Kritik atas konsep Uang Panaik

Kritik atas konsep Uang Panaik

dari perspektif Islam. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa uang panaik adalah sejumlah uang yang wajib diserahkan oleh calon mempelai suami kepada pihak ke- luarga calon istri yang akan digunakan se- bagai biaya dalam resepsi perkawinan, di

mana uang tersebut belum termasuk mahar Menurut pandangan masyarakat suku Bu- gis Makassar pemberian uang panaik dalam perkawinan adat mereka adalah suatu ke- wajiban yang tidak bisa diabaikan Tidak ada uang panaik berarti tidak ada perkawinan Karena dari sudut pandang mereka uang pa- naik dan mahar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

94 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 79-98 Kebiasaan inilah yang berlaku pada tamakan kemudahan (altaysir) Dua prinsip

masyarakat suku Bugis Makassar sejak ini merupakan prinsip universal dalam men- lama dan turun menurun dari satu periode

jalankan keseluruhan syari’at Islam Hanya ke periode selanjutnya sampai sekarang

saja, dalam melaksanakan hukum perni- Pada hakikatnya dalam hukum perkawinan

kahan prinsip tersebut jauh lebih ditekan- Islam tidak ada kewajiban untuk memberi-

kan, dalam artian mempersulit terwujudnya kan uang panaik, kewajiban yang ada dalam

pernikahan dan membebani laki-laki de- perkawinan Islam hanyalah memberikan ngan sesuatu yang tidak kuat mereka pikul mahar kepada calon istri

adalah pemicu kerusakan dan bencana Di Apabila ditinjau dari hukum perkawin-

sisi lain, Islam sangat akomodatif terhadap an Islam uang panaik (uang belanja) bu-

kondisi dan kemampuan manusia Tidak kan merupakan salah satu rukun maupun

bisa dipungkiri, mereka berbeda dalam hal syarat Isu ini menarik untuk diulas lebih pendapatan, kebiasaan, tradisi dan lainnya

lanjut karena sebagian besar masyarakat (Mansur 2009) Bugis Makassar adalah beragama Islam,

Islam tidak menyukai penentuan ma- har yang terlalu berat atau di luar jangkau-

sehingga diharapkan cara pandang mere- an kemampuan seorang laki-laki, karena hal ka sesuai dengan Islam Namun faktan- ini dapat membawa akibat negatif (Zuhdi ya, pemberian uang panaik ini merupakan 1988), antara lain: pertama, menjadi ham- adat kebiasaan yang turun temurun dan ti- batan berlangsungnya nikah bagi laki-laki dak bisa ditinggalkan karena mereka telah dan perempuan, terutama bagi mereka yang

meng anggap bahwa uang panaik merupakan sudah merasa cocok dan telah mengikat jan- suatu kewajiban dalam perkawinan Pan-

ji, akibatnya kadang-kadang mereka putus dangan inilah yang menyebabkan uang pa-

asa dan nekad mengakhiri hidupnya; kedua, naik lebih utama dibandingkan mahar, pada

mendorong atau memaksa pihak laki-laki hal dalam hukum Islam mahar adalah lebih

untuk berhutang Hal ini bisa berdampak utama dari walimah sebagaimana dijelaskan

kesedihan bagi suami isteri dan menjadi be- dalam Hadist Rasulullah SAW yang berasal

ban hidup mereka karena mempunyai hu- dari Sahl bin Sa’d yang artinya: Dari Sahl

tang yang banyak Dampak ketiga, adalah bin Sa’d bahwasanya Nabi Sallallahu ‘alaihi

mendorong terjadinya kawin lari wasallam berkata kepada seorang pemuda:

Di samping itu, dampak lain yang bisa menikahlah walaupun maharnya hanya ditimbulkan adalah banyaknya wanita yang dengan cincin besi (HR Al-Bukhari 447)

tidak kawin dan menjadi perawan tua kare- Jadi hal yang terpenting adalah mahar

na para lelaki mengurungkan niatnya untuk haruslah sesuatu yang bisa diambil man-

menikah disebabkan banyaknya tuntutan faatnya, baik berupa uang atau sebentuk yang harus disiapkan oleh pihak laki-laki cincin yang sangat sederhana sekalipun

demi sebuah pernikahan Lebih jauh lagi, Bahkan mahar dapat berupa pengajaran akibat yang timbul karena besarnya tuntut- tentang al-Qur’an dan lainnya, sepanjang an yang harus dipenuhi adalah dapat men- telah disepakati bersama antara kedua be-

gakibatkan para pihak yang ingin menikah lah pihak (Bagir 2008)

terjerumus dalam perbuatan dosa Telah dipaparkan di atas bahwa dalam

Demikianlah, Islam sangat menganjur- Islam tidak ada ketentuan yang pasti tentang

kan perempuan agar tidak meminta mahar standar minimal dan maksimal dari mahar

yang terlalu berlebihan atau memberatkan yang harus dibayarkan oleh suami kepada

laki-laki Mahar bukan tujuan dari pernikah- calon isteri Islam hanya menganjurkan ke-

an, melainkan hanya simbol ikatan cinta ka- sih Pernikahan dengan mahar yang ringan

pada kaum perempuan agar tidak berlebih- bisa membawa keberkahan dalam rumah lebihan dalam meminta jumlah mahar ke- tangga Menurut pendapat ulama tidak ada pada suami Sebagaimana hadis Nabi SAW perbedaan pendapat tentang ju mlah atau yang artinya: dari Aisyah bahwasanya Nabi batas maksimal mahar, hanya saja mereka SAW bersabda: “Sesungguhnya perkawinan berbeda pendapat dalam hal batasan mini-

yang paling besar barakahnya adalah yang mal. Imam Syafi’i berpendapat dalam kitab- paling murah maharnya” (HR Ahmad 163)

nya Al-Umm bahwa batasan minimal mahar Anjuran di atas merupakan perwuju-

yang harus diberikan kepada isteri yaitu dan dari prinsip menghindari kesukaran yang boleh dibuat mahar adalah sedikitnya

atau kesusahan (raf’ al-haraj) dan mengu- sesuatu yang dipandang harta oleh manusia,

Syarifuddin, Damayanti, Story Of Bride Price: Sebuah Kritik atas Fenomena... 95 dan kalau pun rusak, maka ada nilai harga

oleh Anas ibn Malik menurut penukilan (ganti rugi) baginya dan apa yang diperjual-

yang muttafaq alaih, artinya: Anas bin Malik belikan oleh manusia diantara sesama mer-

RA menceritakan, bahwa Nabi SAW melihat eka (Idris 1983). Golongan Hanafi menye-

bekas kuning pada kain Abdur Rahman bin butkan jumlah mahar sedikitnya sepuluh Auf, lalu beliau bersabda, “Apa ini?” Ia ber- dirham dan golongan Maliki sebanyak tiga

kata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku dirham (Sabiq 1981)

telah menikahi seorang perempuan dengan Pada intinya yang perlu diperhatikan mas kawin satu biji emas” Beliau bersabda, adalah jangan sampai terdapat unsur keter-

“semoga Allah memberkahimu, selenggara- paksaan antara kedua belah pihak, bagi kanlah walimah walaupun hanya dengan yang tidak mempunyai kemampuan untuk

seekor kambing” (H R Bukhori dan Muslim, memberikan mahar dalam jumlah yang be-

75) (Muslim 1997)

sar hendaknya jangan terlalu dipaksakan Perintah Nabi untuk mengadakan Ditinjau dari sudut agama, Islam sebagai walimah dalam hadis ini tidak mengandung

agama rahmat lil‘alamin tidak menyukai arti wajib, tetapi hanya sunnah menurut penentuan mahar yang memberatkan pihak

jumhur ulama’ karena yang demikian hanya laki-laki untuk melangsungkan perkawinan,

merupakan tradisi yang hidup, melanjutkan demikian pula uang panaik (biaya pesta) tradisi yang berlaku di kalangan Arab se-

yang hanya merupakan anjuran agar tidak belum Islam datang Pelaksanaan walimah memberatkan bagi pihak yang mempunyai masa lalu itu diakui oleh Nabi untuk dilan-

niat suci untuk menikah Perkawinan se- jutkan dengan sedikit perubahan menye- bagai sunnah Nabi hendaknya dilakukan suaikannya dengan tuntunan Islam (Syari-

dengan penuh kesederhanaan dan tidak fuddin 2006) berlebih-lebihan sehingga tidak ada unsur

Namun, ada ulama berbeda pendapat pemborosan di dalamnya karena Islam sa-

dengan jumhur ulama yaitu Zahiriyah yang ngat menentang pemborosan Sebagaimana

yang telah disebutkan dalam firman Allah mengatakan bahwa diwajibkan atas setiap orang yang melangsungkan perkawinan un-

surah al-Isra’ ayat 27 tuk mengadakan walimah al-urs, baik secara Agama Islam menganjurkan agar kecil-kecilan maupun secara besar-besaran

setelah dilangsungkan akad nikah, sebagai sesuai dengan keadaan ekonomi yang meng- peristiwa hukum yang amat penting dalam adakan perkawinan (Hajar 2010) kehidupan seseorang, diselenggarakan pesta Apabila dimaknai secara mendalam perkawinan atau walimah Walimah meru- sesungguhnya, walimah memiliki arti yang pakan wahana (alat) untuk mengumumkan sangat penting Ia masih erat hubungannya kepada masyarakat, bahwa antara mempe- lai laki-laki dengan mempelai perempuan dengan masalah persaksian, sebagaimana

telah menjadi suami istri yang secara syar’i persaksian, walimah ini sebenarnya juga Oleh sebab itu, walimah atau pun upacara

berperan sebagai upaya untuk menghindar- perkawinan, juga berfungsi sebagai alat un-

kan diri dari berbagai prasangka salah ten- tuk menghindari fitnah samen leven atau tang hubungan kedua insan yang sesung-

‘kumpul kebo‛ yang sudah sering terjadi di guhnya telah diikat oleh tali Allah berupa beberapa masyarakat di Indonesia (Djubae-

pernikahan Mengingat pentingnya walimah, dah 2012)

maka dipandang perlu diadakan walimah, Pesta perkawinan atau walimah, menu-

yaitu setelah akad dilangsungkan dengan rut Sayyid Sabiq, hukumnya sunnah, agar

tujuan utamanya adalah untuk memberita- perkawinan itu terhindar dari nikah sirri

hukan kepada sanak kerabat dan tetangg- (nikah yang dirahasiakan), yaitu nikah yang

anya (Pasha 2002)

dilarang karena tidak memenuhi rukun dan Beberapa hadis tersebut di atas menun- syarat perkawinan Selain itu, walimah di-

jukkan bahwa walimah itu boleh diadakan maksudkan juga untuk menyatakan rasa dengan makanan apa saja sesuai kemam- syukur dan gembira atas kehalalan hubung-

puan Hal tersebut ditunjukkan oleh Nabi an perkawinan yang secara syar’i dikaruni-

SAW, bahwa perbedaan-perbedaan dalam akan Allah SWT kepada pasangan yang ber-

mengadakan walimah bukan membedakan sangkutan (Sabiq 1981)

atau melebihkan salah satu dari yang lain, Hukum walimah itu menurut paham tetapi semata-mata disesuaikan dengan ke- jumhur ulama adalah sunnah Hal ini dipa-

adaan ketika sulit atau lapang (Syarifuddin hami dari sabda Nabi yang diriwayatkan 2006)

96 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 79-98

Selanjutnya, waktu untuk mengada- kan walimah terdapat khilafiyah (Masyhur

1992), yaitu: (1) menurut ulama Malikiyah, walimah dilaksanakan pada waktu akad- nya dilakukan atau segera sesudahnya, dan (2) menurut ulama Mawardi dari Syafi’iyah, walimah dilaksanakan sesudah mereka melakukan persetubuhan Namun, walimah diadakan pada waktu akad atau sesudahnya atau setelah kedua suami isteri bercampur, masalah ini terserah menurut adat setem- pat Riwayat menerangkan bahwa Rasul- ullah SAW, mengundang sahabat-sahabat- nya untuk walimah pada waktu beliau meni- kah dengan Zainab setelah beliau mencam- purinya (Al-Hamdani 2011)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Mu- hammad SAW, bersabda: “Makanan yang paling jelek adalah pesta perkawinan yang tidak mengundang orang kaya yang ingin datang kepadanya (miskin), tetapi mengun- dang orang yang enggan datang kepadanya (kaya) Barang siapa tidak memperkenankan undangan, maka sesungguhnya durhaka ke- pada Allah dan Rasul-Nya (HR Bukhari dan Muslim, 98) (Muslim 1997) Jadi dapat di- maknai bahwa dalam walimah, kedua belah pihak yang berhajat dianjurkan untuk mem- perhatikan nasib orang miskin, karena pada dasarnya Islam tidak membolehkan adanya pengabaian atas kehidupan orang miskin Kebahagiaan yang ada dalam walimah nikah akan dipandang sia-sia seandainya pihak yang berhajat dalam upacara tersebut meng- abaikan orang miskin

Konsep walimah ditinjau dari sudut agama, tampaknya bagi kebanyakan ma- syarakat telah ditinggalkan, karena masyara- kat di jaman ini mengadakan walimah untuk berbangga-bangga Kita banyak menyaksi- kan adanya walimah yang berlebih-lebihan, pemborosan Bahkan, ada yang membebani diri dengan walimah yang biayanya di luar kemampuannya, sampai ada yang mengga- daikan atau bahkan menjual hak miliknya, atau dengan mencari utang yang akan mencekik lehernya Perbuatan demikian se- benarnya dilarang oleh agama Allah tidak mengajarkan demikian, Rasulullah SAW juga tidak menyuruh demikian Tetapi, ke- banyakan orang karena kegembirannya lan-

tas lupa (Al-Hamdani 2011) demikian pula dengan pelaksaan resepsi pernikahan yang menjadi dasar ditetapkannya harga uang pa- naik, resepsi begitu mewah sehingga dapat dikatakan sebagai sesuatu yang dilangsung- kan untuk berbangga-banggga

Walimah yang dianjurkan Islam adalah bentuk upacara yang tidak berlebih-lebihan dalam segala halnya Dalam walimah di- anjurkan pada pihak yang berhajat untuk mengadakan makan guna disajikan pada tamu yang menghadiri walimah Namun demikian, semua itu harus disesuaikan de- ngan kemampuan kedua belah pihak Islam melarang upacara tersebut dilakukan, bila ternyata mendatangkan kerugian bagi ke- dua mempelai maupun kerugian dalam ke- hidupan masyarakat