Penilaian Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Cempaka Baru

63

6.2. Penilaian Risiko Produksi Jamur Tiram Putih Cempaka Baru

Penilaian risiko produksi yang dilakukan pada usaha Cempaka Baru merupakan penilaian terhadap kegiatan spesialisasi. Penilaian dilakukan hanya pada satu jenis tanaman saja, karena dalam kegiatan usaha Cempaka Baru hanya memiliki satu jenis komoditas yang dibudidayakan, yaitu tanaman jamur tiram putih. Penilaian risiko produksi dapat dihitung menggunakan Variance, Standard Deviation, dan Coefficient Variation. Perhitungan pada proses penilaian risiko menggunakan data berdasarkan tingkat produktivitas yang diperoleh komoditas jamur tiram putih dan peluang yang dimiliki Cempaka Baru dalam memperoleh tingkat produktivitas tertinggi, terendah dan normal. Peluang dihitung berdasarkan pengalaman Bapak Adang selama melakukan kegiatan budidaya jamur tiram di Cempaka Baru. Dasar perhitungan digunakan data berdasarkan frekuensi terjadinya peristiwa pada kondisi yang dianalisis dimana kejadian tersebut pernah dialami dan sudah berlangsung selama menjalankan kegiatan usaha pada setiap periode produksi. Nilai peluang dan produktivitas yang akan digunakan dalam perhitungan risiko produksi sudah diketahui dan dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Setelah memperoleh nilai peluang usaha dalam mendapatkan produktivitas tertinggi, normal, dan terendah, selanjutnya dapat dilakukan penilaian terhadap tingkat risiko produksi yang dihadapi Cempaka Baru. Penilaian risiko produksi dilakukan dengan mengukur nilai penyimpangan yang terjadi. Menurut Elton dan Gruber 1995, terdapat beberapa ukuran risiko diantaranya adalah nilai varian variance, standar deviasi standart deviation dan koefisien variasi coefficient variation. Ketiga ukuran tersebut berkaitan satu sama lain dan nilai variance sebagai penentu ukuran yang lainnya. Seperti misalnya standart deviation merupakan akar kuadrat dari variance sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standart deviation dengan nilai ekspektasi return dari aset Cempaka Baru yaitu budidaya jamur tiram putih. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga. Dalam kajian ini return yang dihitung adalah produksi jamur tiram putih. Oleh karena itu untuk melakukan penilaian terhadap risiko produksi jamur tiram putih, ukuran yang tepat digunakan adalah coefficient variation. Karena 64 ukuran variance dan standart deviation belum memperhitungkan pendapatan sedangkan coefficient variation sudah memperhitungkan pendapatan yang diterima pada usahatani jamur tiram putih. Dengan ukuran coefficient variation, analisis kegiatan usaha sudah dilakukan dengan ukuran yang sama yaitu risiko untuk setiap return. Hasil penilaian risiko produksi budidaya jamur tiram putih pada Cempaka Baru dapat dilihat pada Tabel 13 dan untuk perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 13. Hasil Penilaian Risiko Produksi Budidaya Jamur Tiram Putih pada Cempaka Baru, Tahun 2008 No. Ukuran Nilai 1 Expected Return 0,25 2 Variance 0,0064 3 Standard Deviation 0,08 4 Coefficient Variation 0,32 Penilaian risiko produksi budidaya jamur tiram putih pada usaha Cempaka Baru berdasarkan nilai coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,32. Artinya, untuk setiap satu satuan hasil yang diperoleh Cempaka Baru dari kegiatan budidaya jamur tiram putih, maka risiko yang dihadapi adalah sebesar 0,32. Dengan kata lain bahwa untuk setiap satu kilogram hasil yang diperoleh akan mengalami risiko sebanyak 0,32 kg pada saat terjadi risiko produksi. Setiap kegiatan usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha, dimana secara ekonomi keuntungan yang diharapkan adalah berupa pendapatan usaha. Seperti halnya pada usaha Cempaka Baru, pemilik mengharapkan adanya umpan balik dari kegiatan budidaya jamur tiram putih yang diusahakan. Sebagai pelaku usaha, pemilik Cempaka Baru mengharapkan umpan balik yang positif, yaitu adanya keuntungan berupa pendapatan yang dihasilkan budidaya jamur tiram putih tersebut. Dan untuk mengetahui hasil perolehan pendapatan tertinggi, normal dan terendah dapat dilihat pada Lampiran 4. Dalam melakukan penilaian risiko produksi di Cempaka Baru dapat diukur besarnya pendapatan yang diharapkan dari kegiatan budidaya jamur tiram putih. Besarnya pendapatan yang diharapkan dapat dilihat dari nilai expected return 65 yang diperoleh. Expected return atau nilai harapan merupakan perolehanpengembalian yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan usaha. Expected return dihitung berdasarkan penjumlahan dari hasil perkalian untuk setiap nilai produktivitas yang tertinggi, terendah dan normal dengan peluangnya masing-masing dalam memperoleh produktivitas tertinggi, terendah dan normal tersebut. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada kegiatan budidaya jamur tiram putih Cempaka Baru diperoleh nilai expected return sebesar 0,25. Artinya, usaha Cempaka Baru dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 0,25 kg per baglog untuk setiap kondisi dalam proses budidaya yang telah diakomodasi oleh perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan budidaya jamur tiram putih memberi harapan perolehan hasil produksi sebesar 0,25 kg untuk setiap baglog jamur tiram putih. Dengan mengetahui harapan pendapatan yang diperkirakan akan didapatkan kembali dari kegiatan budidaya jamur tiram putih berdasarkan perhitungan risiko produksi, maka hal ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk kelanjutan usaha ataupun sebagai perencanaan untuk menentukan langkah yang akan diambil dalam perkembangan usaha Cempaka Baru. Adanya risiko produksi yang dialami dalam menjalankan kegiatan budidaya jamur tiram putih menimbulkan kerugian bagi pihak Cempaka Baru. Kerugian tersebut akan berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi, karena risiko yang ada menyebabkan terjadinya gagal panen sehingga hasil produksi yang diperoleh akan berkurang. Jika hasil produksi berkurang maka penerimaan usaha juga ikut berkurang karena jumlah yang dijual menjadi lebih sedikit dengan harga jual yang konstan pada harga Rp 7.000. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan langkah penanganan yang sesuai untuk dapat menghindari atau memperkecil risiko yang dihadapi.

6.3. Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ‘Cempaka Baru’