Bahasa indonesia dalam globalisasi

Potensi dan Tantangan
Bahasa Indonesia di Era Globalisasi

Nama Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Aimmatul Ummah F.
Arfendo Dhimas Prambudi
Ivandy Halim
Havisa Putri Novira
Moniyca Berlian Hadi
Tri Okta Argarini

(1216100002)
(
)

(3616100084)
(3616100070)
(2816100008)
(3616100034)

Institut Teknologi Sepuluh November
Tahun Ajaran 2016/2017

Pendahuluan
Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional Indonesia memiliki posisi yang penting dalam
kehidupan masyarakat kita. Bahasa Indonesia digunakan untuk berkomunikasi antar warga
dimanapun berada tanpa mengenal suku, ras, dan agama. Dalam era globalisasi, bahasa
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk digunakan di seluruh dunia dan diakui oleh
masyarakat di luar negeri. Dengan penyebaran informasi yang luas melalui media sosial dan
elektronik, memungkinkan di era globalisasi akan membantu bahasa Indonesia mencapai tujuan
itu terutama sebagai bahasa utama di regional ASEAN.
Disisi lain, bahasa Indonesia menghadapi tantangan baik dari masyarakat kita sendiri maupun
dari luar seperti masuknya istilah-istilah asing yang dapat mengurangi esensi bahasa Indonesia,
penggunaan bahasa daerah yang masih kental, dan juga munculnya bahasa “gaul” yang berkat
globalisasi semua orang bisa mengetahui bahkan menggunakannya.


Potensi Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu dengan berjalannya waktu menjadi bahasa yang
kaya akan kosakata melalui penyerapan bahasa, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
Hal itu menjadi peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa utama di Asia Tenggara.
Faktor pertama, bahasa Indonesia memiliki struktur bahasa yang sederhana. Dan yang paling
sering dijadikan dasar ialah tidak adanya perbedaan tenses dalam kalimat bahasa Indonesia.
Sehingga, bahasa Indonesia mudah untuk dikuasai. Bahasa Indonesia juga lebih mudah diterima
karena kosakata bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan dengan bahasa-bahasa lain di
kawasan Asia Tenggara. Selain itu, bahasa Indonesia juga dipelajari di beberapa negara.
Faktor kedua, jumlah penutur bahasa Indonesia di kawasan Asia Tenggara lebih dari 230 juta
jiwa dan jumlahnya diperkirakan akan bertambah. Jumlah tersebut tersebar di negara Indonesia
dan di luar negeri. Penutur di luar negeri, seperti tenaga kerja Indonesia, pelajar Indonesia, dan
wisatawan Indonesia, dapat menjadi duta dalam mengenalkan bahasa Indonesia kepada bangsabangsa lain. Dengan jumlah sebesar itu, tidak menutup kemungkinan pengguna bahasa Indonesia
akan semakin meningkat pada tahun – tahun kedepannya.
Faktor ketiga, karena bahasa Indonesia merupakan hasil cikal bakal dari bahasa Melayu yang
tercatat menjadi bahasa nasional di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Brunei, dan
Singapura dan telah dituturkan dihampir seluruh kawasan ASEAN sehingga bahasa Indonesia
mempunyai penyebaran geografis yang luas.
Faktor keempat, dari sektor perekonomian di Indonesia yang berkembang pesat dan menjadi

lahan investasi bagi investor asing dapat menjadi pintu gerbang untuk mengenalkan bahasa
Indonesia kepada dunia.

Faktor kelima, produk-produk sosial dan budaya Indonesia yang tersebar di negar-negara
ASEAN dapat menjadi media mengenalkan bahasa Indonesia. Dengan meningkatkan produksi
ekspor, banyak barang produksi Indonesia dengan kemasan berbahasa Indonesia dijumpai di luar
negeri.

Tantangan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi
Tantangan muncul ketika bahasa Indonesia dihadapkan pada era globalisasi, baik faktor internal
maupun eksternal ikut andil dalam memengaruhi eksistensi bahasa resmi ini. Masyarakat
menjadi sangat mudah mengakses informasi kekinian yang didominasi bahasa gaul. Apalagi
anggapan anak muda sekarang yang mengacu pada gaya ala barat sebagai hal wajib. Hal itu
menjadikan minat dan kecintaan pada bahasa sendiri menjadi berkurang. Kita tidak lagi
penasaran untuk mempelajari bahasa Indonesia yang unik. Merasa sudah biasa menggunakan
bahasa Indonesia walaupun sebenarnya masih belum paham berbahasa yang baik dan benar.
Alhasil, kita menjadi asing pada bahasa negara sendiri sedangkan orang luar negeri mulai belajar
bahasa kita untuk memasuki era MEA. Jika hal itu dibiarkan, bisa saja kedepannya bahasa
Indonesia hanya menjadi sejarah yang tertera dalam tulisan, penuturnya beralih menggunakan
bahasa negara lain yang lebih diterima secara universal. Padahal, bahasa Indonesia telah berdiri

dari proses panjang di masa lalu. Persatuan yang dibangun dari peristiwa Sumpah Pemuda pada
28 Oktober 1928 yang melahirkan bahasa nasional tidak boleh dilupakan begitu saja. Semangat
para pemuda harus dihargai sebagai bangsa yang besar.
Contoh nyata tantangan yang dihadapi Indonesia seperti iklan televisi yang menawarkan produk
Indonesia namun menggunakan campuran kata-kata bahasa asing. Selain itu iklan produk asing
menggunakan bahasa Inggris, bahasa Indonesia hanya sebagai tulisan kecil sebagai terjemahnya.
Sinetron yang menjadi tontonan sebagian besar masyarakat terutama remaja sampai anak kecil
sudah terkontaminasi adegan dan cara hidup bangsa barat. Cara hidup tersebut termasuk
penggunaan bahasa asing ataupun bahasa gaul dalam percakapan. Terlebih lagi era MEA benarbenar bukan bayangan lagi. Masyarakat di kawasan Asia mulai mendiami negara tetangga untuk
berbagai tujuan. Para pekerja profesional banyak berdatangan dari negara se-Asia. Mereka
menggunakan bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Tertunya untuk mengimbangi mereka, kita
dituntut berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Tidak ada aturan undang-undang yang
mengatur agar tenaga kerja asing yang masuk harus bisa berbahasa Indonesia. Hal itu mudah
untuk mereka, karena mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Hal itu
mengancam tenaga kerja Indonesia yang tidak bisa berbahasa Inggris sehingga tidak mampu
bersaing. Hal itu akan menyebabkan pengangguran tenaga kerja Indonesia di negara sendiri.
Bahkan, pejabat tinggi negara juga tidak mewajibkan bahasa Indonesia dalam birokrasi.
Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin. Dia mewacanakan akan menggunakan bahasa Inggris
sebagai bahasa pengantar dalam rapat. Ia mengatakan bahwa rapat dalam bahasa Inggris bukan
mau “sok-sokan” tapi tuntutan era globalisasi. Ia mengingatkan bahasa global salah satunya

bahasa Inggris, jika tidak dikuasai akan rugi sendiri. Jika hal itu terjadi, akan bertentangan

dengan UU nomor 24 tahun 2009 pada pasal 28 yang berbunyi: Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden, dan pejabat negara yang lain yang
disampaikan di dalam atau di luar negeri.
Diperlukan kesadaran dari semua pihak untuk saling melestarikan bahasa nasional Indonesia.
Pentingnya pendidikan bahasa Indonesia sejak usia dini dengan pengenalan secara kreatif agar
anak-anak memiliki minat untuk berbahasa Indonesia secara baik dan benar sesuai kondisi.
Pemerintah seharusnya melakukan pelatihan tentang mencintai bahasa Indonesia agar
masyarakat mampu memberikan penilaian terhadap tayangan televisi yang menggunakan bahasa
Inggris. Selain itu dari pihak entertainment harus mencarikan solusi misalnya dengan membatasi
penggunaan bahasa asing di berbagai acara. Memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa bahasa
inggris menjadi modal untuk era globalisasi. Sumber daya manusia Indonesia harus bisa
berbahasa Inggris. Media yang paling cepat untuk belajar berbahasa inggris adalah media masa
dan elektronik. Namun disisi lain, masyarakat juga harus cerdas dalam menyelaraskan keduanya.
Masyarakat harus memprioritaskan bahasa Indonesia. Perlu disahkannya undang-undang yang
memberi batasan para pekerja asing untuk menggunakan bahasa asing. Dengan begitu
diharapkan bahasa Indonesia tetap memiliki kedudukan yang kuat di negaranya.

Kesimpulan

Dilihat dari potensi yang ada, bahasa Indonesia sebenarnya mampu menjadi bahasa di regional
ASEAN dengan faktor yang beragam mulai dari mudah untuk dipelajari, mempunyai jumlah
penutur yang sangat banyak, persebaran geografis yang luas, sektor ekonomi makro yang
berkembang serta produk sosial dan budaya yang tersebar. Namun dibalik potensi itu, ada
masalah yang berasal dari berbagai arah termasuk diri kita sendiri. Ketidakmampuan menyaring
bahasa asing lewat media masa akan mempengaruhi cara berbahasa kita. Harus ada kesadaran
dari semua pihak untuk mencintai bahasa Indonesia dan bangga untuk berbahasa Indonesia.
Sudah seharusnya tugas kita menjadi pelopor penggunaan bahasa Indonesia sesuai konteks.
Selain itu juga mengembangkan potensi bahasa Indonesia dan memperkecil masalah dalam
berbahasa.

Daftar pustaka
Ramadhan, B. [2016, 10 Januari]. Inilah Alasan Mengapa Bahasa Indonesia Bisa menjadi Bahasa
ASEAN. Good News From Indonesia [Online], Halaman 1.
Tersedia: https://www.goodnewsfromindonesia.org . [15 September].

Isnan, Faisal. [2013, 12 Oktober]. Tantangan Bahasa Indonesia. Kompasiana [Online], Halaman
1.
Tersedia: http://www.kompasiana.com . [16 September].


Wirawan, Adica. [2012,13 September]. Peluang Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Utama
ASEAN. Kompasiana [Online], Halaman 1.
Tersedia: http://www.kompasiana.com . [15 September].

Murti, Sri. [2015]. Eksistensi Penggunaan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi. Dalam Prosiding
Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB[Online], 8 Halaman.
Tersedia: http://repository.unib.ac.id . [16 September].

Haniffah, Iswi. [2013]. Bahasa Indonesia di Era Globalisasi [Online].
Tersedia: https://www.scribd.com/doc/168182056/Artikel-Bahasa-Indonesia-Di-Era-Globalisasi .
[16 September].