Deiksis Anafora Deiksis Endofora

pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti ia merupakan bentuk persona ketiga tunggal. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 42W Tentu saja secara manusiawi, Soedirman memiliki kelemahan, seperti kecanduan merokok yang menyebabkan ia menderita TBC dan akhirnya paru-parunya tinggal sebelah. Koran Tempo, 2 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Asvi warman Adam seorang sejarawan LIPI yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan peluncuran film berjudul Jenderal Soedirman pada tanggal 27 Agustus 2015di salah satu bioskop di Jakarta, Indonesia. Film berjudul Jenderal Soedirman menceritakan perjuangan Jenderal Soedriman dalam memperjuangkan Indonesia ditangan penjajah Belanda walaupun di saat Soedirman sedang sakit parah. 43W Namun, ia menyinggung isu-isu yang lebih luas, dari bantuan militer Tiongkok dalam pembentukan Angkatan Kelima hingga kemungkinan transfer teknologi nuklir Tiongkok kepada Indonesia. Koran Tempo, 29 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh A. Dahana seorang Guru Besar Studi Cina, Universitas Indonesia yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 29 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Peringatan G30 SPKI atau GestapuPKI Partai Komunis Indonesia yang akan diperingati pada 30 September 2015. Penulis teringat akan makalah Zhou Taomo yang menceritakan dugaan bantuan RCCmiliter Tiongkok dalam pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 di Indonesia. Kalimat pada data 42W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud ia. Kata ia pada data 42W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 42W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 42W dan kata ia pada data 42W rujukannya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata ia pada data 42W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Asvi warman Adam melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 2 September 2015 yaitu Jenderal Soedirman. Rujukan data 42W dapat diketahui karena data 42W disampaikan oleh Asvi warman Adam seorang sejarawan LIPI melalui opini harian Koran Tempo edisi 2 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 42W berkaitan dengan ran film berjudul Jenderal Soedirman yang berlangsung tanggal 27 Agustus 2015 di salah satu bioskop di Jakarta, Indonesia. Film berjudul Jenderal Soedirman menceritakan perjuangan Jenderal Soedirman dalam memperjuangkan Indonesia ditangan penjajah Belanda walaupun di saat Soedirman sedang sakit parah. Pada opininya sebelum penulis Asvi warman Adam menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Jenderal Soedirman. Kalimat pada data 43W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud ia. Kata ia pada data 43W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 43W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 43W dan kata ia pada data 43W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata ia pada data 43W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis A. Dahana melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 30 September 2015 yaitu Zhou Taomo. Rujukan dapat data 43W dapat diketahui karena disampaikan oleh A. Dahana seorang Guru Besar Studi Cina, Universitas Indonesia melalui opini di harian Koran Tempo edisi 29 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 43W berkaitan dengan akan diadakannya peringatan G30 SPKI atau GestapuPKI Partai Komunis Indonesia yang akan diperingati pada 30 September 2015. Peringatan G30 SPKI pada 30 September 2015 membuat penulis A. Dahana teringat akan makalah Zhou Taomo yang menceritakan dugaan bantuan RCCmiliter Tiongkok dalam pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965 di Indonesia. Pada opininya sebelum penulis A. Dahana menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Zhou Taomo. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 42W dan data 43W memiliki kata deiksis berupa ia memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ia merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ia memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ia, data 42W dan data 43W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. b. Dia Kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan, yang dapat digunakan sebagai variasi kata ganti ia Chaer, 2011: 97. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti dia merupakan bentuk persona ketiga tunggal. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 44W Dia lahir di Ivano-Frankivsk, Ukraina, pada 31 Mei 1948, dan besar di Belarus, negara dengan pemerintahan yang totaliter. Koran Tempo, 16 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Amri Mahbub seorang pegawai Tempo yang merupakan penulis opini di Koran Tempo edisi 16 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Komite Nobel yang memberikan penganugrahan Nobel Sastra 2015 kepada Svetlana Alexievich. 45W Pertama, dia ditelepon Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem. Koran Tempo, 9 November 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Lestantya R. Baskoro seorang Wartawan Tempo yang merupakan penulis opini di Koran Tempo edisi 9 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan kasus Gatot Pujo Nugroho Gubernur Sumatera Utara yang melibatkan Jaksa Agung H.M. Prasetyo pilihan Presiden RI Jokowi dengan kasus berupa korupsi dana bansos. Jaksa Agung H.M. Prasetyo ketika mulai masuk menjadi Jaksa Agung menuai kritik karena berasal dari partai NasDem yang diketuai oleh Surya Paloh, padahal untuk menjadi Jaksa Agung seseorang harus steril dari pihak, sedangkan H.M. Prasetyo merupakan anggota partai. Ada dua indikasi yang menyebabkan H.M. Prasetyo terlibat kasus dana bansos berupa Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem yang menelpon H.M. Prasetyo dan janji Sekertaris Jenderal NasDem, Patrice Rio Capella, yang akan menyelesaikan urusan kasus Gubernur Sumatera Utara di Kejaksaan Agung. Kalimat pada data 44W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud dia. Kata dia pada data 44W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 44W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat dijadikan rujukan pada data 44W dan kata dia pada data 44W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata dia pada data 44W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Amri Mahbub melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 16 Oktober 2015 yaitu Svetlana Alexievich. Rujukan data 44W dapat diketahui karena disampaikan oleh Amri Mahbub seorang pegawai Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 16 Oktober 2015 kepada pembaca. kemunculan data 44W berkaitan dengan Komite Nobel yang memberikan penganugrahan Nobel Sastra 2015 kepada Svetlana Alexievich. Pada opininya sebelum penulis Amri Mahbub menggunakan wujud dia telah mengungkapkan secara langsungtertulis I dalam opininya dengan menyebutkan nama Svetlana Alexievich. Kalimat pada data 45W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud dia. Kata dia pada data 45W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 45W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 45W dan kata dia pada data 45W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata dia pada data 45W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Lestantya R. Baskoro melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 9 November 2015 yaitu H.M. Prasetyo. Rujukan data 45W dapat diketahui karena disampaikan oleh Lestantya R. Baskoro seorang Wartawan Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 9 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 45W berkaitan dengan kemunculan kasus Gatot Pujo Nugroho Gubernur Sumatera Utara yang melibatkan Jaksa Agung H.M. Prasetyo pilihan Presiden RI Jokowi dengan kasus berupa korupsi dana bansos. Sejak masuknya Jaksa Agung H.M. Prasetyo di Kejaksaan Agung sudah menuai kritik karena berasal dari partai NasDem yang diketuai oleh Surya Paloh, padahal untuk menjadi Jaksa Agung seseorang harus steril dari pihak, sedangkan H.M. Prasetyo merupakan anggota partai. Pada opininya sebelum penulis Lestantya R. Baskoro menggunakan wujud dia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama H.M. Prasetyo. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 44W dan data 45W memiliki kata deiksis berupa dia memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud dia merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud dia memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata dia, data 44W dan data 45W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. c. Beliau Kata ganti Beliau untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan Chaer, 2011: 98. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti Beliau merupakan bentuk persona ketiga tunggal karena merupakan orang satu orang yang dibicarakan oleh penutur dalam tuturannya. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 46W Saya sendiri, ketika selesai membaca buku ini, mencoba menariknya dengan pengalaman pribadi ketika berhubungan dengan beliau. Koran Tempo, 28 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Fadel Muhammad seorang Ketua Komisi XI DPR RI yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 28 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan ada peluncuran buku yang berjudul “Reinventing Indonesia” ditulis oleh Ginandjar Kartasasmita dan Joseph J. Stern pada 9 September 2015 di Universitas Indonesia. Isi buku berjudul “Reinventing Indonesia” menceritakan tentang krisis ekonomi-politik periode 1997-1999 dan menguraikan tranformasi demokrasi di Indonesia dan sekitar tahun 1997-1999 B.J. Habibie memiliki peran penting dalam pemantapan demokrasi di Indonesia. 47W Beliau mungkin sudah mulai membaca gelagat, bila demokrasi “murni” yang berjalan, bangsa ini tidak akan kemana-mana. Koran Tempo, 3 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Pongki Pamungkas seorang Penulis Buku The Answer is Love yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 3 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan manajemen demokrasi yang ada di salah satu perusahaan teman penulis sebagai CEO yang memiliki kasus berupa kemarahan teman penulis kepada karyawan karena terjadi perdebatan rencana perubahan jalur keluar-masuk kendaraan di kantor, sehingga menyebabkan para karyawan tidak melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan mengurusi masalah yang bukan tugasnya. Penulis teringat dengan pidato Bung Karno Presiden RI pertama di Indonesia yang lebih senang menerapkan Demokrasi Terpimpin ketika memerintah di Indonesia, karena menurut Bung Karno demokrasi terpimpin lebih cocok diterapkan di Indonesia dibandingkan demokrasi “murni”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kalimat pada data 46W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud Beliau. Kata Beliau pada data 46W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 46W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 46W dan kata Beliau pada data 46W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata Beliau pada data 46W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Fadel Muhammad melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 28 September 2015 yaitu B.J. Habibie. Rujukan data 46W dapat diketahui karena disampaikan oleh Fadel Muhammad seorang Ketua Komisi XI DPR RI melalui opini di harian Koran Tempo edisi 28 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 46W berkaitan dengan peluncuran buku yang berjudul “Reinventing Indonesia” ditulis oleh Ginandjar Kartasasmita dan Joseph J. Stern pada 9 September 2015 di Universitas Indonesia. Buku berjudul “Reinventing Indonesia” menceritakan tentang krisis ekonomi-politik periode 1997-1999 dan menguraikan tranformasi demokrasi di Indonesia dan sekitar tahun 1997-1999 B.J. Habibie memiliki peran penting dalam pemantapan demokrasi di Indonesia. Pada opininya sebelum penulis Fadel Muhammad menggunakan wujud Beliau telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama B.J. Habibie. Kalimat pada data 47W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud Beliau. Kata Beliau pada data 47W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 47W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 47W dan kata Beliau pada data 47W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata Beliau pada data 47W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Pongki Pamungkas melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 3 Oktober 2015 yaitu Bung Karno. Rujukan data 47W dapat diketahui karena disampaikan oleh Pongki Pamungkas seorang penulis buku The Answer is Love melalui opini di harian Koran Tempo edisi 3 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 47W berkaitan dengan penulis Pongki Pamungkas yang telah bertemu dengan temannya sebagai CEO suatu perusahaan yang menganut manajemen demokrasi. Teman penulis Pongki Pamungkas bercerita kepada penulis Pongki Pamungkas terkait kemarahan teman penulis kepada karyawan karena terjadi perdebatan rencana perubahan jalur keluar-masuk kendaraan di kantor, sehingga menyebabkan para karyawan tidak melakukan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan mengurusi masalah yang bukan tugasnya. Setelah mendengar cerita temannya, penulis Pongki Pamungkas teringat dengan pidato Bung Karno saat menjadi Presiden RI yang menilai bahwa Indonesia lebih cocok menerapkan demokrasi terpimpin daripada demokrasi “murni”. Pada opininya sebelum penulis Pongki Pamungkas menggunakan wujud Beliau telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Bung Karno. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 46W dan data 47W memiliki kata deiksis berupa Beliau memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud Beliau merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud Beliau memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata Beliau, data 46W dan data 47W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. d. –nya Kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Bentuk –nya dapat berbentuk persona ketinga tunggal dan persona ketiga jamak Chaer, 2011: 108-109. Dari sekilan banyak kata ganti persona ketiga, bentuk –nya dapat mengacu nomina bukan insan dan nomina insan. Maka, pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina insanpersona. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal. 48W Sayub-sayub namanya kini muncul dalam pencarian daring sebagai mantan pegawai Kementerian Penerangan dan juga pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI pada 10 Maret 1956. Koran Tempo, 17 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Muhidin M. Dahlan anggota WARUNGARSIP yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Kotot Sukardi yang mendapatkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penganugrahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dilaksanakan sejak 4 September 2015 dan puncak acara pada tanggal 22 September 2015. Kotot Sukardi tidak memiliki profesi yang pasti karena pernah menjadi penulis naskah drama, tokoh seniman Lekra, pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI, mantan pegawai Kementerian Penerangan, dan sebagainya. 49W Hal ini juga tergambar secara tersirat dari pengunduran diri Direktur Jenderal Pajak Sigit Priadi Pramudito yang dilatarbelakangi oleh ketidakmampuannya mencapai target penerimaan negara dari pajak. Koran Tempo, 30 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ronny P. Sasmita seorang analis ekonomi politik Financeroll Indonesia yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 30 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan penerimaan uang pajak yang seret atau tidak mencapai target yang sudah ditetapkan APBN. Tidak tercapainya target pajak sesuai dengan APBN juga disebabkan oleh keadaan ekonomi di dunia yang sedang lesu dan kondisi keuangan pemerintah Indonesia yang seret. Sigit Priadi Pramudito merupakan Direktur Jenderal Pajak. Kalimat pada data 48W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 48W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 48W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 48W dan kata -nya pada data 48W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 48W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Muhidin M. Dahlan melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 17 September 2015 yaitu Kotot Sukardi. Rujukan data 48W dapat diketahui karena disampaikan oleh Muhidin M. Dahlan anggota WARUNGARSIP melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 48W berkaitan dengan Kotot Sukardi yang mendapatkan penganugrahan Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang dilaksanakan sejak 4 September 2015 dan puncak acara pada tanggal 22 September 2015. Kotot Sukardi yang mendapat penghargaan kemudian membuat pengalaman pekerjaannya terbuka di umum yang menunjukkan bahwa Kotot Sukardi pernah menjadi penulis naskah drama, tokoh seniman Lekra, pendiri Persatuan Artis Film Indonesia PAFI, mantan pegawai Kementerian Penerangan, dan sebagainya. Pada opininya sebelum penulis Muhidin M. Dahlan menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Kotot Sukardi. Kalimat pada data 49W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 49W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 49W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 49W dan kata -nya pada data 49W rujukannya berupa persona ketiga tunggal. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 49W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Ronny P. Sasmita melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 30 Desember 2015 yaitu Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur Jenderal Pajak. Rujukanrefren data 49W dapat diketahui karena disampaikan oleh Ronny P. Sasmita seorang analis ekonomi politik Financeroll Indonesia melalui opini di harian Koran Tempo edisi 30 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 49W berkaitan dengan penerimaan uang pajak yang seret atau tidak mencapai target yang sudah ditetapkan APBN karena keadaan ekonomi di dunia yang sedang lesu dan kondisi keuangan pemerintah Indonesia yang seret. Penerimaan uang pajak yang serettidak mencapai target membuat Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur Jenderal Pajak mengundurkan diri. Pada opininya sebelum penulis Ronny P. Sasmita menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Sigit Priadi Pramudito seorang Direktur Jenderal Pajak. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 48W dan data 49W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata -nya, data 48W dan data 49W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga jamak. 50W Keduanya ditangkap dalam kondisi hampir bugil ketika hendak melayani laki-laki yang mem-booking-nya di sebuah hotel berbintang di Jakarta. Koran Tempo, 17 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Bagong Suyanto seorang dosen Sosiologi Universitas Airlangga, Peneliti Pelacuran yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan terbongkarnya prostitusi artis dengan tertangkapnya Nikita Mirzani dan Puti Revita yang tertangkap di salah satu hotel PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berbintang di Jakarta. Nikita Mirzani dan Puti Revita merupakan artis nasional. 51W Mereka tidak hanya dipaksa untuk memilih, tapi juga memenangkan calon kepala daerah dengan menggunakan pengaruh dan kewenangannya terhadap peserta didik, orang tua murid, dan masyarakat. Koran Tempo, 1 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ade Irawan seorang Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Pilkada serentak di Indonesia yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015. Pilkada serentak yang semakin dekat membuat kebanyakan para calon inkuben seseorang yang mencalonkan kembali memanfaatkan peran seorang guru atau memaksa guru sebagai tim sukses dari pasangan calon tertentu dalam pilkada. Kalimat pada data 50W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 50W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 50W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 50W dan kata -nya pada data 50W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 50W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu yang dibicarakan oleh penulis Bagong Suyanto melalui pendapat di rubrik pendapat harian Koran Tempo edisi 17 Desember 2015 yaitu Nikita Mirzani dan Puti Revita. Rujukan data 50W dapat diketahui karena disampaikan oleh Bagong Suyanto seorang dosen Sosiologi Universitas Airlangga, peneliti pelacuran melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 50W berkaitan dengan terbongkarnya prostitusi artis dengan tertangkapnya Nikita Mirzani dan Puti Revita yang tertangkap di salah satu hotel berbintang di Jakarta. Pada opininya sebelum penulis Bagong Suyanto menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Nikita Mirzani dan Puti Revita. Kalimat pada data 51W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 51W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 51W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 51W dan kata -nya pada data 51W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata -nya pada data 51W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis Ade Irawan melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember 2015 yaitu para guru. Rujukan data 51W dapat diketahui karena disampaikan oleh Ade Irawan seorang Wakil Koordinator Indonesia Corruption Watch melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 51W berkaitan dengan akan diadakannya Pilkada serentak di Indonesia yang akan dilaksanakan pada 9 Desember 2015. Penulis Ade Irawan teringat dengan masalah yang dialami para guru karena dipaksa oleh para calon inkuben seseorang yang mencalonkan kembali perseta pemilu dengan memanfaatkan peran guru atau memaksa para guru sebagai tim sukses dari pasangan calon tertentu dalam pilkada, sehingga menurut penulis Ade Irawan dirasa tidak pantas. Pada opininya sebelum penulis Ade Irawan menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut para guru. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 50W dan data 51W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata -nya, data 50W dan data 51W maisng-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. e. Mereka Kata ganti mereka untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja Chaer, 2011: 98. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti mereka merupakan bentuk persona ketiga jamak. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 52W Ulah mereka tidak hanya menyengsarakan konsumen, tapi juga produsen. Koran Tempo, 1 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Khudori seorang anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan pangan Pusat 2010- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sekarang yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan naiknya harga daging sapi saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri 2015 yaitu bulan Juli 2015. Langkanya daging sapi membuat penimbun daging sapi bermunculan. Para penimbun menyimpan daging sapi sebanyak-banyaknya dan dijual semahal-mahalnya kepada konsumen maupun kepada penjual dan pemotong sapi. 53W Beleid ini menegaskan bahwa pertanian harus mendapatkan perlindungan dari berbagai permasalahan yang mereka hadapi. Koran Tempo, 4 November 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Toto Subandiro seorang pengamat ekonomi pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 4 November 2015. Tuturan ini berkaitan dengan digulirkannya paket kebijakan ekonomi tahap ketiga oleh Presiden RI Joko Widodo mengenai asuransi pertanian yang memberikan perlindungan bagi petani yang mengalami permasalahan terkait pertanian yang berupa UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani, pada 7 Oktober 2015 di kantor presiden, Jakarta. Kalimat pada data 52W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud mereka. Kata mereka pada data 52W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 52W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 52W dan kata mereka pada data 52W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata mereka pada data 52W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah yang lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis Khudori melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 yaitu para penimbun menyimpan daging sapi. Rujukan data 52W dapat diketahui karena disampaikan oleh Khudori seorang anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan pangan Pusat 2010-sekarang melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 52W berkaitan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan naiknya harga daging sapi saat Idul Fitri dan setelah Idul Fitri 2015 yaitu bulan Juli 2015, sehingga membuat daging sapi mengalami kelangkaan. Kelangkaan daging sapi membuat harga daging sapi mahal, yang membuat para penimpun daging sapi, melakukan penimbunan dan menjualnya kembali kepada konsumen dan penjual daging sapi eceran dengan harga yang semahal-mahalnya. Pada opininya sebelum penulis Khudori menggunakan wujud mereka telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut para penimbun menyimpan daging sapi. Kalimat pada data 53W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud mereka. Kata mereka pada data 53W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 53W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 53W dan kata mereka pada data 53W rujukannya berupa persona ketiga jamak. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata mereka pada data 53W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan dengan jumlah lebih dari satu orang yang dibicarakan oleh penulis Toto Subandiro melalui rubrik opini di harian Koran Tempo edisi 4 November 2015 yaitu para petani. Rujukan data 53W dapat diketahui karena disampaikan oleh Toto Subandiro seorang pengamat ekonomi pertanian alumnus Institut Pertanian Bogor melalui opini di harian Koran Tempo edisi 4 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 53W berkaitan dengan muncul pemberitaan digulirkannya paket kebijakan ekonomi tahap ketiga oleh Presiden RI Joko Widodo mengenai asuransi pertanian yang memberikan perlindungan bagi petani yang mengalami permasalahan terkait pertanian yang berupa UU Nomor 19 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Pada opininya sebelum penulis Toto Subandriyo menggunakan wujud mereka telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut para petani. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 52W dan data 53W memiliki kata deiksis berupa mereka memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud mereka merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud mereka memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata mereka, data 52W dan data 53W maisng-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. f. Saya Kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja Chaer, 2011: 92. Seperti sama yang dijelaskan oleh Purwo 1984: 22 dengan mengandaikan sebuah sandiwara, bahwa orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Kata saya merupakan kata ganti persona pertama tunggal. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora persona. 54W Lebih jauh, John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly di Washington, mengungkapkan,”Sebagian besar pejabat AS bukan hanya anggota kongres, juga inteligen dan penegak hukum AS yang telah saya wawancarai tidak mengetahui apa-apa tentang Islam secara mendasar.” Koran Tempo, 17 November 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan perkataan dari John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly. Tuturan ini berkaitan dengan terorpeledakan bom di Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015. Muncul sebuah anggapan bahwa terjadinya peledakan bom di Kota Paris disebabkan karena barat Prancis, Amerika, dan sebagainya ikut melakukan penyerangan teradap ISIS. 55W Ketika ditanya mengapa, jawabnya: “Setiap sore menjelang magrib saya harus memasukkan kambing-kambing saya ke kandangnya, Pak” Koran Tempo, 31 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Seno Gumira Ajidarma seorang wartawan PANAJOURNAL.COM yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan dan jawaban dari seseorang kepada seorang anggota komisi. Tuturan ini berkaitan dengan buku berjudul Humor Nyata Wakil Rakyat 2006 karya Pei‟i yang isinya berupa anekdot tentang para anggota DPRD. Penulis menunjukkan salah satu potongan anekdot percakapan seorang anggota komisi yang berupa jawaban seorang anggota komisi ketika ditanya mengapa minta pulang sore setiap diadakan rapat. Kalimat pada data 54W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud saya. Kata saya pada data 54W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 54W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 54W, dapat pula berupa kutipan langsung yang ditulis oleh penulis, dan kata saya pada data 54W rujukannya berupa persona pertama. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata saya pada data 54W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Husein PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Ja‟far Al Hadar melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 yaitu John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly di Washington. Rujukan data 54W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta melalui opini di harian Koran Tempo edisi 17 November 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan langsung John Stein, redaktur keamanan nasional untuk Congressional Quarterly di Washington yang berupa wawancara John Stein kepada anggota kongres, inteligen, dan penegak hukum AS mengenai Islam secara mendasar, mengingat ada anggapan bahwa terorpeledakan bom di Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015 terjadi karena bangsa barat ikut-ikutan membasmi para teroris. Kemunculan data 54 berkaitan dengan terorpeledakan bom di Kota Paris, Prancis pada 14 November 2015 yang banyak anggapan peledakan bom di Paris karena barat Prancis, Amerika, dan sebagainya ikut melakukan penyerangan teradap ISIS. Wujud saya muncul pada anafora persona apabila merupakan kutipan langsung seseorang yang kemudian ditulis pada tulisansebuah opini. Kalimat pada data 55W di atas memiliki deiksis anafora persona dengan wujud saya. Kata saya pada data 55W disebut deiksis anafora persona karena sebelum kalimat 55W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 55W, dapat pula berupa kutipan langsung yang ditulis oleh penulis, dan kata saya pada data 55W rujukannya berupa persona pertama. Jika dikaitkan dengan teori deiksis bahwa kata saya pada data 55W memiliki rujukan pada seseorang yang dibicarakan oleh penulis Seno PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Gumira Ajidarma melalui opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember 2015 yaitu seorang anggota komisi. Rujukan data 55W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Seno Gumira Ajidarma seorang wartawan PANAJOURNAL.COM melalui opini di harian Koran Tempo edisi 31 Desember 2015 kepada pembaca dengan mencantumkan pernyataan langsung jawaban seorang anggota komisi, ketika ditanya mengapa minta rapat dipercepat, sehingga seorang komisi bisa pulang sore. Kemunculan data 55W berkaitan dengan penulis Seno Gumira Ajidarma yang membaca buku berjudul Humor Nyata Wakil Rakyat 2006 karya Pei‟i yang isinya berupa anekdot tentang para anggota DPRD dan salah satun contoh anekdot berupa percakapan seorang anggota komisi yang ditanya temanya mengapa setiap rapat dirinya minta rapat dipercepat agar bisa pulang sore, kemudian seorang anggota komisi yang ditanya memberikan jawaban bahwa dia harus memaksukkan kambing-kambingnya ke kandang. Wujud saya muncul pada anafora persona apabila merupakan kutipan langsung seseorang yang kemudian ditulis pada tulisansebuah opini. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 54W dan data 55W memiliki kata deiksis berupa saya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud saya merupakan deiksis anafora persona karena memiliki rujukan berupa insan atau persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud saya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata saya, data 54W dan data 55W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. Secara khusus wujud saya merupakan deiksis anafora persona apabila berupa kutipan langsung yang diambil oleh penulis dan dituliskan atau diungkapan kembali oleh penulis. 2 Deiksis Anafora Bukan Persona Deiksis anafora bukan persona merupakan bagian dari deiksis endofora. Maka, rujukan dari deiksis endofora anafora bukan persona berada di dalam teks yang mengacu pada konstituen di sebelah kiri atau sebelum kata yang mengandung deiksis muncul dan dikhususkan merujuk pada bukan insan atau bukan persona dapat berupa hewan, tumbuhan, tempat, dan apapun yang rujukannya bukan personainsan. Secara khusus, Purwo 1984: 105 menyatakan bahwa diantara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora. Selain itu, dijelaskan pula bahwa persona ketiga dapat merujuk pada nomina insan dan nomina bukan insane. Namun, untuk deiksis anafora bukan persona pada bagian kata ganti persona tiga, hanya mencakup kata ganti dia, ia, dan –nya. Selain deiksis anafora bukan persona yang mencakup kata ganti dia, ia, dan –nya, terdapat pula beberapa kata lainnya yang mengandung deiksis demonstratif misalnya ini dan itu dan lokatif misalnya sana. Kata demikian, begitu, dan tersebut juga dapat digunakan dalam deiksis anafora bukan persona. Maka, peneliti akan memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa deiksis anafora bukan persona, sebagai berikut. a. Ia Kata ganti ia pada sebuah kalimat lazimnya merujuk pada persona atau insan. Kata ganti ia merupakan bagian dari kata ganti persona ketiga dan menurut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Chaer 2011: 92 bahwa kata ganti personaorang ketiga yaitu kata yang menggantikan diri orang yang dibicarakan. Hal ini, sejalan dengan Purwo 1984: 22 bahwa orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif disebut persona ketiga. Purwo 1984: 111 dalam bahasa Indonesia nomina bukan insan tidak memiliki bentuk pronominal yang bebas free mengenai bentuk pronominal yang terikat bound bagi nomina bukan insan; hanya dalam konteks tertentu bentuk ia dan dia dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora bagi nomina bukan insan. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 56W Ia menjadi jalan politik untuk menangkis serangan pemerintah kolonial Belanda yang berpotensi melemahkan kekuasaan tradisional raja. Koran Tempo, 20 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 20 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan paneran fotografi oleh fotografer Pandji Vasco Da Gama di Balai Soedjatmoko, Solo yang bertujuan untuk menyihir pengunjung agar peduli dengan herigate pabrik gula Colomadu yang diambang kehancuran. Pabrik gula Colomadu memiliki andil yang sangat besar dalam mempertahankan kekuasaan tradisional raja Mangkunegaran VII yang akan dilemahkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Andil pabrik gula Colomadu berupa memberikan pinjaman tanah untuk raja dan digunakan untuk kegiatan sepak bolabal-balan yang dapat menjadi jalan politik untuk menangis serangan dari kolonial Belanda. 57W Ia “hanya” tumbuh-kembang, meninggi dan membesar. Koran Tempo, 26 November 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Nirwono Joga seorang Koordinator Kemitraan Kota Hijau yang merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penulis opini di harian Koran Tempo edisi 26 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan peringatan Hari Pohon Sedunia pada tanggal 21 November 2015 yang sepi dengan perayaanperingatan akan pentingnya sebuah pohon bagi kehidupan manusia walaupun secara fisik pohon hanyalah tumbuhan yang hanya bisa tumbuh dan berkembang. Kalimat pada data 56W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ia. Kata ia pada data 56W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 56W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 56W dan kata ia pada data 56W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga yang bukan insanpersona. Maka, kata ia pada data 56W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu sepak bolabal-balan. Rujukan data 56W dapat diketahui karena disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melalui opini di harian Koran Tempo edisi 20 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 56W berkaitan dengan diadakannya pameran fotografi oleh fotografer Pandji Vasco Da Gama di Balai Soedjatmoko, Solo yang bertujuan untuk menyihir pengunjung agar peduli dengan herigate pabrik gula Colomadu yang diambang kehancuran. Penulis menunjukkan bahwa pabrik gula Colomadu memiliki andil yang sangat besar dalam mempertahankan kekuasaan tradisional raja Mangkunegaran VII yang akan dilemahkan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu dengan memberikan pinjaman tanah untuk raja dan digunakan untuk kegiatan sepak bolabal-balan yang dapat menjadi jalan politik untuk menangis serangan dari kolonial Belanda. Pada opininya sebelum penulis Heri Priyatmoko menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut sepak bolabal-balan. Kalimat pada data 57W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ia. Kata ia pada data 57W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 57W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 57W dan kata ia pada data 57W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga yang bukan insanpersona. Maka, kata ia pada data 57W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu pohon. Rujukan data 57W dapat diketahui karena disampaikan oleh Nirwono Joga seorang koordinator kemitraan kota hijau melalui opini di harian Koran Tempo edisi 26 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 57W berkaitan dengan adanya peringatan Hari Pohon Sedunia pada tanggal 21 November 2015. Penulis Nirwono Joga mengungkapkan bahwa peringatan Hari Pohon Sedunia pada tanggal 21 November 2015 sepi dengan peringatan. Padahal pohon memiliki peranan yang penting dalam kehidupan, walaupun secara sekilas jika dilihat hanya tumbuh, meninggi, dan membesar. Pada opininya sebelum penulis Nirwono Joga menggunakan wujud ia telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut pohon. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 56W dan data 57W memiliki kata deiksis berupa ia memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ia merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ia memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ia, data 56W dan data 57W masing-masing data memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. b. –nya Menurut Chaer 2011: 92 kata ganti –nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Bentuk –nya dapat berbentuk persona ketiga tunggal dan persona ketiga jamak Chaer, 2011: 108-109. Purwo 1984: 114-115 bahwa bentuk –nya yang merujuk pada bukan insan atau bukan persona terbagi menjadi bentuk –nya persona tiga tunggal dan bentuk –nya persona tiga jamak. Maka, pada bagian ini kata ganti –nya mengacu pada nomina bukan insanpersona. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga tunggal. 58W Ia menyimpan harmoni sekaligus petaka bila kita emoh merwatnya. Koran Tempo, 4 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang Dosen Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 4 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Gunung Lawu yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami kebakaran hebat. Gunung Lawu memiliki dua sifat memberi manfaat dan petaka, yang dalam penentuan sifat ditentukan sendiri oleh manusia apakah mau merwat atau merusaknya. 59W Pohon adalah kehidupan, Tuhan pun meliputinya. Koran Tempo, 19 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Candra Malik seorang praktisi tasawuf yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 19 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada Juni 2015. Penulis mencoba mengkaitkan Tuhan dan hutan dari sisi agama. Kalimat pada data 58W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 58W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 58W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 58W dan kata -nya pada data 58W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga tunggal merujuk pada satu hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 58W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu Gunung Lawu. Rujukan data 58W dapat diketahui karena disampaikan oleh Heri Priyatmoko seorang dosen Sejarah Fakultas sastra Universitas Sanata Dharma Yogyakarta melalui opini di harian Koran Tempo edisi 4 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 58W berkaitan dengan bencana kebakaran di Gunung Lawu yang berada di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Penulis mengungkapkan bahwa Gunung Lawu yang tidak dijaga dan dirawat pasti akan memberikan petaka dan sebaliknya jika manusia mau menjaga dan merawatnya akan memberikan manfaat bagi manusia. Pada opininya sebelum penulis Heri Priyatmoko menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama Gunung Lawu. Kalimat pada data 59W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 59W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 59W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 59W dan kata -nya pada data 59W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga tunggal merujuk pada satuu hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 59W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu pohon. Rujukan data 59W dapat diketahui karena disampaikan oleh oleh Candra Malik seorang praktisi tasawuf melalui opini di harian Koran Tempo edisi 19 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 59W berkaitan dengan adanya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan pada Juni 2015. Penulis Candra Malik menunjukkan sisi pandang penulis Candra Malik dari sudut pandang keagamaan kaitannya dengan Tuhan. Pada opininya sebelum penulis Candra Malik menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut nama pohon. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 58W dan data 59W memiliki kata deiksis berupa -nya memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud -nya merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud -nya memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikan tergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sama yakni kata -nya, data 58W dan data 59W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona dengan kata ganti -nya bentuk persona ketiga jamak. 60W Keduanya dibedakan dari proses packaging“-nya untuk memudahkan transportasi. Koran Tempo, 1 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota Dewan Energi Nasional yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan gagalnya pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji secara masal yang dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Gas elpiji merupakan salah satu bagian dari gas alamiah dan satu bagian lain dari gas alamiah berupa gas CNG, maka untuk membedakan antara gas elpiji dan gas CNG dalam proses packaging dibedakan agar memudahkan pengirimannyapenyebarannya kepada konsumen. Kalimat pada data 60W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud -nya. Kata -nya pada data 60W disebut deiksis anafora bukan persona karena sebelum kalimat 60W muncul terdapat kalimatkata yang menerangkan atau dapat dijadikan rujukan pada data 60W dan kata -nya pada data 60W memiliki rujukan berupa kata ganti ketiga jamak merujuk pada lebih dari satu hal yang bukan insan bukan persona. Maka, kata -nya pada data 60W memiliki rujukan pada sesuatu bukan insan yaitu CNG dan elpiji. Rujukan data 60W dapat diketahui karena disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota Dewan Energi Nasional melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 60W berkaitan dengan pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji secara masal yang dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015 oleh pemerintah Indonesia. Penulis Andang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Bachtiar mengungkapkan bahwa program pengalihan minyak tanah ke gas yang dilakukan oleh pemerintah tidak berhasil. Masyarakat Indonesia menganggap bahwa CNG dan elpiji berbeda, namun penulis Andang Bachtiar menunjukkan bahwa sebenarnya CNG dan elpiji merupakan sama-sama bagian dari gas alamiah, hanya dalam proses packaging dibedakan agar memudahkan pengirimannyapenyebarannya kepada konsumen. Pada opininya sebelum penulis Andang Bachtiar menggunakan wujud -nya telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut CNG dan elpiji. Wujud -nya pada data 60W merupakan deiksis anafora bukan persona, walaupun hanya ada satutidak ada pembanding yang lainnya. Wujud -nya deiksis anafora bukan persona karena dapat memiliki rujukan dan konteks yang berbeda dengan data 60W, misalnya data 60W penulis menceritakan perkembangan teknologi komputer yang pada awal kemunculannya terdapat monitor dan CPU dan semakin berkembangnya zaman komputer dapat menjadi satu bagian yag canggih seperti laptop yang antara CPU dan monitor menjadi satu perangkat, sehingga memberikan kemudahan bagi penggunanya, maka rujukan dari data 60W -nya bisa berubah bukan merujuk pada CNG dan elpiji tetapi merujuk pada monitor dan CPU. c. Ini Kata ini dalam deiksis endofora digunakan untuk menunjukkan sebuah penjelasan yang sudah diungkapkan sebelum kata ini muncul. Jika dikaitkan dengan deiksis anafora bukan persona, kata ini menunjukkan sebuah penjelasan atau bentuk bukan persona yang ada di dalam teks terutama sebelum kalimatkata PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ini yang ada di dalam teks muncul. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 61W Melalui program ini pemerintah berniat memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia agar hidup sehat, produktif, dan sejahtera. Koran Tempo, 15 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Eva Tirtabayu Hasri seorang periset Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 15 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan wacana kenaikan premi untuk penerima bantuan iuran PBI oleh BPJS pada 17 Februari 2015. Sebagai penunjang pemerintah Indonesia mengeluarkan program JKN atau Jaminan Kesehatan Nasional yang mampu mengendalikan pelayanan kesehatan berdasarkan kebutuhan pasien atau pembayaran kesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Misalnya jika pasien hanya melakukan pemeriksaan, maka pasien hanya membayar biaya pemeriksaan, tidak perlu membayar pendaftaran, dan sebagainya. 62W Cara ini tidak hanya memberi pendapatan minimum kepada mereka, tapi juga mampu memutus perpindahan kemiskinan lintas generasi melalui peningkatan kapasitas anak-anak yang terlahir dari keluarga miskin. Koran Tempo, 26 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Kadir seorang yang berkerja di Badan Pusat Statistik BPS yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 26 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Badan Pusat Statistik BPS yang merilis statistik kemiskinan masyarakat Indonesia pada 15 September 2015. Hasil dari rilisan BPS berupa adanya peningkatan penduduk miskin di Indonesia. Penulis teringat dengan program anti kemiskinan di Brasil yang bernama Bolsa Familia yang mampu menghilangkanmengurangi pendudukmasyarakat miskin di Brasil dan hebatnya mampu memutus mata kemisinan lintas generasi dengan conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi. Kalimat pada data 61W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ini. Kata ini pada data 61W disebut deiksis anafora bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata ini pada data 61W merujuk pada program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Rujukan data 61W dapat diketahui karena disampaikan oleh Eva Tirtabayu Hasri seorang periset Fakultas Kedokteran Universitas gadjah Mada melalui opini di harian Koran Tempo edisi 15 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 61W berkaitan dengan pemerintah Indonesia yang akan berencana menaikkan premi bagi penerima bantuan iuran PBI melalui BPJS. Agar JKN terkoordinasi dan digunakan sesuai dengan fungsinya, pemerintah mengeluarkan program Jaminan Kesehatan Nasional JKN sebagai pengendali dan sarana dalam penyaluran penerima bantuan iuran PBI. Pada opininya sebelum penulis Eva Tirtabayu Hasri menggunakan wujud ini telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut program Jaminan Kesehatan Nasional JKN. Kalimat pada data 62W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud ini. Kata ini pada data 62W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata ini pada data 62W merujuk pada cara yang dilakukan oleh Brasil dalam menangani masyarakat miskin di Brasil yaitu program Bolsa Familia yang diaplikasikan dengan cara conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi. Rujukan data 62W dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diketahui karena disampaikan oleh Kadir seorang yang berkerja di Badan Pusat Statistik BPS melalui opini di harian Koran Tempo edisi 26 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 62W berkaitan dengan Badan Pusat Statistik BPS yang merilis jumlah masyarakat miskin di Indonesia yang mengalami peningkatan. Naiknya jumlah masyarakat miskin di Indonesia, membuat penulis Kadir menunjukkan keberhasilan Brazil dalam mengurangi penduduk miskinnya dengan menggunakan Bolsa Familia dengan conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi dan hasilnya pun berhasil. Pada opininya sebelum penulis Kadir menggunakan wujud ini telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut cara yang dilakukan oleh Brasil dalam menangani masyarakat miskin di Brasil yaitu program Bolsa Familia yang diaplikasikan dengan cara conditional cash transfer CCT yang menyasar masyarakat miskin dengan syarat masyarakat miskin di Brasil mau menyekolahkan anaknya dan mau divaksinasi. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 61W dan data 62W memiliki kata deiksis berupa ini memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud ini merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud ini memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah tergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata ini, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI data 61W dan data 62W masing-maisng memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. d. Itu Menurut Chaer 2011: 112 kata itu merupakan kata penunjuk dengan fungsi memberikan penekanan digunakan di belakang kalimat yang ingin ditekankan. Purwo 1984: 111 juga menyatakan bahwa salah satu strategi yang dipakai dalam pemarkah anafora yang bukan persona ialah menyebut ulang bentuk formatif titik tolaknya dan dirangkaikan dengan kata itu. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 63W Amerika Serikat juga punya data satelit yang menunjukkan bahwa pesawat Rusia itu memang telah melanggar wilayah udara Turki meski hanya 20 detik. Koran tempo, 25 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Smith Alhadar seorang penasehat Indonesian Society for Middle East Studies yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 15 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan konferensi pers yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di sela Konferensi Perubahan Iklim di Paris, dengan menuduh penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 oleh jet F-16 milik Turki dilakukan untuk melindungi dan mengamankan mata rantai penjualan minyak Negara Islam Irak dan Suriah ISIS ke Turki dan dikarenakan Rusia telah melewati batas wilayah antara Suriah dan Turki. 64W Dengan jumlah yang sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Koran Tempo, 2 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ade Wahyudi seorang Managing Director Katadata yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan perkiraan yang dilakukan oleh Lembaga riset digital marketing Emarketer yang memperkirakan pengguna aktif smartphone di Indonesia di tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2018 sebanyak lebih dari 100 juta orang. Tahun 2015 Indonesia belum masuk di empat besar negara pengguna smartphone. Kalimat pada data 63W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud itu. Kata itu pada data 63W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata itu pada data 63W merujuk pada pesawat tempur Rusia SU-24. Rujukan data 63W dapat diketahui karena disampaikan oleh Smith Alhadar seorang penasehat Indonesian Society for Middle East Studies yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 15 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 63W berkaitan dengan konferensi pers yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di sela Konferensi Perubahan Iklim di Paris, dengan menuduh penembakan pesawat tempur Rusia SU-24 oleh jet F-16 milik Turki dilakukan untuk melindungi dan mengamankan mata rantai penjualan minyak Negara Islam Irak dan Suriah ISIS ke Turki dan dikarenakan Rusia telah melewati batas wilayah antara Suriah dan Turki. Pada opininya sebelum penulis Smith Alhadar menggunakan wujud itu telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut pesawat tempur Rusia SU- 24. Kalimat pada data 64W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud itu. Kata itu pada data 64W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah bentuk bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata itu pada data 64W merujuk pada lebih dari 100 juta orang Indonesia pengguna smartphone. Rujukan data 64W dapat diketahui karena disampaikan oleh Ade Wahyudi seorang Managing Director Katadata melalui opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 64W berkaitan dengan Lembaga riset digital marketing Emarketer yang melakukan perkiraan terhadap pengguna aktif smartphone di Indonesia di tahun 2018 sebanyak lebih dari 100 juta orang. Penulis Ade Wahyudi mengungkapkan bahwa di tahun 2018 jika pengguna aktif smartphone di Indonesia benar-benar berjumlah lebih dari 100 juta orang, akan membuat Indonesia berada diurutan ke empat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Pada opininya sebelum penulis Ade Wahyudi menggunakan wujud itu telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut lebih dari 100 juta orang Indonesia pengguna smartphone. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 63W dan data 64W memiliki kata deiksis berupa itu memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud itu merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud itu memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata itu, data 63W dan data 64W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. e. Demikian Kata demikian mempunyai titik tolak yang formatif, yaitu wacana sebelumnya Purwo, 1984: 129. Maka dari itu Purwo memasukkan kata demikian ke dalam deiksis anafora. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 65W Seringkali dinyatakan bahwa tahun ini negara tak lagi mengimpor bawang merah dan cabai, dalam kenyataannya tidak demikian. Koran Tempo, 29 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Dwi Andreas Santosa seorang Guru Besar Fakultas Pertanian Istitut Pertanian Bogor yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 29 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan perubahan sistem dan kebijakan pangan nasional dalam pemerintahan Presiden RI Joko Widodo tahun 2015. Perubahan sistem dan kebijakan pangan nasional yang dibuat Presiden RI Joko Widodo tahun 2015 membuat pemerintah Indonesia tidak akan melakukan impor bawang merah dan cabai dari luar negeri. kenyataannya setelah melakukan perubahan kebijakan pangan nasional, pemerintah Indonesia masih impor bawang merah dan cabai. 66W Dengan demikian, wewenang Menteri Kelautan akan terdelegasi dalam Badan Otorita yang khusus mengelola masing-masing WPP. Koran Tempo, 2 November 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Alan F. Koropitan seorang lektor Kepala bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 November 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan keputusan Presiden RI Jokowi yang membuat Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman karena kepengurusan yang tumpang tindih di kelautan. Luasnya laut di Indonesia membuat Kementrian Kelautan membagi menjadi 11 wilayah pengelolaan perikanan WPP. Setiap 11 wilayah memiliki keunikan masing- masing, sehingga WPP perlu bertransformasi menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem dan pengelolaan setiap wilayah laut dapat dikelola dan dirawat secara maksimal. Jika WPP bertransformasi menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan maka wewenang Menteri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kelautan akan terdelegasi dalam Badan Otorita yang khusus mengelola masing-masing WPP. Kalimat pada data 65W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud demikian. Kata demikian pada data 65W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata demikian pada data 65W merujuk pada negara Indonesia tahun 2015 tak lagi mengimpor bawang merah dan cabai. Rujukan data 65W dapat diketahui karena disampaikan oleh Dwi Andreas Santosa seorang guru besar Fakultas Pertanian Istitut Pertanian Bogor melalui opini di harian Koran Tempo edisi 29 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 65W berkaitan dengan perubahan sistem dan kebijakan pangan nasional dalam pemerintahan Presiden RI Joko Widodo tahun 2015 yang tidak akan melakukan impor bawang merah dan cabai dari luar negeri. Namun, kenyataannya Indonesia masih melakukan impor dari luar negeri berupa bawang merah dan cabai. Pada opininya sebelum penulis Dwi Andreas Santosa menggunakan wujud demikian telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut negara Indonesia tahun 2015 tak lagi mengimpor bawang merah dan cabai. Kalimat pada data 66W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud demikian. Kata demikian pada data 66W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata demikian pada data 66W merujuk pada WPP yang harus bertransformasi menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem. Rujukan data 66W dapat diketahui karena disampaikan oleh Alan F. Koropitan seorang lektor Kepala bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor melalui opini di harian Koran Tempo edisi 2 November 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 66W berkaitan dengan keputusan Presiden RI Jokowi yang membuat Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman karena kepengurusan yang tumpang tindih di kelautan. Penulis Alan F. Koropitan mengungkapkan bahwa Indonesia yang memiliki luas laut yang sangat luas membuat Kementrian Kelautan membagi menjadi 11 wilayah pengelolaan perikanan WPP. Setiap wilayah yang memiliki keunikan masing-masing membuat WPP akan lebih baik berubah menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem dan pengelolaan setiap wilayah laut dapat dikelola dan dirawat secara maksimal. Pada opininya sebelum penulis Alan F. Koropitan menggunakan wujud demikian telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut WPP yang harus bertransformasi menjadi Badan Otorita Pengelola Perikanan, sehingga dapat didukung oleh instrumen regulasi pegelolaan perikanan berbasis pendekatan ekosistem. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 65W dan data 66W memiliki kata deiksis berupa demikian memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud demikian merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud demikian memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata demikian, data 65W dan data 66W masing- masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. f. Begitu Kata begitu tidak dapat dipakai sebagai pemarkah anafora apabila titik tolaknya berkenaan tentang diri persona pertama, tetapi kata begitu dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora apabila tentang diri orang lain Purwo, 1984: 129. Maka, kata begitu merupakan bagian dari deiksis endofora anafora terutama anafora bukan persona. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 67W Dengan begitu, kedekatan antar umat beragama tak lagi abstrak dan vebal, tetapi nyata dan fisik. Koran Tempo, 23 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 23 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan akan datangnya peringatan Natal tahun 2015 pada 25 Desember 2015. Sebelum perayaan Natal 2015 tiba, muncul kelompok muslim ekstrem yang menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristiani merupakan hal yang haram. Penulis teringat dengan ajakan Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS yang mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela, sehingga hubungan antarumat beragama nyata dan fisik. Kalimat pada data 67W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud begitu. Kata begitu pada data 67W disebut deiksis anafora bukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata begitu pada data 67W merujuk pada Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela. Rujukan data 67W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al Hadar seorang pendiri Cultural Islamic Academy Jakarta melalui opini di harian Koran Tempo edisi 23 Desember 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 67W berkaitan dengan akan datangnya peringatan Natal tahun 2015 pada 25 Desember 2015, kemudian muncul kelompok muslim ekstrem yang menganggap bahwa mengucapkan selamat Natal kepada orang Kristiani merupakan hal yang haram. Penulis Husein Ja‟far Al Hadar teringat akan Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS yang mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela, sehingga hubungan antarumat beragama nyata dan fisik. Pada opininya sebelum penulis Husein Ja‟far Al Hadar menggunakan wujud begitu telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebut Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela. Wujud begitu pada data 67W merupakan deiksis anafora bukan persona, walaupun hanya ada satutidak ada pembanding yang lainnya. Wujud begitu deiksis anafora bukan persona karena dapat memiliki rujukan dan konteks yang berbeda dengan data 67W, misalnya data 67W penulis menceritakan konfik yang terjadi ditubuh partai Golkar yaitu ada dua kubu yang berseteru memperebutkan ketua umum partai Golkar antara kubu Abu Rizal Bakrie dan kubu Agung Laksono. Konflik yang berkepanjangan membuat senior di partai Golkar yaitu Jusuf Kalla yang juga Wakil Persiden Joko Widodo memberikan amanatsaran agar antara kedua kubu tidak saling bermusuhan karena masih dalam satu partai Golkar, karena jika perseturuan terjadi terus akan membuat pemerintah tidak stabil dan segera meminta kedua kubu melakukan munas agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dengan begitu, Golkar dapat bersatu kembali dan dapat membantu menstabilkan pemerintahan Indonesia. Maka rujukan dari data 67W wujud begitu bisa berubah, bukan merujuk pada Imam Shamsi Al-imam asal Sulwesi di New York – bersama Rabi Marc Schneier – pemuka Yahudi berpegaruh di AS mengajak umat Islam untuk bukan lagi sekedar bekerja sama, melainkan saling membela tetapi merujuk pada Jusuf Kalla yang memberikan amanatsaran agar antara kedua kubu tidak saling bermusuhan karena masih dalam satu partai Golkar, karena jika perseturuan terjadi terus akan membuat pemerintah tidak stabil dan segera meminta kedua kubu melakukan munas agar tercapai kesepakatan yang saling menguntungkan. g. Tersebut kata tersebut menurut Purwo 1984: 118 memiliki sifat anaforis. Lebih dikhususkan lagi bersifat anafora bukan persona. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68W Kondisi tersebut menggambarkan betapa tidak logis dan tidak ekonomisnya kebijakan jangka panjang pemerintah soal keberlangsungan prioritas penggunaan energi dalam bentuk tabung berisi elpiji untuk rakyat. Koran Tempo, 1 September 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota Dewan Energi Nasional yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji oleh pemerintah Indonesia secara masal yang dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Pengalihan minyak tanah ke gas elpiji selama tahun 2007 sampai 2015 dianggap tidak berhasil. Tidak berhasilnya pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji membuat pemerintah Indonesia berniat menggantikan subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan masyarakat Indonesia. 69W Kedua peristiwa tersebut selayaknya menjadi lampu merah, bukan lagi lampu kuning, bagi pemerintah dalam mengelola relasi antarumat beragama dan, khususnya, tempat ibadah. Koran Tempo, 19 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Ahmad Suaedy seorang koordinator Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 19 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan dua peristiwa kerusuhan antar umat beragama yaitu kerusuhan di Tolikara, Papua yang terjadi bersamaan dengan perayaan Idul Fitri pada 11 Juli 2015 dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh yang bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah pada 13 Oktober 2015. Kalimat pada data 68W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud tersebut. Kata tersebut pada data 68W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata tersebut pada data 68W merujuk pada pemerintah Indonesia yang berniat menggantikan subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan rakyat jelata. Rujukan data 68W dapat diketahui karena disampaikan oleh Andang Bachtiar seorang anggota Dewan Energi Nasional melalui opini di harian Koran Tempo edisi 1 September 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 68W berkaitan dengan pengalihan program minyak tanah ke gas elpiji oleh pemerintah Indonesia secara masal yang dimulai dari tahun 2007 hingga tahun 2015. Penulis Andang Bachtiar mengungkapkan bahwa pengalihan minyak tanah ke elpiji dianggap tidak berhasil , melihat penrintah Indonesia memiliki rencana lain untuk memberikan subsidi melalui uang tunai, sehingga masyarakat miskin dapat membeli bahan bakar kesenangan masyarakat Indonesia. Pada opininya sebelum penulis Andang Bachtiar menggunakan wujud tersebut telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan pemerintah Indonesia yang berniat menggantikan subsidi melalui mekanisme tunai langsung, sehingga masyarakat dapat membeli bahan bakar yang menjadi andalan rakyat jelata. Kalimat pada data 69W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud tersebut. Kata tersebut pada data 69W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata tersebut pada data 69W merujuk pada kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh. Rujukan data 69W dapat diketahui karena disampaikan oleh Ahmad Suaedy seorang koordinator Abdurrahman Wahid Centre Universitas Indonesia melalui opini di harian Koran Tempo edisi 19 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 69W berkaitan dengan dua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI peristiwa kerusuhan antar umat beragama yaitu kerusuhan di Tolikara, Papua yang terjadi bersamaan dengan perayaan Idul Fitri pada 11 Juli 2015 dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh yang bertepatan dengan peringatan tahun baru Hijriah pada 13 Oktober 2015. Penulis Ahmad Suaedy mengungkapkan harapan agar kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh dapat menjadikan bahan refleksi dan menjadi pembelajaran bagi pemerintah Indonesia dan umat beragama agar tidak terulang kembali. Pada opininya sebelum penulis Ahmad Suaedy menggunakan wujud tersebut telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan kerusuhan di Tolikara, Papua dan kerusuhan di Aceh Singkil, Aceh. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 68W dan data 69W memiliki kata deiksis berupa tersebut memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud tersebut merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud tersebut memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantegantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata tersebut, data 68W dan data 69W masing- masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda. h. Sana Secara umum kata sana merupakan kata penunjuk tepat. Kata sana jika dikaitkan dengan teori deikis, masuk dalam deiksis eksofora ruangtempat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI lokatif. Namun, kata sana juga dapat masuk dalam deiksis endofora khususnya deiksis anafora bukan persona. Hal ini dikarenakan di dalam deiksis anafora bukan persona kata sana memiliki rujukan di dalam teks yang letaknya sebelum kata yang deiksis muncul. Purwo 1984: 131 bahwa dalam bahasa Indonesia diantara ketiga kata penunjuk tempat di sini, di situ, dan di sana hanya kata di sana yang dapat dipergunakan sebagai pemarkah anafora tempat. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis anafora bukan persona. 70W Di sana terdapat dua museum: Museum Pengkhianatan PKI dan Museum Paseban. Koran Tempo, 23 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Debra H. Yatim seorang jurnalis Tempo yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 23 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah yang dimulai pada 21 September 2015 hingga 30 September 2015 di Museum Nasional, Jakarta. Museum Nasional yang digunakan untuk peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah satu tempat dengan dua museum yang lain berupa Museum Pengkhianatan PKI dan Museum Paseban. 71W Di sana bahkan dibangun sebuah toko milik sosialita Amerika Serikat AS, Paris Hilton. Koran Tempo, 2 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Husein Ja‟far Al- Hadar seorang penulis yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan musibah crane di Masjidil Haram, Arab Saudi pada 12 September 2015. Penulis teringat bahwa di Arab Saudi yang sebenarnya merupakan negara tujuan untuk berhaji mulai berubah kearah konsumerisme yang terbukti dengan dibangunnya toko milik Paris Hilton sosialita AS. Kalimat pada data 70W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud di sana. Wujud di sana pada data 70W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah lokatif, bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Wujud di sana pada data 70W merujuk pada Museum Nasional, Jakarta. Rujukan data 70W dapat diketahui karena disampaikan oleh Debra H. Yatim seorang jurnalis Tempo melalui opini di harian Koran Tempo edisi 23 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 70W berkaitan dengan peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah yang dimulai pada 21 September 2015 hingga 30 September 2015 di Museum Nasional, Jakarta. Penulis Debra H. Yatim menunjukkan bahwa tepat yang digunakan dalam peringatan 100 tahun Basoeki Abdullah di dalamnya memiliki dua museum lagi yang berupa Museum Pengkhianatan PKI dan Museum Paseban. Pada opininya sebelum penulis Debra H. Yatim menggunakan wujud di sana telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan Museum Nasional, Jakarta. Kalimat pada data 71W di atas memiliki deiksis anafora bukan persona dengan wujud di sana. Wujud di sana pada data 71W disebut deiksis anafora bukan persona karena rujukannya adalah lokatif, bukan insanbukan persona yang konstituenrujukannya sudah dijelaskandisebutkan sebelum kata deiksis muncul. Kata di sana pada data 71W merujuk pada Arab Saudi. Rujukan data 71W dapat diketahui karena disampaikan oleh Husein Ja‟far Al-Hadar seorang penulis melalui opini di harian Koran Tempo edisi 2 Oktober 2015 kepada pembaca. Kemunculan data 71W berkaitan dengan musibah crane di Masjidil Haram, Arab Saudi pada 12 September 2015. Setelah terjadi jatuhnya crane di Arab Saudi, penulis Husein Ja‟far Al-Hadar mengungkapkan bahwa Arab Saudi telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI berubah, yang awalnya digunakan untuk melakukan haji, mulai mengalami perubahan kearah konsumerisme dengan bukti adanya toko milik Paris Hilton sosialita AS. Pada opininya sebelum penulis Husein Ja‟far Al-Hadar menggunakan wujud di sana telah mengungkapkan secara langungtertulis di dalam opininya dengan menyebutkan Arab Saudi. Berdasarkan kedua contoh di atas dapat diketahui bahwa data 70W dan data 71W memiliki kata deiksis berupa di sana memiliki rujukan dan konteks yang berbeda, sehingga diasumsikan bahwa wujud di sana merupakan deiksis anafora bukan persona karena memiliki rujukan berupa bukan insan atau bukan persona yang berada di dalam pembicaraandi dalam teks tepatnya sebelum kata yang mengandung deiksis muncul diucapkandituliskan. Rujukan dari wujud di sana memiliki rujukan yang berbeda-beda atau berpindah-pindah yang disesuaikantergantung dengan konteks tuturan. Maka, meskipun memiliki kata deiksis yang sama yakni kata di sana, data 70W dan data 71W masing-masing memiliki rujukanreferen dan konteks yang berbeda-beda.

4.2.1.2.2 Deiksis Katafora

Deiksis katafora merupakan suatu bentuk katafrasa yang mengacu pada konstituen disebelah kananya Purwo, 1984: 104. Maksud dari konstituen di sebelah kanan yaitu katakalimat rujukannya berada setelah kata yang mengandung deiksis muncul. Hal ini dikarenakan deiksis katafora masih masuk atau bagian dari deiksis endofora. Berdasarkan buku Bambang Kaswanti Purwo yang berjudul Deiksis dalam Bahasa Indonesia, deiksis katafora dibagi menjadi dua bagian yaitu pemarkah katafora bentuk personadeiksis katafora persona dan pemarkah katafora yang bukan personadeiksis katafora bukan persona. Berdasarkan pembagian tersebut, di bawah ini akan dijabarkan mengenai dua bagian deiksis katafora yaitu pemarkah katafora bentuk personadeiksis katafora persona dan pemarkah katafora yang bukan personadeiksis katafora bukan persona. 1 Deiksis Katafora Persona Deiksis katafora persona merupakan bagian dari deiksis endofora. Maka, rujukan dari deiksis katafora persona berada di dalam teks yang mengacu pada konstituen di sebelah kanan atau sesudah kata yang mengandung deiksis muncul dan dikhususkan merujuk pada insan atau persona. Menurut Purwo 1984: 105 bahwa di antara bentuk-bentuk persona hanya kata ganti persona ketiga yang dapat menjadi pemarkah anafora dan katafora. Menurut Chaer 2011: 92 kata ganti orang ketiga yaitu menggantikan diri orang yang dibicarakan. Yang termasuk kata ganti diri orang ketiga berupa ia, dia, -nya, beliau, dan mereka. kata ganti orang ketiga juga dibagi menjadi dua yaitu kata ganti ketiga tunggal ia, dia, -nya, dan beliau dan kata ganti ketiga jamak mereka. Maka, peneliti akan memberikan penjabaran terkait hasil temuan berupa deiksis katafora persona, sebagai berikut. a. Mereka Kata ganti mereka untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan, yang jumlahnya lebih dari satu orang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja Chaer, 2011: 98. Purwo 1984: 22 yang mengandaikan dalam bentuk sandiwara bahwa persona ketiga merupakan orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan tetapi menjadi bahan pembicaraan atau yang hadir dekat dengan tempat pembicaraan tetapi tidak terlibat dalam pembicaraan itu sendiri secara aktif. Kata ganti mereka merupakan bentuk persona ketiga jamak. Perhatikan data berikut yang mengandung deiksis katafora persona. 72W Mereka biasanya merupakan kelompok yang memang sudah loyal. Koran Tempo, 14 Desember 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Saidiman Ahmadi seorang peneliti Saiful Mujani Research and Consulting yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 14 Desember 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah Pilkada secara serentak di Indonesia pada tanggal 9 Desember 2015. Pilkada yang dilakukan serentak di Indonesia membuat pilkada tidak bisa lepas dari politik uang. Politik uang dilakukan oleh pasangan calon tertentu dengan membelimemberi uang kepada pemilih. Politik uang diberikan secara diam-diam dan diberikan kepada pemilihkelompok pemilih tertentu yang sudah loyal, sehingga keinginan calon tertentu benar-benar ditepati oleh kelompok pemilih tertentu yang sudah loyalsudah menerima uang. 73W Kedua, mereka yang punya penyakit kronis paru dan jantung harus waspada terhadap keluhan yang timbul atau semakin beratnya keluhan. Koran Tempo, 5 Oktober 2015 Konteks tuturan: Tuturan ini disampaikan oleh Tjandra Yoga Aditama seorang guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang merupakan penulis opini di harian Koran Tempo edisi 5 Oktober 2015 kepada pembaca. Tuturan ini berkaitan dengan kebakaran hutan dan bencana kabut asap di wilayah Indonesia terutama Sumatera dan Kalimatan sejak Juni 2015 dan sampai tulisan ini dibuat bencana kabut asap masih terjadi. Bencana kebakaran hutan dan kabut asap di Indonesia membuat penulis melakukan penelitian mengenai dampak asap kebakaran hutan bagi kesehatan manusia yang ada di kawasan kabut asap. Hasilnya ada dua dampak bagi para penghirup asap kebakaran