Pemeriksaan Penunjang Diagnosa dan Terapi Penatalaksanaan

silia dan efeknya akan diperparah dengan penutupan ostium. Ellen, R. Wald, 1985

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang

1. Transiluminasi Akan memberikan informasi objektif atas kondisi sinus maksila dan frontal. Jika sinus normal, tiga hal harus diperhatikan: 1 refleks pupil merah, 2 bayangan sinar bulan sabit yang sesuai dengan posisi kelopak mata bawah, 3 sensasi sinar dalam mata jika kelopak mata tertutup. 2. Cairan Radioopak Dengan menyuntikkannya ke dalam sinus, terlebih pada sinus maksila dan sfenoid. Dengan adanya cairan itu rongga sinus tampak jelas tergambar, shingga penebalan mukosa dan adanya polip dapat diketahui, dan ketidaksamaan ukuran dan bentuk dapat tergambar dengan tepat. Mukosa yang sakit tampak sebagai daerah yang tidak terisi, diantara massa minyak dan tepi tulang. Ballenger, 1997

2.1.7. Diagnosa dan Terapi

1. Metode pertukaran Displacement Hal ini agar obat dapat masuk ke sel-sel etmoid, sinus maksila dan sfenoid. Tekniknya adalah kepala pasien diturunkan ke posterior, sehingga dagu dan kanalis auditorius eksterna berada dalam satu garis vertikal. Kemudian cavum nasi pada satu sisi diisi dengan 2 sampai 3 ml cairan radioopak yang dipertukarkan. Dengan memiringkan kepala ke sisi homolateral akan meningkatkan kemungkinan cairan menutupi ostium sinus. Saat pasien menaikkan palatum molenya, tekanan negatif 180 mmHg diberikan secara hilang timbul di nares pada sisi yang diisi, dan pada sisi lainnnya ditutup dengan jari. Roentgen diambil pada 24 dan 72 jam untuk memastikan waktu pengosongan. Pada keadaan normal, sinus harus kosong dalam 96 jam. Universitas Sumatera Utara 2. Irigasi diagnostik Pada banyak kasus, diagnosis pasti akan adanya pus tidak dapat diketahui tanpa irigasi diagnostik. Hal ini dilakukan dengan cara sama seperti untuk terapi, melalui ostium alami atau melalui pungsi. Bahan untuk kultur atau usapan dapat diambil dari cairan pada saat pencucian. Ballenger, 1997

2.1.8. Penatalaksanaan

Diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik sampai semua gejala hilang. Jenis amoksisilin, ampisilin, eritromisin, sefaklor monohidrat, asetil sefuroksim, trimetoprim sulfometoksazol, amoksisilin-asam klavulanat, dan klaritromisin telah terbukti secara klinis. Jika dalam 48-72 jam tidak ada perbaikan klinis, diganti dengan antibiotik untuk kuman yang menghasilkan beta laktamase, yaitu amoksisilin dan ampisilin dikombinasi dengan asam klavulanat. Diberikan pula dekongestan untuk memperlancar drainase sinus. Bila perlu diberikan analgesik untuk menghilangkan nyeri; mukolitik untuk mengencerkan, meningkatkan kerja silia, dan merangsang pemecahan fibrin. Pemberian steroid intranasal, kadang diperlukan untuk mengurangi edema di daerah kompleks osteomeatal, terutama bila dicetuskan oleh alergi. Apabila terdapat komplikasi ke orbita atau intrakranial, atau nyeri yang hebat akibat tertahannya sekret oleh sumbatan, sehingga perlu dirujuk untuk dilakukan tindakan bedah. Kapita Selekta Kedokteran, 2001 Universitas Sumatera Utara Profil Penderita Sinusitis: 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Pekerjaan 4. Keluhan Utama

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL