Pilihan Bahasa Pada Peristiwa Tutur Dalam Iklan Komersial Produk Makanan Dan Minuman Di Televisi

(1)

PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR

DALAM IKLAN KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI

SKRIPSI

OLEH

SOVYA MONICA TARIGAN NIM 060701022

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


(2)

PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR

DALAM IKLAN KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI

SKRIPSI

OLEH

SOVYA MONICA TARIGAN NIM 060701022

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asrul Siregar, M.Hum. Dra. Sugihana, M.Hum. NIP. 19590502 198601 1 001 NIP 19600307 198601 2 001

Departemen Sastra Indonesia Ketua,

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP. 19620925 198903 1 017


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, Maret 2011


(4)

PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR

DALAM IKLAN KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI

Oleh

Sovya Monica Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya pilihan bahasa dalam iklan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Untuk mengembangkan metode simak digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Selanjutnya, digunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan sekaligus dilakukan teknik rekam menggunakan alat TV Tuner. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data yaitu berupa konteks dan pertuturan yang terjadi dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi. Data tersebut adalah data yang sudah dipilih. Kemudian data tersebut dianalisis sesuai dengan pilihan bahasa yang terdiri dari alih kode, campur kode,dan variasi dalam bahasa yang sama/tunggal bahasa. Dan pilihan bahasa itu muncul karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu situasi tutur, peserta tutur, tujuan tindak tutur, dan bintang iklan.


(5)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, hikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Selama dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moril seperti doa, dukungan, dan nasihat, maupun bantuan materil. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A. sebagai Dekan fakultas sastra, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P. sebagai sekretaris Departemen Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Hariadi Susilo, M.Si. sebagai dosen wali yang selama ini mendukung serta memberikan nasihat kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan.

5. Bapak Drs. Asrul Siregar, M.Hum. sebagai pembimbing I yang telah banyak memberikan saya masukan, dorongan, nasihat, selalu bersabar dan bersedia membimbing saya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dra. Sugihana, M.Hum. sebagai pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, semangat, dan nasihat, dan selalu bersedia membimbing saya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar Departemen Sastra Indonesia yang telah


(6)

memberikan berbagai materi perkuliahan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas Sastra tercinta.

8. Kepada Ayahanda D.Tarigan terima kasih untuk pelajaran-pelajaran hidup yang telah kau tanam di hati penulis sehingga membuat penulis semakin semangat menyelesaikan skripsi ini. Dan juga telah bersedia menyediakan alat untuk penelitian skripsi ini. Kepada Ibunda terkasih F. Bangun terima kasih telah merawat, mendidik, membimbing, dan memenuhi segala kebutuhan hidup adinda selama ini, serta doa yang diiringi tetesan air mata membuat adinda semakin tegar menjalani hidup. Terima kasih kepada adinda Vici Fitya Tarigan yang telah memberi penghiburan, semangat, dan doa tulus kepada penulis. Tuhan pasti berkenan membalas semua doa dan kasih yang telah kalian limpahkan kepada penulis.

9. Terima kasih sebesar-besarnya kepada keluarga besar Bangun Mergana (khusus untuk Mama Tengah, Mami Tengah, Mama Uda, dan Mami Uda) yang selalu mendoakan, memotivasi, dan memberi nasihat kepada penulis. Untuk nenek Tigan tersayang terima kasih yang sebesar-besarnya atas doa, dan petuah—petuah yang membuat penulis semakin kuat dan semangat menyelesaikan skripsi ini.

10.Terima kasih kepada kakanda Kanada Mikhaeel Kembaren atas doa, dukungan, dan nasihatnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Terima kasih juga kepada sahabat-sahabat penulis di Departemen Sastra Indonesia stambuk 2006 Dewi, Lidia, Meri, Fitri, Triana, Nelly, Vera, Lina, Vero, Juli, Laito, dan Lely serta teman-teman seperjuangan di Departemen Sastra Indonesia stambuk 2006 dan 2007 yang namanya belum ditulis satu


(7)

persatu. Terima kasih atas doa, dukungan, motivasi, dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Terima kasih kepada kakak dan abang senior di Departemen Sastra Indonesia K’Junita, B’Lindo, B’Ricky, B’Jek, K’Melva yang bersedia membantu, memberi saran, dan juga doa kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Seperti pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak yang artinya segala sesuatu tak ada yang sempurna. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Akhir kata segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya kepada penulis. Terima kasih

Medan, Maret 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ABSTRAK PRAKATA DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN DAFTAR PUSTAKA 2.1 Konsep ... 8

2.1.1 Bahasa... 8

2.1.2 Pilihan Bahasa ... 9

2.1.3 Peristiwa Tutur ... 10

2.1.4 Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman ... 11

2.1.5 Televisi ... 12

2.2 Landasan Teori ... 12

2.2.1 Bilingualisme ... 12


(9)

2.2.3 Pilihan Bahasa ... 14

2.2.3.1 Alih Kode ... 14

2.2.3.2 Campur Kode ... 15

2.2.3.3 Variasi dalam Bahasa yang Sama ... 16

2.2.4 Faktor-Faktor Penentu Pilihan Bahasa ... 16

2.3 Tinjauan Pustaka ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

3.1.1 Lokasi Penelitian ... 19

3.1.2 Waktu Penelitian ... 19

3.2 Populasi dan Sampel ... 19

3.2.1 Populasi ... 19

3.2.2 Sampel ... 20

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 20

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR DALAM IKLAN KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI 4.1 Pilihan Bahasa ... 24

4.1.1 Alih Kode dalam Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman di Televisi ... 24

4.1.2 Campur Kode dalam Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman di Televisi ... .... 24


(10)

4.1.3 Variasi dalam Bahasa yang sama (Tunggal Bahasa) pada

Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman ... 42

4.2 Faktor Penentu Pilihan Bahasa ... 49

4.2.1 Situasi Tutur ... 49

4.2.2 Peserta Tutur ... ... 50

4.2.3 Tujuan Tindak Tutur ... ... 52

4.2.4 Bintang Iklan ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 55


(11)

PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR

DALAM IKLAN KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI

Oleh

Sovya Monica Tarigan

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis tentang pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya pilihan bahasa dalam iklan tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak. Untuk mengembangkan metode simak digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Selanjutnya, digunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dan sekaligus dilakukan teknik rekam menggunakan alat TV Tuner. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data yaitu berupa konteks dan pertuturan yang terjadi dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi. Data tersebut adalah data yang sudah dipilih. Kemudian data tersebut dianalisis sesuai dengan pilihan bahasa yang terdiri dari alih kode, campur kode,dan variasi dalam bahasa yang sama/tunggal bahasa. Dan pilihan bahasa itu muncul karena ada faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu situasi tutur, peserta tutur, tujuan tindak tutur, dan bintang iklan.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah ujung tombak dalam kegiatan komunikasi masyarakat pluralis, penutur bahasa yang heterogen membuat bahasa menjadi beragam dan bervariasi. Bahasa sebagai alat interaksi sosial, tidak dapat dipisahkan dari segala aktivitas, dan perilaku atau tindakan manusia di dalam kehidupannya, karena antara bahasa dan manusia terjadi hubungan timbal balik. Bahasa yang kini digunakan semakin dinamis mengikuti era globalisasi. Penggunaan bahasa tidak hanya lagi sebagai alat percakapan antara dua orang atau lebih tetapi juga memberikan informasi atau berita atau hanya sekedar memberikan hiburan kepada masyarakat.

Medium yang sering digunakan untuk memberikan informasi atau hanya sekedar memberikan hiburan kepada masyarakat adalah media massa (surat kabar, majalah, tabloid, spanduk, baliho, dan lain-lain), dan media elekronik (radio, televisi, dan internet). Setiap medium memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Media elektronik seperti radio hanya menggunakan sarana audio (suara) sedangkan televisi dan internet menggunakan sarana audiovisual (suara dan gambar).

Menurut data Nielsen research (dalam Observasi Kajian Komunikasi dan Informatika Menyoroti Iklan di Televisi tahun 2007), menyatakan penetrasi televisi lebih besar dibandingkan media lainnya. Penetrasi media televisi mencapai 90,7%, radio 39%, surat kabar 29,8%, majalah 22,4%, dan internet 8,8%. Keberadaan siaran televisi di dunia khususnya masyarakat Indonesia memiliki dampak yang besar di lingkungan. Siaran televisi swasta maupun negeri di Indonesia menyiarkan


(13)

informasi hampir selama 24 jam, dan hampir di setiap rumah di wilayah Indonesia memiliki televisi. Dengan demikian, media televisi memiliki kekuatan informatif persuasif yang lebih tinggi dibandingkan dengan media lainnya sehingga media ini dapat dikatakan lebih sempurna dan efek yang ditimbulkannya pun lebih dahsyat baik yang positif maupun yang negatif bila dibandingkan dengan media cetak dan media elektronik seperti media elektronik radio dan internet tersebut.

Dampak positif yang sangat signifikan adalah penggunaan bahasa yang dimunculkan oleh iklan komersial di televisi. Penggunaan bahasa yang dipilih mampu menarik perhatian penonton untuk membeli produk makanan dan minuman yang ditawarkan. Oleh karena itu, media komunikasi ini dimanfaatkan oleh para pengusaha sebagai sarana promosi yang dikemas dalam bentuk iklan televisi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:421) iklan adalah (1) berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah atau di tempat umum. Iklan adalah pemberitahuan yang disampaikan kepada masyarakat luas baik itu tentang barang atau jasa agar masyarakat dapat mengetahui, membeli, dan memakai produk barang dan jasa yang ditawarkan oleh iklan tersebut.

Berdasarkan sifat dan tujuannya iklan dapat dikelompokkan menjadi dua iklan yaitu, iklan komersial dan iklan nonkomersial. Iklan komersial adalah iklan yang bersifat menjual produk atau jasa dengan tujuan agar produk atau jasanya dibeli atau digunakan oleh sasaran iklan dengan tujuannya untuk mendapat keuntungan. Iklan nonkomersial adalah iklan yang bersifat menarik perhatian dan minat atas sesuatu gagasan, produk, atau jasa dengan tujuan agar sasaran iklan


(14)

menerima dan menggunakan gagasan tersebut tanpa mencari keuntungan (http://puslit2.petra.ac.id).

Secara umum iklan komersial televisi adalah salah satu jenis wacana bisnis yang memiliki ciri-ciri kreatif secara verbal, seperti bahasa ringan, sederhana, menggunakan prinsip ekonomi kata yang telah diseleksi kata-kata yang bercitra positif, menghindari istilah-istilah teknis. Adapun, ciri-ciri kreatif secara nonverbal antara lain mencakup teknik, cara, dan dramatisasi penyampaian pesan, pemilihan bintang iklan beserta bahasa tubuhnya, penempatan produk yang baik di hati konsumen, penyajian storyboard, penyajian dan pemilihan setting, musik, soundtrack. Agar menarik perhatian, iklan televisi diusahakan untuk dibuat semirip mungkin dengan kejadian-kejadian kehidupan nyata masyarakat yang menjadi sasarannya. Untuk memberikan pengaruh yang kuat, dimunculkan beberapa peristiwa tutur yang dilakukan oleh para bintang iklan untuk menghadirkan gambaran kehidupan nyata yang ada di masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi konsumen.

Iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi semestinya dapat dikaji dari sudut pandang bahasa karena pada dasarnya iklan tersebut menggunakan

bahasa sebagai sarana penyampaian pesan kepada konsumen. Ujaran atau tuturan yang dilakukan oleh para bintang iklan (BI), dan narator (Nr)

pada peristiwa tutur dalam iklan televisi bukan kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi sebagai fakta nyata di masyarakat, tetapi sebagai dunia tersendiri dalam bentuk fragmen atau pertunjukan acara televisi yang memiliki tokoh, dialog, alur cerita, dan konteks. Iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi memuat beberapa peristiwa tutur yang dapat dipergunakan sebagai data dalam


(15)

sebuah penelitian studi kebahasaan. Peristiwa tutur yang dimaksud dapat dilihat pada contoh iklan komersial produk minuman berikut ini:

Data 14

RCTI, 27 Mei 2010

BI (Mischa) : MULUT KERING PERLU MINUM! (tulisan di papan ketika di dasar laut). Di dasar dingin di atas panas. Perlu minuman yang bisa gantiin cairan tubuh dan jaga kesehatan

BI (Nadine) : Lemon Water dan Orange Water minuman pengganti cairan tubuh yang hilang plus vitamin C 1000 miligram

BI (Marcel) : Berkwalitas dari sari buah alami, rasanya beda. Ringan dan fresh!

Teks+Visual : PENGGANTI CAIRAN TUBUH, RASAKAN

BEDANYA. BI (Nadine, Marsel, Mischa) : Kita percaya!

KONTEKS: Keluarga Chandrawinata (Nadine, Marsel, dan Mischa Chandrawinata) menyelam ke dasar laut menikmati keindahan pesona tumbuhan dan binatang-binatang laut. Ketika sedang asyik menyelam Mischa menulis di papan tulis kalimat mulut kering perlu minum dan menunjukkan tulisan itu kepada saudara kembarnya. Akhirnya mereka bertiga kembali ke permukaaan laut untuk istirahat dan minum Lemon Water dia atas kapal.

Pada contoh peristiwa tutur dalam iklan komersial produk minuman Lemon Water di atas terlihat penggunaan pilihan bahasa yaitu campur kode. Terlihatnya penggunaan campur kode pada peristiwa tutur di atas adalah penggunaan kata plus dan fresh. Penggunaan bahasa Inggris seperti kata plus yang artinya tambah, dan fresh yang artinya segar menciptakan suasana di dalam iklan produk minuman itu semakin modern. Dari tuturan iklan tersebut diharapkan para pemirsa tertarik untuk menjadi konsumen produk minuman Lemon Water yang mereka iklankan.

Peristiwa tutur tersebut di atas dapat dikaji dalam penelitian studi kebahasaan, dan studi kebahasaan yang dimaksud adalah sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah sebuah bidang kajian pada disiplin ilmu bahasa yang salah


(16)

satu tugasnya mempelajari pengaruh lingkungan sosial terhadap bentuk pilihan bahasa pada masyarakat yang bersangkutan. Pilihan bahasa pada iklan komersial produk makanan dan minuman sebagai peristiwa sosial tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor diluarnya. Pilihan bahasa erat terkait dengan situasi sosial masyarakat pemakainya. Perbedaan usia, tingkat pendidikan, dan status sosial seseorang dapat mempengaruhi pilihan bahasanya ketika berbicara dengan orang lain. Demikian pula situasi yang melatarbelakangi sebuah pembicaraan dapat mempengaruhi bagaimana sebuah bahasa akan dipergunakan.

Pengaruh faktor-faktor sosial maupun situasional peristiwa tutur ini menimbulkan adanya pilihan bahasa. Peristiwa tutur yang terdapat dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi adalah kejadian berbahasa. Kejadian berbahasa itu akan membentuk pilihan bahasa. Maka penelitian ini mencoba mendeskripsikan tentang pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan. Masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi?

2. Faktor-faktor apakah yang menentukan terjadinya pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi?


(17)

1.3Pembatasan Masalah

Sebuah penelitian harus memiliki batasan masalah. Hal ini dilakukan agar penelitian yang dikaji dapat terarah dan tidak terjadi penyimpangan masalah yang hendak diteliti sehingga tujuan yang ingin dimaksudkan oleh penulis dapat tercapai. Di dalam penelitian ini penulis akan membatasi masalah hanya dari proses pilihan bahasa pada peristiwa produk makanan dan minuman, serta faktor-faktor yang menetukan pilihan bahasa. Data diambil dari televisi yang diambil secara acak dari

delapan stasiun televisi swasta di Indonesia (Indosiar, TPI, Trans TV, ANTV, Global TV, RCTI, SCTV, dan TV One). Data diambil dari periode bulan Januari sampai dengan Mei 2010.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pada dasarnya memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menentukan pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi.


(18)

1.4.2Manfaat Penelitian

Suatu penelitian tentu memberikan manfaat bagi pembaca atau pendengar. Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan manfaat untuk menambah informasi khususnya di bidang ilmu sosiolinguistik yang memfokuskan perhatian kepada gejala bahasa yang terjadi di masyarakat.

2. Menambah wawasan untuk pengembangan teori kebahasaan pada masyarakat.


(19)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep

Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk memahami hal-hal yang ada dalam penelitian ini perlu beberapa konsep, yaitu bahasa, pilihan bahasa, peristiwa tutur, iklan komersial produk makanan dan minuman, dan televisi.

2.1.1 Bahasa

Interaksi yang terjadi di masyarakat tentu saja tidak terlepas dari masyarakat karena bahasa adalah salah satu sarana penting sebagai media komunikasi. Bahasa yang digunakan berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Sebagai sebuah langue bahasa memiliki sistem dan subsistem yang dipahami oleh penutur bahasa itu. Namun, karena manusia adalah penutur yang heterogen, maka wujud bahasa yang konkret yang disebut parole (ujaran) menjadi tidak seragam. Bahasa itu menjadi beragam dan bervariasi. Menurut Chaer (2004:73) bahasa yang beragam dan bervariasi menimbulkan variasi bahasa seperti idiolek, dialek, sosiolek, kronolek, dan lain-lain.


(20)

2.1.2 Pilihan Bahasa

Situasi kedwibahasaan menyediakan pilihan bahasa dalam masyarakat. Seseorang harus melakukan pilihan bahasa mana yang tepat untuk berbicara dengan mitra tuturnya sesuai latar belakang sosial budaya yang mengikutinya. Masalah pilihan bahasa dapat dipandang sebagai masalah sosial yang dihadapi masyarakat dwibahasa. Dalam satu topik pembicaraan tertentu beserta beberapa kondisi sosial budaya yang menyertainya, satu variasi bahasa cenderung lebih dipilih untuk digunakan daripada variasi bahasa yang lain, secara sadar maupun tidak oleh penutur. Hal ini disebabkan adanya penyesuaian yang dilakukan penutur untuk memenuhi kebutuhan berbahasa. Menurut Sumarsono dan Paina (2002:200-204) terdapat tiga jenis pilihan bahasa dalam kajian sosiolinguistik. Pertama yang disebut alih kode (code switching). Kedua yang disebut campur kode (code mixing). Jenis ketiga adalah variasi dalam bahasa yang sama (variation within the same language).

Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107) mendefinisikan alih kode (code switching) itu sebagai, ”gejala peralihan bahasa karena berubahnya situasi”. Sedangkan Hymes (dalam Chaer, 2004:107-108) menyatakan alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.

Pengertian campur kode dalam Sosiolinguistik (Sumarsono, 2002:202): Dalam campur kode (code mixing) penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Pada kasus A, dalam berbahasa Bali dia memasukkan unsur-unsur dari bahasa Indonesia; ketika berbicara dalam bahasa Indonesia dia dengan sengaja memasukkan unsur-unsur bahasa Bali atau bahasa Inggris; dan dalam berbahasa Inggris kemungkinan dia memasukkan unsur-unsur bahasa Indonesia. Unsur-unsur yang diambil dari “bahasa lain” itu sering kali berwujud kata-kata, tetapi dapat juga berupa frase atau kelompok kata.


(21)

Menurut Sumarsono (2002:203) variasi tunggal bahasa (variasi dalam bahasa yang sama) biasanya seorang penutur harus memilih ragam mana yang harus dipakai dalam dalam situasi tertentu. Penggunan variasi dalam bahasa yang sama juga digunakan untuk menghindari timbulnya kesalahan bahasa.

Dapat didengar pada penggunaan bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bertutur. Misalnya, Pedagang dan pembeli umumnya tidak saling mengenal sehingga tidak diketahui tingkat sosial lawan bicaranya. Hal tersebut menyebabkan kedua belah pihak tidak tahu tingkat bahasa mana yang tepat digunakan. Jadi, bahasa Indonesia dianggap lebih aman dalam situasi tutur yang demikian itu karena dapat terhindar dari keharusan menggunakan tingkat tutur yang berbeda seperti yang terdapat pada penggunaan bahasa Jawa.

2.1.3 Peristiwa Tutur

Untuk menganalisis tuturan dalam kajian bahasa, pemahaman yang tidak bisa dilupakan adalah peristiwa tutur. Peristiwa tutur adalah serangkaian tindak tutur yang mengarah pada suatu tujuan. Menurut Chaer dan Agustina (2004:47) yang dimaksud dengan peristiwa tutur (Inggris: speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu.

Peristiwa tutur atau pertuturan (speech act, speech event) dalam kamus Lingusitik (Kridalaksana, 2008:191) adalah:

“(1) perbuatan berbahasa yang dimungkinkan oleh dan diwujudkan sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian unsur-unsur bahasa; (2) perbuatan menghasilkan bunyi bahasa secara berurutan sehingga menghasilkan ujaran bermakna; (3) seluruh komponen linguistik dan nonlinguistik yang meliputi suatu perbuatan bahasa yang utuh, yang menyangkut partisipan, bentuk penyampaian amanat, topik, dan konteks amanat itu; (4) pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.


(22)

Satu peristiwa tutur harus memiliki delapan komponen seperti yang dinyatakan oleh Dell Hymes, seorang pakar sosiolinguistik, dalam Chaer dan Agustina (2004, 48:49), yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. (S) Setting and scene, yaitu berkenaan dengan waktu, tempat, dan situasi tuturan. (P) Participants, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara, pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). (E) End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. (A) Act sequence, mengacu pada bentuk dan isi ujaran. (K) Key, meliputi nada, cara, dimana suatu pesan disampaikan. (I) Instrumentalities, mengacu pada bahasa yang digunakan atau variasi bahasa seperti dialek, ragam atau register. (N) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. (G) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti puisi, narasi, doa dan sebagainya.

2.1.4 Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:421) iklan adalah (1) berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda atau jasa yang ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di tempat umum. Pengertian komersial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:583) adalah (1) berhubungan dengan niaga atau perdagangan; (2) dimaksudkan untuk diperdagangkan; (3) bernilai niaga tinggi, kadang-kadang mengorbankan nilai-nilai lain (sosial, budaya, dsb).

Jadi, iklan komersial suatu bentuk promosi produk suatu perusahaan (makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan sebagainya) yang ditawarkan kepada khayalak ramai dan memiliki nilai niaga.


(23)

2.1.5 Televisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1162) televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas cahaya yang dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran pertunjukkan, berita, dan sebagainya.

2.2Landasan Teori

Adapun landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.2.1 Bilingualisme

Bilingualisme dapat juga disebut kedwibahasaan. Untuk dapat menentukan seseorang bilingual atau tidak, ada batasan-batasan mengenai bilingualisme yang dikemukakan oleh beberapa pakar.

Weinrich (dalam Umar dan Delvi, 1994:8) mengartikan kedwibahasaan sebagai praktik penggunaan dua bahasa secara bergantian. Dalam hal ini tidak diisyaratkan tingkat penguasaannya. Haugen (dalam Umar dan Delvi, 1994:8) mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan untuk mengeluarkan ucapan-ucapan yang berarti dalam bahasa lain.

Bloomfield (dalam Chaer dan Agustina, 1995:113) mengatakan bahwa bilingualisme adalah kemampuan seorang penutur untuk menggunakan dua bahasa dengan sama baiknya. Jadi, menurut Blomfield seseorang disebut bilingual apabila dapat menggunakan bahasa pertama (B1) dan bahasa kedua (B2) dengan derajat yang sama baiknya.


(24)

Nababan (1991:27) mengemukakan pendapatnya tentang bilingualisme dan bilingualitas. Ia mengatakan bahwa:

Kalau kita melihat seorang memakai dua bahasa dalam pergaulan dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi, bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain. Jika kita berpikir tentang kesanggupan atau kemampuan seseorang berdwibahasa, yaitu memakai dua bahasa, kita akan sebut ini bilingualitas (dari bahasa Inggris bilinguality).

Jadi, beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa bilingualisme adalah kemampuan penutur dalam memahami, mengerti atau mengunakan dua bahasa. Bahasa yang dipakai dapat dipilih oleh penutur itu sendiri dan tergantung pada situasi kebahasaan di lingkungannya.

2.2.2 Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan

lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer, 2004: 47). Jadi, secara sederhana peristiwa tutur adalah peristiwa

komunikasi dengan menggunakan bahasa yang terstuktur dan mengarah pada satu tujuan.

Satu peristiwa tutur harus memiliki delapan komponen seperti yang dinyatakan oleh Dell Hymes, seorang pakar sosiolinguistik, dalam Chaer dan Agustina (2004, 48:49), yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi akronim SPEAKING. (S) Setting and scene, yaitu berkenaan dengan waktu, tempat, dan situasi tuturan. (P) Participants, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara, pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). (E) End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. (A) Act sequence, mengacu pada bentuk dan isi ujaran. (K) Key, meliputi nada, cara,


(25)

dimana suatu pesan disampaikan. (I) Instrumentalities, mengacu pada bahasa yang di gunakan atau variasi bahasa seperti dialek, ragam atau register. (N) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. (G) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti puisi, narasi, doa dan sebagainya.

2.2.3 Pilihan Bahasa

Situasi kedwibahasaan menyediakan beberapa bahasa atau variasi bahasa dalam masyarakat. Seseorang harus melakukan pilihan variasi bahasa mana yang tepat untuk berbicara dengan mitra tuturnya sesuai latar belakang sosial budaya yang mengikutinya. Masalah pilihan bahasa dapat dipandang sebagai masalah sosial yang dihadapi masyarakat dwibahasa. Dalam satu topik pembicaraan tertentu beserta beberapa kondisi sosial budaya yang menyertainya, satu variasi bahasa cenderung lebih dipilih untuk digunakan daripada variasi bahasa yang lain, secara sadar maupun tidak oleh penutur. Hal ini disebabkan adanyapenyesuaian yang dilakukan penutur untuk memenuhi kebutuhan berbahasa. Menurut Sumarsono dan Paina (2002:200-204) terdapat tiga jenis pilihan bahasa dalam kajian sosiolinguistik. Pertama yang disebut alih kode (code switching). Kedua yang disebut campur kode (code mixing). Jenis ketiga adalah variasi dalam bahasa yang sama (variation within the same language).

2.2.3.1 Alih kode ( code switching)

Lebih dahulu diingat, kode adalah istilah netral yang mengacu kepada bahasa, dialek, sosiolek, dan ragam bahasa. Jika misalnya A mempunyai B1 bahasa Bali dan B2 bahasa Indonesia serta menguasai juga bahasa Inggris, dia dapat beralih kode dengan tiga bahasa itu (Sumarsono, 2002:201).


(26)

Menurut Appel (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107) mendefinisikan alih kode itu sebagai, “gejala peralihan bahasa karena berubahnya situasi”. Sedangkan Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:107-108) menyatakan alih kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragan atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa. Misalnya, beberapa orang mahasiswa sedang bercakap-cakap dalam dalam bahasa santai. Tiba-tiba datang seorang ibu dosen dan turut berbicara, maka kini para mahasiswa itu beralih kode dengan menggunakan bahasa Indonesia ragam formal. Mengapa mereka tidak terus saja dengan ragam santai? Sebab kehadiran orang ketiga yang berstatus ibu dosen ini, mengharuskan mereka untuk menggunakan ragam formal itu. Kecuali, kalau ibu dosen ini memulai dengan ragam santai (Chaer, 2004:110).

2.2.3.2 Campur Kode ( code mixing)

Dalam campur kode penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu. Pada kasus A, dalam berbahasa Bali dia memasukkan unsur-unsur dari bahasa Indonesia; ketika berbicara dalam bahasa Indonesia dia dengan sengaja memasukkan unsur-unsur bahasa Bali atau bahasa Inggris; dan dalam berbahasa Inggris kemungkinan dia memasukkan unsur-unsur bahasa Indonesia. Unsur-unsur yang diambil dari “bahasa lain” itu sering kali berwujud kata-kata, tetapi dapat juga berupa frase atau kelompok kata (Sumarsono, 2002:202).


(27)

2.2.3.3 Variasi dalam Bahasa yang Sama (variation within the same language)

Jenis pilihan bahasa ini sering menjadi fokus kajian tentang sikap bahasa misalnya dimasukkan pilihan bentuk “sor-singgih” dalam bahasa Bali atau “ngoko-karma” dalam bahasa Jawa, karena variasi unda-usuk dalam kedua bahasa itu ada dalam “bahasa yang sama” (Sumarsono, 2002:203-204).

Contoh lain, variasi tunggal bahasa (variasi dalam bahasa yang sama) digunakan untuk menghindari timbulnya kesalahan pada penggunaan bahasa Jawa yang memiliki tingkatan bertutur. Pedagang dan pembeli umumnya tidak saling mengenal sehingga tidak diketahui tingkat sosial lawan bicaranya. Hal tersebut menyebabkan kedua belah pihak tidak tahu tingkat bahasa mana yang tepat digunakan. Jadi, bahasa Indonesia dianggap lebih aman dalam situasi tutur itu karena dapat terhindar dari keharusan menggunakan tingkat tutur yang berbeda seperti yang terdapat pada penggunaan bahasa Jawa (Wibowo, 2006:50).

2.1.4 Faktor-Faktor Penentu Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa dalam interaksi sosial masyarakat dwibahasa atau multibahasa disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan budaya. Evin-Trip (dalam Wibowo, 2006:24) mengidentifikasikan empat faktor, yaitu latar waktu dan tempat, situasi, partisipan, topik pembicaraan dan fungsi interaksi. Sedangkan menurut Geertz (dalam Umar dan Napitupulu, 1994:25) menyatakan adanya latar belakang sosial, isi percakapan, sejarah hubungan sosial pembicara, dan kehadiran pihak ketiga dalam percakapan. Gal dan Rubin (dalam Wibowo, 2006:24) masing-masing menyatakan bahwa partisipan adalah faktor terpenting terjadinya pilihan bahasa


(28)

sedangkan Rubin menyatakan bahwa faktor lokasi terjadinya interaksi lebih menentukan pilihan bahasa.

2.2 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai pilihan bahasa dan peristiwa tutur bukanlah hal yang baru, tetapi sudah ada peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan masalah tersebut. Namun, yang meneliti khusus pilihan bahasa pada peristiwa tutur produk makanan dan minuman belum pernah diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Arto Wibowo (2006) dengan skripsinya yang berjudul “Pilihan Bahasa Pedagang Etnis Cina dalam Interaksi Jual-Beli di Pasar kota Salatiga”. Dia menyimpulkan wujud variasi tunggal bahasa, alih kode dan campur kode pedagang etnis Cina dalam interaksi jual beli di pasar kota Salatiga, pola bahasa pedagang etnis Cina dalam interaksi jual-beli di pasar kota Salatiga, dan faktor-faktor yang menentukan pilihan bahasa pedagang etnis Cina dalam interaksi jual beli dipasar kota Salatiga

2. Mayerni Sitepu (2007) dengan skripsinya yang berjudul “Campur Kode dalam Majalah Aneka Yess!”. Dia menemukan bentuk-bentuk campur kode berupa penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, frase, bentuk baster, pengulangan kata, dan ungkapan atau idiom. Selain menemukan bentuk campur kode, dia juga memaparkan pengaruh campur kode terhadap bahasa Indonesia yaitu pengaruh interferensi dan integrasi.

3. Ade Azwida (2007) dengan skripsinya yang berjudul “Pemakaian Bahasa Gaul pada Iklan Produk Komersial Televisi”. Dia menyimpulkan adanya gejala bahasa pada iklan komersial di televisi. Selain adanya gejala bahasa


(29)

penelitian ini juga menemukan pesan atau makna yang terdapat di dalam

iklan produk komersial di televisi yang menggunakan bahasa gaul. Dan pengaruh pemakaian bahasa gaul pada iklan produk komersial televisi

terhadap konsumen dan pengaruh yang timbul adalah pengaruh positif dan negatif.

Hasil penelitian sebelumnya, baik mengenai pilihan bahasa, campur kode, dan pemakaian bahasa gaul pada iklan produk komersial televisi menjadi informasi dan acuan bagi peneliti saat ini dalam penelitian pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian

Lokasi adalah letak atau tempat. Lokasi penelitian bahasa dapat dilakukan di lapangan dan perpustakaan. Di perpustakaan peneliti mencari sumber data berupa buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga berlangsung di ruangan belajar peneliti untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan TV Tuner.

3.1.2 Waktu Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian pilihan bahasa pada peristiwa tutur dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi adalah bulan Januari sampai dengan Mei 2010.

3.2Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Menurut Malo, dkk. (1985:149) kata populasi itu bukan diartikan sebagai penduduk seperti halnya dalam studi kependudukan. Populasi dalam hal ini berarti sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh iklan produk makanan dan minuman di stasiun televisi swasta Indonesia (Indosiar, TPI, Trans TV, ANTV, Gobal TV, RCTI, SCTV, dan TV One) mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2010.


(31)

3.2.2 Sampel

Malo mengatakan mengambil sebagian saja dari populasi sering disebut sampel. (Malo, 1985:152). Pemilihan sampel dilakukan secara acak karena tidak memungkinkan meneliti secara keseluruhan data yang ada, sehingga diambillah sebagian dari data yang memiliki karakter yang sama untuk diteliti. Karakter yang dimaksud adalah iklan produk makanan dan minuman yang memiliki bintang iklan (BI), narator (Nr), teks audiovisual (TAV), dan konteks yang akan membentuk suatu peristiwa tutur.

3.3Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa gambar dan suara yang terdapat pada iklan televisi. Oleh karena itu, metode yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah metode simak. Disebut metode simak karena metode tersebut berupa penyimakan, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993:133). Dalam hal ini, peneliti menyimak penggunaan bahasa di dalam iklan televisi produk makanan dan minuman.

Untuk mengembangkan metode simak digunakanlah teknik sadap sebagai teknik dasar. Dikatakan teknik sadap karena peneliti secara langsung melihat situasi dan mendengar percakapan yang terjadi dalam iklan produk makanan dan minuman untuk mempelajari dan memeriksa penggunaan bahasa di dalamnya. Selanjutnya, digunakan teknik simak bebas libat cakap (SBLC). Dalam teknik simak bebas libat cakap (SBLC), peneliti tidak terlibat dalam proses dialog, konversasi, atau imbal wicara. Ketika teknik simak bebas libat cakap (SLBC) berlangsung, sekaligus dapat dilakukan pula teknik rekam. Perekaman dilakukan dengan menggunakan alat rekam tertentu. Penelitian ini menggunakan alat rekam TV Tuner. TV Tuner adalah


(32)

komponen yang menerima sinyal televisi yang dapat ditampilkan pada layar komputer dan dilengkapi oleh alat perekam audiovisual (http://blogger-starservice.com). Setelah digunakan teknik rekam digunakan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Dalam teknik catat, peneliti mencatat data yaitu berupa konteks dan pertuturan yang terjadi dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi. Data tersebut adalah data yang sudah dipilih.

3.4 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam pengkajian data adalah metode padan. Metode padan adalah metode yang alat penentunya di luar terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).

Teknik yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu. Adapun alatnya

ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki oleh penelitinya (Sudaryanto, 1993:22). Data-data yang dipakai memiliki tokoh (bintang iklan),

narator (Nr), teks audiovisual (TAV) dan konteks yang membentuk peristiwa tutur. Data 1

Trans TV, 11 Januari 2010

. BI (1) : Garing…ngapain ya?

BI (2) : Woi… nongkrong gini serunya…? BI (1-5) : Fruit tea dulu…hahaha (musik) BI (6) : Woi…! Senen ke arah mane…?

BI (1) : Senen ke...kemaren. Hari ini kan Selasa… (para pemuda SMA tertawa).

BI (7) : Woi…! Ini daerah pulo Gadung pa bukan?

BI (1) : La…ni kan pulo Jawa… (para pemuda SMA tertawa). BI (8) : Cari ribut lu…!!!

TAV : Fruit tea…gokil nih TAV+Logo : Sosro ahlinya teh.


(33)

Konteks: Lima orang pemuda SMA yang sedang bosan dan jenuh berkumpul di kantin. Supaya mereka tidak bosan dan jenuh temannya menawarkan minuman, dan mereka pun menikmati minuman Fruit Tea yang membuat ekspresi wajah mereka kembali ceria. Disaat mereka sedang menikmati minuman itu ada seorang pemuda berkacamata dan botak mengendarai mobil bak terbuka yang berhenti di depan mereka dengan bermaksud menanyakan posisi pasar Senin. Para pemuda itu menjawab tetapi tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemuda berkacamata itu. Pemuda berkacamata itu berlalu dan para pemuda SMA tertawa. Kemudian ada seorang pemuda (penampilannya seperti preman) berkacama mata hitam dengan mengendarai sepeda motor dan bertanya juga kepada para pemuda SMA itu dan jawaban yang didinginkan pun tidak sesuai. Para pemuda SMA itu tertawa. Alhasil, bodyguard pemuda berkacamata itu marah, dan para pemuda SMA diam ketakutan. Pemuda berkacamata hitam dikawal para bodyguard duduk di samping lima pemuda SMA sambil menikmati Fruit Tea.

Dari data di atas didapatkan satu peristiwa tutur yang memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, yaitu berkenaan dengan waktu, tempat, dan situasi tuturan. Waktu peristiwa tutur terjadi di siang hari, tempatnya di warung, situasi tuturan pada bintang iklan (BI) berbicara dengan intonasi keras.

(P) Participants, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara, pendengar, penyapa, dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Pembicara dan pendengar ada delapan orang di dalam iklan produk minuman tersebut dan ditambah lagi pemirsa yang melihat dan mendengarkan iklan itu.

(E) End, merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Maksud dari iklan produk minuman tersebut adalah ingin menghibur para penonton dan para pemirsa tertarik membeli produk tersebut.

(A) Act Sequence, mengacu pada bentuk dan isi ujaran atau topik. Topik dalam iklan tersebut adalah para pemuda SMA setelah meminum fruit tea pikirannya berubah memakai logika.

(K) Key, meliputi nada, cara, dimana suatu pesan disampaikan. Pesan disampaikan pembicara dengan senang hati tapi dengan nada mengejek penanyanya.


(34)

(I) Instrumentalities, mengacu pada bahasa yang digunakan atau variasi bahasa seperti dialek, ragam, atau register. Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan mengunakan dialek Jakarta yang merupakan unsur bahasa Betawi.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Setelah penanya bertanya maka penerima pesan menjawab artinya ada hubungan peran penerima dan pengirim pesan.

(G) Genre, mengacu pada jenis bentuk penyampaian berupa percakapan. Percakapan dilakukan secara bergantian yang disampaikan dengan ragam santai dan kemudian berubah menjadi ragam formal.

Bahasa yang dipakai oleh bintang iklan (1), (2), (7), dan (8) menggunakan dialek Jakarta yang merupakan unsur bahasa Betawi. Dan juga menggunakan bahasa gaul atau slang seperti kata garing, nongkrong, dan gokil yang biasa dipakai dalam ragam santai atau ragam kasual. Bahasa gaul yang ada pada masyarakat diambil dan berasal dari dialek Jakarta. Setelah para bintang iklan (BI) melakukan percakapan di akhir peristiwa tutur produk Fruit Tea itu muncullah teks audiovisual (TAV) yang digunakan untuk mengangkat citra produk minuman tersebut. Kalimat itu yaitu “Sosro ahlinya teh” yang merupakan ragam formal. Peralihan ragam santai ke ragam formal pada peristiwa tutur produk minuman itu disebut alih kode. Faktor yang mempengaruhi beralihnya ragam santai ke ragam formal adalah munculnya TAV (teks audiovisual) sebagai peserta tutur pihak ketiga setelah berlangsungnya peristiwa tutur antara bintang iklan (BI) pada iklan tersebut.


(35)

BAB IV

PILIHAN BAHASA PADA PERISTIWA TUTUR DALAM IKLAN PRODUK KOMERSIAL PRODUK MAKANAN DAN MINUMAN DI TELEVISI

4.1 Pilihan bahasa

Menurut Sumarsono dan Paina (2002:200-204) terdapat tiga jenis pilihan bahasa dalam kajian sosiolinguistik. Pertama yang disebut alih kode (code switching). Kedua yang disebut campur kode (code mixing). Jenis ketiga adalah variasi dalam bahasa yang sama (variation within the same language).

4.1.1 Alih Kode dalam Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman di Televisi

Alih kode dalam iklan televisi berupa kalimat bahasa asing dan bahasa daerah. Berikut kutipan peristiwa tutur dalam iklan komersial makanan dan minuman.

Data 2

GlobalTV, 08 Januari 2010

BI (1) : Shila aku mau nembak cewek...kamu mau ya? pura-pura jadi dia (sambil memakaikan topeng bergambarkan gadis itu).

BI (2) : Ih...apaan sih..!!!

BI (1) : Mmmm...kita kan udah lama kenal (memegang dua es krim Conello). Kamu mau gak nge-date ma aku?

BI (2) : (terlihat kesal lalu membuka topengnya) Kamu latihan aja ma cewek lain. Haa... (melihat fotonya ada di topeng itu, kaget, menarik napas, lalu tersipu malu)

BI (1) : (memberikan es krim Conello)

Nr : (soundtrack) Show you're love dengan Walss Conello Royale Sweaatheart Brownies.


(36)

Konteks: (Tiga pria dalam iklan ini adalah grup musik RAN) ada seorang pria dan wanita sedang duduk berduaan di tengah taman. Si pria ingin menyatakan cintanya kepada si wanita tetapi awalnya tidak diketahui oleh wanita itu. Ternyata si pria ingin menyatakan cintanya deng menggunakan topeng foto wanita itu. Pria berpura-pura kalau dia ingin latihan menyatakan cinta kepada wanita lain dan akhirnya wanita itu kesal lalu membuka topengnya. Dan wanita itu melihat foto di topeng tersebut adalah fotonya sendiri. Pria memberikan ice cream Conello kemudian muncul ice cream Conello bertabur brownies membuat para pemirsa tertarik untuk membelinya. Wanita tersipu malu sambil melihat pria itu. Pria itu pun tersenyum memandangi wajah wanita itu. Dari kejauhan ada dua orang teman pria itu melihat suasana romantis yang mereka alami dan tersenyum.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, peristiwa tutur dalam iklan produk es krim Conello berada di sebuah taman dan terjadi di pagi hari.

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan ini ada empat orang, tiga orang diperankan oleh grup penyanyi RAN, tetapi hanya satu orang berbicara pada bintang iklan wanita. Dan ditambah dengan pendengar yaitu pemirsa yang menonton iklan itu.

(E) End, maksud iklan ini agar para pemuda dan pemudi dapat menunjukkan cinta kasihnya kepada orang-orang yang dikasihinya dengan cara memberikan es krim Conello.

(A) Act Sequence, topik dari iklan ini adalah para pemuda dan pemudi dapat menunjukkan cintanya kepada orang-orang yang dikasihinya dengan cara yang kreatif.

(K) Key, nada bicara para bintang iklan pria kepada wanita begitu lembut sedangkan wanita awalnya nada bicaranya terdengar nada kesal dan kemudian berubah menjadi bahagia setelah pria menyatakan cintanya.

(I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan ada penggunaan kalimat dalam bahasa Inggris.


(37)

(N) Norm of Interaction and Interpretation, peristiwa tutur berlangsung sesuai degan norma dan aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan dilakukan dengan ragam santai.

Pada iklan di atas kalimat yang menjadi penanda alih kode adalah show you’re love yang berasal dari bahasa Inggris yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia yaitu tunjukkan cintamu. Hal yang sama juga terdapat pada kutipan berikut ini.

Data 15

RCTI, 27 Mei 2010

BI (Pria) : Vi, kasih kiss donk...

BI (wanita) : Mmmmm... (sambil berpikir, memakan permen Kiss, menghembuskan wangi permen kepada kekasihnya, dan tiba-tiba permen Kiss menenmpel di bibir pria itu. Bungkus permen Kiss itu bertuliskan kata-kata yang ingin diutarakan wanita itu)

BI (pria) : (TAV) Sabar ya!

BI (wanita) : (TAV) Anything for you.

TAV : Permen Kiss, udah wangi...bisa ngomong!

Konteks: Sepasang kekasih sedang berada di ruang tamu. Tiba-tiba kekasih wanita itu meminta agar mencium dirinya tetapi wanita itu menolaknya. Untuk mengalihkan perhatian kekasihnya wanita itu memakan permen Kiss dan menghembuskan wanginya permen kepada lelaki itu. Lelaki yang sudah bersiap mencium kekasihnya tadinya tiba-tiba terkejut melihat permen Kiss yang menempel dibibirnya. Wanita itu pun tertawa melihat kekasihnya dan memberikan permen Kiss yang bungkusnya bertuliskan sesuai dengan isi hati mereka masing-masing.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, peristiwa tutur itu terjadi di ruang tamu, dan waktunya terjadi di pagi hari.

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan permen Kiss ada dua orang yaitu sepasang kekasih (pria dan wanita) dan juga narator (pria) ditambah dengan pemirsa yang menonton iklan itu.


(38)

(E) End, makdsud dari iklan permen Kiss tentu saja untuk mengajak para pemirsa mengkonsumsi produk itu. Hal ini dilihat dari pengemasan iklan yang bisa membuat permen bisa ‘berbicara’ dengan memberi tulisan di belakang bungkusnya.

(A) Act Sequence, topik dalam iklan ini permen Kiss membuat suasana menjadi lebih baik dengan wangi permen itu. Dan tidak kalah menarik permen itu bisa ‘berbicara’ dengan memberi tulisan di belakang bungkusnya.

(K) Key, nada berbicara bintang iklan pria begitu lembut dan romantis sedangkan bintang iklan wanita nada berbicaranya juga lembut.

(I) Instrumentalities, bahasa yang digunakan pada iklan permen Kiss adalah bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan berlangsung dengan santai karena yang berbicara adalah sepasang kekasih.

Pada iklan permen Kiss di atas ditemukan kalimat berbahasa Inggris anything for you, yang menjadi penentu terjadinya alih kode. Awalnya bintang iklan pria menggunakan bahasa Indonesia. Kemudian untuk menyatakan isi hatinya kepada wanita yang dikasihinya, pria itu menggunakan tulisan yang ada di permen kiss dan memberikannya kepada wanita itu. Tulisan di belakang bungkus permen Kiss berbunyi anything for you. Kalimat ini memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu segalanya untukmu. Penggunaan kalimat anything for you dalam bahasa Inggris dapat menarik perhatian pemirsa daripada kalimat segalanya untukmu. Penggunaan bahasa asing dalam iklan di televisi adalah sebagai menarik perhatian pemirsa. Hal yang sama ditemukan juga pada data iklan berikut.


(39)

Data 16

ANTV, 13 Mei 2010

BI (1) : Hai! cuma modal latihan pengen ngegedein otot. Dream on man! BI (2) : Ha... (kelihatan bingung)

BI (1) : Minum L-Men...

Nr : Dengan whey protein. L-Men mengoptimalkan latihanmu untuk otot sempurna.

BI (3) : (melirik kedua pria berotot kekar) Haaa...mmm... (topi wanita itu tertiup angin)

BI (1+4) : (meluncur ke laut dan berenang untuk mendapatkan topi wanita itu) BI (1) : L-Men. Trust me, it's work!!!

Konteks: (diiringi soundtrack) Di sebuah kapal pesiar yang sedang berhenti di tengah laut. Ada seorang wanita cantik memakai pakaian renang dan memakai topi sedang berjemur di bawah teriknya matahari. Ketika sedang berjemur ada seorang pria yang mencoba mencuri perhatian wanita itu dengan cara melakukan push-up dan menunjukkan otot lengannya yang tidak begitu berisi. Di sisi kapal ada dua orang pria kekar berotot yang juga sedang mencoba mencari perhatian wanita itu dengan cara mengangkat barbel. Pria yang sedang melakukan push-up tadi merasa terusik dengan kata-kata dari seorang pria yang mengangkat barbel. Tanpa basa basi si pria yang memiliki otot yang lebih besar tadi menawarkan susu L-Men, dan dua pria berotot kekar itu meminum segelas susu L-Men. Wanita cantik diam-diam memperhatikan kedua pria itu dan dengan sengaja topi yang dipakainya dibuka dan terbawa oleh angin. Topi itu jatuh ke permukaan laut. Dan akhirnya kedua pria itu meluncur dan berenang ke laut untuk mendapatkan topi wanita itu. Di akhir iklan bintang iklan satu berpose di atas kapal persiar menunjukkan ototnya yang kekar. Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat peristiwa tutur dalam iklan tersebut di kapal pesiar yang mewah dan waktunya terjadi pada siang hari pada saat matahari bersinar. (P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan ada empat bintang iklan yaitu tiga orang pria dan satu orang wanita.

(E) End, maksud dari iklan ini tentu saja menarik para pemirsa khususnya pria untuk membeli produk susu L-Men. Iklan ini juga mengingat para pria untuk membentuk otot yang kekar tidak hanya berolahraga teratur saja tetapi dengan meminum susu L-Men.


(40)

(A) Act Sequence, topik dalam iklan susu L-Men adalah pria yang teratur berolahraga dan meminum susu L-Men akan mendapatkan tubuh yang ideal dan berotot kekar.

(K) Key, nada atau intonasi bintang iklan satu sedikit menyindir bintang iklan dua. (I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan menyelip kalimat bahasa Inggris.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan berlangsung santai karena bintang iklan yang aktif berbicara sesame pria dewasa.

Pada iklan susu L-Men di atas ditemukan kalimat berbahasa Inggris yang menjadi penentu alih kode bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Dalam tuturan tersebut terdapat kalimat dream on man dan trust me, it's work!!! yang merupakan bahasa Inggris. Kalimat dream on man memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu mimpi itu teman. Kalimat trust me, it's work!!! memiliki padanan dalam bahasa Indonesia yaitu percaya padaku, L-Men bekerja!!!. Jika bintang iklan menggunakan padanan kalimat itu dalam bahasa Indonesia terdengar kurang menarik para pemirsa. Bahasa Inggris yang digunakan dalam iklan susu L-Men sesuai dengan masa kini atau era globalisasi. Khususnya bagi pria dewasa yang memilik pendidikan dan finansial menginginkan tubuh ideal mampu menyakinkan mereka untuk mencoba produk ini. Produk L-Men ini adalah susu khusus untuk pria yang ingin membentuk tubuhnya menjadi berotot jadi bahasa yang digunakan dalam iklan harus membuat pemirsa yakin akan keunggulan produk ini. Iklan yang lain menggunakan alih kode sebagai pilihan bahasa dalam pembuatan iklan komersial di televisi adalah penggunaan bahasa daerah.


(41)

Data 11

TPI, 21 Maret 2010

BI (1) : Teh Tea Jus berani di adu.

BI (2) : Tea Jus praktis tingal diudek-udek udek...!!!

BI (1) : (sambil menutup mata BI 3 dengan tangannya) Gimana rasanya? BI (3) : Mantap!!!Aromanya...

BI (4) : Teh banget... BI (5) : Laris manis!!! BI (1) : Gak perlu gula lagi... BI (5) : Untung lagi!

BI(1)+BI : Gak bisa kalo gak Tea Jus.

Konteks: Seorang artis (Shiren Sungkar) sedang menikmati segelas Tea Jus. Tiba di sebuah kantin para murid SD berebutan untuk mendapatkan segelas Tea Jus dari seorang ibu. Shiren Sungkar bertanya kepada seorang anak SD sambil menutup mata anak itu tentang rasa teh Sisri. Di sebuah kantin lain Tea Jus begitu laris dan para pemuda-pemudi yang berkumpul di tempat itu juga menikmati kesegaran Tea Jus. Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat peristiwa tutur dalam iklan tersebut di kantin sekolah, dan halaman kampus dan waktu terjadinya pada pagi dan siang hari.

(P) Participants, pihak yang terlibat dalam iklan ini ada lima orang dan ditambah lagi dengan peran tambahan. Bintang iklan utamanya Shiren Sungkar. Dan paling penting pemirsa ikut terlibat secara tidak langsung sebagai penonton dan pendengar. (E) End, maksudnya tentu saja untuk membuat para pemirsa tertarik membeli produk yang diiklankan.

(A) Act Sequence, topik iklan adalah rasa haus akan hilang apabila kita meminum segelas Tea Jus. Jika berjualan Tea Jus tidak memerlukan tambahan gula lagi karena produk ini sudah mengandung gula.

(K) Key, nada atau intonasi para bintang iklan itu dengan nada dan intonasi yang riang dan gembira.

(I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan bahasa daerah.


(42)

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan berlangsung dengan santai karena para bintang iklan berada di kantin dan di lapangan terbuka bersama teman-teman yang berkumpul di sana.

Kalimat yang menjadi penanda alih kode pada peristiwa tutur dalam iklan minuman Tea Jus di atas adalah kalimat dalam bahasa Jawa yang memiliki padanan kata dalam bahasa Indonesia diaduk. Kata tersebut adalah diudekudek…udek!!! Meskipun pada contoh di atas secara sekilas terlihat seperti berupa kata, tetapi contoh tuturan tersebut merupakan sebuah kalimat yang utuh yang sudah dilengkapi dengan tanda baca, sehingga dalam konteks BI 2 pada peristiwa tutur dalam iklan televisi di atas kata udek dirasa lebih tepat dan memiliki penekanan.

4.1.2 Campur Kode dalam Iklan Komersial Produk Makanan dan

Minuman di Televisi Campur kode terjadi ketika dalam sebuah tuturan diselipi oleh bahasa

ataupun dialek dari bahasa daerah lain. Campur kode pada peristiwa tutur dalam iklan di televisi dapat berupa kata dan frasa. Campur kode yang berupa dari bahasa asing. Pada kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut terdapat peristiwa campur kode yang berupa kata dari bahasa asing.

Data 3

RCTI, 11 Januari 2010

BI (presenter) : Ingat ini dua milyar. Apa yang akan Anda lakukan? BI (ayah) : (sambil berpikir) telepon sahabat.

Teks : Dinosaurus apa yang makan tumbuhan?

A. Alosaurus B. Brontusaurus C. Colonosaurus BI (anak) : Halo...

BI (ayah) : Adek...? BI (anak) : Papa...!


(43)

Nr : Formula baru T plus T membantu si kecil belajar lebih efektif. BI (anak) : Brontusaurus!!!

BI (presenter) : Anda benar...!!!

Nr : Frisian Flag 123 solusi untuk anak cerdas. Logo + Teks : Nutrisi untuk maju.

Konteks: Seorang lelaki (ayah) sedang mengikuti kuis berhadiah dua milyar. Pada saaat pertanyaan sampai di level dua milyar, ayah bingung memilih jawaban yang benar di saat prensenter menanyakan sebuah pertanyaan dan prensenter tersebut menawarkan bantuan apa yang digunakan untuk membantunya menjawab pertayaan itu. Lelaki itu (ayah) menjawab dengan menelepon sahabat (anak lelakinya) yang berada di rumah bersama ibunya. Dan anak lelaki itu menjawab pertanyaan dengan benar.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, peristiwa tutur dalam iklan produk susu Frisian Flag terjadi di dua tempat yaitu pada saat ayah sedang mengikuti kuis dua milyar (studio), dan di rumah. Situasi pada iklan itu dibuat pada pagi hari.

(P) Participants, pihak yang terlibat dalam iklan itu ada empat orang yaitu (presenter, ayah, anak laki-laki, dan narator). Pada saat presenter bertanya ayah langsung menjawab. Begitu juga pada saat ayah berbicara pada anaknya melalui televon. Dan narator menceritakan apa saja keunggulan dari produk itu. Ditambah dengan pemirsa yang menyaksikan iklan itu.

(E) End, maksud dari iklan itu tentu saja untuk membuat para pemirsa tertarik untuk membeli produk tersebut. Produk ini banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan anak sehingga dapat mencerdaskan otak anak.

(A) Act Sequence, bentuknya pada iklan ini sederhana, dapat dilihat dari konsep kuis dua milyar yang pada umumnya sudah dikenal masyarakat Indonesia. Pertanyaan pada kuis tersebut dapat ditanya kepada keluarga peserta. Di iklan ini ayah bertanya kepada anaknya yang masih berumur sekitar lima tahun dan dapat menjawab pertanyaanyang tidak bisa dijawab oleh ayahnya dengan benar.


(44)

(K) Key, nada yang disampaikan dalam pesan ini berubah sesuai degan situasi yang terjadi. Pada saat ayah mengikuti kuis dua milyar nada berbicara ayah dan presenter begitu serius. Dan pada saat ayah berbicara pada anaknya situasi berubah lebih santai.

(I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, Setelah penanya bertanya maka penerima pesan menjawab artinya ada hubungan peran penerima dan pengirim pesan.

(G) Genre, percakapan dilakukan dengan ragam santai.

Dari iklan produk susu Frisian Flag narator (wanita) menggunakan kata plus. Kata plus adalah bahasa asing (Inggris) bila diterjemahlan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah tambah. Jika kata plus pada kalimat formula baru T plus T membantu si kecil belajar lebih efektif diganti menjadi baru T tambah T membantu si kecil belajar lebih efektif, membuat kalimat tersebut tidak menimbulkan perhatian apabila di dengar oleh pemirsa. Pilihan bahasa asing pada kata plus membuat iklan susu Frisian Flag termasuk dalam campur kode. Contoh yang lain dapat dilihat dari data di bawah ini

Data 9

RCTI, 22 Maret 2010

BI (Anggun) : Saya meminum susu biasa setiap hari tapi ternyata kebutuhan kalsium saya belum terpenuhi.

Nr : Riset menunjukkan sebagian besar wanita Indonesia hanya memenuhi 50% kebutuhan kalsium mereka.

Baru Anlena One a Day empat kali kalsium susu biasa.

BI (Anggun) : Satu pack praktis Anlen One a Day memenuhi kebutuhan kalsium harian saya.

Penuh percaya diri untuk melangkah pasti.

Nr : Anlene One a Day memenuhi kalsium harian anda. Teks + Visual : (produk Anlene One a Day)


(45)

Konteks: Seorang penyanyi (Anggun C.Sasmi) sedang menikmati segelas susu Anlene. Setelah itu Anggun naik ke atas panggung dan siap beraksi. Dia latihan bernyanyi dan menari. Selama Anggun bernyanyi dan menari aktifitas tulang tubuhnya meningkat sehingga membuat tulangnya kehilangan kalsium sebanyak 50 %. Di dalam iklan itu setengah tubuh Anggun hancur bagai tulang-tulang yang

retak. Seorang narator dalam iklan mengajurkan agar Anggun meminum Anlen. Anggun pun meminum satu kotak kecil Anlen dan meminumnya secara teratur. Anlen yang telah dikonsumsi oleh Anggun membuat tulangnya semakin kuat dan sehat. Sang bintangpun siap untuk bersiap di atas pesta untuk menghibur para penonton tanpa memikirkan kehilangan kalsium di dalam tubuhnya.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, di sebuah panggung yang sudah diatur sedemikian rupa untuk berlatih, dan di sebuah panggung megah saat Anggun konser.

(P) Participants, pihak yang terlihat dalam iklan susu Anlen ada dua orang yaitu Anggun C. Sasmi dan narator (pria). Pihak yang terlibat secara tidak langsung itu adalah pemirsa yang menonton iklan susu Anlen.

(E) End, tujuan dari iklan ini tentu saja untuk membuat para pemirsa tertarik membeli susu Anlen apalagi dalam iklan ini menunjukkan apabila seorang bekerja aktif dapat kehilangan 50% kalsium tubuh mereka.

(A) Act Sequence, topik pada iklan ini adalah jangan sampai para pemirsa yang aktif bekerja kehilangan kalsium dalam tubuhnya

(K) Key, nada berbicara dalam iklan itu sopan dan dapat menyakinkan para pemirsa. (I) Instrumentalities, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, dan ada satu kata yang menggunakan bahasa asing (Inggris).

(N) Norm of Interaction and Interpretation, ada hubungan antara pengirim dan penerima pesan dalam iklan tersebut.

(G) Genre, bentuk penyampaian dalam iklan berupa narasi.

Pada data iklan di atas ditemukan kata pack yang menjadi penentu campur kode bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Dalam tuturan tersebut terdapat kata pack.


(46)

Pack adalah kata benda. Dalam Kamus Inggris-Indonesia (1992:415) pack memiliki terjemahan ke bahasa Indonesia yaitu 1. pak , 2. beban kumpulan, bungkusan. Apabila bintang iklan (Anggun) menggantikan kata pack menjadi pak atau bungkusan tentu kurang mendapat kesan yang modern dan populer bagi pemirsa.

Tujuan dari penggunaan campur kode dengan kata dari bahasa Inggris banyak terdapat pada peristiwa tutur dalam iklan televisi yang menawarkan produk terkini. Kata dari bahasa Inggris dinilai dapat mewakili citra kekinian yang sempurna. Dalam kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut menggunakan cara yang serupa.

Data 12

RCTI, 27 Mei 2010

BI 1 (Mischa) : MULUT KERING PERLU MINUM! (tulisan di papan ketika di dasar laut).

Di bawah dingin di atas panas!

Perlu minuman yang bisa gantiin cairan tubuh dan jaga kesehatan. BI 2 (Nadine) : Lemon Water dan Orange Water minuman pengganti cairan tubuh

yang hilang plus vitamin C 1000 miligram

BI 3 (Marcel) : Berkwalitas dari sari buah alami, rasanya beda… Ringan dan fresh!

Teks+Visual : PENGGANTI CAIRAN TUBUH, RASAKAN BEDANYA. BI(1,2,&3) : Kita percaya!

Konteks: Keluarga Chandrawinata (Nadine, Marsel, dan Mischa Chandrawinata) menyelam ke dasar laut menikmati keindahan pesona tumbuhan dan binatang-binatang laut. Ketika sedang asyik menyelam Mischa menulis di papan tulis kalimat mulut kering perlu minum dan menunjukkan tulisan itu kepada saudara kembarnya. Akhirnya mereka bertiga kembali ke permukaaan laut untuk istirahat dan minum Lemon Water dia atas kapal.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat pembuatan iklan minuman Lemon Water dan Orange Water di laut lepas di sebuah kapal pesiar. Waktu terjadinya di pagi hari .


(47)

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan itu adalah keluarga Chandrawinata (Nadine, Marsel, dan Mischa Chandrawinata) dan pemirsa sebagai pendegar iklan itu.

(E) End, maksud dari iklan itu untuk mengajak para pemirsa membeli produk tersebut.

(A) Act Sequence, topik dalam iklan itu adalah cairan tubuh yang hilang setelah beraktifitas perlu cairan pengganti. Dan cairan pengganti itu ada pada Lemon Water dan Orange Water.

(K) Key, pesan yang disampaikan meyakinkan para pemirsa untuk membeli produk itu apalagi di zaman sekarang semakin banyak aktifitas yang dijalani oleh setiap orang.

(I) Instrumentalities, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan diselipi oleh bahasa Inggris pada kata plus dan fresh.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, setelah penanya bertanya maka penerima pesan menjawab artinya ada hubungan peran penerima dan pengirim pesan.

(G) Genre, percakapan di sampaikan dengan bahasa non-formal.

Produk yang ditawarkan adalah minuman pengganti cairan tubuh Lemon Water dan Orange Water yang cocok untuk orang-orang yang memiliki aktifitas tinggi. Apalagi dalam iklan itu bintang iklan (Nadine) menyatakan bahwa produk minuman itu mengandung vitamin C 1000 miligram yang dibutuhkan oleh tubuh.

Untuk membuat dan menyakinkan para pemirsa para bintang iklan menggunakan bahasa asing pada kata plus dan fresh. Sebenarnya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kata plus dan fresh memiliki padanan kata. Dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (1992:435) kata plus /plΛs/ adalah kata benda


(48)

yang memiliki arti 1. tambahan, 2. tanda tambah (+), dan lain-lain. Sedangkan kata fresh /fresy/ dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (1992:257) adalah kata sifat. Arti fresh /fresy/ 1. segar, 2 hangat, dan lain-lain.

Dalam iklan produk minuman ini kata plus dan fresh menjadi penentu terjadinya campur kode karena pada awal kalimat BI (Nadine) menggunakan bahasa Indonesia dan ditengah kalimat Nadine menggunakan kata plus untuk mengganti kata tambah agar lebih membuat pemirsa yakin produk itu layak untuk dikonsumsi. Bintang iklan (Marcel) pada awal berbicara dia juga menggunakan bahasa Indonesia tetapi di akhir kalimat ditutup dengan kata fresh yang berasal dari bahasa Inggris. Kata plus /plΛs/ dan fresh /fresy/ pada iklan minuman Lemon Water dan Orange Water menimbulkan citra kekinian yang dapat membuat para pemirsa membeli produk itu. Contoh lain kutipan peristiwa tutur dalam iklan televisi berikut menggunakan cara yang serupa.

Data 13

Trans TV, 21 Mei 2010

BI (1) : Wah...Sambal ABC!!!

Permisi, permisi, permisi...dapet deh! (mengambil sebotol Sambal ABC, dan berjalan)

BI (1) : Upsss... (Sambal ABC yang dipegang tertumpah di makanan seorang wanita bergaun biru)

BI (2) : Eh ! lempernya...

BI (1) : Sambal ABC kok...sama lemper kan enak.

BI (2) : O…ya! Hmmmm...dahsyat ternyata!!! kalo pisang? ( memakan lemper dengan Sambal ABC)

BI (1) : Wah!!!Ssss ah, sss ah sensasinya cabenya segar apa aja hot! (memakan pisang goreng dengan sambal ABC)

BI (2) : Coba yang lain yuk!!!

( sambil menarik tangan mempelai wanita) BI (3&4) : Eh...eh...eh.


(49)

Konteks: Di resepsi pernikahan ada seorang wanita bergaun kuning sedang sibuk mengantri makanan yang dihidangkan dengan ala Perancis ternyata wanita ini melihat sebotol Sambal ABC. Tak sengaja sewaktu wanita bergaun kuning itu membawa botol itu sambal didalamnya tertumpah di makanan (lemper) seorang wanita bergaun biru. Wanita bergaun itu menawarkan kepada wanita bergaun biru untuk menikamtai lemper dengan sambal ABc. Wanita itu memakan lemper dan membumbuinya dengan Sambal ABC. Ternyata makanan yang disajikan dengan Sambal ABC itu sangat nikmat. Nikmatnya Sambal ABC membuat wanita bergaun biru itu salah menarik tangan seseorang seharusnya dia menarik tangan wanita bergaun kunung tetapi malah menarik tangan mempelai wanita yang sedang berjalan ke arah meja makan.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat peristiwa tutur dalam iklan tersebut di resepsi pernikahan dan waktunya terjadi pada siang hari.

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam peristiwa tutur itu ada dua orang wanita ditambah dengan para undangan dan pengantin sesuai dengan konteks iklan itu.

(E) End, maksudnya tentu saja untuk membuat para pemirsa tertarik membeli produk yang diiklankan.

(A) Act Sequence, topik iklan adalah daya tarik sambal ABC mampu membuat makanan yang biasa menjadi luar biasa nikmatnya.

(K) Key, nada atau intonasi para bintang iklan itu dengan nada dan intonasi yang riang dan menggambarkan rasa sukacita saat ingin menyantap makanan di pesta itu. (I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan menyelip bahasa Inggris pada satu kata.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan berlangsung dengan santai karena para bintang iklan berada di resepsi pernikahan.


(50)

Pada data iklan Sambal ABC di atas terlihat adanya penggunaan kata dalam bahasa Inggris yaitu hot. Dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (1992:304) kata hot /hat/ adalah kata sifat yang memiliki arti 1. panas, 2. pedas, 3. hebat, dan lain-lain. Bintang iklan (BI 1) menggunakan kata hot untuk memberikan makna ganda dalam kalimat yang ingin disampaikan. Setiap makanan yang ditambahkan dengan Sambal ABC akan terasa pedas, yang menimbulkan kesan panas dan hebat pada rasa makanan itu dan tentu saja dapat menambah selera makan konsumen. Penggunaan kata dalam bahasa Inggris sebagai campur kode pada peristiwa tutur dalam iklan di televisi pada kata.

Data 14

SCTV, 27 Mei 2010

BI (anak) : Masak apa bu? (sambil membunyikan sendok dan piring).

BI (ibu) : Pakai Magiz Lezat baru (sambil mengocok bungkus Magiz Lezat) Nr : Dengarkan.. taburkan…

Magiz Lezat baru dari Indofood.

Inovasi pengikat rasanya mampu menjaga kesegaran rasa. BI (ibu) : (Mencicipi masakan) Hmmm... magic!!!

Makanan kesukaan kalian udah jadi ni...

Nr : Masakan apapun pasti...lezat sampai suapan terakhir.

Konteks: Seorang anak perempuan membunyikan sendok dan piring. Anak itu bertanya sambil memperhatikan ibunya yang sedang memasak di dapur. Ibu memasak sayur-sayuran dengan menambahkan penyedap. Setelah selesai memasak sayur-sayuran itu ibu pun pun menghidangkannya di meja makan. Anak perempuan dan ayah menikmati masakan ibu yang begitu lezat hingga tidak ada lagi yang tersisa di piring.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat terjadinya peristiwa tutur pada iklan ini adalah di dapur, dan berlangsung di pagi hari.

(P) Participants, pihak yang terlibat dalam iklan ini ada seorang ibu, anak, ayah, dan seorang narator (pria). Pihak yang tidak terlibat secara langsung adalah pemirsa yang menonton iklan itu.


(51)

(E) End, tujuan dari iklan ini tentunya agar para pemirsa yang menonton iklan ini membeli produk Magiz Lezat.

(A) Act Sequence, topik dalam iklan itu masakan apapun jika ditambah dengan Magiz Lezat membuat masakan lezat sampai suapan yang terakhir.

(K) Key, nada berbicara para pihak yang terlibat dalam iklan itu begitu ceria dan terkesan memiliki rasa kasih karena diperankan oleh keluarga kecil yang bahagia. (I) Instrumentalities, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris hanya pada satu kata saja.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan dilakukan dengan santai karena para bintang iklan adalah ibu dan seorang anak perempuan.

Pada data iklan Magiz Lezat di atas terlihat adanya penggunaan kata dalam bahasa Inggris yaitu magiz. Dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia (1992:369) kata magic / ‘mæjik/ adalah kata sifat yang memiliki arti 1. sihir, 2. sulap. Penggunaan kata magic sesuai dengan nama produk yang diiklankan yaitu Magiz Lezat. Kata magic mampu menarik perhatian pemirsa untuk membeli produk tersebut.

Data 6

RCTI, 11 Januari 2010

BI (1) : Eh! Belly dance ikutan yuk!

BI (2) : Malu ah! buncit! padahal udah diet… BI (1) : Bisa jadi BAB gak lancar!

BI (2) : (wanita bertubuh gemuk berjalan di depan mereka) Jadi lemak dong?

BI (1) : Minum laxing kini ada dalam bentuk teh (sambil menunjukkan produh laxing tea)

Nr : Laxing teh kini dengan daun sena dan lidah buaya. Cara baru lancarkan BAB. Nikmat tehnya, khasiat tetap sama.


(52)

BI (1 & 2) : Longgar deh! Nr : Laxing tea

Teks : Baca aturan pakai

Konteks: Dua orang wanita cantik sedang berjalan dan di pinggir jalan mereka

melihat ada sekelompok wanita sedang latihan belly dance. Seorang wanita (Krisdayanti) mengajak wanita yang satu untuk latihan tetapi wanita itu

menolaknya. Wanita itu tidak percaya diri karena perutnya yang besar dan buang air besar tidak lancar. Kemudian wanita (Krisdayanti) menawarkan produk minuman Laxing Tea untuk melancarkan buang air besar. Setelah meminum produk Laxing Tea wanita itu akhirnya percaya diri untuk dan memakai aksesoris di pinggang saat latihan.

Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, tempat peristiwa tutur dalam iklan tersebut di pinggir jalan dan di ruang latihan belly dance dan waktunya terjadi pada pagi hari.

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan ada dua orang wanita. Satu orang wanita seorang diva Indonesia yaitu Krisdayanti dan ditambah dengan peran pembantu dalam iklan.

(E) End, maksudnya tentu saja untuk membuat para pemirsa tertarik membeli produk yang diiklankan dan mencengah lemak menumpuk di tubuh.

(A) Act Sequence, topiknya adalah seorang wanita yang perutnya buncit karena susah buang air besar tidak percaya diri menari belli tetapi setelah meminum Laxing Tea dia kembali percaya diri.

(K) Key, nada atau intonasi berbicara bintang iklan awalnya mengeluh namun setelah menemukan solusi untuk memecahkan masalahnya dan intonasi berbicaranya kembali semangat.

(I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia dan menyelip frasa bahasa Inggris.

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.


(53)

(G) Genre, percakapan berlangsung dengan santai karena para bintang iklan.

Pada data iklan produk minuman Laxing Tea di atas terdapat frasa belly dance yang merupakan frasa dalam bahasa Inggris. Di dalam bahasa Indonesia belly dance memiliki arti menari belly. Apabila bintang iklan (Krisdayanti) menggunakan bahasa Indonesia untuk mengatakan belly dance kurang menarik jika di dengar para pemirsa. Efek menarik lebih ditimbulkan oleh bahasa Inggris pada frase dance belly daripada bahasa Indonesia menari belli.

4.1.3 Variasi dalam Bahasa yang Sama (Tunggal Bahasa) dalam Iklan Komersial Produk Makanan dan Minuman di Televisi

Variasi dalam bahasa yang sama (tunggal bahasa) terjadi ketika peristiwa tutur yang berlangsung dalam iklan komersial produk makanan dan minuman di televisi menggunakan satu bahasa saja yaitu bahasa Indonesia tanpa diselipi bahasa asing atau bahasa daerah.

Data 4

Trans TV, 11 Januari 2010

BI : Ibu ada kejutan lho...!!! iga kecap... BI (ayah) : Wah...!!!

Bi (anak) : Hmmmmmm.... (sambil mengacungkan jempolnya)

Nr : Beri hadiah buat istri atau ibu yang jaaagooo...masak. Kirim cerita unik tentang enaknya masakan kecap ABC ibumu ke "ABC Ibu Juara". Sertakan satu kemasan kosong kecap ABC dan data diri kamu dan menangkan kursus masak dan liburan berdua ke Bangkok. Info lengkap baca di media cetak.

Teks : ABC Ibu Juara. Info lengkap hubungi 0-800-1-401-336. Hati-hati terhadap penipuan. Syarat dan ketentuan berlaku.

Konteks: Seorang ibu sedang memasak daging iga kecap di dapur. Masakan ini dibuat untuk keluarganya. Masakan ini rasanya lezat sehingga suaminya memasukkan ibu itu ke dalam amplop besar untuk mengirimkannya mengikuti lomba "ABC Ibu Juara". Suami dan anak lelaki ibu itu kemudian mempromosikan


(54)

agar mengikuti lomba itu. Tiba-tiba di dalam khayalan ibu itu dia memenangkan lomba "ABC Ibu Juara" dengan hadiah kursus memasak dan liburan ke Bangkok. Peristiwa tutur itu memiliki delapan komponen, yaitu:

(S) Setting and scene, peristiwa tutur dalam iklan kecap ABC berada di dapur dan di ruangan yang sudah di atur sedemikian rupa seperti suasana di Bangkok.

(P) Participants, pihak-pihak yang terlibat dalam iklan ini ada empat orang yaitu seorang ibu, ayah, anak lelakinya, dan narator pria. Dan pihak yang terlibat secara tidak langsung adalah para pemirsa.

(E) End, tujuan dari iklan itu untuk mengajak para wanita khususnya kaum ibu untuk mengikuti undian berhadiah kecap ABC tentunya dengan cara membeli produk kecap ABC terlebih dahulu.

(A) Act Sequence, topik dalam iklan itu adalah apabila para ibu memasak masakannya akan terasa nikmat setelah memakai kecap ABC dan tentu akan mendapat hadiah juga jika mengikuti "ABC Ibu Juara".

(K) Key, pesan yang disampaikan oleh bintang iklan dengan rasa senang, dimana hal ini ditunjukkan dari hadiah jalan-jalan ke Bangkok.

(I) Instrumentalities, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia .

(N) Norm of Interaction and Interpretation, para bintang iklan berbicara sesuai dengannorma atau aturan dalam berkomunikasi.

(G) Genre, percakapan berlangsung dengan santai karena bintang iklan adalah keluarga kecil dan bahagia.

Tuturan yang terjadi pada iklan kecap ABC adalah variasi bahasa yang sama. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia . Tuturan itu tidak menggunakan bahasa asing atau bahasa daerah tertentu. Penyampainnya yang pun lebih santai dan akrab. Narator menggunakan ragam usaha atau konsulatif yang tujuannya untuk


(1)

Data 13

Trans TV, 21 Mei 2010

BI (1) : Wah...Sambal ABC!!!

Permisi, permisi, permisi...dapet deh! (mengambil sebotol Sambal ABC, dan berjalan)

BI (1) : Upsss... (Sambal ABC yang dipegang tertumpah di makanan seorang wanita bergaun biru)

BI (2) : Eh ! lempernya...

BI (1) : Sambal ABC kok...sama lemper kan enak.

BI (2) : O…ya! Hmmmm...dahsyat ternyata!!! kalo pisang? ( memakan lemper dengan Sambal ABC)

BI (1) : Wah!!!Ssss ah, sss ah sensasinya cabenya segar apa aja hot! (memakan pisang goreng dengan sambal ABC)

BI (2) : Coba yang lain yuk!!!

( sambil menarik tangan mempelai wanita) BI (3&4) : Eh...eh...eh.

Konteks: Di resepsi pernikahan ada seorang wanita bergaun kuning sedang sibuk mengantri makanan yang dihidangkan dengan ala Perancis ternyata wanita ini melihat sebotol Sambal ABC. Tak sengaja sewaktu wanita bergaun kuning itu membawa botol itu sambal didalamnya tertumpah di makanan (lemper) seorang


(2)

Data 14

SCTV, 27 Mei 2010

BI (anak) : Masak apa bu? (sambil membunyikan sendok dan piring).

BI (ibu) : Pakai Magiz Lezat baru (sambil mengocok bungkus Magiz Lezat) Nr : Dengarkan.. taburkan… Magiz Lezat baru dari Indofood.

Inovasi pengikat rasanya mampu menjaga kesegaran rasa. BI (ibu) : (Mencicipi masakan) Hmmm... magic!!!

Makanan kesukaan kalian udah jadi ni...

Nr : Masakan apapun pasti...lezat sampai suapan terakhir.

Konsep: Seorang anak perempuan membunyikan sendok dan piring. Anak itu bertanya sambil memperhatikan ibunya yang sedang memasak di dapur. Ibu memasak sayur-sayuran dengan menambahkan penyedap. Setelah selesai memasak sayur-sayuran itu ibu pun pun menghidangkannya di meja makan. Anak perempuan dan ayah menikmati masakan ibu yang begitu lezat hingga tidak ada lagi yang tersisa di piring.


(3)

Data 15

RCTI, 27 Mei 2010

BI (Pria) : Vi, kasih kiss donk... BI (wanita) : Mmmmm...

(sambil berpikir, memakan permen Kiss, menghembuskan wangi permen kepada kekasihnya, dan tiba-tiba permen Kiss menenmpel di bibir pria itu. Bungkus permen Kiss itu bertuliskan kata-kata yang ingin diutarakan wanita itu)

BI (pria) : (TAV) Sabar ya!

BI (wanita) : (TAV) Anything for you.

TAV : Permen Kiss, udah wangi...bisa ngomong!

Konsep: Sepasang kekasih sedang berada di ruang tamu. Tiba-tiba kekasih wanita itu meminta agar mencium dirinya tetapi wanita itu menolaknya. Untuk mengalihkan perhatian kekasihnya wanita itu memakan permen Kiss dan menghembuskan wanginya permen kepada lelaki itu. Lelaki yang sudah bersiap mencium kekasihnya tadinya tiba-tiba terkejut melihat permen Kiss yang menempel dibibirnya. Wanita itu pun tertawa melihat kekasihnya dan memberikan permen Kiss yang bungkusnya bertuliskan sesuai dengan isi hati mereka masing-masing.


(4)

ANTV, 13 Mei 2010

BI (1) : Hai! cuma modal latihan pengen ngegedein otot. Dream on man!

BI (2) : Ha... (kelihatan bingung) BI (1) : Minum L-Men...

Nr : Dengan whey protein. L-Men mengoptimalkan latihanmu untuk otot sempurna.

BI (3) : (melirik kedua pria berotot kekar) Haaa...mmm... (topi wanita itu tertiup angin)

BI (1+4) : (meluncur ke laut dan berenang untuk mendapatkan topi wanita itu) BI (1) : L-Men. Trust me, it's work!!!

Konteks: (diiringi soundtrack) Di sebuah kapal pesiar yang sedang berhenti di tengah laut. Ada seorang wanita cantik memakai pakaian renang dan memakai topi sedang berjemur di bawah teriknya matahari. Ketika sedang berjemur ada seorang pria yang mencoba mencuri perhatian wanita itu dengan cara melakukan push-up dan menunjukkan otot lengannya yang tidak begitu berisi. Di sisi kapal ada dua orang pria kekar berotot yang juga sedang mencoba mencari perhatian wanita itu dengan cara mengangkat barbel. Pria yang sedang melakukan

push-up tadi merasa terusik dengan kata-kata dari seorang pria yang mengangkat barbel. Tanpa basa basi si pria yang memiliki otot yang lebih besar tadi menawarkan susu L-Men, dan dua pria berotot kekar itu meminum segelas susu L-Men. Wanita cantik diam-diam memperhatikan kedua pria itu dan dengan sengaja topi yang dipakainya dibuka dan terbawa oleh angin. Topi itu jatuh ke permukaan laut. Dan akhirnya kedua pria itu meluncur dan berenang ke laut untuk mendapatkan topi wanita itu. Di akhir iklan bintang iklan satu berpose di atas kapal persiar menunjukkan ototnya yang kekar.


(5)

Data 17

Indosiar, 17 Oktober 2010

BI (ayah) : Enaknya lewat jalur utara atau jalur selatan? BI (Ibu) : Ni...teh botol Sosro dulu.

TAV : Apapun yang penting aman. Apapun enaknya teh botol Sosro. Logo : Sosro ahlinya teh.

Konteks: Satu keluarga (ayah, ibu, dan seorang anak lelaki) sedang mengantri untuk membeli tiket bus. Ayah kebingungan membeli tiket mana untuk perjalanan pulang mereka karena ada dua jalur yang ditawarkan oleh stasiun yaitu jalur utara dan selatan. Melihat kebingungan suaminya sang istri pun menawarkan teh botol kepada suami dan anak lelakinya.


(6)

TPI, 2 April 2010

BI (1) : Yah! kelupaan sesuatu gak? BI (2) : Lupa buang sampah.

BI (1) : (berbisik di dalam hati) Yaaa...ayah lupa ultahku.

BI (1) : (membuat dua cangkir teh di dapur kemudian memberikannya kepada suaminya) Hmm...ngeteh yuk! Gak lupakan lagu Selamat Ulang Tahun kek mana?

BI (2) : (kaget, berlutut, sambil bernyanyi) Selamat ulang tahun... Logo : Mari bicara. Sariwangi

Konteks: Di halaman rumah seorang lelaki (suami) sedang mencuci mobilnya dan tiba-tiba istrinya mengingatkan sesuatu hal yang penting. Suami ibu itu beranggapan bahwa dia belum membuang sampah padahal yang dimaksudkan oleh ibu itu adalah hari ini adalah hari ulang tahunnya. Setelah selesai mencuci mobil, ibu itu membuat dua gelas teh Sariwangi dan mengajak suaminya untuk berbicara. Dan akhirnya suami ibu itu mengingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahun istrinya. Suami ibu itu langsung berlutut dan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun.