Pada satu pihak, pemidanaan dimaksudkan untuk memperbaiki sikap atau tingkah laku terpidana dan di pihak lain pemidanaan itu juga dimaksudkan untuk
mencegah orang lain dari kemungkinan melakukan perbuatan yang serupa. Pandangan ini dikatakan berorientasi kedepan forward-looking dan sekaligus
mempunyai sifat pencegahan detterence. Tujuan pemidanaan, yaitu pencegahan prevention dan retribusi
retribution. Dasar retribusi dalam just desert model menganggap bahwa pelanggar akan dinilai dengan sanksi yang patut diterima oleh mereka mengingat
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya, sanksi yang tepat akan mencegah para kriminal melakukan tindakan-tindakan kejahatan lagi dan mencegah orang-
orang lain melakukan kejahatan.
4. Jenis – Jenis Sanksi Pidana
Pasal 10 KUHP mengatur jenis pidana yang terdiri dari lima Pidana Pokok dan tiga pidana tambahan, yaitu
40
c. Pidana Pokok, yang terdiri dari :
:
6. Pidana Mati
Pidana Mati adalah pidana yang terberat dari semua pidana, yang hanya diancamkan pada kejahatan yang terkejam. Pidana mati
dianggap pidana yang paling tua, setua umur manusia, sehingga menimbulkan pro dan kontra dalam penggunanaanya. Menurut
KUHP warisan belanda, ada 9 sembilan tindak pidana yang dapat dikenakan pidana mati yaitu;
41
a. Pasal 104 makar terhadap Presiden dan wakil presiden
40
Aruan Sakidjo, dan Bambang Poernomo, Hukum Pidana Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Kodifikasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990 hlm 71.
41
Marlina, Op Cit, hlm 86
b. Pasal 111 ayat 2 Membujuk negara asing bermusushan atau
berperang, jika permusuhan itu dilakukan atau jadi perang c.
Pasal 124 ayat 1 membantu musuh waktu perang d.
Pasal 124 bis menyebabkan atau memudahkan huru – hara e.
Pasal 140 ayat 3 makar terhadap raja atau kepala negara sahabat yang direncanakan dan berakibat maut
f. Pasal 340 Pembunuhan berencana
g. Pasal 365 ayat 4 pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan mati atau luka berat h.
Pasal 444 pembajakan dilaut pesisir dan disungai yang mengakibatkan kematian
i. Pasal 479 k ayat 2 kejahatan penerbangan
j. Pasal 479 ayat 2 kejahatan terhadap sarana dan prasarana
penerbangan 7.
Pidana Penjara Pidana penjara adalah bentuk pidana yang dikenal juga dengan
pidana pencabutan kemerdekaan. Didalam KUHP, jenis pidana ini digolongkan pidana pokok. Pada umumnya hukuman penjara
dijalani dalam suatu ruangaan tertentu.
42
8. Pidana Kurungan
Pidana penjara disamping menimbulkan rasa derita pada narapidana karena kehilangan
kemerdekaan bergerak, membimbing narapidana agar bertobat, mendidik agar menjadi anggota masyarakat yang baik.
Sama halnya dengan pidana penjara pidana kurungan juga merupakan pembatasan kebebasan bergerak dari seornag terpidan
yang dilakukan dengan menutup orang tersebut didalam sebuah lembaga pemasyarakatan dengan kewajiban untuk memenuhi
semua ketentuan tata tertib lembaga pemasyarakatan. Pidana kurungan biasanya dijatuhkan oleh hakim sebagai pidana pokok
ataupun sebagai pengganti pidana denda.
43
42
Ibid, hlm 87
43
Ibid, hlm 110-111
9. Pidana Denda
Pidana denda merupakan jenis pidana pokok yang ketiga didalam Hukum pidana Indonesia yang pada dasarnya hanya dapat
dijatuhkan pada orang dewasa saja. Pada umumnya pidana denda dirumuskan sebagai alternatif dari pidana penjara atau kurungan.
Sehingga pidana denda dapat dipandang sebagai bentuk pidana pokok yang ringan.
44
10. Pidana Tutupan berdasarkan Undang – Undang RI No. 46 Tahun
1946 Berdasarkan Pasal 2 UU RI No 46. Tahun 1946 menyatakan,
a. Dalam mengadili orang yang melakukan kejahatan yang
diancam dengan hukuman penjara karena terdorong oleh maksud yang patut dihormati, hakim boleh menjatuhkan
pidana tutupan. b.
Peraturan dalam ayat 1 tidak berlaku jika perbuatan yang merupakan kejahatan atau cara melakukan perbuatan itu atau
akibat dari perbuatan tadi adalah sedemikian sehingga hakim berpendapat, bahwa hukuman penjara lebih pada tempatnya.
Selanjutnya, Pasal 4 menyatakan bahwa, semua peraturan yang mengenai hukuman penjara berlaku juga terhadap hukuman tutupan, jika peraturan –
peraturan itu tidak bertentangan dengan sifat atau peraturan khusus tentang hukuman tutupan.
45
d. Pidana Tambahan, yang terdiri dari :
4. Pencabutan Hak – hak tertentu
5. Perampasan Barang – barang tertentu dan atau tagihan
44
Ibid, hlm 113
45
Wantjik Saleh, Pelengkap KUHP Perubahan KUHP dan Undang – undang Pidana sampai dengan Akhir Tahun 1980, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm 34
6. Pengumuman Putusan Hakim
Pidana tambahan dapat dijatuhkan bersama – sama dengan pidana pokok, sebagai pidana yang berdiri sendiri atau dapat dijatuhkan bersama – sama dengan
pidana tambahan lainnya.
B. Pidana Bersyarat di Indonesia