2.1.1.2 Teori Struktur Modal 2.1.1.2.1
Agency Theory
Anggota tim manajemen merupakan agen, dan para investor ekuitas sebagai pemilik. Pihak manajemen dianggap sebagai agen dari pemilik
perusahaan, yaitu para pemegang saham. Pihak manajemen diharapakan akan bertindak demi kepentingan para pemegang saham akan
mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan ke pihak manajemen Horne dan Wachowicz, 2007 : 243.
Agar manajemen melaksanakan fungsinya dengan baik maka, pihak manajemen yaitu agen perusahaan diberikan insentif bonus, gaji,opsi saham dan
pengawasan. Pengawasan ini dapat dilakukan melalui metode seperti pengikatan agen, audit laporan keuangan, dan membatasi keputusan pihak manajemen.
Jensen dan Meckling telah mengembangkan teori biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan
untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para
kreditor serta pemegang saham Horne dan Wachowicz, 2007 : 244.
Semakin tinggi kemungkinan biaya pengawasan maka semakin tinggi biaya bunga, tetapi nilai perusahaan akan semakin rendah bagi pemegang
sahamnya.
2.1.1.2.2 Signaling Theory
Menurut Brigham dan Houston 2001 : 36 teori signal isyarat adalah “suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk
bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan ”.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan
cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur modal
Universitas Sumatera Utara
yang normal.
Sedangkan perusahaan
dengan prospek
yang kurang
menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari investor baru untuk berbagi kerugian. Pengumuman emisi saham oleh suatu
perusahaan umumnya merupakan suatu isyarat signal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram, karena apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham berarti memberikan isyarat
negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah. Dalam keadaan normal, perusahaan harus mempertahankan adanya
kapasitas cadangan untuk meminjam reserve borrowing capacity untuk digunakan sewaktu-waktu apabila ada peluang investasi yang baik, dengan kata
lain dalam keadaan normal perusahaan harus menggunakan lebih banyak ekuitas dan lebih sedikit hutang.
2.1.1.2.3 Asymmetric Information Theory
Teori ketidaksamaan informasi asymmetric information theory menurut Brigham dan Houston 2001 : 35 “adalah situasi dimana manajer memiliki
informasi yang berbeda yang lebih baik mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor”, dan hal ini sangat berpengaruh terhadap keputusan
struktur modal yang optimal. Menurut Sartono 2001 : xxii “asymmetric
information dapat terjadi di antara dua kondisi ekstrem yaitu perbedaan informasi yang kecil sehingga tidak mempengaruhi manajemen atau perbedaan yang sangat
signifikan sehingga sangat berpengaruh terhadap manajemen dan harga saham”.
Universitas Sumatera Utara
Teori asimetrik ini sangat besar peranannya didalam manajemen keuangan. Adanya informasi yang tidak simetrik antara insider dengan investor
mengakibatkan kebijakan perusahaan direspon tidak seperti yang diharapkan. Misalnya, penjualan saham perusahaan yang dilakukan untuk memperoleh
tambahan dana guna membiayai investasi yang menguntungkan tidak selalu direspon positif oleh pasar. Pasar mempunyai dua pandangan, pertama penjualan
saham baru sebagai sinyal bahwa perusahaan kesulitan keuangan, struktur modalnya tidak baik. Kedua, pasar menduga bahwa investor atau pemilik
perusahaan ingin keluar dari bisnis, melakukan diversifikasi bisnis yang lain. Dengan kata lain, investor baru mungkin curiga bahwa investor lama, pemilik
perusahaan, ingin berbagi risiko dengan orang lain. Dampak potensial asymmetric information theory adalah timbulnya kegagalan pasar.
2.1.1.2.4 Pecking Order Theory