TRADISI LOKAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI SOSIAL DALAM MEMPERTAHANKAN SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA TRANSISI (Studi Kasus Tentang Slametan Jumat Legi pada Masyarakat Dusun Bulurejo, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang)

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Tradisi lokal pada masyarakat kita dewasa ini, khususnya masyarakat
perdesaan di seluruh pelosok tanah air masih sering dilakukan. Tradisi atau
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang
sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya transformasi perilaku
kebiasaan yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering
kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Tradisi pada
hakikatnya bukanlah pola prilaku, melainkan suatu dialog yang hidup dan berakar
pada referensi bersama (Pabottinggi, 1986: 16)
Tradisi lokal pada masyarakat desa yang masih dilakukan, seperti
”slamatan”, ”guyuban”, ”soyo”, ”jagongan”, ”sambatan”, ”biodo”, ”rewang”
pada masyarakat di Jawa, perlu dipertahankan dalam masyarakat kita pada masa
sekarang ini, karena tradisi lokal tersebut sebagai modal sosial untuk
menumbuhkan kepedulian antar sesama warga masyarakat.

Menurut Koentjoningrat (Bintarto, 1980:24) menjelaskan nilai budaya orang
Indonesia mengandung 4 (empat) konsep, yakni: (1) manusia itu tidak hidup
sendiri di dunia ini, tetapi dilingkungan oleh komunitasnya, masyarakatnya, dan
alam semesta sekitarnya, (2) manusia pada hakekatnya tergantung dalam segala
aspek kehidupannya kepada sesamanya, (3) manusia harus selalu berusaha untuk

2

sedapat mungkin memelihara hubungan baik dengan sesamanya, (4) manusia
selalu berusaha untuk sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dan
bersama dengan sesama dalam komuniti.
Berdasarkan pendapat tersebut menjelaskan bahwa kelompok masyarakat
yang memiliki tradisi lokal yang sama akan saling berinteraksi dalam bentuk
berkomunikasi. Komunikasi ini, merupakan bentuk dari interaksi sosial, maka
komunikasi dan interaksi sosial dapat dinamakan proses sosial. Komunikasi sosial
merupakan dasar dari semua kehidupan sosial, tanpa komunikasi sosial tak
mungkin ada kehidupan sosial. Komunikasi sosial merupakan hubungan dinamis,
yang menyangkut antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Komunikasi sosial sebagaimana dijelaskan Astrid (dalam Bungin, 2009: 32)
merupakan salah satu bentuk komunikasi yang lebih intensif, di mana komunikasi

terjadi secara langsung antara komunikator dan komunikan, sehingga situasi
komunikasi berlangsung dua arah dan lebih diarahkan kepada pencapaian suatu
situasi integrasi sosial, melalui kegiatan ini terjadilah aktualisasi dari berbagai
masalah yang dibahas.
Sebagaimana pendapat tersebut menjelaskan bahwa komunikasi sosial
sebagai suatu proses sosialisasi dan untuk pencapaian stabilitas sosial, tertib
sosial, penerusan nilai-nilai lama yang dilestarikan oleh suatu masyarakat melalui
komunikasi sosial kesadaran masyarakat dipupuk, dibina, dan diperluas. Melalui
komunikasi sosial

masalah-masalah sosial dipecahkan melalui konsensus.

Sehingga dalam proses komunikasi sosial dapat terjadi adanya kontak sosial
(sosial contact). Dengan adanya hubungan kontak sosial (sosial contact),

3

merupakan tahap pertama terjadinya suatu interaksi sosial, hubungan antar
manusia atau relasi-relasi sosial ini melalui komunikasi.
Pada dasarnya semua perilaku tradisi lokal merupakan sebuah ajang

berkumpul dan berkomunikasi antar sesama anggota komunitas, pada dasarnya
adalah pada saat mereka berkumpul dan berkomunikasi mereka merasa menjadi
satu bagian dalam komunitas tersebut sehingga akan terbentuk suatu komunikasi
sosial antar sesamanya.
Efek yang ditimbulkan dari bentuk perilaku tradisi lokal sebagai media
komunikasi sosial tersebut, yaitu adanya solidaritas dan akan menyebabkan
komunitas tersebut memiliki kolektivitas (collectivity). Artinya “sharing”
terhadap nilai yang terjadi pada setiap individu yang menjadi anggota komunitas.
Setiap tindakan akan berkesesuaian satu sama lain. sehingga kehidupan bersama
berada dalam situasi berkeseimbangan.
Salah satu tradisi lokal yang masih dilakukan dan dipertahankan pada
masyarakat perdesaan adalah “slamatan jumat legi”. Tradisi slamatan jumat legi
merupakan tradisi yang dilakukan oleh warga secara rutin sebulan sekali sesuai
dengan penanggalan jawa, yakni setiap malam jumat legi. Malam jumat legi bagi
masyarakat Jawa Timur dianggap sebagai malam keramat. Kegiatan slamatan
jumat legi dilaksanakan di salah satu rumah warga secara bergantian, dan setiap
warga membawa nasi berkat untuk dimakan bersama seusai membaca doa
bersama. Setelah itu dilanjutkan dengan sosialisasi dan interaksi komunikasi antar
sesama warga dan pengurus kelompok.
Setiap manusia senantiasa saling berinteraksi antar individu dengan individu

lainnya dalam masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Media yang

4

digunakan dalam berinteraksi sosial dalam masyarakat dikenal sebagai media
komunikasi sosial. Konsep media sebagai komunikasi sosial dalam penelitian ini
lebih mengacu pada fungsi sosial daripada bentuk fisik media itu sendiri. Media
komunikasi sosial yaitu di dalam masyarakat diperlukan hubungan atau relasi.
Untuk itu masyarakat memerlukan landasan material untuk melakukan kegiatan
dengan menggunakan

alat transportasi,

serta landasan spiritual,

untuk

mengadakan komunikasi dengan menggunakan bahasa dan isyarat. Transformasi
dan informasi, merupakan mekanisme yang memungkinkan komunikasi dan relasi
berlangsung lancar.

Sangat sedikit literatur yang secara spesifik menjelaskan konsep media
komunikasi sosial. Kebanyakan para sarjana hanya mengklasifikasikan media
secara dikotomis, itu pun diukur dari teknologi, luas lingkup atau dari saluran
komunikasinya. Sebelum media berkembang menjadi interaktif, Rogers
membedakan komunikasi atas saluran komunikasi interpersonal dan komunikasi
massa. Sedang pembedaan yang umum digunakan antara lain media tradisional –
media modern, media mikro – media makro, media rakyat – media massa
(Yuliarso, 1997: 55).
Dikotomi tradisional – modern dalam kacamata Oepen (1987:11)
didasarkan pada saluran komunikasi yang digunakan. Media tradisional merujuk
pada sarana komunikasi yang secara alami telah ada dan dimiliki masyarakat,
Sedangkan konsep media modern merujuk pada mass ‘mediated’ communication
system yang kita kenal dengan istilah media massa.
Dari rujukan di atas, ada dua hal yang bisa dipahami. Pertama, bahwa
pengertian baik media komunikasi sosial tradisional merupakan saluran

5

komunikasi yang secara asli (indegenuous media) telah ada dan digunakan dalam
kehidupan sosial masyarakat. Kedua, bahwa titik berat media komunikasi pada

kemampuan dan fungsinya sebagai hiburan, informasi bukan pada bentuk fisik
dari media tersebut.
Dengan kata lain, sebelum media massa hadir di tengah masyarakat
sebagai pranata sosial yang berfungsi informatif, bukan berarti masyarakat tidak
memiliki saluran komunikasi dalam kehidupan sosial. Pada masa itu fungsi-fungsi
informatif masih numpang pada pranata-pranata sosial lain yang memungkinkan
adanya interaksi satu sama lain semisal, pasar, tempat ritual bahkan komunitas.
Tradisi lokal yang masih berlangsung dan dilaksanakan oleh masyarakat desa
dapat mempertahankan solidaritas sosial pada masyarakat, karena dengan
dilakukannya tradisi lokal individu dengan individu sering berinteraksi dan
berkomunikasi secara langsung sehingga menumbuhkan rasa kebersamaan antar
masyarakat tersebut.
Secara umum, kondisi solidaritas sosial dalam masyarakat masih berjalan
dengan baik. Guna memelihara nilai-nilai solidaritas sosial masyarakat secara
sukarela di era sekarang ini perlu ditumbuhkan dari interaksi sosial yang
berlangsung karena ikatan kultural sehingga munculnya kebersamaan
komunitas yang unsur-unsurnya meliputi: seperasaan, sepenanggungan, dan
saling butuh. Pada akhirnya menumbuhkan kembali solidaritas sosial. Karena
solidaritas sosial adalah kekuatan persatuan internal dari suatu kelompok dan
merupakan suatu keadaan hubungan antara individu atau kelompok didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama serta diperkuat

pengalaman emosional bersama.

6

Berdasarkan hasil jejak pendapat ”Kompas”, sebagian besar responden
(N=747) sekitar tiga perempat bagian, melihat kondisi saling membantu
(tolong menolong, gotong royong, toleransi, dan penghargaan antar kelompok
masih berlangsung secara baik, bahkan sebagian kecil membaik di masyarakat.
Sikap saling menghargai identitas primordial termasuk indikator yang paling
diapresiasi, sementara kesenjangan sosial yang paing kuat respon negatifnya
(Kompas, 20 Desember 2010).
Kondisi solidaritas sosial berdasarkan jejak pendapat Kompas tersebut
menunjukkan bahwa pada masyarakat desa solidaritas sosial masih berjalan
dengan baik dan terpelihara dan dipertahankan sebagai tradisi lokal yang
memiliki nilia-nilai kearifan lokal ditengah era globalisasi sekarang ini.
Berdasarkan hasil penelitian Nasution, (2009: 201) menjelaskan,
solidaritas sosial pada masyarakat desa transisi tumbuh dari pertautan antara
nilai tradisi lokal yang masih dilakukan oleh warga dusun dengan nilai modern
yang berlaku pada warga perumahan, akibatnya terjadinya antar kedua warga
tersebut.

Ada dua aspek yang melatarbelakangi arti pentingnya penelitian ini, yaitu
realitas empirik (das sain) dan realitas teoritik (das sallen). Realitas empirik antara
lain: (a) semakin banyaknya pembangunan pemukiman baru di wilayah pedesaan,
sehingga terbentuknya dua tipologi karakteristik masyarakat desa transisi, salah
satunya adalah masyarakat desa Saptorenggo Kecamatan Pakis, Kabupaten
Malang, dengan kondisi karakteristik nilai-nilai yang saling mempengaruhi,
khususnya prilaku solidaritas sosial, (b) Masih dipertahankan dan dilakukan nilainilai tradisi lokal dalam kehidupan bermasyarakat, seperti: kegiatan soyo atau

7

sambatan, rewang, nonggo, klontang, buwuh atau sambatan, selamatan, tahlilan
dan lain-lainnya, (c) kondisi berkurangnya lahan pertanian warga akibat
banyaknya pembangunan perumahan, sehingga menyebabkan banyaknya warga
dusun yang beralih mata pencaharian dari pertanian ke non pertanaian.
Sedangkan realitas teoritik (das sallen), yaitu sepanjang pengetahuan
peneliti belum dijumpai penelitian terdahulu yang secara khusus mengkaji tradisi
lokal sebagai media komunkasi sosial dalam mempertahankan solidaritas sosial
pada karakteristik masyarakat desa transisi.
Upaya memelihara solidaritas sosial tidaklah semudah yang dibayangkan,
karena solidaritas sosial akan terus berkembang menuju kehidupan sosial yang

modern. Mampukah perilaku tradisi lokal

selamatan jumat legi yang masih

berjalan pada masyarakat desa, khususnya masyarakat desa transisi sebagai media
komunikasi sosial dalam mempertahankan solidaritas sosial? Apakah tradisi lokal
selamatan jumat legi dapat beradaptasi dengan masuknya nilai-nilai modern yang
mementingkan sikap individualitas dan tidak mengandung nilai-nilai kearifan
lokal membentuk solidaritas sosial baru pada masyarakat desa transisi? Namun
mau tidak mau keadaan ini pasti akan terjadi, karena adanya arus globalisasi yang
akan sangat berpengaruh terhadap perubahan pada nilai-nilai solidaritas sosial
masyarakat.
Dengan alasan tersebut, menjadi penting untuk melakukan penelitian
tentang tradisi lokal dan pergeseran solidaritas sosial. Jalinan prilaku tradisi lokal
selamatan jumat legi sebagai media komunikasi sosial dalam mempertahankan
solidaritas yang hidup dalam masyarakat desa transisi tersebut memiliki potensi
untuk berkembang sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini.

8


Masyarakat desa transisi Menurut Riggs (dalam Soelaiman, 1998: 35)
adalah terjadinya percampuran antara nilai-nilai tradisional dengan proses
modernisasi atau dengan pengertian lain merupakan masyarakat peralihan
(transisi) dari masyarakat tradisional menuju masyarakat industri, di mana
tumpang tindih (overlapping) diantara kedua nilai tersebut.
Hal ini dapat dilihat pada masyarakat Jawa, khususnya di desa pinggiran
kota (transisi) nilai-nilai yang bersumber dari mitos, ritus, dan etika. Di mana
mitos Jawa bersumber dari wayang, yang sangat erat dengan simbol-simbol.
Implikasi dari mitos tersebut menimbulkan perilaku yang lebih menekankan pada
perasaan, sebab yang dituju adalah selaras dengan alam. Dalam hal ini ritus yang
manarik adalah ”slametan”. Ritus sebagai dimensi agama mempunyai hubungan
dengan Yang Kuasa dan dengan seagama.
Kehadiran Islam Jawa, umumnya dipeloporoi oleh paham mistik Kejawen.
Paham ini juga dimotori oleh hadirnya aliran kebatinan yang cukup banyak di
Jawa. waktu itu, memang ada asumsi dengan masuknya Islam di Jawa agama asli
Jawa (kebatinan dan mistik) dianggap syirik. Apalagi orang Jawa sering
melakukan tradisi ritual slametan, membakar kemenyan, dan sejumlah ritual
pemujaan roh leluhur, tampaknya dianggap tindakan yang kurang sejalan dengan
Islam. Namun demikian, kalau serta merta apa yang dilakukan orang Jawa
tersebut dituduh syirik jelas akan menolak mentah-mentah, karena tradisi leluhur

pun mengajarkan demikian. Untuk itu para wali mencoba memanfaatkan seni
tradisi yang telah populer di Jawa sebagai upaya penyebaran agama Islam, seperti
melalui wayang, dan lagu rakyat, seperti tembang ilir-ilir. Melalui tembang ini,

9

Wali Sanga mencoba menanamkan Islam secara halus dan estetis. (Endraswara,
2012: 78).
Tegasnya, Islam Jawa memang sebuah fenomena yang mencoba
menggabungkan antara agama dan prilaku budaya. Karena itu, meskipun sedikit
ragu, Damami (2002:94) menamakan perilaku religi Jawa demikian disebut Islam
kultural. Islam kultural merupakan ritual agama yang tak murni lagi, melainkan
sebuah percampuran lembut di antara dua atau lebi aspek agama. Dalam istilah
lain, Woordward (1999: 56) menyebut Islam semacam itu sebagai “agama rakyat”
(popular religion).
Ritus slamatan begitu kuat dalam faham masyarakat Jawa. Sedangkan
nilai-nilai modern yang terjadi pada masyarakat desa pinggiran dampak dari
pembangunan adalah masyarakat menjadi heterogen sebagaimana pada tingkat
pendidikan, pada profesi pekerjaan, dan kepercayaannnya, peralihan mata
pencaharian di bidang agraris (pertanian) menjai mata pencaharian bidang non
pertanian, seperti berdagang, buruh pabrik, buruh bangunan, dan lain-lain.
Kondisi tersebut terutama terjadi di desa-desa di Pulau Jawa, khususnya
masyarakat desa yang letaknya di pinggiran kota, karena kemajuan komunikasi
dan kecenderungan menjadi pusat perdagangan serta lalu lintas komunikasi yang
akan mengalami perubahan drastis. Perubahan ini akan paling terasa pada
masyarakat desa transisi dalam pergeseran solidaritas sosial.
Sebagai salah satu masyarakat desa transisi adalah Dusun Bulurejo, Desa
Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang sebagai masyarakat transisi
memiliki karakteristik sebagaimana tersebut di atas.

10

Berdasarkan latar belakang tersebut, pentingnya penelitian ini dilakukan
untuk menganalisis ”Prilaku Tradisi Lokal Sebagai Media Komunikasi Sosial
Masyarakat Desa Transisi dalam Mempertahankan Solidaritas Sosial (Studi Kasus
Prilaku Tradisi Lokal Slamatan Jumat Legi pada Masyarakat Dusun Bulurejo
Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang sebagai Masyarakat
Transisi).

1.2.

Perumusan Masalah
Berdasarkan konteks penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan di atas,

maka yang menjadi fokus penelitian atau rumusan masalah penelitian ini secara
umum adalah ”Bagaimana prilaku tradisi lokal Slamatan Jumat Legi sebagai
media komunikasi sosial pada masyarakat desa transisi dalam mempertahankan
solidaritas sosial”. Secara lebih rinci yang ingin dijawab dalam penelitian ini
dapat dijabarkan sebagai berikut.
a.

Mengapa tradisi lokal Slametan Jumat legi masih dilakukan oleh masyarakat
Dusun Bulurejo Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa
transisi?

b.

Bagaimana proses kegiatan Slamatan Jumat Legi warga Dusun Bulurejo Desa
Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi?

c.

Bagaimana proses interaksi yang terjadi dalam acara Slametan Jumat Legi
sebagai media komunikasi sosial pada warga Dusun Bulurejo sebagai
masyarakat desa transisi.

d.

Apakah perilaku tradisi lokal Slamatan Jumat Legi sebagai media komunikasi
sosial dapat berfungsi mempertahankan solidaritas sosial pada masyarakat

11

Dusun Bulurejo Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa
transisi?

1.3.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan ”Mendeskripsikan prilaku tradisi sosial

Slamatan Jumat Legi sebagai media komunikasi sosial pada masyarakat Dusun
Bulurejo Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi
dalam mempertahankan solidaritas sosial.
Menganalisis faktor-faktor apa saja yang menyebabkan tradisi lokal Slamatan

a.

Jumat legi masih dilakukan oleh masyarakat Dusun Bulurejo Desa
Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi.
Menganalisis proses kegiatan Slametan Jumat pada warga Dusun Bulurejo

b.

sebagai masyarakat desa transisi.
Menganalisis interaksi yang terjadi dalam cara Slamatan Jumat Legi sebagai

c.

media interaksi sosial pada warga dusun sebagai masyarakat desa transisi.
Menganalisis perilaku tradisi lokal Slametan Jumat Legi sebagai media

d.

Komunikasi sosial yang dapat mempertahankan solidaritas sosial pada
masyarakat Dusun Bulurejo.

1.4.

Kegunaan Penelitian

Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan implikasi
sebagai berikut.

12

1. Kegunaan Teoritis
a. Kontribusi ilmiah dalam kajian sosiologi komunikasi, khususnya tentang
tradisi lokal sebagai media komunikasi sosial dalam mempertahankan
solidaritas sosial pada masyarakat desa transisi.
b. Kontribusi ilmiah dalam kajian sosiologi komunikasi, khususnya yang
berkenaan dengan manfaat tradisi lokal sebagai media komunikasi sosial
dalam mempertahankan solidaritas sosial masyarakat desa transisi di era
sekaran ini.
c. Sebagai informasi bagi para peneliti, terutama ilmuwan sosial tentang
tradisi sosial sebagai media komunikasi sosial,

solidaritas sosial, dan

masyarakat desa transisi serta permasalahannya yang menarik untuk dikaji
lebih lanjut.
2. Kegunaan Praktis
a. Sebagi input bagi pihak-pihak yang berkompeten (terutama pemerintah propinsi, kabupaten, dan desa) sebagai arah evaluasi kebijakan
dalam menjaga tradisi lokal dan solidaritas sosial masyarakat desa transisi
pada masa sekarang ini.
b. Memberikan

gambaran

tentang wujud perilaku tradisi lokal sebagai

media komunikasi sosial dalam mempertahankan solidaritas sosial pada
masyarakat desa transisi kepada pemerintah daerah.
.
1.5.

Penegasan Istilah
Istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

13

a.

Tradisi lokal Slamatan Jumat Legi adalah tradisi yang dilakukan oleh warga
secara rutin sebulan sekali sesuai dengan penanggalan jawa, yakni setiap
malam jumat legi. Malam jumat legi bagi masyarakat Jawa Timur dianggap
sebagai malam keramat.
b. Media Komunikasi Sosial dalam penelitian ini merupakan cara untuk
berinteraksi sosial dan menyampaikan informasi. Fungsi informatif melalui
pranata sosial yang memungkinkan adanya interaksi satu sama lain,
misalnya tempat ritual atau tradisi lokal. Melalui media sebagai sarana
komunikasi sosial ini masalah-masalah sosial dapat dipecahkan. Selain itu
dengan adanya dialog antara individu-individu atau antara komunikator
dengan komunikan dan antar khalayak sendiri, integrasi sosial akan dapat
diukur dari keterlibatan secara emosional dalam bentuk ikatan. (Bungin,
2011: 32).

c.

Solidaritas sosial adalah kepedulian dan rasa kebersamaan dalam kelompok
masyarakat yang menunjukkan pada suatu keadaan hubungan antara
individu/kelompok yang didasarkan persamaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama.

d.

Masyarakat Desa Transisi adalah masyarakat yang memiliki karakteristik:
(a) terjadinya tumpang tindih antara nilai-nilai tradisional dengan proses
modern (Riggs dalam Soelaiman, 1998). (b) masyarakat desa yang
mengalami peralihan dari mata pencaharian di bidang agraris (pertanian)
menuju mata pencaharian non pertanian, (c) kawasan desa pinggiran kota,
kawasan dimana semakin tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan
industri, perdagangan, dan pengembangan kawasan perumahan.

14

TRADISI LOKAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI SOSIAL DALAM
MEMPERTAHANKAN SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA TRANSISI
(Studi Kasus Tentang Slametan Jumat Legi pada Masyarakat Dusun Bulurejo,
Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang)

TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Magister Sosiologi

Diajukan oleh:

ZULKARNAIN
NIM 09250092

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

TESIS
Dipersiapkan dan disusun oleh:

ZULKARNAIN
NIM 09250092
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada tanggal 21 Juli 2012

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua

: Prof. Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si

.......................................

Sekretaris

: Dr. Muslimin Machmud, M.Si

.......................................

Penguji I

: Dr. Vina Salviana DS, M.Si

.......................................

Penguji II

: Dr. Achmad Habib, M.A

......................................

TRADISI LOKAL SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI SOSIAL DALAM
MEMPERTAHANKAN SOLIDARITAS SOSIAL MASYARAKAT DESA TRANSISI
(Studi Kasus Tentang Slametan Jumat Legi pada Masyarakat
Dusun Bulurejo, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang)

Yang diajukan oleh:
ZULKARNAIN
NIM 09250092

Telah disetujui
Tanggal,
Agustus 2012

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si

Dr. Muslimin Machmud, M.Si

Direktur
Program Pascasarjana

Ketua Program Studi
Magister Sosiologi

Dr. Latipun, M.Kes

Dr. Vina Salviana DS, M.Si

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya
Nama

: Zulkarnain

NIM

: 09250092

Program Studi

: Sosiologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul
Tradisi Lokal Sebagai Media Komunikasi Sosial dalam Mempertahankan
Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi (Studi Kasus Tentang Slametan
Jumat Legi pada Masyarakat Dusun Bulurejo, Desa Saptorenggo,
Kecamatan Pakis, Kanupaten Malang).
Adalah hasil karya ssendiri dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah
yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
Peguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara
tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumbert kutipan dan daftar
pustaka.
2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur
PLAGIASASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN, dan GELAR
AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS
ROYALTY NON EKSKLUSIF.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Malang, 9 September 2012
Yang menyatakan

Zulkarnain

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karuniaNya, penulis
dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul “Tradisi Lokal sebagai Media
Komunikasi Sosial dalam Mempertahankan Solidaritas Sosial Masyarakat Desa Transisi
(Studi Kasus Perilaku Tradisi Lokal Slametan Jumat Legi pada Masyarakat Dusun
Bulurejo Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis Kabupaten Malang sebagai Masyarakat
Desa Transisi)”.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar magister
pada Program Studi Sosiologi Kosentrasi Sosiologi Komunikasi pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.
Tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi masalah: (1)
Mengapa tradisi lokal Slamatan Jumat legi masih dilakukan oleh masyarakat Dusun
Bulurejo Desa Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi. (2)
Bagaimana proses kegiatan Slamatan Jumat Legi warga Dusun Bulurejo Desa
Saptorenggo Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi. (3) Bagaimana proses
interaksi yang terjadi dalam acara Slametan Jumat Legi sebagai media komunikasi sosial
pada Warga Dusun Bulurejo sebagai Masyarakat Desa Transisi. (4) Apakah perilaku
tradisi lokal Slamatan Jumat Legi sebagai media komunikasi sosial yang berfungsi untuk
mempertahankan solidaritas sosial pada masayarakat Dusun Bulurejo Desa Saptorenggo
Kecamatan Pakis sebagai masyarakat desa transisi.

i

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih perlu disempurnakan, oleh
karena itu masukan demi perbaikan tulisan ini sangat penulis harapkan. Akhirnya
semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca tulisan ini
umumnya.
Penulisan ini dapat penulis selesaikan berkat bimbingan dosen Pembimbing Utama
dan dosen Pembimbing Pendamping. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dari lubuk hati yang dalam kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses
penelitian dan penulisan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
2. Bapak Dr. Muslimin Machmud, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang
telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses
penelitian dan penulisan sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Dr. Vina Salviana DS, M.Si selaku dosen penguji I dan sekaligus sebagai Ketua
Program Studi Magister Sosiologi UMM dan Bapak Dr. Achmad Habib, M.A selaku
dosen penguji II, kedua dosen ini telah bersedia untuk menguji penulis dan
memberikan saran dan masukan agar tesis ini lebih berkualitas.
4. Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Bapak Dr. Muhadjir Effendy, MAP
sebagai pimpinan Universitas tempat saya studi S2.
5. Direktur

Program

Pascasarjana,

Dr.

Latipun,

penyelenggaraan Program Pascasarajana UMM.

ii

M.Kes

sebagai

pimpinan

6. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan, saran, dan dorongan demi selesainya penelitian dan penulisan tesis ini.
Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis
mendapatkan balasan pahala berlimpah dari allah SWT. Disadari bahwa penulisan tesis
ini masih terdapat kekurangan, walaupun sudah dikerahkan segala kemampuan untuk
lebih teliti, namun masih dirasakan ada beberapa kelemahan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan semua pihak yang membutuhkan tema pada tulisan ini.

Malang,

Penulis,

Juli 2012

DAFTAR ISI
halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................
ABSTRAK ........................................................................................................
ABSTRACT......................................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................................

DAFTAR TABEL ............................................................................................
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

i
iv
vi
viii
x
xi

xiii

BAB I

PENDAHULUAN .........................................................................
1.1. Latar Belakang .......................................................................
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................
1.4. Kegunaan Penelitian ...............................................................
1.5. Penegasan Istilah ....................................................................

1
1
10
11
11
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
2.1. Tradisi Lokal .........................................................................
2.2. Konsep Keselamatan pada Masyarakat Jawa ........................
2.3. Media Komunikasi Sosial .....................................................
2.4. Interaksi Simbolik yang Terjadi dalam Masyarakat .............
2.5. Pertukaran Sosial (Social Change) .......................................
2.6. Kosep dan Teori Tindakan Sosial .........................................
2.7. Teori dan Konsep Solidaritas Sosial .....................................
2.7.1. Teori Solidaritas Sosial ..............................................
2.7.2. Konsep Solidaritas Sosial ...........................................
2.7.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Solidaritas....................................................................
2.8. Konsep dan Hakekat Masyarakat Desa Transisi ...................
2.9. Lingkungan Pemukiman Desa dan Kota ...............................
2.10. Peran Kelembagaan Lokal dan Elit Lokal dalam
Mempertahankan Solidaritas Sosial Masyarakat ..................
2.11. Hubungan Solidaritas Sosial dengan Partisipasi
dalam Pembangunan pada Masyarakat Desa Transisi ..........
2.12. Penelitian Terdahulu .............................................................

14
14
16
21
25
28
32
34
34
39

METODE PENELITIAN ............................................................
3.1. Pendekatan Penelitian ............................................................
3.2. Pemilihan Lokasi Penelitian ...................................................

73
73
74

BAB III

viii

43
46
56
60
68
71

BAB IV

BAB V

3.3. Metode Penetapan Subyek Penelitian ....................................

75

3.4.
3.5.
3.6.
3.6.

79
83
85
86

Sumber dan Teknik Pengumpulan Data .................................
Teknik Analisisi Data .............................................................
Teknik Keabsahan Data .........................................................
Kerangka Pemikiran ...............................................................

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................
88
4.1. Profil Dusun dan Karakteristik Masyarakat Dusun Bulurejo...
4.1.1. Profil Dusun Bulurejo Desa Saptorenggo .....................
88
4.1.2. Karakteristik Masyarakat Dusun Bulurejo ...................
91
4.1.3. Pola Keberagamaan Masyarakat Dusun Bulurejo ........
92
4.2. Faktor Penyebab Tradisi Lokal Slametan Jumat Legi masih
dilakukan oleh Masyarakat Dusun Bulurejo sebagai Masyarakat
Desa Transisi .............................................................................
94
4.3. Proses Kegiatan Slametan Jumat Legi pada Warga Dusun
Bulurejo sebagai Masyarakat Desa Transisi ................................ 108
a. Prilaku Ziarah Kubur ............................................................. 109
b. Persiapan Nasi Berkat ........................................................... 118
c. Pelaksanaan Slametan Jumat Legi ......................................... 120
d. Kegiatan Yasinan dan Tahlilan ............................................... 129
4.4. Interaksi yang terjadi dalam Acara Slametan Jumat Legi Sebagai
Media Komunikasi Sosial bagi Warga dusun Bulurejo Sebagai
Masyarakat Desa Transisi ............................................................. 137
4.5. Prilaku Slametan Jumat Legi Sebagai Media Komunikasi Sosial
Dalam Mempertahankan Solidaritas Sosial bagi Masyarakat
Dusun Bulurejo sebagai Masyarakat Desa Transisi ...................... 147
a. Soyo atau sambatan .................................................................. 149
b. Rewang .................................................................................... 156
c. Buwuh ..................................................................................... 161
d. Nglayat atau Taqziyah .............................................................. 163
e. Gotong Royong ...................................................................... 166
f. Bari’an .................................................................................... 169
KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 175
5.1. Kesimpulan ................................................................................... 175
5.2. Saran ............................................................................................. 177

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 178

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17
18
19
20
21
22.
23
24
25
26
27

Interaksi dalam Perbuatan Individu .............................................
Kurva Distribusi Frekuensi Masyarakat Prismatik ......................
Sistem Hirarki Keruangan Wilayah Perkotaan ............................
Universum Pembangunan Lembaga Lokal ..................................
Skema Rancangan Penelitian .......................................................
Foto Bapak Gunawan, Kepala Dusun ..........................................
Foto Bapak Sumarto,Tokoh Pemuda ...........................................
Foto Bapak Kadi, Tokoh Agama ................................................
Foto Bapak Remen, Warga Dusun Bulurejo...............................
Foto Bapak Sutrisno, Warga Dusun Bulurejo .............................
Komponen Analisis Data Model Interaktif .................................
Skema Kerangka Penelitian .........................................................
Jalan akses utama menuju Dusun Bulurejo .................................
Salah satu dari lima perumahan yakni Bandara Elfira ................
Salah stu akses jalan menuju Dusun Bulurejo ............................
Warga Dusun Bulurejo RT 3 Saat melaksanakan Slametan .......
Suasana penjual dan pembeli kembang setaman dekat makam
Dusun Bulurejo saat menjelang Slametan Jumat Legi................
Salah seorang warga dusun saat ziarah kubur ke makam
keluarga dan mengirimkan doa untuk arwah leluhurnya.............
Kembang Setaman ......................................................................
Nasi berkat yang dibawa salah seorang warga pada saat
Slametan Jumat Legi atau disediakan tuan rumah ................
Warga Dusun Bulurejo sedang melaksanakan Slametan
Jumat Legi dalam bentuk kelompok kecil ............................
Kegiatan slametan Jumar Legi yang diselenggarakan oleh
warga dalam jumlah kelompok satu RT ....................................
Bagan Proses Pelaksanaan Slametan Jumat Legi Warga
Dusun Bulurejo .........................................................................
Kegiatan pertemuan para pengurus jamaah yasinan/tahlilan
di dusun ....................................................................................
Warga saling berinteraksi antar satu dengan lain sebagai
media komunikasi sosial ...........................................................
Interaksi yang terjadi antar individu pada Slametan Jumat Legi
sebagai media komunikasi sosial bagi warga Dusun Bulurejo...
Kegiatan soyo (gotong royong membangun rumah salah
seorang warga ..........................................................................

xi

halaman
26
53
59
63
74
76
76
77
78
78
84
87
88
89
91
98
109

112
114
119
122
125
128
131
141
142
153

28
29
30

31
32.
32

Kegiatan soyo warga Dusun Bulurejo dalam membangun
rumah salah seorang tetangganya............................................
Suasana rewang memasak para Ibu-Ibu pada acara
hajatan salah seorang warganya .............................................
Warga Dusun para pemuda yang membantu dalam
mempersiapkan pemakaman bagi warganya yang
meninggal dan akan dikuburkan di pemakaman desa.............
Warga dusun bergotong royong saat menggali di
kuburan apabila ada warga yang meninggal ...........................
Kegiatan gotong royong warga dusun saat membuat selokan air..
Proses Slametan Jumat Legi dalam mempertahankan perilaku
Solidaritas Sosial warga Dusun Bulurejo ..................................

xii

153
158

165
165
167
174

DAFTAR TABEL

Tabel
1.
2
3
4.

Perbedaan Solidaritas Mekanik dengan Solidaritas Organik .........
Makna Interaksi Simbolik Slametan, Jumat Legi, dipandang
dari sisi Agama, Tradisi, dan Sosial ..............................................
Makna Interaksi Simbolik Proses Slametan dan Jumat Legi .........
Perilaku Solidaritas Sosial Warga Dusun yang Masih Berjalan
dan Dilestarikan ............................................................................

x

halaman
36
104
133
172

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
Transkrip wawancara dengan Bapak Gunawan,
Kepala Dusun Bulurejo ............................................................
2.
Transkrip wawancara dengan Bapak Muhammad
Selaku Tokoh Adat Dusun Bulurejo ........................................
3.
Transkrip wawancara dengan Bapak Kardi
Selaku Tokoh Agama ..............................................................
4.
Transkrip wawancara dengan bapak Sutrisno
Salah satu warga dusun yang masih mempertahankan
Slametan Jumat Legi dalam bentuk kelompok ........................
5.
Transkrip wawancara dengan Bapak Sumarto selaku
Tokoh Pemuda Dusun Bulurejo ..............................................
6.
Transkrip wawancara dengan Bapak Remen salah satu warga
Dusun Bulurejo yang rutin ziarah kubur dan ikut slametan
Jumat legi ................................................................................
7.
Foto-Foto Kegiatan Slametan Jumat Legi di Dusun Bulurejo

Xiii

halaman
181
186
189

192
195

198
200

178

DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari Sapari Imam. 1993. Sosiologi Kota dan Desa. Usaha Nasional. Surabaya.
Bachtiar Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Bintarto. R. 1980. Gotong Royong Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Suarabaya: Bina
Ilmu.
Burger D.H. 1983. Perubahan-Perubahan Struktur dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:
Bharatara Karya Aksara.
Bungin Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group
_____________. 2009. Sosiologi Komunikasi. Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Prenada Media Group.
Creswell, John. W. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative Approache. Sage
Publications. USA.
Damami, Muhammad. 2002. Makna Agama dalam Masyarakat Jawa. Yogyakarta: Lesfi.
Eaton, Joseph. W. 1986. Pembangunan Lembaga dan Pembangnan Nasional dari Konsep
Aplikasi. Pandan Guntao dan Aleh Jeni (Penterjemah). Jakarta: UI Press.
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Penerbit Angkasa.
Emizar. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: RajaGrafindo.
Endraswara Suwardi. 2011. Kebatinan Jawa Laku Hidup Utama Meraih Derajat Sempurna.
Yogyakarta: Lembu Jawa.
Endaswara Suwardi. 2012. Falsafah Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Cakrawala
Fattah, Munawar, Abdul. 2006. Tradisi Orang-Orang NU. Yogyakarta: LKIS Printing
Cemerlang.
Ibrahim, Jabal, Tarik. 2003. Sosiologi Pedesaan. Malang: UMM Press.
Koentjaraningrat. 1977. Sistem Gotong Royong dan Jiwa Gotong Royong. Berita Antropologi Th IX No.30 Februari 1977. Jakarta.
Koentajaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: PN Balai Pustaka..
Koestoer, Raldi, Hendro.1997. Perspektif Lingkungan Desa-Kota Teori dan Kasus.
Jakarta: UI Press.

179

La Bella Thomas, J. 1976. Nonformal Education and Social Change in Latin
America. Los Angles: University of. California.
Laksono. P,M. 2009. Tradisi dalam Struktur Masyarakat Jawa Kerajaan dan
Pedesaan.Yogyakarta: Kapel Press.
Lawang Robert M,Z. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia.
Laiya Banibowo.1983. Solidaritas Keluarga Dalam Salah Satu Masyarakat Desa
Nias Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lerner, Daniel. 1983. Memudarnya Masyarakat Tradisional. Penerbit Gadjah Mada University. Jakarta.
Litlejohn, Stephen W, 1996, Theories of Human Communication, edisi ke-5, Belmont,
California, Wadsworth.
Machmud, Muslimin. 2011. Komunikasi Tradisional: Pesan Kaerifan Lokal Masyarakat
Sulawesi Selatan Melalui Berbagai Media Warisan. Yogyakarta: Litera.
Mubyarto dan Kartodirdjo Sartono. 1998. Pembangunan Pedesaan di Indonesia. Penerbit
Liberty Yogyakarta P3PK UGM. Yogyakarta. h. 144-146.
Muhadjir Noeng. 2001. Identifikasi Faktor-Faktor Opinion Leader Inovatif Bagi Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.
Mulder, Niels. 1984. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Jakarta: Sinar Harapan.
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rasadakarya
Oepen, Manfred (ed.). 1988. Developmen Support Communication in Indonesia. Jakarta:
Friedrich-Neumann Stiftung & Indonesian Society for Pesantren and Community
Development (P3M).
Pasaribu IL dan Simanjuntak, B. 1986. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito.
Rogers Everret, M. 1983. Diffusion of Innovations. Abdillah Hanafi (penterjemah). Difusi
Inovasi Penyebaran Ide-Ide Baru Masyarakat. Surabaya: Usaha Nasional.
Santoso Gempur. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Pretasi
Pustaka.
Sajogyo. 1987. Ekologi Pedesaan Sebuah Bunga Rampai. Semarang: Rajawali.
, 2005. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarata: Gajah Mada University Press.

180

Saryono Djoko. 2011. Sosok Nilai Budaya Jawa Rekonstruksi Normatif Idealistis. Malang:
Aditya Media Publishing.
Soemardjan, Selo. 1970. Ilmu Gaib, Kebatinan dan Ilmu Agama dalam Kehidupan Masyarakat
dalam Masalah-Masalah Kerohanian dan Keagamaan. Jakarta: Proyek Bimbingan
Aliran-Aliran Kepercayaan, paham-Paham Keagmaan Depag RI.
Soemardi S.1995. Ngerembug wong Duwe Gawe La wong Buwuh. Panjebar Semangat
No. 52. Sabtu Pon 30 Desember 1995.
Saksono, Gatut, Ign dan Dwiyanto, Djoko. 2012. Faham Keselamatan dalam Budaya Jawa.
Yogyakarta: Ampera Utama
Suseno, Frans magnis. 1988. Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafa tentang Kebijaksanaan Hidup
Jawa. Jakarta: Gramedia.
Soelaiman M. Munandar. 1998. Dinamika Masyarakat Transisi Mencari Alternatif,
Teori Sosiologi dan Arah Perubahan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.
Syam Nina, W. 2009. Sosiologi Komunikasi. Bandung: Humaniora.
Uphoff, Norman T, Cohen John M, Goldsmith Arthur,.A. 1979. Feasibility and Application
of Rural Development Participation. New York: Cornel University.
Woodward, Mark,R. 1999. Islam Jawa Kasalehan Normatif Versus Kebatinan. Yogyakarta:
LKIS Yogyakarta.
Yuliarso, Kurniawan K. 1997. Komunikasi Sosial dan Integrasi Sosial. Laporan Penelitian.
Yogyakarta: UGM.
Sumber lain:
Pabottinggi, Mochtar. 1986. http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2117296pengertian-media-sosial/#ixzz1Z4ZhhvLu. diakses tanggal 15 Januari 2012.
Jejak Pendapat Kompas tentang Solidaritas Sosial. Kompas. 20 Oktober 2011.
https://teddykw1.wordpress.com/2008/03/01/teori-pertukaran-sosial/ diakses tanggal 4 April
2012.
https://myfikr.wordpress.com/2010/04/26/teori-pertukaran-sosial/ dikases tanggal 1 Mei 2012
http://daniswara2012.wordpress.com/2012/03/22/makna-kembang-setaman/diakses tanggal 25
Mei 2012
http://berkarya.um.ac.id/2010/02/05/konflik-dan-lunturnya-solidaritas-sosial-masyarakat-desatransisi-oleh-zulkarnain-nasution/

181

Dokumen yang terkait

Strategi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani di Desa Wonosari, Kecamatan Tg Morawa, Kabupaten Deli Serdang

3 61 96

Pola Adaptasi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Suka Meriah Pasca Bencana Alam Meletusnya Gunung Sinabung (Studi Deskriptif: Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo)

15 124 88

Peran Sosial Badan Kemakmuran Masjid Dalam Meningkatkan Solidaritas Masyarakat Muslim ( Studi Deskriptif Pada Badan Kemakmuran Masjid Di Desa Manis Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan)

8 116 93

Kontribusi tradisi lokal terhadap solidaritas masyarakat (studi kasus tradisi ngarot di desa lela Indramayu

3 24 87

Kontribusi tradisi lokal terhadap solidaritas masyarakat (studi kasus tradisi ngarot di desa Lelea Indramayu)

1 10 87

Tradisi Haul Dan Terbentuknya Solidaritas Sosial (Studi Kasus: Peringatan Haul Kh. Abdul Fattah Pada Masyarakat Desa Siman Kabupaten Lamongan

6 35 77

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

0 3 16

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

2 4 13

Solidaritas Sosial dalam Peristiwa Kematian pada Masyarakat Dusun Ngulu Tengah, Desa Pracimantoro, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

Studi tentang tradisi bersih desa pada masyarakat Desa Rendeng Kecamatan Gebang Kabupaten Purworejo AWAL

0 0 18