Prinsip-prinsip Pengadilan Anak Pengadilan Anak .1 Pengertian dan Kompetensi Pengadilan Anak

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

2.1.3 Prinsip-prinsip Pengadilan Anak

Prinsip-prinsip Pengadilan Anak dituangkan dalam Undang-Undang Pengadilan Anak, dan dikenal sebagai 10 sepuluh prinsip yang digunakan dalam pemeriksaan perkara anak di persidangan. Sepuluh prinsip tersebut pada intinya berisi mengenai tata cara pemeriksaan dan pemidanaan yang berbeda dengan pelaku orang dewasa. Adapun 10 sepuluh prinsip Pengadilan Anak adalah sebagai berikut Darwan Prinst, 2003:15-16 : 1. Pembatasan Umur, Pembatasan umur pada Pasal 1 angka 1 jo. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Pengadilan Anak, mengatur acara pemeriksaan di pengadilan ditentukan secara liminatif, yaitu minimum berumur 8 delapan tahun dan maximal 18 delan belas tahun dan belum pernah kawin 2. Ruang Lingkup Masalah, Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Pengadilan Anak, megatur tentang yang diperiksa dalam sidang Pengadilan Anak hanyalah terbatas menyangkut perkara anak nakal saja. 3. Ditangani oleh Pejabat khusus, Pasal 1 angka 5, 6 dan 7 Undang-Undang Pengadilan Anak mengatur dan menentukan bahwa perkara anak nakal harus ditangani oleh pejabat-pejabat khusus, yaitu : a. ditingkat penyidikan harus dilakukan oleh penyidik anak; b. ditingkat penuntutan harus dilakukan oleh penuntut umum anak; c. di pengadilan dilakukan oleh hakim anak, hakim banding anak, dan hakim kasasi anak. 4. Peran Pembimbing Kemasyarakatan, Peran pembimbing kemasyarakatan Pasal 1 angka 11 Undang-undang Pengadilan Anak mengakui peranan dari: a. Pembimbing Kemasyarakatan; b. Pekerja sosial; c. Pekerja sosial sukarela 5. Suasana Pemeriksaan Kekeluargaan, Pasal 42 ayat 1 Undang-undang Pengadilan Anak mengatur pemeriksaan perkara di sidang pengadilan dilakukan dengan suasana kekeluargaan. Oleh karena itu hakim, penuntut umum, dan penasehat hukum tidak memakai toga. 6. Keharusan Splitsing, Pasal 7 Undang-Undang Pengadilan Anak mewajibkan bahwa seseorang anak tidak boleh diadili bersama-sama dengan orang dewasa baik yang berstatus sipil maupun militer. Kalau terjadi anak melakukan pidana bersama orang dewasa, maka si anak diadili dalam sidang Pengadilan Anak, sementara untuk orang dewasa diadili dalam sidang biasa, atau apabila orang tersebut berstatus militer maka dilakukan di Peradilan Militer 7. Acara Pemeriksaan Tertutup, Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Pengadilan Anak bahwa pemeriksaan disidang pengadilan anak dilakukan secara tertutup. Hal tersebut dilakukan mengingat demi kepentingan anak itu sendiri. Akan tetapi untuk putusan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum. 8. Diperiksa oleh Hakim Tunggal, Pasal 11,14 dan 18 Undang-Undang Pengadilan Anak untuk hakim yang memeriksa perkara anak, baik ditingkat Pengadilan Negeri, Banding atau Kasasi dilakukan oleh hakim tunggal. 9. Masa Penahanan Lebih Singkat, Pasal 44 sampai dengan Pasal 49 Undang-Undang Pengadilan Anak bahwa masa penahanan terhadap anak lebih singkat di banding dengan masa penahanan menurut KUHAP 10. Pidana Lebih Ringan, Pasal 22 sampai dengan Pasal 32 Undang-Undang Pengadilan Anak pidana yang dijatuhkan terhadap anak nakal lebih ringan dari ketentuan yang diatur dalam KUHP. Pidana maksimal untuk anak atau pelaku anak adalah 10 sepuluh tahun.

2.1.4 Sanksi Terhadap Pelaku Anak