Penelitian 1: Penentuan Dosis BAHAN DAN METODE

3.5. Penelitian 1: Penentuan Dosis

Protein rElGH Terbaik dengan Pemberian Melalui Perendaman Bioaktivitas protein rElGH ditentukan dengan menganalisis biomassa panen, specific growth rate SGR, konversi pakanfeed convertion rate FCR dan survival rate SR ikan sidat yang telah direndam dengan rElGH dibandingkan dengan ikan sidat yang tanpa diberi perlakuan rElGH. Glass eel diberikan perlakuan kejut salinitas salinity shock dalam NaCl 3,0 selama 2 menit kemudian direndam selama 2 jam hasil penelitian pendahuluan dalam air mengandung larutan rElGH dengan dosis berbeda Tabel 5 + NaCl 0,9 + BSA 0,01 Gambar 8. Setiap perlakuan dosis diulang tiga kali Tabel 8. Pemeliharaan ikan dilakukan dalam akuarium dengan padar tebar 5 ekorliter, dimana setiap unit percobaanakuarium ditebar glass eel sebanyak 150 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dilakukan selama 1 bulan, dilanjutkan dengan pakan pasta selama 1 bulan pemeliharaan. Air akuarium diganti sebanyak 50-80 setiap hari. Sampling biomassa ikan diukur setiap 15 hari sekali. Kelangsungan hidup dihitung pada akhir percobaan. Gambar 8 Proses perendaman ikan uji dalam hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang rElGH yang dilakukan dalam penelitian ini. Perlakuan perendaman rElGH yang diberikan menggunakan dosis 0; 0,12; 1,2; 12; dan 120 mgL. Penentuan dosis berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, pada ikan gurami Syazilii et al. 2011 yaitu didapatkan dosis perendaman terbaik 120 mgL, dengan sekali perendaman. Berdasarkan hasil SDS-PAGE rOgGH gurami memiliki tingkat produksi protein yang lebih kecil dibandingkan rElGH kerapu kertang, maka dalam penelitian penentuan dosis ini dilakukan penurunan dosis Tabel 6. Tabel 6 Desain percobaan penentuan dosis perendaman hormon pertumbuhan rekombinan ikan kerapu kertang rElGH pada ikan sidat Dosis perendaman mgL A 0 B 0 C 0,12 D 1,2 E 12 F 120 Kode Unit Percobaan A1 B1 D1 E1 F1 G1 A2 B2 D2 E2 F2 G2 A3 B3 D3 E3 F3 G3 Keterangan : A = kontrol tanpa perlakuan rGH dan tanpa perlakuan salinitas. B = kontrol, perlakuan salinitas, BSA 0,01. C-F = perlakuan rGH dosis 0,12; 1,2; 12; dan 120 mgL. 3.6. Penelitian 2: Penentuan Dosis Pemberian Protein rElGH yang Terbaik dengan Pemberian Secara Oral Parameter yang diamati untuk menentukan bioaktivitas protein rElGH melalui pakan pada penelitian 2 ini juga dilakukan perbandingan biomassa panen, SGR, FCR dan SR. Elver ikan sidat hasil pendederan disiapkan dalam wadah pemeliharaan berupa akuarium berukuran 60x45x50 cm dengan padat tebar 3 ekorliter, dimana setiap unit percobaanakuarium ditebar sebanyak 45 ekor. Pakan yang digunakan adalah pakan pasta yang telah diberi protein rElGH dengan dosis berbeda dan pakan tanpa diberi rElGH. Air akuarium diganti sebanyak 50- 80 setiap hari. Panjang dan bobot ikan dilakukan sampling pada awal dan akhir pemeliharaan. Bobot diukur setiap 15 hari sekali. Sintasan dihitung pada akhir percobaan. Dosis rElGH tertinggi ditentukan berdasarkan hasil penelitian Hardiantho et al. 2011 pada benih ikan nila, yaitu 30 mgkg pakan, dengan frekuensi pemberian dua kali per-minggu menggunakan rOgGH. Pada penelitian ini, dosis rElGH dalam pakan adalah sebesar 0; 0,3; 3; dan 30 mgkg pakan, dengan frekuensi dua kali per-minggu dengan feeding rateFR 6 dari bobot biomassa Tabel 7. Dosis diturunkan karena tingkat produksi rElGH lebih tinggi dibandingkan dengan rOgGH. Pemberian pakan dilakukan sehari 2 kali dengan pembagian 3 pada pagi hari, dan 3 pada sore hari. Tabel 7 Desain percobaan penentuan dosis rElGH dalam pakan pada ikan sidat Dosis rElGH dalam pakan mg100 gram pakan A 0 B 0,03 C 0,3 D 3 Kode Unit Percobaan A1 B1 C1 D1 A2 B2 C2 D2 A3 B3 C3 D3 3.7. Penelitian 3: Penentuan Metode Terbaik antara Pemberian rElGH Melalui Perendaman, Pakan dan Kombinasinya Uji ini merupakan kegiatan lanjutan dari hasil penelitian 1 melalui perendaman dan penelitian 2 melalui pakan, dengan memilih hasil dosis terbaik pada penelitian 1 dan 2 Tabel 8. Tabel 8 Metode pemberian rElGH pada perlakuan yang digunakan dalam penelitian Perlakuan Metode Pemberian rElGH Bulan pertama Bulan ketiga dan keempat Via perendaman Kejut salinitas 30 ppt, rendam dalam 12 mgL rElGH+BSA+9 ppt selama 2 jam 1 kali pemberian Pemberian rElGH+HP55 melalui pakan dengan dosis 0 mg rElGHkg pakan sebanyak 6 biomassa ikan, diberikan 2 kali setiap minggu Via pakan Kejut salinitas 30 ppt, rendam dalam 0 mgL rElGH + BSA + 9 ppt selama 2 jam 1 kali pemberian Pemberian rElGH+HP55 melalui pakan dengan dosis 30 mg rElGHkg pakan sebanyak 6 biomassa ikan, diberikan 2 kali setiap minggu Via perendaman + pakan Kejut salinitas 30 ppt, rendam dalam 12 mgL rElGH+BSA+9 ppt selama 2 jam 1 kali pemberian Pemberian rElGH+HP55 melalui pakan dengan dosis 30 mg rElGHkg pakan sebanyak 6 biomassa ikan, diberikan 2 kali setiap minggu Kontrol Kejut salinitas 30 ppt, rendam dalam 0 mgL rElGH + BSA + 9 ppt selama 2 jam 1 kali pemberian Pemberian rElGH+HP55 melalui pakan dengan dosis 0 mg rElGHkg pakan sebanyak 6 biomassa ikan, diberikan 2 kali setiap minggu Keterangan: Perendaman dilakukan pada awal pemeliharaan, setiap perlakuan dilakukan 3 kali ulangan. Pemberian rGH tidak dilakukan pada bulan kedua pemeliharaan ikan. Efektivitas pemberian rElGH pada penelitian 3 ini membandingkan antara perlakuan perendaman saja, pakan saja, dan mengkombinasikan pemberian melalui perendaman pada fase glass eel yang dilanjutkan pemberian melalui pakan setelah ikan bisa makan pakan buatan ukuran elver. Parameter yang diamati meliputi biomassa panen, FCR, SR, retensi protein, retensi lemak, hepatosomatic index HSI, ekskresi amoniak, dan ekspresi IGF-1. Ikan dipelihara dalam akuarium berukuran 60x45x50 cm, dimana setiap unit percobaanakuarium ditebar benih ikan sidat dengan padat tebar yang sama. Pemeliharaan dilakukan selama 2 bulan dengan padat tebar 2 ekorliter sebanyak 45 ekorakuarium.

3.8. Analisis Hepatosimatic Index HSI