Kesamaan jenis IS Uji t -student Analisis vegetasi

Di = ni X 100 N Keterangan : Di = indeks dominansi suatu jenis kupu-kupu ni = jumlah individu suatu jenis kupu-kupu N = jumlah individu dari seluruh jenis kupu-kupu Kriteria dominansi Helvoort: Di = 0 – 2 jenis tidak dominan Di = 2 – 5 jenis sub-dominan Di = 5 jenis dominan.

3.5.5 Kesamaan jenis IS

Koefisien kesamaan jenis similarity coefficient digunakan untuk mengetahui nilai kesamaan jenis antar habitat. Persamaan yang digunakan yaitu koeffisien Jaccard Krebs 1978: S j = A A+B+C Keterangan : S j = indeks kesamaan antara dua komunitas A = jumlah jenis yang umum di komunitas A dan B B = jumlah jenis yang hanya ditemukan di komunitas A C = jumlah jenis yang hanya ditemukan di komunitas B.

3.5.6 Uji t -student

Keanekaragaman jenis kupu-kupu antara habitat terestrial dan riparian dapat dibandingkan dengan menggunakan uji-t. Menurut Hutcheson 1970, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam uji t statistik adalah sebagai berikut: Langkah 1. Variasi pendugaan Indeks Shannon var H = ∑ pi ln pi² -∑ pi ln pi² + S – 1 N 2N² Langkah 2. Menduga t hitung t hitung = H1’ – H2’ Var H1’ + Var H2’ ½ Langkah 3. Menentukan derajat bebas df = Var H1’ + Var H2’² Var H1’ ²N1 + VarH2’²N2 Langkah 4. Menyusun hipotesis H0: tidak ada perbedaan keanekaragaman spesies antara habitat terestrial dan riparian. H1: terdapat perbedaan keanekaragaman spesies antara habitat terestrial dan riparian . Langkah 5. Pengambilan keputusan Jika t hitung t tabel, maka terima H0 dan jika t hitung t tabel, maka tolak H0 dan terima H1.

3.5.7 Analisis vegetasi

Kelimpahan jenis vegetasi diketahui berdasarkan Indeks Nilai Penting INP. INP suatu jenis dalam komunitas tumbuhan memperlihatkan tingkat peranan jenis-jenis tersebut dalam suatu komunitas. INP ditentukan menggunakan tiga parameter kuantitatif yang akan memberikan gambaran komposisi tumbuhan dari habitat yaitu Kerapatan Relatif, Dominasi Relatif, dan Frekunsi Relatif. Rumusan INP adalah sebagai berikut Indriyanto 2006 : Kerapatan = jumlah individu dalam setiap plot luas plot contoh Kerapatan Relatif = jumlah individu suatu jenis x 100 jumlah individu semua jenis Dominasi = luas bidang dasar suatu jenis luas plot contoh Dominasi Relatif = dominasi jenis-jenis x 100 jumlah dominasi jenis Frekuensi Jenis = jumlah titik yang ada suatu jenis x 100 jumlah semua titik Frekuensi Relatif = frekuensi jenis x 100 jumlah frekuensi jenis Indeks Nilai Penting = KR + FR + DR

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Sejarah Kawasan

Pada tahun 1941 Kawasan Gunung Ciremai merupakan kawasan hutan lindung yang ditunjuk oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan fungsi utama pengaturan tata air, pencegah erosi, sedimentasi, longsor, banjir dan bencana alam akibat letusan gunung merapi, menjaga kesuburan tanah areal di bawahnya dan kelestarian flora dan fauna di dalam ekosistemnya. Seiring dengan perkembangan periode pengelolaan hutan di Indonesia, pada tanggal 10 Maret 1978, Kawasan Hutan Gunung Ciremai telah ditunjuk menjadi hutan produksi wilayah kerja unit produksi Unit III Perum Perhutani dengan SK Menteri Pertanian Nomor 143KptsUm31978. Perubahan status kawasan menjadi hutan produksi menyebabkan terganggunya fungsi utama kawasan Gunung Ciremai karena terdapat pengelolaan tanah secara intensif dan penebangan hutan alam yang diganti dengan pohon pinus sehingga mengurangi habitat tumbuhan dan satwa liar. Pada tanggal 4 Juli 2003 Kawasan Hutan Gunung Ciremai yang dikelola Perum Perhutani berubah status menjadi Hutan Lindung Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No. 195Kpts-II2003. Kawasan Hutan Lindung Gunung Ciremai kemudian mengalami perubahan fungsi menjadi taman nasional dengan dikeluarkannya surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 424Menhut-II2004 tanggal 19 Oktober 2004 tentang perubahan fungsi kawasan hutan lindung Gunung Ciremai menjadi taman nasional. Pada tanggal 30 Desember 2004 dilakukan penunjukan Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Jawa Barat II sebagai pengelola Taman Nasional Gunung Ciremai TNGC hingga terbentuknya organisasi Taman Nasional Gunung Ciremai berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK. 140IVSet-32004.