Pada fase penjelasan konsep, diharap-kan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimi-liki siswa dengan konsep-konsep yang baru
dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti mene- laah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni penerapan konsep,
siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui berbagai kegiatan- kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Fase
penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.
Efektivitas implementasi model pembelajaran Learning Cycle 3E biasanya diukur
melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pem- belajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka belum dapat dilakukan siklus
berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya de- ngan cara meng-antisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai ha-
silnya memuaskan. Fajaroh dan Dasna, 2007 Menurut Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna 2007 menyatakan bahwa
model pembelajaran Learning Cycle 3E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi
kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegia-
tan pembelajaran. Sedangkan bila ditinjau dari dimensi peserta didik, penerapan strategi ini memberi keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran.
2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan strategi ini yang harus selalu diantisipasi dan
diperkirakan menurut Soebagio dalam Kamdi 2007 sebagai berikut: 1.
Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran
2. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran 3.
Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi 4.
Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.
Lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar model pembelajaran Learning Cycle 3E berlangsung secara konstruktivistik adalah:
a. Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki siswa, b.
Tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan, c.
Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungannya,
d. Tersedianya media pembelajaran,
e. Kaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga
siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.
D. Keterampilan Proses Sains
Menurut Hariwibowo dalam Fitriani 2009 mengemukakan: kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan- kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-
kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia
seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan.
Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.
Hartono dalam Fitriani 2009 mengemukakan: Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,
produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pem- belajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir
dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses
sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada
penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.
Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto 2004:
Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa.
Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada
diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Menurut pendapat Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan dalam
Fitriani 1999 keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:
1 Keterampilan proses dasar Basic Science Proses Skill, meliputi observasi,
klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan dan inferensi.
Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar
2 Keterampilan proses terpadu Intergated Science Proses Skill, meliputi me-
rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan,
dan aplikasi konsep. Keterampilan mengkomunikasikan menurut Dimyati dan Mudjiono 2006 adalah
sebagai berikut. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar untuk segala
yang kita kerjakan. Grafik, bagan, peta, lambang-lambang, diagram, persamaan matematik, dan demonstrasi visual, sama baiknya dengan kata-kata
yang ditulis atau dibicarakan, semuanya adalah cara-cara komunikasi yang seringkali digunakan dalam ilmu pengetahuan.
Keterampilan dasar Indikator
Observasi observing
Mampu menggunakan semua indera penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba untuk
mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil
pengamatan.
Klasifikasi Classifying
Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan
menentu-kan dasar penggolongan terhadap suatu obyek.
Pengukuran measuring
Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran
suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu
mendemontrasikan perubahan suatu satuan pengukur-an ke satuan pengukuran lain.
Mengkomunikasikan communicating
Memberikanmenggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun
dan menyampaikan laporan secara sistematis, men- jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,
mendiskusi-kan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.
Inferensi Mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan
menyimpulkan dari fakta yang terbatas.