2 September 2015
kepada pembaca. Kemunculan data 42W berkaitan dengan ran film berjudul Jenderal Soedirman
yang berlangsung tanggal 27 Agustus 2015 di salah satu bioskop di Jakarta, Indonesia. Film berjudul Jenderal Soedirman menceritakan
perjuangan Jenderal Soedirman dalam memperjuangkan Indonesia ditangan penjajah Belanda walaupun di saat Soedirman sedang sakit parah. Pada opininya
sebelum penulis Asvi warman Adam menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut
nama Jenderal Soedirman. Kalimat pada data 43W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan
wujud ia. Kata ia pada data 43W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 43W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau
dapat dijadikan rujukan pada data 43W dan kata ia pada data 43W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata ia
pada data 43W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis A. Dahana melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 30
September 2015 yaitu Zhou Taomo. Rujukan dapat data 43W dapat diketahui karena disampaikan oleh A. Dahana seorang Guru Besar Studi Cina, Universitas
Indonesia melalui opini di harian Koran Tempo edisi 29 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 43W berkaitan dengan akan diadakannya peringatan
G30 SPKI atau GestapuPKI Partai Komunis Indonesia yang akan diperingati pada 30 September 2015. Peringatan G30 SPKI pada 30 September 2015
membuat penulis A. Dahana teringat akan makalah Zhou Taomo yang menceritakan dugaan bantuan RCCmiliter Tiongkok dalam pemberontakan G 30
S PKI tahun 1965 di Indonesia. Pada opininya sebelum penulis A. Dahana menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam
opininya dengan menyebut nama Zhou Taomo. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 42W dan
data 43W memiliki kata deiksis berupa ia memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ia merupakan deiksis anafora
persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis
muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ia memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks
tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ia, data 42W dan data 43W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang
berbeda-beda. b.
Dia Kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang
dibicarakan, yang dapat digunakan sebagai variasi kata ganti ia Chaer, 2011: 97. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona
ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat
pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti dia merupakan bentuk persona ketiga tunggal. Perhatikan data berikut
yang mengandung deiksis anafora persona.
44W Dia lahir di Ivano-Frankivsk, Ukraina, pada 31 Mei 1948, dan
besar di Belarus, negara dengan pemerintahan yang totaliter. Koran Tempo, 16 Oktober 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Amri Mahbub
seorang pegawai Tempo yang merupakan penulis opini di Koran Tempo
edisi 16 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Komite Nobel yang memberikan penganugrahan
Nobel Sastra 2015 kepada Svetlana Alexievich.
45W Pertama, dia ditelepon Surya Paloh, Ketua Umum Partai
NasDem. Koran Tempo, 9 November 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Lestantya R. Baskoro seorang Wartawan Tempo yang merupakan penulis opini
di Koran Tempo edisi 9 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan kasus Gatot Pujo Nugroho Gubernur
Sumatera Utara yang melibatkan Jaksa Agung H.M. Prasetyo pilihan Presiden RI Jokowi dengan kasus berupa korupsi dana
bansos. Jaksa Agung H.M. Prasetyo ketika mulai masuk menjadi Jaksa Agung menuai kritik karena berasal dari partai NasDem yang
diketuai oleh Surya Paloh, padahal untuk menjadi Jaksa Agung seseorang harus steril dari pihak, sedangkan H.M. Prasetyo
merupakan anggota partai. Ada dua indikasi yang menyebabkan H.M. Prasetyo terlibat kasus dana bansos berupa Surya Paloh,
Ketua Umum Partai NasDem yang menelpon H.M. Prasetyo dan janji Sekertaris Jenderal NasDem, Patrice Rio Capella, yang akan
menyelesaikan urusan kasus Gubernur Sumatera Utara di Kejaksaan Agung.
Kalimat pada data 44W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud dia. Kata dia pada data 44W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 44W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat dijadikan rujukan pada data 44W dan kata dia pada data 44W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis
bahwa kata dia pada data 44W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Amri Mahbub melalui pendapat di rubrik pendapat
harian Koran Tempo edisi 16 Oktober 2015 yaitu Svetlana Alexievich. Rujukan data 44W dapat diketahui karena disampaikan oleh Amri Mahbub seorang
pegawai Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 16 Oktober 2015 kepada pembaca. kemunculan data 44W berkaitan dengan Komite Nobel yang
memberikan penganugrahan Nobel Sastra 2015 kepada Svetlana Alexievich. Pada opininya sebelum penulis Amri Mahbub menggunakan wujud dia telah
mengungkapkan secara langsungtertulis I dalam opininya dengan menyebutkan nama Svetlana Alexievich.
Kalimat pada data 45W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud dia. Kata dia pada data 45W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 45W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 45W dan kata dia pada data 45W
rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata dia pada data 45W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan oleh penulis Lestantya R. Baskoro melalui rubrik opini di harian Koran Tempo
edisi 9 November 2015 yaitu H.M. Prasetyo. Rujukan data 45W dapat diketahui karena disampaikan oleh Lestantya R. Baskoro seorang Wartawan
Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 9 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 45W berkaitan dengan kemunculan kasus Gatot
Pujo Nugroho Gubernur Sumatera Utara yang melibatkan Jaksa Agung H.M. Prasetyo pilihan Presiden RI Jokowi dengan kasus berupa korupsi dana bansos.
Sejak masuknya Jaksa Agung H.M. Prasetyo di Kejaksaan Agung sudah menuai kritik karena berasal dari partai NasDem yang diketuai oleh Surya Paloh, padahal
untuk menjadi Jaksa Agung seseorang harus steril dari pihak, sedangkan H.M. Prasetyo merupakan anggota partai. Pada opininya sebelum penulis Lestantya R.
Baskoro menggunakan wujud dia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama H.M. Prasetyo.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 44W dan data 45W memiliki kata deiksis berupa dia memiliki rujukan dan konteks yang
berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud dia merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam
pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud dia memiliki rujukan yang
berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata dia, data
44W dan data 45W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
c. Beliau
Kata ganti Beliau untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan Chaer, 2011: 98. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam
bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang
hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti Beliau merupakan bentuk persona ketiga
tunggal karena merupakan orang satu orang yang dibicarakan oleh penutur dalam tuturannya.
Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 46W Saya sendiri, ketika selesai membaca buku ini, mencoba
menariknya dengan pengalaman pribadi ketika berhubungan dengan beliau.
Koran Tempo, 28 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Fadel Muhammad
seorang Ketua Komisi XI DPR RI yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 28 September 2015 kepada pembaca.
Tuturan ini berkaitan dengan ada peluncuran buku yang berjudul “Reinventing Indonesia” ditulis oleh Ginandjar Kartasasmita dan
Joseph J. Stern pada 9 September 2015 di Universitas Indonesia. Isi buku berjudul “Reinventing Indonesia” menceritakan tentang krisis
ekonomi-politik periode 1997-1999 dan menguraikan tranformasi demokrasi di Indonesia dan sekitar tahun 1997-1999 B.J. Habibie
memiliki peran penting dalam pemantapan demokrasi di Indonesia.
47W Beliau mungkin sudah mulai membaca gelagat, bila demokrasi
“murni” yang berjalan, bangsa ini tidak akan kemana-mana. Koran Tempo, 3 Oktober 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Pongki Pamungkas
seorang Penulis Buku The Answer is Love yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 3 Oktober 2015 kepada
pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan manajemen demokrasi yang ada di salah satu perusahaan teman penulis sebagai CEO yang
memiliki kasus berupa kemarahan teman penulis kepada karyawan karena terjadi perdebatan rencana perubahan jalur keluar-masuk
kendaraan di kantor, sehingga menyebabkan para karyawan tidak melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan
mengurusi masalah yang bukan tugasnya. Penulis teringat dengan pidato Bung Karno Presiden RI pertama di Indonesia yang lebih
senang menerapkan Demokrasi Terpimpin ketika memerintah di Indonesia, karena menurut Bung Karno demokrasi terpimpin lebih
cocok diterapkan di Indonesia dibandingkan demokrasi “murni”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kalimat pada data 46W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud Beliau. Kata Beliau pada data 46W disebut deiksis anafora persona
karena sebelum kalimat 46W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 46W dan kata Beliau pada data 46W
rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata Beliau pada data 46W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan oleh penulis Fadel Muhammad melalui rubrik opini di harian Koran Tempo
edisi 28 September 2015 yaitu B.J. Habibie. Rujukan data 46W dapat diketahui karena disampaikan oleh Fadel Muhammad seorang Ketua Komisi XI
DPR RI melalui opini di harian Koran Tempo edisi 28 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 46W berkaitan dengan peluncuran buku yang
berjudul “Reinventing Indonesia” ditulis oleh Ginandjar Kartasasmita dan Joseph J. Stern pada 9 September 2015 di Universitas Indonesia. Buku berjudul
“Reinventing Indonesia” menceritakan tentang krisis ekonomi-politik periode 1997-1999 dan menguraikan tranformasi demokrasi di Indonesia dan sekitar tahun
1997-1999 B.J. Habibie memiliki peran penting dalam pemantapan demokrasi di Indonesia. Pada opininya sebelum penulis Fadel Muhammad menggunakan
wujud Beliau telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama B.J. Habibie.
Kalimat pada data 47W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud Beliau. Kata Beliau pada data 47W disebut deiksis anafora persona
karena sebelum kalimat 47W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 47W dan kata Beliau pada data 47W
rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata Beliau pada data 47W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan oleh penulis Pongki Pamungkas melalui rubrik opini di harian Koran Tempo
edisi 3 Oktober 2015 yaitu Bung Karno. Rujukan data 47W dapat diketahui karena disampaikan oleh Pongki Pamungkas seorang penulis buku The
Answer is Love melalui opini di harian Koran Tempo edisi 3 Oktober 2015 kepada
pembaca. Kemunculan data 47W berkaitan dengan penulis Pongki Pamungkas yang telah bertemu dengan temannya sebagai CEO suatu perusahaan yang
menganut manajemen demokrasi. Teman penulis Pongki Pamungkas bercerita kepada penulis Pongki Pamungkas terkait kemarahan teman penulis kepada
karyawan karena terjadi perdebatan rencana perubahan jalur keluar-masuk kendaraan di kantor, sehingga menyebabkan para karyawan tidak melakukan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan mengurusi masalah yang bukan tugasnya. Setelah mendengar cerita temannya, penulis Pongki Pamungkas
teringat dengan pidato Bung Karno saat menjadi Presiden RI yang menilai bahwa Indonesia lebih cocok menerapkan demokrasi terpimpin daripada demokrasi
“murni”. Pada opininya sebelum penulis Pongki Pamungkas menggunakan wujud Beliau telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya
dengan menyebut nama Bung Karno. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 46W dan
data 47W memiliki kata deiksis berupa Beliau memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud Beliau merupakan deiksis
anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud Beliau memiliki
rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni
kata Beliau, data 46W dan data 47W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
d. –nya
Kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang
dibicarakan. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya
pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara
aktif. Bentuk –nya dapat berbentuk persona ketinga tunggal dan persona ketiga
jamak Chaer, 2011: 108-109. Dari sekilan banyak kata ganti persona ketiga, bentuk
–nya dapat mengacu nomina bukan insan dan nomina insan. Maka, pada bagian ini kata ganti
–nya mengacu pada nomina insanpersona. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona dengan kata
ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal.
48W Sayub-sayub namanya kini muncul dalam pencarian daring
sebagai mantan pegawai Kementerian Penerangan dan juga pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI pada 10 Maret
1956.
Koran Tempo, 17 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Muhidin M.
Dahlan anggota WARUNGARSIP yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17 September 2015 kepada pembaca.
Tuturan ini berkaitan dengan Kotot Sukardi yang mendapatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penganugrahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dilaksanakan
sejak 4 September 2015 dan puncak acara pada tanggal 22 September 2015. Kotot Sukardi tidak memiliki profesi yang pasti
karena pernah menjadi penulis naskah drama, tokoh seniman Lekra, pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI, mantan
pegawai Kementerian Penerangan, dan sebagainya.
49W Hal ini juga tergambar secara tersirat dari pengunduran diri Direktur Jenderal Pajak Sigit Priadi Pramudito yang
dilatarbelakangi oleh ketidakmampuannya mencapai target penerimaan negara dari pajak. Koran Tempo, 30 Desember 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ronny P. Sasmita seorang analis ekonomi politik Financeroll Indonesia yang
merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 30 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan penerimaan
uang pajak yang seret atau tidak mencapai target yang sudah ditetapkan APBN. Tidak tercapainya target pajak sesuai dengan
APBN juga disebabkan oleh keadaan ekonomi di dunia yang sedang lesu dan kondisi keuangan pemerintah Indonesia yang seret.
Sigit Priadi Pramudito merupakan Direktur Jenderal Pajak.
Kalimat pada data 48W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 48W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 48W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 48W dan kata -nya pada data 48W
rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 48W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan oleh penulis Muhidin M. Dahlan melalui rubrik opini di harian Koran Tempo
edisi 17 September 2015 yaitu Kotot Sukardi. Rujukan data 48W dapat diketahui karena disampaikan oleh Muhidin M. Dahlan anggota
WARUNGARSIP melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 48W berkaitan dengan Kotot Sukardi
yang mendapatkan penganugrahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dilaksanakan sejak 4 September 2015 dan puncak acara pada tanggal 22 September 2015. Kotot
Sukardi yang mendapat penghargaan kemudian membuat pengalaman pekerjaannya terbuka di umum yang menunjukkan bahwa Kotot Sukardi pernah
menjadi penulis naskah drama, tokoh seniman Lekra, pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI, mantan pegawai Kementerian Penerangan, dan
sebagainya. Pada opininya sebelum penulis Muhidin M. Dahlan menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya
dengan menyebut nama Kotot Sukardi. Kalimat pada data 49W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan
wujud -nya. Kata -nya pada data 49W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 49W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau
dapat dijadikan rujukan pada data 49W dan kata -nya pada data 49W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis
bahwa kata -nya pada data 49W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Ronny P. Sasmita melalui rubrik opini di harian Koran
Tempo edisi 30 Desember 2015 yaitu Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur
Jenderal Pajak. Rujukanrefren data 49W dapat diketahui karena disampaikan oleh Ronny P. Sasmita seorang analis ekonomi politik Financeroll Indonesia
melalui opini di harian Koran Tempo edisi 30 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 49W berkaitan dengan penerimaan uang pajak yang seret atau
tidak mencapai target yang sudah ditetapkan APBN karena keadaan ekonomi di dunia yang sedang lesu dan kondisi keuangan pemerintah Indonesia yang seret.
Penerimaan uang pajak yang serettidak mencapai target membuat Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur Jenderal Pajak mengundurkan diri. Pada opininya
sebelum penulis Ronny P. Sasmita menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut
nama Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur Jenderal Pajak. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 48W dan
data 49W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora
persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis
muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks
tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata -nya, data 48W dan data 49W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks
yang berbeda-beda. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona dengan kata
ganti -nya bentuk persona ketiga jamak.
50W Keduanya ditangkap dalam kondisi hampir bugil ketika hendak melayani laki-laki yang mem-booking-nya di sebuah hotel
berbintang di Jakarta. Koran Tempo, 17 Desember 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Bagong Suyanto
seorang dosen Sosiologi Universitas Airlangga, Peneliti Pelacuran yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17
Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan terbongkarnya prostitusi artis dengan tertangkapnya Nikita
Mirzani dan Puti Revita yang tertangkap di salah satu hotel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbintang di Jakarta. Nikita Mirzani dan Puti Revita merupakan artis nasional.
51W Mereka tidak hanya dipaksa untuk memilih, tapi juga memenangkan calon kepala daerah dengan menggunakan
pengaruh dan kewenangannya terhadap peserta didik, orang tua murid, dan masyarakat.
Koran Tempo, 1 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ade Irawan
seorang Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember
2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Pilkada serentak di Indonesia yang akan dilaksanakan pada 9 Desember
2015. Pilkada serentak yang semakin dekat membuat kebanyakan para calon inkuben seseorang yang mencalonkan kembali
memanfaatkan peran seorang guru atau memaksa guru sebagai tim sukses dari pasangan calon tertentu dalam pilkada.
Kalimat pada data 50W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 50W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 50W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 50W dan kata -nya pada data 50W
rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 50W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu yang dibicarakan oleh penulis Bagong Suyanto melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 17
Desember 2015 yaitu Nikita Mirzani dan Puti Revita. Rujukan data 50W dapat diketahui karena disampaikan oleh Bagong Suyanto seorang dosen Sosiologi
Universitas Airlangga, peneliti pelacuran melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 50W berkaitan
dengan terbongkarnya prostitusi artis dengan tertangkapnya Nikita Mirzani dan Puti Revita yang tertangkap di salah satu hotel berbintang di Jakarta. Pada
opininya sebelum penulis Bagong Suyanto menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut
nama Nikita Mirzani dan Puti Revita. Kalimat pada data 51W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan
wujud -nya. Kata -nya pada data 51W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 51W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau
dapat dijadikan rujukan pada data 51W dan kata -nya pada data 51W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis
bahwa kata -nya pada data 51W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis
Ade Irawan melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember 2015 yaitu para guru. Rujukan data 51W dapat diketahui karena disampaikan oleh
Ade Irawan seorang Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember 2015 kepada pembaca.
Kemunculan data 51W berkaitan dengan akan diadakannya Pilkada serentak di Indonesia yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015. Penulis Ade Irawan
teringat dengan masalah yang dialami para guru karena dipaksa oleh para calon inkuben seseorang yang mencalonkan kembali perseta pemilu dengan
memanfaatkan peran guru atau memaksa para guru sebagai tim sukses dari pasangan calon tertentu dalam pilkada, sehingga menurut penulis Ade Irawan
dirasa tidak pantas. Pada opininya sebelum penulis Ade Irawan menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya
dengan menyebut para guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 50W dan data 51W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang
berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam
pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang
berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata -nya, data
50W dan data 51W maisng-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
e. Mereka
Kata ganti mereka untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan terhadap
siapa saja dan oleh siapa saja Chaer, 2011: 98. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang
yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak
terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti mereka merupakan bentuk persona ketiga jamak. Perhatikan data berikut yang
mengandung deiksis anafora persona.
52W Ulah mereka tidak hanya menyengsarakan konsumen, tapi juga
produsen. Koran Tempo, 1 September 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Khudori seorang
anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan pangan Pusat 2010- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekarang yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan
dengan naiknya harga daging sapi saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri 2015 yaitu bulan Juli 2015. Langkanya daging sapi membuat
penimbun daging sapi bermunculan. Para penimbun menyimpan daging sapi sebanyak-banyaknya dan dijual semahal-mahalnya
kepada konsumen maupun kepada penjual dan pemotong sapi.
53W Beleid ini menegaskan bahwa pertanian harus mendapatkan
perlindungan dari berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Koran Tempo, 4 November 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Toto Subandiro seorang pengamat ekonomi pertanian alumnus Institut Pertanian
Bogor yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 4 November 2015. Tuturan ini berkaitan dengan digulirkannya
paket kebijakan ekonomi tahap ketiga oleh Presiden RI Joko Widodo
mengenai asuransi
pertanian yang
memberikan perlindungan bagi petani yang mengalami permasalahan terkait
pertanian yang berupa UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pada 7 Oktober 2015 di
kantor presiden, Jakarta.
Kalimat pada data 52W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan
wujud mereka. Kata mereka pada data 52W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 52W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan
atau dapat dijadikan rujukan pada data 52W dan kata mereka pada data 52W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis
bahwa kata mereka pada data 52W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah yang lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh
penulis Khudori melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 yaitu para penimbun menyimpan daging sapi. Rujukan data 52W dapat diketahui
karena disampaikan oleh Khudori seorang anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan pangan Pusat 2010-sekarang melalui opini di harian Koran Tempo
edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 52W berkaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan naiknya harga daging sapi saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri 2015 yaitu bulan Juli 2015, sehingga membuat daging sapi mengalami kelangkaan.
Kelangkaan daging sapi membuat harga daging sapi mahal, yang membuat para penimpun daging sapi, melakukan penimbunan dan menjualnya kembali kepada
konsumen dan penjual daging sapi eceran dengan harga yang semahal-mahalnya. Pada opininya sebelum penulis Khudori menggunakan wujud mereka telah
mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut para penimbun menyimpan daging sapi.
Kalimat pada data 53W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud mereka. Kata mereka pada data 53W disebut deiksis anafora persona
karena sebelum kalimat 53W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 53W dan kata mereka pada data 53W
rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata mereka pada data 53W memiliki rujukan pada seseorang yang
dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis Toto Subandiro melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 4 November
2015 yaitu para petani. Rujukan data 53W dapat diketahui karena disampaikan oleh Toto Subandiro seorang pengamat ekonomi pertanian alumnus Institut
Pertanian Bogor melalui opini di harian Koran Tempo edisi 4 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 53W berkaitan dengan muncul pemberitaan
digulirkannya paket kebijakan ekonomi tahap ketiga oleh Presiden RI Joko Widodo mengenai asuransi pertanian yang memberikan perlindungan bagi petani
yang mengalami permasalahan terkait pertanian yang berupa UU Nomor 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Pada opininya sebelum penulis Toto Subandriyo menggunakan wujud mereka telah
mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut para petani.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 52W dan data 53W memiliki kata deiksis berupa mereka memiliki rujukan dan konteks
yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud mereka merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada
di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud mereka memiliki
rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni
kata mereka, data 52W dan data 53W maisng-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
f. Saya
Kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja Chaer, 2011: 92. Seperti sama yang
dijelaskan oleh Purwo 1984: 22 dengan mengandaikan sebuah sandiwara, bahwa orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama.
Kata saya merupakan kata ganti persona pertama tunggal. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona.
54W Lebih jauh, John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional
Quarterly di
Washington, mengungkapkan,”Sebagian besar pejabat AS bukan hanya
anggota kongres, juga inteligen dan penegak hukum AS yang telah saya wawancarai tidak mengetahui apa-apa tentang Islam secara
mendasar.” Koran Tempo, 17 November 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta yang
merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan perkataan
dari John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly. Tuturan ini berkaitan dengan terorpeledakan bom di
Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015. Muncul sebuah anggapan bahwa terjadinya peledakan bom di Kota Paris
disebabkan karena barat Prancis, Amerika, dan sebagainya ikut melakukan penyerangan teradap ISIS.
55W Ketika ditanya mengapa, jawabnya: “Setiap sore menjelang
magrib saya harus memasukkan kambing-kambing saya ke
kandangnya, Pak” Koran Tempo, 31 Desember 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Seno Gumira
Ajidarma seorang wartawan PANAJOURNAL.COM yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember
2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan dan jawaban dari seseorang kepada seorang anggota komisi. Tuturan ini
berkaitan dengan buku berjudul Humor Nyata Wakil Rakyat
2006 karya Pei‟i yang isinya berupa anekdot tentang para anggota DPRD. Penulis menunjukkan salah satu potongan anekdot
percakapan seorang anggota komisi yang berupa jawaban seorang anggota komisi ketika ditanya mengapa minta pulang sore setiap
diadakan rapat.
Kalimat pada data 54W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud saya. Kata saya pada data 54W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 54W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 54W, dapat pula berupa kutipan langsung
yang ditulis oleh penulis, dan kata saya pada data 54W rujukannya berupa persona pertama. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata saya pada data
54W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Husein PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ja‟far Al Hadar melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 yaitu John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly di
Washington. Rujukan data 54W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta melalui
opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan langsung John Stein, redaktur keamanan nasional
untuk Congressional Quarterly di Washington yang berupa wawancara John Stein kepada anggota kongres, inteligen, dan penegak hukum AS mengenai Islam
secara mendasar, mengingat ada anggapan bahwa terorpeledakan bom di Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015 terjadi karena bangsa barat ikut-ikutan
membasmi para teroris. Kemunculan data 54 berkaitan dengan terorpeledakan bom di Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015 yang banyak anggapan
peledakan bom di Paris karena barat Prancis, Amerika, dan sebagainya ikut melakukan penyerangan teradap ISIS. Wujud saya muncul pada anafora persona
apabila merupakan kutipan langsung seseorang yang kemudian ditulis pada tulisansebuah opini.
Kalimat pada data 55W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud saya. Kata saya pada data 55W disebut deiksis anafora persona karena
sebelum kalimat 55W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 55W, dapat pula berupa kutipan langsung
yang ditulis oleh penulis, dan kata saya pada data 55W rujukannya berupa persona pertama. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata saya pada data
55W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Seno PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gumira Ajidarma melalui opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember 2015 yaitu seorang anggota komisi. Rujukan data 55W dapat diketahui karena
disampaikan oleh Husein Seno Gumira Ajidarma seorang wartawan PANAJOURNAL.COM melalui opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember
2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan langsung jawaban seorang anggota komisi, ketika ditanya mengapa minta rapat dipercepat, sehingga
seorang komisi bisa pulang sore. Kemunculan data 55W berkaitan dengan penulis Seno Gumira Ajidarma yang membaca buku berjudul Humor Nyata
Wakil Rakyat 2006 karya Pei‟i yang isinya berupa anekdot tentang para anggota
DPRD dan salah satun contoh anekdot berupa percakapan seorang anggota komisi yang ditanya temanya mengapa setiap rapat dirinya minta rapat dipercepat agar
bisa pulang sore, kemudian seorang anggota komisi yang ditanya memberikan jawaban bahwa dia harus memaksukkan kambing-kambingnya ke kandang.
Wujud saya muncul pada anafora persona apabila merupakan kutipan langsung seseorang yang kemudian ditulis pada tulisansebuah opini.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 54W dan data 55W memiliki kata deiksis berupa saya memiliki rujukan dan konteks yang
berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud saya merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam
pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud saya memiliki rujukan yang
berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata saya, data
54W dan data 55W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. Secara khusus wujud saya merupakan deiksis anafora persona
apabila berupa kutipan langsung yang diambil oleh penulis dan dituliskan atau diungkapan kembali oleh penulis.
2 Deiksis Anafora Bukan Persona Deiksis anafora bukan persona merupakan bagian dari deiksis endofora.
Maka, rujukan dari deiksis endofora anafora bukan persona berada di dalam teks yang mengacu pada konstituen di sebelah kiri atau sebelum kata yang
mengandung deiksis muncul dan dikhususkan merujuk pada bukan insan atau bukan persona dapat berupa hewan, tumbuhan, tempat, dan apapun yang
rujukannya bukan personainsan. Secara khusus, Purwo 1984: 105 menyatakan bahwa diantara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat
menjadi pemarkah anafora. Selain itu, dijelaskan pula bahwa persona ketiga dapat merujuk pada nomina insan dan nomina bukan insane. Namun, untuk deiksis
anafora bukan persona pada bagian kata ganti persona tiga, hanya mencakup kata ganti dia, ia, dan
–nya. Selain deiksis anafora bukan persona yang mencakup kata ganti dia, ia, dan
–nya, terdapat pula beberapa kata lainnya yang mengandung deiksis demonstratif misalnya ini dan itu dan lokatif misalnya sana. Kata
demikian, begitu, dan tersebut juga dapat digunakan dalam deiksis anafora bukan
persona. Maka, peneliti akan memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa deiksis anafora bukan persona, sebagai berikut.
a. Ia
Kata ganti ia pada sebuah kalimat lazimnya merujuk pada persona atau
insan. Kata ganti ia merupakan bagian dari kata ganti persona ketiga dan menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Chaer 2011: 92 bahwa kata ganti personaorang ketiga yaitu kata yang menggantikan diri orang yang dibicarakan. Hal ini, sejalan dengan Purwo 1984:
22 bahwa orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan
tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif disebut persona ketiga. Purwo 1984: 111 dalam bahasa Indonesia nomina bukan insan tidak
memiliki bentuk pronominal yang bebas free mengenai bentuk pronominal yang terikat bound bagi nomina bukan insan; hanya dalam konteks tertentu bentuk ia
dan dia dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora bagi nomina bukan insan. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona.
56W Ia menjadi jalan politik untuk menangkis serangan pemerintah
kolonial Belanda yang berpotensi melemahkan kekuasaan tradisional raja.
Koran Tempo, 20 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Heri Priyatmoko
seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo
edisi 20 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan paneran fotografi oleh fotografer Pandji Vasco Da Gama di
Balai Soedjatmoko, Solo yang bertujuan untuk menyihir pengunjung agar peduli dengan herigate pabrik gula Colomadu
yang diambang kehancuran. Pabrik gula Colomadu memiliki andil yang sangat besar dalam mempertahankan kekuasaan tradisional
raja Mangkunegaran VII yang akan dilemahkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Andil pabrik gula Colomadu berupa memberikan
pinjaman tanah untuk raja dan digunakan untuk kegiatan sepak bolabal-balan yang dapat menjadi jalan politik untuk menangis
serangan dari kolonial Belanda.
57W Ia
“hanya” tumbuh-kembang, meninggi dan membesar. Koran Tempo, 26 November 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Nirwono Joga
seorang Koordinator Kemitraan Kota Hijau yang merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penulis opini di harian Koran Tempo edisi 26 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan peringatan Hari
Pohon Sedunia pada tanggal 21 November 2015 yang sepi dengan perayaanperingatan akan pentingnya sebuah pohon bagi kehidupan
manusia walaupun secara fisik pohon hanyalah tumbuhan yang hanya bisa tumbuh dan berkembang.
Kalimat pada data 56W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud ia. Kata ia pada data 56W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 56W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan
atau dapat dijadikan rujukan pada data 56W dan kata ia pada data 56W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga yang bukan insanpersona. Maka, kata
ia pada data 56W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu sepak
bolabal-balan. Rujukan data 56W dapat diketahui karena disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta melalui opini di harian Koran Tempo edisi 20 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 56W berkaitan dengan diadakannya pameran
fotografi oleh fotografer Pandji Vasco Da Gama di Balai Soedjatmoko, Solo yang bertujuan untuk menyihir pengunjung agar peduli dengan herigate pabrik gula
Colomadu yang diambang kehancuran. Penulis menunjukkan bahwa pabrik gula Colomadu memiliki andil yang sangat besar dalam mempertahankan kekuasaan
tradisional raja Mangkunegaran VII yang akan dilemahkan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu dengan memberikan pinjaman tanah untuk raja dan
digunakan untuk kegiatan sepak bolabal-balan yang dapat menjadi jalan politik untuk menangis serangan dari kolonial Belanda. Pada opininya sebelum penulis
Heri Priyatmoko menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut sepak bolabal-balan.
Kalimat pada data 57W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ia. Kata ia pada data 57W disebut deiksis anafora bukan persona
karena sebelum kalimat 57W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 57W dan kata ia pada data 57W
memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga yang bukan insanpersona. Maka, kata ia
pada data 57W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu pohon. Rujukan data 57W dapat diketahui karena disampaikan oleh Nirwono Joga
seorang koordinator kemitraan kota hijau melalui opini di harian Koran Tempo edisi 26 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 57W berkaitan
dengan adanya peringatan Hari Pohon Sedunia pada tanggal 21 November 2015. Penulis Nirwono Joga mengungkapkan bahwa peringatan Hari Pohon Sedunia
pada tanggal 21 November 2015 sepi dengan peringatan. Padahal pohon memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, walaupun secara sekilas jika dilihat hanya
tumbuh, meninggi, dan membesar. Pada opininya sebelum penulis Nirwono Joga menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di
dalam opininya dengan menyebut pohon. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 56W dan
data 57W memiliki kata deiksis berupa ia memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ia merupakan deiksis anafora bukan
persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang
mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ia memiliki
rujukan yang
berbeda-beda atau
berpindah-pindah yang
disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ia, data 56W dan data 57W masing-masing data
memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. b.
–nya Menurut Chaer 2011: 92 kata ganti
–nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam
bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang
hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Bentuk
–nya dapat berbentuk persona ketiga tunggal dan persona ketiga jamak Chaer, 2011: 108-109. Purwo 1984: 114-115 bahwa
bentuk –nya yang merujuk pada bukan insan atau bukan persona terbagi menjadi
bentuk –nya persona tiga tunggal dan bentuk –nya persona tiga jamak. Maka,
pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina bukan insanpersona.
Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal.
58W Ia menyimpan harmoni sekaligus petaka bila kita emoh merwatnya.
Koran Tempo, 4 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Heri Priyatmoko
seorang Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 4
September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Gunung Lawu yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah
dan Jawa Timur mengalami kebakaran hebat. Gunung Lawu memiliki dua sifat memberi manfaat dan petaka, yang dalam
penentuan sifat ditentukan sendiri oleh manusia apakah mau merwat atau merusaknya.
59W Pohon adalah kehidupan, Tuhan pun meliputinya. Koran Tempo, 19 September 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Candra Malik
seorang praktisi tasawuf yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo
edisi 19 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada Juni 2015. Penulis mencoba mengkaitkan Tuhan dan hutan dari sisi agama.
Kalimat pada data 58W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 58W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 58W muncul terdapat kalimatkata yang
menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 58W dan kata -nya pada data 58W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga tunggal merujuk pada satu
hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 58W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu Gunung Lawu. Rujukan data
58W dapat diketahui karena disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melalui opini di
harian Koran Tempo edisi 4 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 58W berkaitan dengan bencana kebakaran di Gunung Lawu yang berada di
perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penulis mengungkapkan bahwa Gunung Lawu yang tidak dijaga dan dirawat pasti akan memberikan petaka
dan sebaliknya jika manusia mau menjaga dan merawatnya akan memberikan manfaat bagi manusia. Pada opininya sebelum penulis Heri Priyatmoko
menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Gunung Lawu.
Kalimat pada data 59W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 59W disebut deiksis anafora bukan
persona karena sebelum kalimat 59W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 59W dan kata -nya pada
data 59W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga tunggal merujuk pada satuu hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 59W
memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu pohon. Rujukan data 59W dapat diketahui karena disampaikan oleh oleh Candra Malik seorang praktisi
tasawuf melalui opini di harian Koran Tempo edisi 19 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 59W berkaitan dengan adanya kebakaran hutan dan
lahan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada Juni 2015. Penulis Candra Malik menunjukkan sisi pandang penulis Candra Malik dari sudut pandang
keagamaan kaitannya dengan Tuhan. Pada opininya sebelum penulis Candra Malik menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di
dalam opininya dengan menyebut nama pohon. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 58W dan
data 59W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora
bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang
mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikan
tergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sama yakni kata -nya, data 58W dan data 59W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga jamak.
60W Keduanya
dibedakan dari proses packaging“-nya untuk memudahkan transportasi.
Koran Tempo, 1 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Andang Bachtiar
seorang anggota Dewan Energi Nasional yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada
pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan gagalnya pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji secara masal yang dimulai dari
tahun 2007 hingga tahun 2015. Gas elpiji merupakan salah satu bagian dari gas alamiah dan satu bagian lain dari gas alamiah
berupa gas CNG, maka untuk membedakan antara gas elpiji dan gas CNG dalam proses packaging dibedakan agar memudahkan
pengirimannyapenyebarannya kepada konsumen.
Kalimat pada data 60W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 60W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 60W muncul terdapat kalimatkata yang
menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 60W dan kata -nya pada data 60W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga jamak merujuk pada lebih
dari satu hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 60W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu CNG dan elpiji. Rujukan
data 60W dapat diketahui karena disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota Dewan Energi Nasional melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1
September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 60W berkaitan dengan pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji secara masal yang dimulai dari
tahun 2007 hingga tahun 2015 oleh pemerintah Indonesia. Penulis Andang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bachtiar mengungkapkan bahwa program pengalihan minyak tanah ke gas yang dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil. Masyarakat Indonesia menganggap
bahwa CNG dan elpiji berbeda, namun penulis Andang Bachtiar menunjukkan bahwa sebenarnya CNG dan elpiji merupakan sama-sama bagian dari gas alamiah,
hanya dalam
proses packaging
dibedakan agar
memudahkan pengirimannyapenyebarannya kepada konsumen. Pada opininya sebelum penulis
Andang Bachtiar menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut CNG dan elpiji.
Wujud -nya pada data 60W merupakan deiksis anafora bukan persona, walaupun hanya ada satutidak ada pembanding yang lainnya. Wujud -nya deiksis
anafora bukan persona karena dapat memiliki rujukan dan konteks yang berbeda dengan data 60W, misalnya data 60W penulis menceritakan perkembangan
teknologi komputer yang pada awal kemunculannya terdapat monitor dan CPU
dan semakin berkembangnya zaman komputer dapat menjadi satu bagian yag canggih seperti laptop yang antara CPU dan monitor menjadi satu perangkat,
sehingga memberikan kemudahan bagi penggunanya, maka rujukan dari data 60W -nya bisa berubah bukan merujuk pada CNG dan elpiji tetapi merujuk pada
monitor dan CPU. c.
Ini Kata ini dalam deiksis endofora digunakan untuk menunjukkan sebuah
penjelasan yang sudah diungkapkan sebelum kata ini muncul. Jika dikaitkan dengan deiksis anafora bukan persona, kata ini menunjukkan sebuah penjelasan
atau bentuk bukan persona yang ada di dalam teks terutama sebelum kalimatkata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini yang ada di dalam teks muncul. Perhatikan data berikut yang mengandung
deiksis anafora bukan persona.
61W Melalui program ini pemerintah berniat memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia agar hidup sehat, produktif, dan sejahtera.
Koran Tempo, 15 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Eva Tirtabayu
Hasri seorang periset Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi
15 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan wacana kenaikan premi untuk penerima bantuan iuran PBI oleh
BPJS pada 17 Februari 2015. Sebagai penunjang pemerintah Indonesia mengeluarkan program JKN atau Jaminan Kesehatan
Nasional yang mampu mengendalikan pelayanan kesehatan berdasarkan kebutuhan pasien atau pembayaran kesehatan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Misalnya jika pasien hanya melakukan pemeriksaan, maka pasien hanya membayar biaya
pemeriksaan, tidak perlu membayar pendaftaran, dan sebagainya.
62W Cara ini tidak hanya memberi pendapatan minimum kepada
mereka, tapi juga mampu memutus perpindahan kemiskinan lintas generasi melalui peningkatan kapasitas anak-anak yang terlahir
dari keluarga miskin.
Koran Tempo, 26 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Kadir seorang yang
berkerja di Badan Pusat Statistik BPS yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 26 September 2015 kepada
pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Badan Pusat Statistik BPS yang merilis statistik kemiskinan masyarakat Indonesia
pada 15 September 2015. Hasil dari rilisan BPS berupa adanya peningkatan penduduk miskin di Indonesia. Penulis teringat
dengan program anti kemiskinan di Brasil yang bernama Bolsa Familia
yang mampu
menghilangkanmengurangi pendudukmasyarakat miskin di Brasil dan hebatnya mampu
memutus mata kemisinan lintas generasi dengan conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat
masyarakat miskin di Brasil mau menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi.
Kalimat pada data 61W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud ini. Kata ini pada data 61W disebut deiksis anafora bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul.
Kata ini pada data 61W merujuk pada program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Rujukan data 61W dapat diketahui karena disampaikan oleh Eva
Tirtabayu Hasri seorang periset Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada melalui opini di harian Koran Tempo edisi 15 September 2015 kepada pembaca.
Kemunculan data 61W berkaitan dengan pemerintah Indonesia yang akan berencana menaikkan premi bagi penerima bantuan iuran PBI melalui BPJS.
Agar JKN terkoordinasi dan digunakan sesuai dengan fungsinya, pemerintah mengeluarkan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN sebagai pengendali
dan sarana dalam penyaluran penerima bantuan iuran PBI. Pada opininya sebelum penulis Eva Tirtabayu Hasri menggunakan wujud ini telah
mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut program Jaminan Kesehatan Nasional JKN.
Kalimat pada data 62W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ini. Kata ini pada data 62W disebut deiksis anafora bukan persona
karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul.
Kata ini pada data 62W merujuk pada cara yang dilakukan oleh Brasil dalam menangani masyarakat miskin di Brasil yaitu program Bolsa Familia yang
diaplikasikan dengan cara conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau
menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi. Rujukan data 62W dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diketahui karena disampaikan oleh Kadir seorang yang berkerja di Badan Pusat Statistik BPS melalui opini di harian Koran Tempo edisi 26 September 2015
kepada pembaca. Kemunculan data 62W berkaitan dengan Badan Pusat Statistik BPS yang merilis jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang mengalami
peningkatan. Naiknya jumlah masyarakat miskin di Indonesia, membuat penulis Kadir menunjukkan keberhasilan Brazil dalam mengurangi penduduk miskinnya
dengan menggunakan Bolsa Familia dengan conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau
menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi dan hasilnya pun berhasil. Pada opininya sebelum penulis Kadir menggunakan wujud ini telah mengungkapkan
secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut cara yang dilakukan oleh Brasil dalam menangani masyarakat miskin di Brasil yaitu program Bolsa
Familia yang diaplikasikan dengan cara conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau
menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 61W dan
data 62W memiliki kata deiksis berupa ini memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ini merupakan deiksis anafora bukan
persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang
mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ini memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah tergantung dengan
konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ini, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
data 61W dan data 62W masing-maisng memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
d. Itu
Menurut Chaer 2011: 112 kata itu merupakan kata penunjuk dengan fungsi memberikan penekanan digunakan di belakang kalimat yang ingin
ditekankan. Purwo 1984: 111 juga menyatakan bahwa salah satu strategi yang dipakai dalam pemarkah anafora yang bukan persona ialah menyebut ulang
bentuk formatif titik tolaknya dan dirangkaikan dengan kata itu. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona.
63W Amerika Serikat juga punya data satelit yang menunjukkan bahwa
pesawat Rusia itu memang telah melanggar wilayah udara Turki meski hanya 20 detik.
Koran tempo, 25 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Smith Alhadar
seorang penasehat Indonesian Society for Middle East Studies yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 15 Desember
2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan konferensi pers yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di sela
Konferensi Perubahan Iklim di Paris, dengan menuduh penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 oleh jet F-16 milik
Turki dilakukan untuk melindungi dan mengamankan mata rantai penjualan minyak Negara Islam Irak dan Suriah ISIS ke Turki
dan dikarenakan Rusia telah melewati batas wilayah antara Suriah dan Turki.
64W Dengan jumlah yang sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara
dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika.
Koran Tempo, 2 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ade Wahyudi
seorang Managing Director Katadata yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada
pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan perkiraan yang dilakukan oleh
Lembaga riset
digital marketing
Emarketer yang
memperkirakan pengguna aktif smartphone di Indonesia di tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2018 sebanyak lebih dari 100 juta orang. Tahun 2015 Indonesia belum masuk di empat besar negara pengguna smartphone.
Kalimat pada data 63W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud itu. Kata itu pada data 63W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata itu pada data 63W merujuk pada pesawat tempur Rusia SU-24. Rujukan
data 63W dapat diketahui karena disampaikan oleh Smith Alhadar seorang penasehat Indonesian Society for Middle East Studies yang merupakan penulis
opini di harian Koran Tempo edisi 15 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 63W berkaitan dengan konferensi pers yang dilakukan oleh
Presiden Rusia Vladimir Putin di sela Konferensi Perubahan Iklim di Paris, dengan menuduh penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 oleh jet F-16 milik
Turki dilakukan untuk melindungi dan mengamankan mata rantai penjualan minyak Negara Islam Irak dan Suriah ISIS ke Turki dan dikarenakan Rusia telah
melewati batas wilayah antara Suriah dan Turki. Pada opininya sebelum penulis Smith Alhadar menggunakan wujud itu telah mengungkapkan secara
langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut pesawat tempur Rusia SU- 24.
Kalimat pada data 64W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud itu. Kata itu pada data 64W disebut deiksis anafora bukan persona
karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul.
Kata itu pada data 64W merujuk pada lebih dari 100 juta orang Indonesia pengguna smartphone. Rujukan data 64W dapat diketahui karena disampaikan
oleh Ade Wahyudi seorang Managing Director Katadata melalui opini di harian Koran Tempo
edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 64W berkaitan dengan Lembaga riset digital marketing Emarketer yang melakukan
perkiraan terhadap pengguna aktif smartphone di Indonesia di tahun 2018 sebanyak lebih dari 100 juta orang. Penulis Ade Wahyudi mengungkapkan
bahwa di tahun 2018 jika pengguna aktif smartphone di Indonesia benar-benar berjumlah lebih dari 100 juta orang, akan membuat Indonesia berada diurutan ke
empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Pada opininya sebelum penulis Ade Wahyudi menggunakan wujud itu telah mengungkapkan secara
langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut lebih dari 100 juta orang Indonesia pengguna smartphone.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 63W dan data 64W memiliki kata deiksis berupa itu memiliki rujukan dan konteks yang
berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud itu merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang
berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud itu
memiliki rujukan
yang berbeda-beda
atau berpindah-pindah
yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata
deiksis yang sama yakni kata itu, data 63W dan data 64W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.
e. Demikian
Kata demikian mempunyai titik tolak yang formatif, yaitu wacana
sebelumnya Purwo, 1984: 129. Maka dari itu Purwo memasukkan kata demikian ke dalam deiksis anafora. Perhatikan data berikut yang mengandung
deiksis anafora bukan persona. 65W Seringkali dinyatakan bahwa tahun ini negara tak lagi mengimpor
bawang merah dan cabai, dalam kenyataannya tidak demikian. Koran Tempo, 29 Oktober 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Dwi Andreas Santosa seorang Guru Besar Fakultas Pertanian Istitut Pertanian
Bogor yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 29 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan
perubahan sistem dan kebijakan pangan nasional dalam pemerintahan Presiden RI Joko Widodo tahun 2015. Perubahan
sistem dan kebijakan pangan nasional yang dibuat Presiden RI Joko Widodo tahun 2015 membuat pemerintah Indonesia tidak akan
melakukan impor bawang merah dan cabai dari luar negeri. kenyataannya setelah melakukan perubahan kebijakan pangan
nasional, pemerintah Indonesia masih impor bawang merah dan cabai.
66W Dengan demikian, wewenang Menteri Kelautan akan terdelegasi
dalam Badan Otorita yang khusus mengelola masing-masing WPP. Koran Tempo, 2 November 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Alan F. Koropitan seorang lektor Kepala bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor
yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan
keputusan Presiden RI Jokowi yang membuat Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman karena kepengurusan yang
tumpang tindih di kelautan. Luasnya laut di Indonesia membuat Kementrian Kelautan membagi menjadi 11 wilayah pengelolaan
perikanan WPP. Setiap 11 wilayah memiliki keunikan masing- masing, sehingga WPP perlu bertransformasi menjadi Badan
Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan
ekosistem dan pengelolaan setiap wilayah laut dapat dikelola dan dirawat secara maksimal. Jika WPP bertransformasi menjadi
Badan Otorita Pengelola Perikanan maka wewenang Menteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kelautan akan terdelegasi dalam Badan Otorita yang khusus mengelola masing-masing WPP.
Kalimat pada data 65W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud demikian. Kata demikian pada data 65W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata demikian pada data 65W merujuk pada negara Indonesia tahun 2015 tak
lagi mengimpor bawang merah dan cabai. Rujukan data 65W dapat diketahui karena disampaikan oleh Dwi Andreas Santosa seorang guru besar Fakultas
Pertanian Istitut Pertanian Bogor melalui opini di harian Koran Tempo edisi 29 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 65W berkaitan dengan
perubahan sistem dan kebijakan pangan nasional dalam pemerintahan Presiden RI Joko Widodo tahun 2015 yang tidak akan melakukan impor bawang merah dan
cabai dari luar negeri. Namun, kenyataannya Indonesia masih melakukan impor dari luar negeri berupa bawang merah dan cabai. Pada opininya sebelum penulis
Dwi Andreas Santosa menggunakan wujud demikian telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut negara Indonesia
tahun 2015 tak lagi mengimpor bawang merah dan cabai. Kalimat pada data 66W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud demikian. Kata demikian pada data 66W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata demikian pada data 66W merujuk pada WPP yang harus bertransformasi
menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem.
Rujukan data 66W dapat diketahui karena disampaikan oleh Alan F. Koropitan seorang lektor Kepala bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor melalui opini
di harian Koran Tempo edisi 2 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 66W berkaitan dengan keputusan Presiden RI Jokowi yang membuat
Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman karena kepengurusan yang tumpang tindih di kelautan. Penulis Alan F. Koropitan mengungkapkan bahwa
Indonesia yang memiliki luas laut yang sangat luas membuat Kementrian Kelautan membagi menjadi 11 wilayah pengelolaan perikanan WPP. Setiap
wilayah yang memiliki keunikan masing-masing membuat WPP akan lebih baik berubah menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung
oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem dan pengelolaan setiap wilayah laut dapat dikelola dan dirawat secara maksimal. Pada
opininya sebelum penulis Alan F. Koropitan menggunakan wujud demikian telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan
menyebut WPP yang harus bertransformasi menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan
perikanan berbasis pendekatan ekosistem. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 65W dan
data 66W memiliki kata deiksis berupa demikian memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud demikian merupakan deiksis
anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud
demikian memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang
disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata demikian, data 65W dan data 66W masing-
masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. f.
Begitu Kata begitu tidak dapat dipakai sebagai pemarkah anafora apabila titik
tolaknya berkenaan tentang diri persona pertama, tetapi kata begitu dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora apabila tentang diri orang lain Purwo,
1984: 129. Maka, kata begitu merupakan bagian dari deiksis endofora anafora terutama anafora bukan persona. Perhatikan data berikut yang mengandung
deiksis anafora bukan persona.
67W Dengan begitu, kedekatan antar umat beragama tak lagi abstrak
dan vebal, tetapi nyata dan fisik. Koran Tempo, 23 Desember 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta yang
merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 23 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan akan
datangnya peringatan Natal tahun 2015 pada 25 Desember 2015. Sebelum perayaan Natal 2015 tiba, muncul kelompok muslim
ekstrem yang menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristiani merupakan hal yang haram. Penulis
teringat dengan ajakan Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York
– bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS yang mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja
sama, melainkan saling membela, sehingga hubungan antarumat beragama nyata dan fisik.
Kalimat pada data 67W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud begitu. Kata begitu pada data 67W disebut deiksis anafora bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
persona karena
rujukannya bukan
insanbukan persona
yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul.
Kata begitu pada data 67W merujuk pada Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York
– bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling
membela. Rujukan data 67W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta melalui opini
di harian Koran Tempo edisi 23 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 67W berkaitan dengan akan datangnya peringatan Natal tahun 2015 pada
25 Desember 2015, kemudian muncul kelompok muslim ekstrem yang menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristiani
merupakan hal yang haram. Penulis Husein Ja‟far Al Hadar teringat akan Imam
Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier –
pemuka Yahudi berpegaruh di AS yang mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela, sehingga hubungan antarumat
beragama nyata dan fisik. Pada opininya sebelum penulis Husein Ja‟far Al
Hadar menggunakan wujud begitu telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New
York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS
mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela.
Wujud begitu pada data 67W merupakan deiksis anafora bukan persona, walaupun hanya ada satutidak ada pembanding yang lainnya. Wujud begitu
deiksis anafora bukan persona karena dapat memiliki rujukan dan konteks yang berbeda dengan data 67W, misalnya data 67W penulis menceritakan konfik
yang terjadi ditubuh partai Golkar yaitu ada dua kubu yang berseteru memperebutkan ketua umum partai Golkar antara kubu Abu Rizal Bakrie dan
kubu Agung Laksono. Konflik yang berkepanjangan membuat senior di partai Golkar yaitu Jusuf Kalla yang juga Wakil Persiden Joko Widodo memberikan
amanatsaran agar antara kedua kubu tidak saling bermusuhan karena masih dalam satu partai Golkar, karena jika perseturuan terjadi terus akan membuat
pemerintah tidak stabil dan segera meminta kedua kubu melakukan munas agar
tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dengan begitu, Golkar dapat
bersatu kembali dan dapat membantu menstabilkan pemerintahan Indonesia. Maka rujukan dari data 67W wujud begitu bisa berubah, bukan merujuk pada
Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier
– pemuka Yahudi berpegaruh di AS mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela tetapi merujuk pada Jusuf Kalla
yang memberikan amanatsaran agar antara kedua kubu tidak saling bermusuhan karena masih dalam satu partai Golkar, karena jika perseturuan terjadi terus akan
membuat pemerintah tidak stabil dan segera meminta kedua kubu melakukan munas agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
g. Tersebut
kata tersebut menurut Purwo 1984: 118 memiliki sifat anaforis. Lebih dikhususkan lagi bersifat anafora bukan persona. Perhatikan data berikut yang
mengandung deiksis anafora bukan persona. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68W Kondisi tersebut menggambarkan betapa tidak logis dan tidak
ekonomisnya kebijakan jangka panjang pemerintah soal keberlangsungan prioritas penggunaan energi dalam bentuk
tabung berisi elpiji untuk rakyat.
Koran Tempo, 1 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Andang Bachtiar
seorang anggota Dewan Energi Nasional yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada
pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji oleh pemerintah Indonesia secara masal yang
dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Pengalihan minyak tanah ke gas elpiji selama tahun 2007 sampai 2015 dianggap tidak
berhasil. Tidak berhasilnya pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji membuat pemerintah Indonesia berniat menggantikan
subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan masyarakat
Indonesia.
69W Kedua peristiwa tersebut selayaknya menjadi lampu merah,
bukan lagi lampu kuning, bagi pemerintah dalam mengelola relasi antarumat beragama dan, khususnya, tempat ibadah.
Koran Tempo, 19 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ahmad Suaedy
seorang koordinator Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo
edisi 19 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan dua peristiwa kerusuhan antar umat beragama yaitu
kerusuhan di Tolikara, Papua yang terjadi bersamaan dengan perayaan Idul Fitri pada 11 Juli 2015 dan kerusuhan di Aceh
Singkil, Aceh yang bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah pada 13 Oktober 2015.
Kalimat pada data 68W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud tersebut. Kata tersebut pada data 68W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata tersebut pada data 68W merujuk pada pemerintah Indonesia yang berniat
menggantikan subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan rakyat jelata. Rujukan data 68W dapat diketahui karena disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota
Dewan Energi Nasional melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 68W berkaitan dengan pengalihan
program minyak tanah ke gas elpiji oleh pemerintah Indonesia secara masal yang dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Penulis Andang Bachtiar
mengungkapkan bahwa pengalihan minyak tanah ke elpiji dianggap tidak berhasil , melihat penrintah Indonesia memiliki rencana lain untuk memberikan subsidi
melalui uang tunai, sehingga masyarakat miskin dapat membeli bahan bakar kesenangan masyarakat Indonesia. Pada opininya sebelum penulis Andang
Bachtiar menggunakan wujud tersebut telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan pemerintah Indonesia
yang berniat menggantikan subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan rakyat jelata.
Kalimat pada data 69W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud tersebut. Kata tersebut pada data 69W disebut deiksis anafora
bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul.
Kata tersebut pada data 69W merujuk pada kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh. Rujukan data 69W dapat diketahui karena
disampaikan oleh Ahmad Suaedy seorang koordinator Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia melalui opini di harian Koran Tempo edisi 19
Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 69W berkaitan dengan dua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
peristiwa kerusuhan antar umat beragama yaitu kerusuhan di Tolikara, Papua yang terjadi bersamaan dengan perayaan Idul Fitri pada 11 Juli 2015 dan
kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh yang bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah pada 13 Oktober 2015. Penulis Ahmad Suaedy mengungkapkan harapan
agar kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh dapat menjadikan bahan refleksi dan menjadi pembelajaran bagi pemerintah Indonesia
dan umat beragama agar tidak terulang kembali. Pada opininya sebelum penulis Ahmad Suaedy menggunakan wujud tersebut telah mengungkapkan secara
langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 68W dan data 69W memiliki kata deiksis berupa tersebut memiliki rujukan dan konteks
yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud tersebut merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan
persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud
tersebut memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang
disesuaikantegantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata tersebut, data 68W dan data 69W masing-
masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. h.
Sana Secara umum kata sana merupakan kata penunjuk tepat. Kata sana jika
dikaitkan dengan teori deikis, masuk dalam deiksis eksofora ruangtempat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
lokatif. Namun, kata sana juga dapat masuk dalam deiksis endofora khususnya deiksis anafora bukan persona. Hal ini dikarenakan di dalam deiksis anafora
bukan persona kata sana memiliki rujukan di dalam teks yang letaknya sebelum kata yang deiksis muncul. Purwo 1984: 131 bahwa dalam bahasa Indonesia
diantara ketiga kata penunjuk tempat di sini, di situ, dan di sana hanya kata di sana
yang dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora tempat. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona.
70W Di sana terdapat dua museum: Museum Pengkhianatan PKI dan
Museum Paseban. Koran Tempo, 23 Oktober 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Debra H. Yatim
seorang jurnalis Tempo yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo
edisi 23 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah yang
dimulai pada 21 September 2015 hingga 30 September 2015 di Museum Nasional, Jakarta. Museum Nasional yang digunakan
untuk peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah satu tempat dengan dua museum yang lain berupa Museum Pengkhianatan PKI dan
Museum Paseban.
71W Di sana bahkan dibangun sebuah toko milik sosialita Amerika
Serikat AS, Paris Hilton. Koran Tempo, 2 Oktober 2015
Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al- Hadar seorang penulis yang merupakan penulis opini di harian
Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini
berkaitan dengan musibah crane di Masjidil Haram, Arab Saudi pada 12 September 2015. Penulis teringat bahwa di Arab Saudi
yang sebenarnya merupakan negara tujuan untuk berhaji mulai berubah kearah konsumerisme yang terbukti dengan dibangunnya
toko milik Paris Hilton sosialita AS.
Kalimat pada data 70W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud di sana. Wujud di sana pada data 70W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah lokatif, bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Wujud di sana pada data 70W merujuk pada Museum Nasional, Jakarta.
Rujukan data 70W dapat diketahui karena disampaikan oleh Debra H. Yatim seorang jurnalis Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 23 Oktober
2015 kepada pembaca. Kemunculan data 70W berkaitan dengan peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah yang dimulai pada 21 September 2015 hingga 30
September 2015 di Museum Nasional, Jakarta. Penulis Debra H. Yatim menunjukkan bahwa tepat yang digunakan dalam peringatan 100 tahun Basoeki
Abdullah di dalamnya memiliki dua museum lagi yang berupa Museum Pengkhianatan PKI dan Museum Paseban. Pada opininya sebelum penulis Debra
H. Yatim menggunakan wujud di sana telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan Museum Nasional,
Jakarta. Kalimat pada data 71W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona
dengan wujud di sana. Wujud di sana pada data 71W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah lokatif, bukan insanbukan persona yang
konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata di sana pada data 71W merujuk pada Arab Saudi. Rujukan data 71W
dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al-Hadar seorang penulis
melalui opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 71W berkaitan dengan musibah crane di Masjidil Haram,
Arab Saudi pada 12 September 2015. Setelah terjadi jatuhnya crane di Arab Saudi, penulis
Husein Ja‟far Al-Hadar mengungkapkan bahwa Arab Saudi telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berubah, yang awalnya digunakan untuk melakukan haji, mulai mengalami perubahan kearah konsumerisme dengan bukti adanya toko milik Paris Hilton
sosialita AS. Pada opininya sebelum penulis Husein Ja‟far Al-Hadar
menggunakan wujud di sana telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan Arab Saudi.
Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 70W dan data 71W memiliki kata deiksis berupa di sana memiliki rujukan dan konteks
yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud di sana merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan
persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud di
sana memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang
disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata di sana, data 70W dan data 71W masing-masing
memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.